Wewenang Notaris Akibat Hukum Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik Atas Penyalahgunaan Lambang Negara Dalam Produk Yang Diterbitkan

2. Wewenang Notaris

Tugas pokok dari Notaris adalah membuat akta-akta otentik. Menurut Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004: Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan, dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Sedangkan pada ayat 2 menyebutkan kewenangan Notaris yang lain, yakni: a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. c. membuat copy asli dari surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan. d. melakukan pengesahan kecocokan foto copi dengan surat aslinya. e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f. membuat akta yang berkaitan denga pertanahan. g. membuat akta risalah lelang. Berkaitan dengan wewenang yang harus dimiliki oleh notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, notaris hanya diperkenankan untuk menjalankan jabatannya di dalam daerah yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam UU Jabatan Notaris dan di dalam daerah hukum tersebut notaris mempunyai wewenang. Adapun wewenang yang dimiliki oleh notaris meliputi empat 4 hal yaitu sebagai berikut: 1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya. Universitas Sumatera Utara 2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang, untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. 3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat. 4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pemuatan akta itu. 40 Notaris adalah pejabat umum yang berwenang atau tugas kewajibannya ialah membuat akta-akta otentik. 41 Selanjutnya menurut G.H.S Lumban Tobing: Wewenang notaris bersifat umum sedangkan wewenang para pejabat lain adalah pengecualian, itulah sebabnya bahwa apabila di dalam suatu perundang-undangan untuk suatu perbuatan hukum diharuskan adanya akta otentik, maka hal itu hanya dapat dilakukan dengan suatu akta notaris, terkecuali oleh undang-undang dinyatakan secara tegas, bahwa selain dari notaris juga pejabat umum lainnya turut berwenang. 42 Selanjutnya menurut Pasal 1870 KUHPerdata akta otentik itu memberikan kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu pembuktian yang sempurna. Sehingga dapat terlihat arti pentingnya seorang Notaris, bahwa karena Undang-Undang Jabatan Notaris diberi wewenang untuk menciptakan alat bukti yang kuat dan sempurna, apa yang disebutkan dalam akta otentik pada dasarnya dianggap benar sepanjang tidak ada bukti sebaliknya. 40 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center For Documentation and Studies of Business Law CDBSL, Yogyakarta, 2003, hal. 40. 41 R. Soegondo Notodisoerjo, Op.cit., hal. 42. 42 G.H.S. Lumban Tobing, Op.cit., hal. 34. Universitas Sumatera Utara Dalam pembuatan akta-akta otentik Notaris mempunyai peranan yang sangat penting. Bukan dikarenakan disebut sebagai pejabat umum yang termaktub dalam Pasal 1868 KUHPerdata, tetapi juga dikarenakan adanya orientasi atas pengangkatan Notaris sebagai pejabat umum yang maksudnya untuk melayani kepentingan umum untuk menerima penghasilan. Selain tugas pokok Notaris tersebut untuk pembuatan akta, tugas dan pekerjaan Notaris juga diperlukan dalam hubungan keperdataan di antara anggota masyarakat, misalnya dalam keluarga, notaris dibutuhkan dalam membuat surat wasiat, perjanjian kawin dan sebagainya. Peran Notaris juga dibutuhkan dalam bidang bisnis, misalnya membuat kontrak antara para pihak, perjanjian jual beli, dan mendirikan perusahaan. A.W.Voors membagi pekerjaan Notaris menjadi: 1. Pekerjaan Legal, yaitu tugas Notaris sebagai Pejabat untuk melaksanakan sebagian kekuasaan pemerintah, contohnya antara lain memberi kepastian tanggal, membuat Grosse Akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial, memberi kepastian mengenai tanda tangan seseorang. 2. Pekerjaan Ekstra Legal adalah tugas Notaris lain yang dipercayakan untuk menjamin dan menjaga perlindungan hukum. Dalam arti, setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang tidak bisa dikurangi atau Universitas Sumatera Utara ditiadakan begitu saja, baik karena masih di bawah umur atau di bawah pengampuan. 43 Berkaitan dengan wewenang yang dimiliki oleh notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya, Notaris hanya diperkenankan untuk menjalankan tugas jabatannya di dalam daerah yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam UUJN. Apabila ketentuan tersebut tidak dilaksanakan, maka akta yang dibuat oleh Notaris menjadi tidak sah. Dari keempat kewenangan Notaris di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tidak semua pejabat umum dapat membuat semua akta, tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu yang bedasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 11, 15, dan 16 UUJN. 2. Notaris tidak berwenang membuat akta untuk kepentingan orang-orang tertentu. Seperti di dalam Pasal 52 ayat 1 UUJN menentukan bahwa Notaris tidak diperbolehkan membuat akta untuk diri sendiri, suamiisteri, keluarga sedarah maupun keluarga semenda dari Notaris, dalam garis keturunan lurus ke bawah tanpa batasan derajat serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, baik menjadi pihak diri sendiri maupun melalui kuasa. Adapun maksud dari ketentuan ini ialah untuk mencegah terjadinya suatu tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan. 43 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal. 156. Universitas Sumatera Utara 3. Notaris berwenang untuk membuat akta otentik di wilayah hukumnya atau wilayah jabatannya, apabila di luar wilayah hukum atau wilayah jabatannya Notaris membuat suatu akta maka akta tersebut adalah tidak sah Pasal 17 UUJN. 4. Notaris tidak boleh membuat akta apabila Notaris masih menjalankan cuti atau dipecat dari jabatannya. Notaris juga tidak boleh membuat akta apabila Notaris tersebut belum diambil sumpahnya Pasal 25-32 UUJN. Apabila salah satu yang disebutkan di atas tidak dipenuhi maka akta yang dibuat oleh Notaris adalah tidak otentik. Sumpah jabatan notaris mengandung substansi rahasia jabatan yang mempunyai konsekuensi adanya hak ingkar bagi notaris. Letak rahasia jabatan notaris terletak pada bagian sumpah bahwa notaris akan merahasiakan serapat-rapatnya isi akta-akta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 44 Notaris harus bekerja dalam koridor hukum. Hak ingkar pada notaris merupakan pengecualian untuk memberikan kesaksian di muka pengadilan yaitu sepanjang isi akta-akta seperti yang diatur dalam Pasal 1909 KUHPerdata. Hak ingkar adalah hak untuk tidak berbicara sekaligus merupakan kewajiban untuk tidak berbicara yang didasarkan pada Pasal 4 UUJN. Menurut Van Bemmelen, seperti yang dikutip oleh G.H.S Lumban Tobing, ada 3 dasar untuk dapat menuntut penggunaan hak ingkar, yakni: 1 Hubungan keluarga yang sangat dekat. 44 G.H.S Lumban Tobing, Op.cit., hal. 118. Universitas Sumatera Utara 2 Bahaya dikenakan hukuman pidana gevaar voor strafrechtelijk veroordeling . 3 Kedudukan pekerjaan dan rahasia jabatan 45 Hak lain yang dimiliki oleh notaris adalah hak untuk mengambil cuti, hal ini diatur dalam Pasal 25 sampai Pasal 35 UUJN. Seorang notaris yang cuti dianggap meletakkan jabatan untuk sementara, konsekwensinya dari hal itu, dia tidak boleh membuat akta dalam waktu cuti tersebut dan apabila hal tersebut dilanggar maka akta yang dibuatnya menjadi akta di bawah tangan. Notaris juga berhak memungut honorarium dari kliennya atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya, hal ini disebutkan di dalam pasal 36 UUJN.

