Hasil Penelitian Perawatan Postpartum Budaya Minang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang. Ketujuh partisipan berdomisili di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

A. Hasil Penelitian

1. Karekteristik Partisipan Ketujuh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebelum interview dimulai. Para partisipan adalah ibu postpartum 0-40 hari dan bersuku Minang. Umur ketujuh partisipan berkisar antara 20-35 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 27,5 tahun. Ketujuh partisipan beragama islam. Ketujuh partisipan bersuku Minang. Lima partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga dan dua partisipan bekerja sebagai pegawai swasta. Satu orang partisipan pendidikan terakhirnya SMP, lima orang SMA dan satu orang Perguruan Tinggi. Ketujuh partisipan menceritakan bagaimana perawatan selama masa nifas menurut budaya minang. Data demografi dapat dilihat di Tabel 1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karekteristik Partisipan Karekterisik Jumlah Umur Range Mean 20-35 tahun 27,5 tahun Sek Perempuan 7 orang Agama Islam 7 orang Suku Minang 7 orang Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi 1 orang 5 orang 1 orang Anak Ke: Kedua Ketiga Keempat 3 orang 3 orang 1 orang Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta 5 orang 2 orang

B. Perawatan Postpartum Budaya Minang

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketujuh partisipan yang telah melakukan perawatan postpartum budaya minang maka peneliti menemukan tujuh upaya perawatan selama postpartum dan telah disebutkan oleh partisipan tersebut adalah: 1 minum telur ayam kampung dan kopi, 2 minum daun papaya dan asam jeruk nipis, 3 betangeh, 4 minum asam jawa, gula merah dan kunyit 5 duduk di atas batubata yang telah dipanasi, 6 cebok dengan air sirih, 7 tapal perut beserta pemakain gurita. Universitas Sumatera Utara 1. Upaya Pemulihan Tingkat Kebugaran Tubuh Dalam perawatan postpartum budaya minang ada upaya yang dilakukan untuk pemulihan tingkat kebugaran tubuh, dengan melakukan perawatan mandi betangeh. Mandi betangeh itu adalah rebusan dari daun-daunan rempah ,seperti daun jeruk purut, daun kunyit, daun sere, daun setawa, daun sedingin, daun seringa-ringa, daun asam-asam semua direbus selama 1 jam dalam belanga besar, setelah di rebus, dibuka tutup belanganya dan ibu menggunakan kain atau sarung lalu duduk di atas bangku dan ditutupi tikar. Mandi betangeh ini dilakukan sebanyak 4-6 kali selama masa nifas. Uap yang keluar dari belanga tersebut yang digunakan untuk pemulihan kebugaran tubuh. Hal tersebut di dukung oleh dengan pernyataan partisipan berikut ini: “Badan kita tuh jadi berkeringat, badan jadi segar lagi karena kena uapan air itu” Partisipan 3 “Badan kita jadi enak, segar, keringat kita keluar semua, jadi badan kita enteng lagi, berkurang rasa cape abis melahirkan itu” Partisipan 5 “Kalo kita betangeh badan kita jadi sehat, badannya jadi ringan, keluar semua keringat waktu kita betangeh” Partisipan 6 2. Upaya Memperlancar Pengeluaran Darah Nifas Ada tiga perawatan postpartum menurut budaya Minang yang dilakukan untuk memeperlancar pengeluaran darah nifas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini: a. Minum telur ayam kampung dan kopi Untuk mengeluarkan darah nifas, perawatan postpartum budaya Minang ada meminum telur ayam kampung dan kopi. Cara pembuatannya yaitu kuning telurnya saja tanpa putih telur, kuning telur di kocok dengan kopi sedikit, lalu di tambahkan Universitas Sumatera Utara air hangat. Minum telur ayam kampung dan kopi ini di minum hanya 1 kali saja, pertama setelah 10 menit setelah bayi lahir. Inilah perawatan postpartum yang petama sekali dilakukan oleh budaya minang. Hal ini di dukung oleh 3 pernyataan partisipan berikut ini: “Supaya darah kotornya banyak keluar” Partisipan 2 “Itu khasiatnya untuk peredaran darah. Sehabis melahirkan supaya darahnya lancar keluarnya” Partisipan 4 “Supaya darah kotor abis melahirkan itu cepat keluar semua” Partisipan 7 b. Minum daun papaya dan asam jeruk nipis Minum daun papaya dan asam jeruk nipis juga salah satu upaya untuk memperlancar pengeluaran darah nifas dan dapat membersihkan darah kotor pasca bersalin yang dilakukan oleh ibu postpartum budaya Minang. Cara pembuatan perawatan ini yaitu daun papaya di remas sampai halus di tambah akarnya sedikit. Lalu daun papayanya di saring, di tambah garam sedikit dan air jeruk nipis. Selama masa nifas di minum sebanyak 3 kali, dengan selang waktu 1 minggu sekali. