Atribusi Kausalitas Teori Atribusi

orang lain seperti yang terlihat itu apakah karena faktor situasional ataukah faktor-faktor personal Liliweri, 1991:55.

II.2.1 Atribusi Kausalitas

Menurut Kelly dalam Byrne dkk, 2006:95 ada tiga cara untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang berperilaku seperti itu, yakni: • Konsensus, yaitu memperluas kita melihat apakah orang lain bereaksi dengan stimulus yang ada atau bahkan berperilaku yang sama dengan orang yang kita amati. Semakin tinggi proporsi orang yang bereaksi secara sama, berarti semakin tinggi konsensusnya. • Konsistensi, yaitu bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingankan dengan orang-orang lain, terhadap stimulus tertentu. Dalam artian sejauh mana orang- orang lain merespon stimulus yang sama dengan cara yang sama dengan orang yang kita atribusi. Misalnya bila A berperilaku tertentu, sedangkan orang-orang lain tidak berbuat demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsensus orang yang bersangkutan rendah. • Distinctiveness atau kekhususan yaitu bagaimana seseorang merespon dengan cara yang sama atas stimulus atau situasi yang berbeda. Bila kita melihat perilaku orang lain, kita mencoba memahami apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu. Fritz Heider dalam Rakhmat, 2005:93 mengemukakan, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan Universitas Sumatera Utara dahulu apa yang menyebabkannya: faktor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal. Kita mengatribusikan perilaku orang lain disebabkan internalnya saat konsensus dan distinctuvness rendah tapi konsistensi tinggi. Sedangkan jika perilaku seseorang dipengaruhi penyebab eksternal itu karena ketiganya tinggi. Yang terakhir, perilaku seseorang dikatakan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ketika konsensus rendah tetapi konsistensi dan distinctivness tinggi Byrne dkk, 2006:95. Efek-efek Atribusi Kausalitas Walgito, 2003:61: 1. Penghargaan tentang masa mendatang a. Stabilitas atribusi, yaitu pengharapan atau keyakinan tentang masa mendatang merupakan fungsi dari kinerja masa lalu “past-performance” dan stabilitas atribusi terhadap performance masa lalu. b. Sekte dan perbedaan ras, perempuan cenderung menerangkan keberhasilan atau kegagalan pada faktor diluar dirinya sedangkan laki-laki berpegang pada kemampuan. Hal ini dipengaruhi stereotipe yang berkembang di masyarakat. Ras kulit hitam dipandang lebih rendah kemampuannya dibandingkan orang kulit putih. c. Interpersonal self-fulfilling prophecies, penghargaan akan performa orang lain dapat menyebabkan orang lain tersebut berperilaku sesuai pengharapan atas dirinya. 2. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan reward hadiah dan punishment hukuman. Evaluasi berkaitan dengan usaha dan kemampuan. Universitas Sumatera Utara 3. Motivasi berprestasi Motivasi prestasi naik: cenderung menilai sukses sebagai hasil dari tingginya kemampuan dan usaha. Motivasi prestasi turun: cenderung menilai sukses pada faktor eksternal dan kegagalan pada faktor internal.

II.3 Kompensasi

Dokumen yang terkait

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

2 59 173

Penerapan Byline dan Integritas Wartawan (Studi deskriptif tentang penerapan byline terhadap integritas wartawan harian Medan Bisnis)

2 61 112

PANDANGAN TENTANG CITIZEN JOURNALISM MENURUT AKTIFIS AJI DAN PWI (Studi Komparasi Pada Aktifis AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Dan Aktifis PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) di Malang

3 9 146

GAJI WARTAWAN DAN INDEPENDENSI

0 12 124

Hubungan Keanggotaan Wartawan dalam Organisasi Pers dengan Pengetahuan tentang Kode Etik Jurnalistik (Studi Eksplanatif terhadap Wartawan Anggota PWI Cabang Yogyakarta).

0 4 16

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 T

0 0 9

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14