B. Pengaturan Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik atas Penggunaan Lambang Negara

Di Indonesia Lembaga Kenotariatan yang terkait dengan Lembaga Pembuktian baru bersamaan dengan masuknya hukum Belanda di Indonesia yaitu burgerlijk wetboek KUHPerdata. Di dalam KUHPerdata pada pasal-pasal tertentu mengharuskan adanya akta otentik untuk perbuatan-perbuatan tertentu, misalnya: wasiat, perjanjian kawin, pengakuan anak di luar nikah. Tanpa ada akta otentik dianggap bukan perbuatan hukum. 45 Ibid, hal. 120. Universitas Sumatera Utara Jabatan Notaris kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. 46 Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh Notaris sesuai dengan tugas jabatannya dapat memberikan honorarium kepada Notaris. Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak membutuhkannya. 47 “Istilah Notaris berasal dari kata “notarius”, yaitu nama yang pada zaman romawi diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis. Sebutan Notarius pada abad kelima dan keenam diberikan kepada penulis atau sekretaris yang menjalankan pekerjaan pribadi dari raja dan kepada pegawai- pegawai istana yang melakukan pekerjaan administrasi. Pejabat-pejabat yang dinamakan Notaris merupakan pejabat yang menjalankan tugas untuk pemerintah dan tidak melayani publik, yang melayani publik dinamakan Tabelliones , yaitu pejabat yang menjalankan pekerjaan menulis untuk publik atau umum yang membutuhkan keahliannya. Fungsi dari pejabat ini agak mirip dengan Notaris pada masa sekarang, hanya saja tidak mempunyai sifat Ambtelijk , sehingga akta-akta yang dibuatnya tidak mempunyai sifat otentik.” 48 Habib Adjie menyatakan bahwa akta notaris mempunyai karakter yuridis sebagai berikut: 49 1. akta notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh UUJN. 46 Secara substantif akta notaris dapat berupa: 1 suatu keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk dijadikan sebagai alat bukti, 2 berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta otentik 47 Habib Adji, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia , cetakan pertama, PT. Mandar Maju, Bandung, 2009,untuk selanjutnya disebut Buku II, hal.22 48 G.H.S. Lumban Tobing, Op.cit., hal. 6-7. 49 Ibid., hal.71. Universitas Sumatera Utara 2. Akta notaris dibuat karena ada permintaan para pihak dan bukan keinginan notaris 3. meskipun dalam akta notaris tercantum nama notaris, tapi dalam dalam hal ini notaris tidak berkedudukan sebagai pihak bersama-sama para pihak atau penghadap yang namanya tercantum dalam akta. 4. mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Siapapun terikat dengan akta notaris serta tidak dapat ditafsirkan lain, selain yan tercantum dalam akta tersebut. 5. pembatalan daya ikat akta notaris hanya dapat dilakukan atas kesepakatan para pihak yang namanya tercantum dalam akta. Jika ada yang tidak setuju, maka pihak yang tidak setuju harus mengajukan permohonan ke pengadilan umum agar akta yang bersangkutan tidak mengikat lagi dengan alasan-alasan tertentu yang dapat dibuktikan. Sehubungan dengan kewenangan dan kewajiban serta kekuatan pembuktian dari akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris tersebut di atas, maka Habib Adjie menyimpulkan 2 dua hal sebagai berikut: a. Tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginantindakan para pihak dalam akta otentik, dengan memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku. b. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orangpihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orangpihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut, wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Kekuatan pembuktian akta notaris ini berhubungan dengan sifat publik dari jabatan notaris. 50 Adapun yang dimaksud dengan akta otentik berdasarkan ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata adalah: ”Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat di mana akta itu dibuatnya. ” 50 Habib Adjie, buku II, Op.Cit., hal.35. Universitas Sumatera Utara Pasal 1868 KUHPerdata hanya menyebutkan apa yang dimaksud dengan akta otentik dan tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan akta otentik dan tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pejabat umum, sampai dimana kewenangannya, dan bagaimana menurut hukum yang dimaksud. Di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris UUJN disebutkan: ”Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. ” Berdasarkan pengertian notaris menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, maka R. Soegondo Notodisoerjo mengemukakan: Bahwa untuk dapat membuat akta otentik, seseorang harus mempunyai kedudukan sebagai pejabat umum. Di Indonesia, seorang advokat, meskipun ia seorang yang ahli dalam bidang hukum, tidak berwenang untuk membuat akta otentik, karena ia tidak mempunyai kedudukan sebagai pejabat umum, sebaliknya seorang pegawai catatan sipil meskipun ia bukan ahli hukum, ia berhak membuat akta-akta otentik untuk hak-hal tertentu, umpamanya untuk membuat akta kelahiran atau akta kematian. Demikian itu karena ia oleh undang-undang ditetapkan sebagai pejabat umum dan diberi wewenang untuk membuat akta-akta itu. 51 Notaris sebagai pejabat umum yaitu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat umum teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang keperdataan saja. Pengertian pejabat umum yang diemban oleh notaris bukan berarti notaris adalah pegawai negeri di mana pegawai yang merupakan bagian dari suatu korps 51 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 43. Universitas Sumatera Utara pegawai yang tersusun, dengan hubungan kerja yang digaji oleh pemerintah, seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1974. Meskipun pegawai negeri juga mempunyai tugas melayani umum misalnya pejabat yang memberikan izin untuk berbagai macam usaha, izin bangunan dan lain sebagainya. Untuk menunjukkan bahwa kewenangan Notaris sebagai Pejabat umum telah sempurna, artinya tidak diperlukan “embel-embel” lain, misalnya Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004, tanggal 24 September 2004 tentang Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi, kemudian notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW berdasarkan Pasal 37 ayat 3 dan 4 Peraturan Pmerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Pemberian sebutan lain kepada Notaris seperti disebut diatas telah mencederai makna Pejabat Umum. Seakan-akan Notaris akan mempunyai kewenangan tertentu jika disebutkan dalam suatu aturan hukum dari Instansi Pemerintah. 52 Antara pegawai negeri dengan pemerintah ada hubungan kedinasan tetapi hal itu tidak berlaku dengan notaris meskipun mereka diangkat dan diberhentikan oleh 52 Habib Adji, Op.cit., hal.18. Universitas Sumatera Utara pemerintah, karena peraturan mengenai notaris diatur tersendiri. Mereka tidak menerima gaji dan pensiun dan tidak ada suatu hubungan kerja dengan pemerintah. Seorang notaris bukanlah orang swasta biasa karena pada jabatannya melekat banyak wewenang dan kewajiban-kewajiban yang penting. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 huruf f Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004, menyebutkan: ”Notaris dilarang merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta. ” Dari pasal tersebut sering diartikan bahwa antara lain tidak dibenarkan menjalankan usaha-usaha dagang, atau aktif menjalankan kegiatan perseroan, misalnya menjadi direktur atau perwakilan dari suatu perseroan, menjalankan profesi lain yang tidak sesuai dengan kedudukannya sebagai notaris, misalnya menjadi pemborong, mendirikan kantor administrasi dan lain-lain. Dan ia juga tidak patut membuat reklame untuk kantornya dengan berbagai cara, baik itu dengan memasang iklan di surat kabar atau cara lain untuk menarik publik guna kepentingan materi. Hal tersebut di atas tidak boleh dilakukan karena dianggap merendahkan martabat jabatannya sebagai Notaris, karena baik menurut sejarah profesinya maupun karena kenyataannya dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi dan penting dalam masyarakat, dan oleh karena itu kedudukannya harus dijunjung tinggi. Dengan demikian Notaris merupakan suatu Jabatan Publik mempunyai karakteristik, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sebagai Jabatan UUJN merupakan unifikasi di bidang pengaturan Jabatan Notaris, artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur Jabatan Notaris di ndonesia, sehingga segala hal yang berkaitan dengan Notaris di Indonesia harus mengacu pada UUJN. Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh Negara 53 2. Notaris mempunyai kewenangan tertentu Setiap wewenang 54 yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukumnya. Sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik, dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya, dengan demikian jika seorang pejabat Notaris melakukan suatu tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar wewenang. 3. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah Pasal 2 UUJN menentukan bahwa Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah, dalam hal ini Menteri yang membidangi Kenotariatan Pasal 1 angka 14 UUJN 55 . Notaris meskipun secara administratif diangkat dan 53 Suatu lembaga yang dibuat atau diciptakan oleh Negara, baik kewenangan atau materi yang muatannya-tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, delegasi atau mandat melainkan berdasarkan wewenang yang timbul dari freis ermessen yang dilekatkan pada administrasi Negara untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang dibenarkan oleh hukum beleidsregel atau Policyrules. Bagir Manan, Hukum positif Indonesia. UII Press, Yogyakarta, 2004, hal 15. 54 Badan Publik yang dapat berupa Negara. Pemerintah, Institusi, Departemen, Pemerintah Daerah, Badan-badan tersebut dapat menjalankan tugas-tugas mereka memerlukan adanya kewenangan. Menurut pliliphus M. Hadjon ada istilah kewenangan dan wewenang yang sejajar dengan istilah hukum dalam bahasa Belanda, yaitu bevoegdheid. Ada sedikit perbedaan antara ketiga istilah tersebut, perbedaannya terletak dalam karakter hukumnya, Istilah Bevoegdheid digunakan baik dalam konsep hukum publik maupun konsep hukum privat. Dalam hukum Indonesia istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan dalam Konsep hukum Publik. 55 Mengenai Karakter yuridis Jabatan Notaris ini, Mahkamah Agung dengan Putusan nomor 1753 KPid1990, tanggal 11 September 1991, telah mengkategorikan Notaris sebagai Pegawai Negeri. Dengan pertimbangan bahwa dalam arti hukum pidana dan yurisprudensi, maka Notaris termasuk Universitas Sumatera Utara diberhentikan oleh Pemerintah tidak berarti Notaris menjadi subordinasi bawahan yang mengangkatnya Pemerintah. Dengan demikian notaris dalam melaksanakan tugas Jabatannya: a. bersifat mandiri autonomous b. tidak memihak siapapun impartial c. tidak tergantung pada siapapun independent , yang berarti dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang mengangkatnya atau oleh pihak lain. 4. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya. Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah tapi tidak menerima gaji, pensiun dari pemerintah notaris hanya menerima honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau dapat memberikan pelayanan cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu. 5. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat Kehadiran Notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan dokumen hukum akta otentik dalam bidang hukum perdata, sehingga notaris mempunyai tanggungjawab untuk melayani masyarakat. Notaris dapat digugat secara perdata, dan menuntut biaya, gantirugi dan bunga jika ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dan dibuat tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, hal ini merupakan bentuk akuntabilitas Notaris kepada masyarakat. dalam pengertian Pegawai Negeri, karena ia sebagai yang diangkat oleh Pemerintah untuk melakukan tugas pada umumnya mencakup semua tindakan dan peristiwa yang ada kaitannya dengan hukum perdata atas permintaan mereka yang bersangkutan, akan tetapi, Pejabat pemerintah yang tidak digaji, melainkan mendapat penghasilan dan imbalan jasa. Putusan Mahkamah Agung seperti ini menimbulkan kerancuan apakah Notaris diatur berdasarkan aturan hukum mengenai Pegawai Negeri atau aturan Hukum Jabatan Notaris? Dengan demikian berdasarkan karakter yuridis Jabatan Notaris tidak tepat Notaris dikategorikan sebagai pegawai Negeri berdasarkan Putusan Mahkamah Agung tersebut dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 serta Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 Universitas Sumatera Utara Dari pasal tersebut sering diartikan bahwa ia antara lain tidak dibenarkan menjalankan usaha-usaha dagang, atau aktif menjalankan kegiatan perseroan, misalnya menjadi direktur atau perwakilan dari suatu perseroan, menjalankan profesi lain yang tidak sesuai dengan kedudukannya sebagai notaris, misalnya menjadi pemborong, mendirikan kantor administrasi dan lain-lain. Dan ia juga tidak patut membuat reklame untuk kantornya dengan berbagai cara, baik itu dengan memasang iklan di surat kabar atau cara lain untuk menarik publik guna kepentingan materi. Hal tersebut di atas tidak boleh dilakukan karena dianggap merendahkan martabat jabatannya sebagai Notaris, karena baik menurut sejarah profesinya maupun karena kenyataannya dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi dan penting dalam masyarakat, dan oleh karena itu kedudukannya harus dijunjung tinggi. Notaris sebelum menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum wajib mengucapkan sumpahatau janji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk, demikian juga halnya pemberhentian notaris dilakukan oleh Menteri. Adapun syarat-syarat untuk diangkat menjadi notaris ditentukan dalam Pasal 3 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menyebutkan: a. Warga Negara Indonesia. b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Berumur serendah-rendahnya 27 dua puluh tujuh tahun. d. Sehat jasmani dan rohani. e. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua Kenotariatan. f. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan notaris dalam waktu 12 dua belas bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah strata dua kenotariatan g. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan notaris. Universitas Sumatera Utara Setelah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi notaris maka notaris tersebut berkewajiban mengucapkan sumpahatau janji sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Jabatan Notaris. Umumnya dapat dimengerti kegembiraan seseorang kalau lulus sebagai kandidat dan kemudian ditempatkan dalam jabatan yang dicita-citakan namun tidak boleh dilupakan darinya diharapkan untuk bekerja tepat sesuai bunyi undang- undang. 56 Dalam melaksanakan Jabatannya Notaris mempunyai kewenangan dalam menggunakan Capstempel berlambang Negara, yaitu Burung Garuda, yang penggunaannya telah di tentukan dalam Undang-undang Jabatan Notaris dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris tersebut dilakukan secara terbatas, yaitu pada stempel atau Cap Jabatan ke dalam Akta dan etiket dan pada surat-surat Jabatan Notaris. Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris terbatas sesuai dengan kewenangan Notaris, yaitu: 1. Untuk salinan Akta Pasal 15 ayat [1]UUJN. 2. Pada pengesahan tandatangan Surat di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf a UUJN 3. Pada Pembukuan surat-surat di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf b UUJN 4. Pada copi dari Surat-surat asli di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf c UUJN 56 Tan Thong Kie, Op. cit., hal.466 Universitas Sumatera Utara 5. Pada Pengesahan Pencocokan fotokopi dengan surat aslinya Pasal 15 ayat [2] huruf d UUJN 6. Pada minuta Akta, akta originali, salinan akta, Kutipan akta grosse akta, surat di bawah tangan, dan surat-surat resmi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UUJN, dimana bentuk dan ukuran Capstempel Notaris terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.HT.03.10.Tahun 2007. Dimana hanya dalam Cap alat untuk membuat tanda Notaris, dengan Kata lain Lambang Negara tersebut tidak melekat pada nama seorang notaris, tetapi hanya pada Cap dan capnya harus diterakan pada pekerjaannya sebagai Notaris, yaitu di sebelah tandatangan notaris, di bawah suatu salinan akta autentik atau grosse yang dikeluarkannya. Tentang pemakaian teraan cap notaris WPNR no.3391 hlm.553 menulis kejadian-kejadian sebagai berikut: 1. Seorang notaris di Amsterdam pernah meminta kepada pemegang hipotek hypotheekbewaarder untuk mencatat bahwa dalam suatu akta yang telah dibuatnya, telah terjadi cessie dari piutang yang dijamin hipotek. Permintaan dilakukan dalam surat biasa dan oleh notaris itu diberi teraan capnya. Pemegang hipotek membalas surat itu dengan permintaan agar notaris yang berkenaan untuk selanjutnya jangan memakai teraan cap notaris dan menunjuk PW 13140 2. Dalam PW 13140 itu seorang notaris membuat suatu keterangan dalam bentuk sebagai berikut: “yang bertandatangan di bawah ini notaris A di kota B menerangkan bahwa dengan akta di bawah tangan tentang Pemisahan dan pembagian tertanggal ……harta-harta tetap…..dan…..telah dibagikan kepada….”. Keterangan itu diberi teraan Universitas Sumatera Utara cap Notaris. Menteri memberitahukan sehubungan dengan itu bahwa penyalahgunaan cap jabatan Notaris tidak boleh dilakukan dengan menunjuk PW 7065. 3. Dalam PW 7065 telah dibicarakan pemberian teraan cap notaris atas kuitansi yang diberikan untuk pembayaran pada sebuah kantor notaris. Tentang hal ini ditulis dalam PW 7065 bahwa yang berkenaan telah menyalahgunakan teraan cap Notaris dan menerangkan sebagai berikut: “Cap Jabatan Notaris dimaksudkan untuk menjamin autentisitas tanda- tanda stukken yang dibuat oleh seorang notaris berdasarkan jabatannya. Karenanya teraan itu tidak boleh diberikan atas tanda-tanda yang dikeluarkan oleh Notaris sebagai perorangan, tanda-tanda tersebut tidak mempunyai autentisitas. 57 Teraan cap zegelafdruk bermaksud: 1. menegaskan keaslian de echtheid tandatangan notaris 2. membuktikan bahwa akta atau ekspedisi akta yang sama bunyinya dilakukan oleh seorang pejabat umum yang mempunyai kekuasaan umum openbaar gezag , jadi untuk menjamin autentisitas, dan 3. Untuk mencegah pemalsuan atau peniruan. 58 Dalam Peraturan Jabatan Notaris Pasal 19 ayat 2 yang mengatakan Setiap Notaris harus mempunyai Cap yang memuat di dalamnya Gambar Lambang Negara Republik Indonesia dan di pinggir sekelilingnya huruf-huruf pertama nama kecil, nama, Jabatan, dan tempat kedudukan Notaris. Sanksi terhadap notaris apabila tidak melaksanakan kewajibannya dalam penggunaan cap teraan lambang negara dapat dilihat dalam pasal 43 peraturan Jabatan Notaris “Semua akta, grosse, salinan dan kutipan yang diberikan oleh notaris dibubuhi teraan cap atau cachet yang dimaksud 57 Ibid., hal. 467 58 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal. 468. Universitas Sumatera Utara dalam Pasal 19 PJN, dengan teraan cap mana juga harus dilakukan semua penjahitan surat-surat pada minuta akta, semuanya dengan ancaman denda Rp.25,-untuk tiap- tiap pelanggaran ”. Menurut Tan Thong Kie arti yuridis teraan cap lambang Negara yaitu Garuda bukanlah memberikan kekuatan autentik atau eksekutorial, tetapi untuk menunjukkan bahwa surat yang dikeluarkan itu benar-benar berasal dari seorang notaris tertentu. 59 Pengaturan mengenai penggunaan lambang Negara diluar dari UUJN juga dapat kita lihat jelas terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 pasal 7 ayat 1 menyatakan : 60 “Tiap jabatan dengan lambang di dalamnya hanya dibolehkan untuk tiap jabatan Presiden, Wakil presiden, Menteri, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua Konstituante, Ketua Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Ketua Dewan Pengawas Keuangan, Kepala Daerah dari tingkat Bupati ke atas dan Notaris, Ketua Dewan Nasional.” Ayat 2 ” tiap dinas dengan lambang negara di dalamnya diperbolehkan untuk kantor pusat dari pejabat-pejabat tersebut dalam ayat 1 .” Ayat 3 ” Lambang negara dapat dipergunakan pada surat jabatan , Wakil presiden, Menteri, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua Konstituante, Ketua 59 Ibid, hal. 468 60 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara pasal 7 ayat 1 Universitas Sumatera Utara Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Ketua Dewan Pengawas Keuangan, Kepala Daerah dari tingkat Bupati ke atas, Direktur Kabinet Presiden dan Notaris .” Dan juga dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Pasal 54 yang menyatakan: 1 Lambang Negara sebagai cap atau Kop surat jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 huruf a digunakan oleh: a. Presiden dan Wakil Presiden; b. Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Dewan Perwakilan Rakyat; d. Dewan Perwakilan Daerah; e. Mahkamah Agung dan Badan Peradilan; f. Badan Pemeriksa Keuangan; g. Menteri dan Pejabat setingkat menteri; h. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap, Konsul Jenderal Kehormatan, dan Konsul Kehormatan; i. Gubernur, Bupati dan Walikota; j. Notaris dan; k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang. 61 Sehingga jika Notaris melakukan penyalahgunaan lambang Negara akan mendapatkan sanksi yang dengan jelas disebutkan dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang disebut di atas. 61 Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Pasal 54 Universitas Sumatera Utara

BAB III PENYIMPANGAN YANG DITEMUI DALAM PRAKTEK NOTARIS ATAS

PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA

A. Bentuk-bentuk Penggunaan Penggunaan Lambang Negara

Bentuk penggunaan lambang negara oleh notaris yang sesuai dengan UUJN pasal 56, lambang negara dilekatkan di: a. Untuk salinan Akta Pasal 15 ayat [1]UUJN. b. Pada pengesahan tandatangan Surat di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf a UUJN c. Pada Pembukuan surat-surat di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf b UUJN d. Pada copi dari Surat-surat asli di bawah tangan Pasal 15 ayat [2] huruf c UUJN e. Pada Pengesahan Pencocokan fotokopi dengan surat aslinya Pasal 15 ayat [2] huruf d UUJN f. Pada minuta Akta, akta originali, salinan akta, Kutipan akta grosse akta, surat di bawah tangan, dan surat-surat resmi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UUJN, dimana bentuk dan ukuran Capstempel Notaris terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.HT.03.10.Tahun 2007. 54 Universitas Sumatera Utara

B. Bentuk-bentuk Penyimpangan atas Penggunaan Lambang Negara

Sebagai orang awam, Notaris di mata masyarakat adalah seseorang yang menyandang gelar profesi yang terpecaya dan diakui oleh pemerintah, hal mana terbukti dengan diberikannya hak bagi seorang Notaris untuk menggunakan dan memegang capstempel bergambar Burung Garuda, yang merupakan Lambang Negara Republik Indonesia dan tidak semua orang maupun pejabat yang dapat menggunakan dan memegang capstempel Lambang Negara tersebut, dasar kepercayaan tersebut terbentuk dalam benak masyarakat awam yang telah beranggapan bahwa profesi Notaris merupakan profesi yang mulia yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan di tengah masyarakat. Tetapi dalam praktek Notaris sangat banyak terjadi penyalahgunaan Lambang Negara, dari hasil penelitian ditemukan penyalahgunaan lambang negara dalam produk yang diterbitkan oleh notaris, seperti di bawah ini. Penyimpangan penggunaan Lambang Negara yang ditemui yaitu: a. Dalam kartu nama Universitas Sumatera Utara Penggunaan Lambang Negara untuk kartu nama, hal ini dianggap tidak perlu, karena kartu nama dapat diartikan sebagai suatu promosi, reklame perdagangan atau cap dagang dari notaris yang bersangkutan. Kartu nama bukanlah surat jabatan sehingga tidak dapat diberikan lambang Negara di dalamnya, sebagaimana diatur dalam pasal 12 ayat 3 PP No.43 tahun 1958. b. Dalam kovernot Covernote Universitas Sumatera Utara Dalam praktek notaris dan sering dilakukan oleh para notaris yaitu membuat Kovernot yang berisi pernyataan atau keterangan notaris yang menyebutkan atau menguraikan bahwa tindakan hukum tertentu para pihakpenghadap untuk akta-akta tertentu telah dilakukan di hadapan Notaris dan sudah pasti kovernot tersebut ditandatangani dan dibubuhi capstempel Notaris yang bersangkutan. Padahal kovernot tersebut hanya pernyataan atau keterangan dari notaris yang bersangkutan dan tidak bernilai hukum apapun, tapi dalam praktek notaris seakan- akan kovernot menjadi semacam ”surat sakti” dari notaris yang dapat dilandasi tindakan hukum lainnya. Jika kovernot tersebut ternyata tidak benar, mana hal tersebut tanggungjawab Notaris sepenuhnya dengan segala akibat hukumnya, sedangkan Notaris membuat dan mengeluarkan kovernot di luar kewenangan sebagai notaris. 