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini: “Manfaat yang kita rasakan itu badan kita terasa enak, sepertinya darah-darah kita itu bersih, badan kita enteng dirasakan, ringan” Partisipan 2 “Katanya buat melancakan peredaran darah. Jadi darah kotor kita abis melahirkan itu bisa keluar semua” Partisipan 6 “Untuk membersihkan darah kotor yang udah keluar abis melahirkan bisa berganti dengan yang baru terus darah kotor yang masih sisa di dalam perut bisa keluar semua” Partisipan 7 Universitas Sumatera Utara c. Minum asam jawa, gula merah dan induk kunyit Untuk mengeluarkan darah nifas, perawatan ibu postpartum budaya Minang juga meminum air asam jawa dan gula merah, dan induk kunyit. Cara pembuatannya yaitu 2 buah induk kunyit di parut, lalu di aduk dengan asam jawa dan gula merah, ditambahkan air sebanyak 2 gelas dan di rebus. Satu kali pembuatan bisa di minum selama 3 hari. Ini berkhasiat untuk mengeluarkan darah nifas yang masih tersisa. Hal tersebut didukung oleh 3 pernyataan partisipan berikut ini: “Manfaatnya itu biar berganti darah kotor kita sama yang baru, jadi biar bersih darah kotor kita abis minum itu, darah kotor kita keluar” Partisipan 1 “Ya manfaatnya untuk peredaran darah supaya darah kotor itu bersih keluarnya, ya istilahnya darah yang kotor tu gak ada yang tertinggal itu lah gunanya kunyit sama asam tadi” Partisipan 4 “Manfaatnya biar darah kotor kita bisa keluar. Abis melahirkan banyak itu darah kotor yang tertinggal, jadi kalo minum itu bisa keluar semua darah kotor kita itu” Partisipan 6 3. Upaya Menjaga Kebersihan Alat Genetelia Dalam menjaga kebersihan alat genetelia, budaya minang melakukan beberapa perawatan postpartum, seperti cebok menggunakan air sirih dan duduk di atas batubata yang telah di panasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: a. Cebok menggunakan air sirih Air rebusan dari daun sirih baik di gunakan untuk membersihkan alat genetelia. Manfaat yang dapat dirasakan yaitu menghilangkan rasa gatal, mempercepat pengeringan perenium dan vagina. Ini merupkan salah satu upaya menjaga kebersihan Universitas Sumatera Utara alat genetelia selama masa nifas. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini: “Kan airnya hangat, daun sirih itu sebelumnya dipanasin, jadi biar gak gatal-gatal” Partisipan 1 “Supaya tempat abis kita melahirkan itu bisa cepat kering dan tidak gatal-gatal” Partisipan 6 “Biar gak gatal-gatal tempat abis melahirkan kita itu dan jadi bersih lagi” Partisispan 7 b. Duduk di atas batu bata yang telah dipanasi Selain cebok menggunakan air sirih, duduk di atas batu bata yang telah dipanasi juga salah satu upaya untuk membersihkan alat genetelia. Pertama-tama batubata tersebut di bakar, setelah sedikit dingin, batubata tersebut di balut menggunakan kain. Ibu duduk di atas batubata yang telah di bungkus dengan tetap memakai pakain dalam. Dilakukan selama 10-15 menit. Dampak dari melakukan perawat ini adalah untuk menghilangkan rasa gatal pada alat genetelia, mempercepat penutupan kembali perineum dan vagina dan mempercepat pengeringan luka perineum ataupun vagina. Hal ini di dukung oleh 2 pernyataan partisipan berikut ini: “Kita duduk di atas batu bata jadi kena hangat itu jadi rapat kembali, jadi cepat tertutup. kalaupun kita gatal-gatal, gak gatal-gatal lagi setelah melahirkan itu” Partisipan 1 “Abis melahirkan kemaluan kita biar cepat kering kalau duduk di atas batu bata itu. Batubata itu hangat, jadi cepat keringlah” Partisipan 3 4. Upaya Mengambalikan Bentuk Tubuh Perawatan postpartum menurut budaya Minang dalam upaya mengembalikan bentuk tubuh adalah menggunakan tapal perut beserta pemakain gurita. Tapal perut ini Universitas Sumatera Utara menggunakan kapur sirih dan dan air jeruk nipis. Kapur sirih ditambahkan air jeruk nipis lalu di aduk sampai merata. Setelah tercampur semua, dioleskan keseluruh perut, setelah itu baru menggunakan gurita. Di pakai selama 40 hari setelah bersalin. Tapal perut merupakan tradisi yang sering dilakukan karena untuk mengembalikan bentuk perut seperti sebelum melahirkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini: “Perutnya ditapalin sama jeruk nipis itu biar kuning, biar cantik, bisa bersih balik” Partisipan 1 “Tapal perut itu kan perut kita masih mengembang, biar perut kita tu mengecil lagi, biar perut kita jadi kecil ramping gitu, perut itu gak membesar” Partisipan 2 “Supaya perutnya jadi bersih, biar perutnya gak kendor, gak jadi besar. Kan kalo kita hamil perut kita besar, jadi kalo pake tapal tu perut kita jadi kencang apalagi ada kapur sirihnya itu, perut kita jadi cantik lagi dia” Partisipan 6

C. Pembahasan