62 c. Dalam Kwitansitanda penerimaan uang dalam pratek notaris, banyak yang menggunakan stempel berlambang negara dalam kwitansi, seperti halnya dalam penerimaan sejumlah uang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan jabatannya sebagai Notaris. d. Dalam Jilid atau map yang menuliskan kedudukan yang bersangkutan sebagai notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, padahal harus dipahami PPAT tidak menggunakan lambang negara. 63 62 Habib Adjie, BukuI, Op.cit., hal. 92. 63 Ibid Universitas Sumatera Utara e. Dalam formulir pembayaran pajak BPHTB, diberi Cap berlambang Garuda. Universitas Sumatera Utara Kewajiban pembayaran BPHTB apabila jika telah diputuskandiberi hak kepada seseorang dengan dibuktikan adanya serifikat bukti Hak, dimana ini merupakan wewenang dari Pejabat Pembuat Akta Tanah jadi dengan diberinya stempel berlambang negara dalam pembayaran BPHTB tersebut dianggap suatu penyalahgunaan lambang negara karena diluar dari wewenang sebagai notaris. f. Dalam surat-surat yang tidak ada hubungannya dengan jabatannya sebagai notaris, seperti yang terjadi dalam kasus LS, dimana Notaris mengeluarkan surat bukan akta, bukan legalisasi, bukan warmerking tetapi Notaris tersebut membubuhkan tandatangan dan stempel berlambang negara sehingga menimbulkan persepsi negatif. Tentang pemakaian teraan cap notaris WPNR no.3391 hlm.553 menulis kejadian-kejadian sebagai berikut: 1. Seorang notaris di Amsterdam pernah meminta kepada pemegang hipotek hypotheekbewaarder untuk mencatat bahwa dalam suatu akta yang telah dibuatnya, telah terjadi cessie dari piutang yang dijamin hipotek. Permintaan dilakukan dalam surat biasa dan oleh notaris itu diberi teraan capnya. Pemegang hipotek membalas surat itu dengan permintaan agar notaris yang berkenaan untuk selanjutnya jangan memakai teraan cap notaris dan menunjuk PW 13140 2. Dalam PW 13140 itu seorang notaris membuat suatu keterangan dalam bentuk sebagai berikut: “yang bertandatangan di bawah ini notaris A di kota B menerangkan bahwa dengan akta di bawah tangan tentang Pemisahan dan pembagian tertanggal ……harta-harta tetap…..dan…..telah dibagikan kepada….”. Keterangan itu diberi teraan cap Notaris. Menteri memberitahukan sehubungan dengan itu bahwa penyalahgunaan cap jabatan Notaris tidak boleh dilakukan dengan menunjuk PW 7065. Universitas Sumatera Utara 3. Dalam PW 7065 telah dibicarakan pemberian teraan cap notaris atas kuitansi yang diberikan untuk pembayaran pada sebuah kantor notaris. Tentang hal ini ditulis dalam PW 7065 bahwa yang berkenaan telah menyalahgunakan teraan cap Notaris dan menerangkan sebagai berikut: Cap Jabatan Notaris dimaksudkan untuk menjamin autentisitas tanda- tanda stukken yang dibuat oleh seorang notaris berdasarkan jabatannya. Karenanya teraan itu tidak boleh diberikan atas tanda- tanda yang dikeluarkan oleh Notaris sebagai perorangan, tanda-tanda tersebut tidak mempunyai autentisitas. 64 Sehubungan dengan hal penggunaan Lambang negara di atas, Pendastaren Tarigan menyatakan bahwa Penggunaan lambang negara di luar yan ditentukan dalam UUJN seperti dalam kartu nama, kovernot, kwitansi, dan Map tidak dianggap suatu penyimpangan sejauh masih dalam batas kewenangannya sebagai Notaris. 65 Sedangkan mengenai penggunaan Lambang Negara menurut Cipto Soenaryo seyogyanya ditempatkan pada tempat tertentu seperti pada salinan Akta, sampul akta karena masih rangkaian dari produk Notaris, dan pada kop surat apabila dikeluarkan atas pekerjaannya sebagai Notaris, tergantung berpandangan dari sudut mana dulu. 66 Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris harus sesuai denan UUJN dan juga Peraturan 64 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal. 467 65 Hasil wawancara dengan Pendastaren Tarigan, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 28 Juni 2010. 66 Hasil wawancara dengan Cipto Soenaryo, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 23 Juni 2010 Universitas Sumatera Utara Perundang-undangan di atas. Penggunaan Lambang Negara harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut Seperti halnya, Lambang Negara boleh ditempatkan di dalam gedung-gedung negeri Pasal 1 ayat 1 jo pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara , menurut penulis hal ini berlaku pula untuk kantor notaris karena menurut peraturan yang berlaku di Indonesia, Notaris adalah termasuk pejabat Negara yang mempunyai wewenang khusus dalam membuat akta-akta otentik pasal 1360 KUHPER. Menurut pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958, bahwa meletakkan lambang Negara pun ada aturannya, harus menempatkan lambang Negara paling tidak sejajar dengan foto presiden dan wakil presiden. Pasal 7 PP ini menyatakan bahwa cap jabatan, cap dinas dan surat jabatan dengan lambang Negara didalamnya hanya boleh digunakan secara limitatif oleh jabatan-jabatan yang ditentukan dalam ayat 1 pasal 7 tersebut, antara lain notaris. Dalam pasal 12 menyatakan dengan jelas larangan penggunaan lambang Negara sebagai perhiasan, cap dagang, reklame perdagangan atau propaganda politik dengan cara apapun. Sehingga penggunaan lambang negara dalam kartu nama dapat dianggap sebagai suatu promosi. Menurut penulis kop surat berlambang Negara sebenarnya boleh, selama menggunakannya untuk menulis surat-surat sehubungan dengan jabatan sebagai notaris karena itu merupakan surat jabatan pasal 7 ayat 3. Menurut penulis, surat jabatan bukan hanya akta-akta yang dibuat oleh Notaris, namun termasuk pula surat- Universitas Sumatera Utara surat yang dibuat notaris dalam rangka menjalankan tugas jabatannya, bukan surat pribadinya. Jadi apabila penggunaan lambang negara tidak pada tempatnya dikatakan suatu pelanggaran, karena adanya peraturan berupa Peraturan Pemerintah mengenai Penggunaan Lambang Negara dan Undang-undang No.24 tahun 2009 tersebut. Mengingat Notaris adalah pejabat negara yang telah dipercayai menggunakan Lambang Negara seharusnya peraturan tersebut harus difungsikan dengan baik. Tan Thong Kie menyatakan bahwa pemakaian Lambang negara di cap Notaris 1. Untuk menjamin pekerjaan Notaris terhadap masyarakat 2. Pemakaian lambang negara sangat peka dan tidak dipercayakan kepada setiap pejabat. 67 Karena itu perlu dipahami ketentuan memakai lambang negara harus tepat sesuai dengan ketentuan Undang-undang dan dijunjung tinggi. Seperti halnya Camat dan Lurah tidak memakainya, padahal mereka merupakan bagian dari pemerintahan. Penyalahgunaan oleh Notaris dapat saja menyebabkan sanksi pidana yang dapat menjerat notaris. Akta yang tidak dibubuhi teraan cap berlambang negara merupakan kelalaian dari Notaris, dimana batasan akta notaris batal demi hukum dapat dilihat dari suatu perjanjian batal demi hukum jika tidak mempunyai objek tertentu yang dapat ditentukan, mempunyai sebab yang dilarang oleh Undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. 67 Tan Thong Kie, Op.Cit., Hal 468. Universitas Sumatera Utara Ketentuan-ketentuan jika dilanggar akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan disebutkan dengan tegas dalam pasal-pasal tertentu dalam UUJN yang bersangkutan sebagaimana tersebut di atas, maka dapat ditafsirkan bahwa ketentuan-ketentuan yang tidak disebutkan dengan tegas akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, Habib Adje menyatakan yang termasuk ke dalam akta notaris yang batal demi hukum adalah : 68 a. Melanggar kewajiban sebagai mana tersebut dalam pasal 16 ayat 1 huruf l, yaitu tidak membuat daftar akta wasiat dan mengirimkan ke Daftar Pusat wasiat dalam waktu 5lima hari pada minggu pertama setiap bulan termasuk memberitahukan bilamana nihil b. Melanggar kewajiban sebagaimana tersebut dalam pasal 16 ayat 1 huruf k, yaitu tidak mempunyai capstempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukannya. c. Melanggar ketentuan pasal 44, pada akhir akta tidak disebutkan atau dinyatakan dengan tegas mengenai penyebutan akta telah dibacakan untuk akta yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya yang digunakan dalam akta, memakai penterjemah resmi, penjelasan, penandatanganan akta di hadapan penghadap, notaris dan penterjemah resmi. d. Melanggar ketentuan pasal 48, yaitu tidak memberikan paraf atau tidak memberikan tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi dan notaris, atau pengubahan atau penambahan berupa tulisan tindih, penyisipan, pencoretan atau penghapusan dan menggantinya dengan yang lain dengan cara penambahan, penggantian, pencoretan. e. Melanggar ketentuan pasal 49, yaitu tidak menyebutkan atas perubahan akta yang dibuat tidak di sisi kiri akta, tapi untuk perubahan yang dibuat pada akhir akta sebelum penutup akta, dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan. Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal. f. Melanggar ketentuan pasal 50, yaitu tidak melakukan pencoretan, pemarafan, dan atas perubahan berupa pencoretan kata, huruf, atau angka, hal tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang 68 Habib Adjie, Buku I, Op.Cit., hal. 209. Universitas Sumatera Utara dicoret dinyatakan pada sisi akta, juga tidak menyatakan pada akhir akta mengenai jumlah perubahan, pencoretan dan penambahan. g. Melanggar ketentuan pasal 51, yaitu tidak membetulkan kesalahan tulis danatau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta yang telah ditandatangani , juga tidak membuat berita acara tentang pembetulan tersebut dan tidak menyampaikan berita acara pembetulan tersebut kepada pihak yang disebut dalam akta. Sehubungan dengan hal yang telah dijelaskan diatas Cipto Soenaryo berpendapat lain karena kekuatan pembuktian akta berada di minuta akta maka akta yang tidak biberi stempel berlambang negara tidak mengurangi kekuatan pembuktiannya tersebut. 69 Lain halnya dengan pendapat Pendastaren Tarigan bahwa apabila akta tersebut tidak dibubuhi teraan cap atau stempel berlambang negara maka kekuatan pembuktiannya manjadi akta di bawah tangan. 70 Setelah penulis mengkaji, Penulis berpendapat bahwa jika Notaris melakukan kelalaian yaitu tidak memberi stempel berlambang negara pada akta yang dibuatnya, maka kekuatan dari akta tersebut menjadi akta di bawah tangan. Karena mempunyai stempel berlambang negara tersebut merupakan salah satu dari kewajiban notaris yang harus dipenuhi sebelum melakukan tugas jabatannya. Pelanggaran terhadap peraturan penggunaan lambang negara ini dikenakan sanksi selama-lamanya 3 bulan atau denda Rp 500,-, Pasal 15 PP Nomor 43 Tahun 69 Hasil wawancara dengan Cipto Soenaryo, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 23 Juni 2010 70 Hasil wawancara dengan Pendastaren Tarigan, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 28 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara 1958. Menurut hemat Penulis lambang Negara digunakan sebagai cap jabatan pada salinan akta, legalisasi, warmerking, dan lain sebagainya sesuai dengan pasal 56 dalam UUJN karena sudah pasti hal tersebut merupakan cap jabatan dan cap dinas Notaris, sedangkan untuk kop surat dan kartu nama penulis tidak perlu menggunakan lambang Negara, untuk menghindari pelanggaran pasal 15. Sedangkan sanksi dalam Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dalam pasal 69: 71 ”Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,-seratus juta rupiah, setiap orang yang : a. Dengan sengaja menggunakan lambang negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran; b. Membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi danatau perusahaan yang sama atau menyerupai lambang negara; atau c. Dengan sengaja menggunakan lambang negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-undang ini. ” 71 Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pasal 69 Universitas Sumatera Utara

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG MELAKUKAN

PENYALAHGUNAAN LAMBANG NEGARA DALAM PRODUK YANG DITERBITKAN

A. Pengawasan Terhadap Notaris Dalam Melaksanakan Jabatannya

Agar para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, demi pengamanan atas kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Maka diadakan pengawasan terhadap notaris. Mengingat bahwa notaris dalam menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, yaitu meliputi bidang dan peraturan yang lebih luas dari apa yang sebenarnya diuraikan dalam UUJN, maka diadakannya pengawasan terhadap notaris adalah sangat beralasan. Dikatakan demikian karena selain membuat akta-akta otentik, notaris juga ditugaskan untuk melakukan pendaftaran dan mensahkan surat-surat di bawah tangan. Notaris juga memberikan nasehat-nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 72 Menurut Sujamto, pengawasan dalam arti sempit adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak, sedangkan pengawasan dalam arti luas adalah sebagai pengendalian, pengertiannya lebih forceful daripada pengawasan, yaitu sebagai segala usaha atau kegiatan untuk 72 Nico, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center For Documentation and Studies of Business Law CDBSL, Yogyakarta, 2003, hal.56. 66 Universitas Sumatera Utara menjamin dan mengarahkan agar pelaksanaan tugas atau pekerjaan berjalan sesuai dengan semestinya. 73 Menurut Pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan anggota, Pemberhentian anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas, pengertian pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris. Berdasarkan Pasal 67 Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 menyebutkan dalam hal pengawasan terhadap notaris, disebutkan bahwa pengawasan terhadap notaris dilakukan oleh Menteri, di mana dalam melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas, yang terdiri atas 3 tiga Majelis Pengawas terdiri dari unsur Departemen, Organisasi Profesi Notaris dan Para ahli akademisi. Majelis Pengawas ini juga terdiri dari: Majelis Pengawas pusat, Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas Wilayah. Pengawasan terhadap notaris meliputi perilaku notaris dan pelaksanaan jabatan notaris. Substansi pengawasan terhadap notaris tidak hanya dalam pelaksanaan jabatan notaris, akan tetapi perilaku notaris juga harus diawasi Majelis pengawas, misalnya melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat dan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat notaris. Apabila notaris terbukti melakukan hal-hal tersebut maka dapat 73 Sujamto, Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 1987, hal.53. Universitas Sumatera Utara dijadikan dasar untuk memberhentikan notaris dari jabatannya oleh Menteri berdasarkan laporan dari Majelis Pengawas Daerah, Wilayah dan Pusat. 74 Mengingat notaris menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, Notaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat umum untuk membuat akta otentik diawasi oleh yang berwajib, dengan tujuan agar Peraturan Jabatan Notaris dan Kode etik Notaris dapat dilaksanakan dengan baik dan notaris dalam menjalankan tugasnya selalu memperhatikan syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang, demi terjaminnya kepastian Notaris sangat beralasan karena Notaris merupakan pejabat yang memberikan jasanya kepada masyarakat dan memberikan penjelasan mengenai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana telah diketahui bahwa terhadap para notaris diadakan pengawasan yang dilakukan oleh yang berwajib, tidak hanya ditujukan bagi penataan kode etik notaris akan tetapi juga untuk tujuan lebih luas, yaitu agar para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-undang, demi pengamanan atas kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menegaskan apa saja yang dimaksud dengan pengawasan terhadap Notaris adalah kegiatan yang bersifat 74 Habib Adjie, Jurnal Renvoi, Nomor 10.22.II, Tanggal 3 Maret 2005, hal. 36. Universitas Sumatera Utara preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap notaris. Dengan demikian ada 3 tiga tugas yang dilakukan oleh Majelis Pengawas yaitu: 1. Pengawasan Preventif 2. Pengawasan Kuratif 3. Pembinaan 75 Undang-undang Jabatan Notaris, Kode Etik dan Undang-undang lainnya memberikan kepercayaan kepada Notaris untuk menjalankan tugasnya. Kepercayaan yang sudah diberikan kepada Notaris merupakan tanggungjawab yang harus diemban berdasarkan nilai-nilai agama, moral, kesusilaan, etika dan hukum. Pengawasan terhadap notaris bukan saja merupakan pengawasan terhadap kerja notaris melainkan juga pengawasan terhadap protokol notaris. Tujuan diadakannya pengawasan terhadap protokol notaris adalah untuk menghindari terjadinya tindakan-tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan notaris yang tidak sesuai dengan Undang-undang Jabatan Notaris, dan juga mengingat bahwa notaris menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, meliputi bidang dan peraturan Pelaksanaannya yang lebih luas dari apa yang sebenarnya diuraikan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004. 75 Habib Adji, sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, cetakan kedua, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009,selanjutnya disebut Buku III, hal.144 Universitas Sumatera Utara Dikatakan demikian karena selain membuat akta-akta otentik , notaris juga ditugaskan untuk melakukan pendaftaran dan mensahkan surat-surat atau akta-akta yang dibuat di bawah tangan. Notaris juga memberikan nasehat-nasehat hukum dan penjelasan mengenai Undang-undang kepada pihak-pihak yang berkepentingan, dengan tegas dapat dikatakan bahwa inti dari tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik hubungan-hubungan hukum diantara para pihak yang secara mufakat meminta jasa-jasa notaris. 76 Notaris sebagai pejabat Umum harus senantiasa menyadari bahwa ia diangkat oleh penguasa bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, Undang-undang memberikan kepada notaris suatu kepercayaan yang besar dan sejalan dengan itu, notaris harus pula menyadari bahwa setiap kepercayaan kepada seseorang meletakkan tanggungjawab di atas bahunya, baik berdasarkan hukum, moral maupun etika. Seorang notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, meskipun telah memiliki keterampilan profesi di bidang hukum, akan tetapi apabila tidak dilandasi oleh tangungjawab dan moral yang tinggi serta tanpa adanya penghayatan terhadap keluhuran dari martabat dan tugas jabatannya maupun nilai-nilai dan ukuran etika, tidak dapat diharapkan untuk dapat menjalankan tugas jabatannya, sebagaimana yang dituntut oleh hukum dan kepentingan masyarakat. 76 Rachmat Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, cetakan keenam, Putra A .Bardin, bandung, 1999, hal. 7. Universitas Sumatera Utara Menurut pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Hukum dan hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas, ada 2 lembaga yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap Notaris, yaitu Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk oleh Menteri dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah satu dari alat perlengkapan organisasi notaris, dalam hal ini tentunya Ikatan Notaris Indonesia. Dewan kehormatan merupakan salah satu alat perlengkapan orgaisasi Ikatan Notaris Indonesia dan terdiri dari 3 tiga tingkat yaitu di tingkat pusat, wilayah propinsi, dan daerah kotakabupaten. Anggota Dewan Kehormatan di setiap tingkat tersebut berjumlah 5 lima orang yang terpilih dalam rapat anggota berupa Kongres di tingkat Pusat, Konfrensi Wilayah di tingkat Propinsi dan Konfrensi Daerah di tingkat KotaKabupaten. Keberadaan Lembaga Dewan Kehormatan diatur dalam Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia. Adapun tugas dari dewan Kehormatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 ayat 3 anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia adalah sebagai berikut: Dewan Kehormatan Bertugas untuk: 1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; 2. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung; 3. memberikan saran dan pendapat kepada majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya tugas utama Dewan Kehormatan adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik notaris yang telah ditentukan oleh organisasi meliputi kewajiban, larangan dan pengecualian yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi. Dewan kehormatan dalam melaksanakan tugasnya tersebut dapat melakukan pemeriksaan terhadap anggota organisasi yang diduga melakukan pelanggaran atas kode etik notaris dan bila dinyatakan bersalah maka Dewan Kehormatan pun berhak menjatuhkan sanksi organisasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia berupa teguran, peringatan, pemberhentian sementara, pemecatan dan pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan. Wewenang Dewan Kehormatan tersebut adalah terhadap pelanggaran kode etik organisasi yang dampaknya tidak berkaitan dengan masyarakat secara langsung atau tidak ada orang-orang yang dirugikan dengan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh anggota organisasi, atau dengan kata lain wewenang Dewan Kehormatan bersifat internal organisasi. Adapun tujuan dari pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas wilayah, dan Majelis Pengawas Pusat terhadap Notaris adalah supaya notaris sebanyak mungkin memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut kepadanya. Persyaratan-persyaratan yang dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau Undang-undang saja , akan tetapi juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh client terhadap notaris tersebut. Sifat dari jabatan notaris maupun keluhuran dari martabat jabatannya mengharuskan adanya tanggungjawab dan Universitas Sumatera Utara kepribadian serta etika hukum yang tinggi, karena jabatan yang diamanatkan kepada notaris adalah suatu jabatan kepercayaan. Oleh sebab itu, seseorang bersedia untuk mempercayakan sesuatu kepadanya dan adapun konsekuensi dari kepercayaan itu adalah tanggungjawab yang besar bagi notaris. Notaris yang tidak bertanggungjawab dan tidak menjunjung tinggi hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya adalah berbahaya, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi masyarakat yang dilayaninya. Selain dari adanya tanggungjawab dan etika profesi yang tinggi, juga adanya integritas dan moralitas yang baik, hal ini merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap notaris. Apabila notaris memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka dapat diharapkan notaris akan melakukan tugasnya dengan baik, sesuai dengan tuntutan hukum dan kepentingan masyarakat. Adapun hubungannya dengan tugas pengawasan terhadap pekerjaan notaris ini, Paulus Efendie Lotulung, dalam makalahnya yang disampaikan pada kongres ke-XVII Ikatan Notaris Indonesia, tanggal 25-26 November 1999 di Jakarta dengan judul perlindungan hukum bagi notaris selaku pejabat umum dalam menjalankan tugasnya , mengatakan bahwa : Sebagai konsekuensi yang logis, maka adanya kepercayaan terhadap notaris memerlukan pengawasan agar tugas notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasarinya dan agar terhindar dari penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan, dengan demikian tujuan pengawasan adalah agar segala hak dan kewajiban serta kewenangan yang diberikan kepada notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagaimana yang diberikan oleh Peraturan dasarnya senantiasa berada di atas rel, bukan saja rel hukum tetapi juga etika dan moral, demi tetap terjaganya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat. Adapun pengawasan ini dilakukan baik secara preventif maupun represif. Universitas Sumatera Utara Jabatan notaris dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena itu jasa notaris perlu diatur agar memperoleh perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum. Karena itu diundangkanlah Undang- undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004, tentang Jabatan Notaris, sehingga peraturan peraturan yang mengatur khusus mengenai notaris terdapat dalam Undang- undang ini, dan mengenai pengawasan terhadap notaris diatur dalam Bab IX Pasal 67 sampai dengan pasal 81. Dinyatakan dalam UUJN bahwa yang melakukan pengawasan atas notaris diserahkan kepada Menteri , dalam hal ini adalah Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia. Dalam melakukan pengawasan terhadap notaris, Menteri membentuk Majelis Pengawas yang bertugas membantu Menteri dalam mengawasi notaris meliputi perilaku dan pelaksanaan dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris apabila terdapat notaris yang telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Dengan dibentuknya Majelis pengawas secara berjenjang diharapkan agar dapat mempermudah pengawasan Notaris mulai dari Daerah sampai ke Pusat. Menurut Pasal 68 UUJN, Majelis Pengawas terdiri atas : a. Majelis Pengawas Daerah; b. Majelis Pengawas Wilayah; dan c. Majelis Pengawas Pusat. Tiap-tiap Majelis Pengawas ini dibentuk dengan kedudukan dan kewenangannya, serat kewajibannya masing-masing. Semua ini ditujukan dalam memudahkan Negara dalam mengawasi notaris dan pelaksanaan jabatannya. Universitas Sumatera Utara Adapun Majelis Pengawas ini berjumlah 9 orang, terdiri atas unsur: a. Pemerintah sebanyak 3 orang b. Organisasi notaris sebanyak 3 orang c. Ahliakademisi sebanyak 3 orang. Dengan dibentuknya Peraturan-peraturan tersebut diharapkan Majelis Pengawas Notaris dalam menjalankan tugasnya agar dapat memberikan pembinaan dan pengawasan kepada notaris dalam menjalankan jabatan profesinya sebagai pejabat umum yang senantiasa meningkatkan profesionalisme dan kualitas kerjanya, sehingga dapat memberikan jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi penerima jasa notaris dan masyarakat luas. Berkaitan dengan adanya unsur pemerintah, organisasi notaris dan ahliakademisi yang terdapat dalam Majelis Pengawas, Habib Adjie berpendapat sebagai berikut: 77 Pengawasan dan pemeriksaan terhadap notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas, yang didalamnya ada unsur notaris, dengan demikian setidaknya notaris diawasi dan diperiksa oleh anggota Majelis Pengawas yang memahami dunia notaris. Adanya anggota majelis Pengawas dari kalangan notaris merupakan pengawasan internal, artinya dilakukan oleh sesama notaris yang memahami dunia notaris luar dalam. Sedangkan unsur lainnya merupakan unsur eksternal yang mewakili dunia akademik, pemerintah dan masyarakat. Perpaduan keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena diawasi secara Internal dan eksternal. 77 Habib Adjie, Buku III, Op.Cit., hal.130. Universitas Sumatera Utara Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas tidak hanya mengenai pelaksanaan tugas jabatan notaris agar sesuai dengan ketentuan UUJN, tetapi juga Kode Etik Notaris dan tindak-tanduk atau perilaku Notaris yang mencederai keluhuran martabat jabatan notaris. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan notaris dengan mengacu pada UUJN, mempunyai maksud agar semua ketentuan UUJN yang mengatur pelaksanaan tugas jabatan notaris dipatuhi oleh notaris. Mengenai pengawasan terhadap tindak-tanduk atau perilaku notaris, maka yang menjadi ruang lingkup pengawasan Majelis Pengawas adalah yang berada di luar pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan notaris, dengan batasan: 78 1. Melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat; 2. Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan notaris, misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba dan berzina. Dengan demikian terdapat 3 institusi dengan tugas melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap notaris dengan kewenangan masing-masing, yaitu : 79 1. Majelis Pengawas daerah, wilayah, dan pusat dengan kewenangan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan notaris dan kode etik notaris dan tindak tanduk atau perilaku kehidupan notaris. 2. Tim pemeriksa dengan kewenangan melakukan pemeriksaan terhadap protokol notaris secara berkali 1 satu kali dalam 1satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu. 78 Ibid, hal. 146. 79 Ibid, hal. 148. Universitas Sumatera Utara 3. Majelis pemeriksa daerah, wilayah, pusat dengan kewenangan untuk memeriksa menerima laporan yang diterima dari masyarakat atau sesama notaris. Selain melakukan pengawasan dan pemeriksaan, Majelis Pengawas juga berwenang untuk menjatuhkan sanksi tertentu terhadap notaris yang telah terbukti melakukan pelanggaran dalam menjalankan tugas jabatan notaris. Adapun wewenang untuk menjatuhkan sanksi tersebut adalah sebagai berikut : 80 1. Majelis Pengawas Daerah tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi apapun. Meskipun Majelis Pengawas Daerah mempunyai wewenang untuk menerima laporan dari masyarakat dan dari notaris lainnya dan menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggaran pelaksanaan tugas jabatan notaris, tapi tidak diberikan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi apapun. Majelis Pengawas Daerah dalam hal ini hanya berwenang untuk melaporkan hasil sidang dan pemeriksaannya kepada Majelis Pengawas Wilayah dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris 2. Majelis Pengawas Wilayah dapat menjatuhkan sanksi teguran lisan atau tertulis. Majelis Pengawas wilayah dapat menjatuhkan sanksi berupa sanksi teguran lisan atau tertulis, dan sanksi seperti ini bersifat final. Di samping itu mengusulkan pemberian sanksi terhadap notaris 80 Habib Adjie, Buku I, Op.Cit., hal 148 Universitas Sumatera Utara kepada Majelis Pengawas Pusat berupa pemberhentian sementara dari jabatan notaris selama 3 tiga sampai 6 enam bulan atau pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatan notaris. 3. menurut pasal 77 huruf c UUJN, majelis Pengawas Pusat berwenang menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara. Sanksi seperti ini merupakan masa menunggu dalam jangka waktu tertentu sebelum dijatuhkan sanksi lain, seperti sanksi pemberhentian tidak hormat dari jabatan notaris atau pemberhentian dengan hormat dari jabatan notaris. Selain itu, Majelis Pengawas Pusat hanya berwenang untuk mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya dan pemberhentian tidak hormat dari jabatannya dengan alasan tertentu berdasarkan ketentuan Pasal 12 UUJN kepada Menteri. Mengingat jumlah pejabat notaris yang banyak seta tersebar di seluruh indonesia maka dalam melakukan pembinaan,pengembangan, serta pengawasan terhadap para notaris, akan terasa agak susah bagi pemerintah dalam melakukan hal- hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu organisasi yang mana bukan saja untuk kepentingan profesi notaris, tetapi juga dalam melindungi masyarakat pemakai jasa notaris dari penyimpangan yang dilakukan oleh anggotanya dalam melayani masyarakat. Maka dari itu, pemerintah hanya mengakui satu organisasi untuk para notaris karena kebutuhan pengawasan dan pelaksanaan fungsi pemerintahan yang sebagian diemban oleh notaris. Adapun organisasi tersebut diberi nama Ikatan Notaris Universitas Sumatera Utara Indonesia INI. Dengan adanya INI diharapkan dapat membantu dan bekerjasama dengan pemerintah dalam mengawasi pelaksanaan jabatan notaris di Indonesia. Wadah tunggal organisasi notaris sebagai pejabat umum diperlukan dalam rangka menjaga kualitas pelayanan yang diberikan oleh notaris kepada masyarakat, yaitu: 81 1. Menegakkan standard pelayanan jasa yang diberikan oleh notaris selaku anggota organisasi; 2. melakukan sosialisasi dan peningkatan kualitas pelayanan notaris dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; 3. melakukan pengawasan atas ketentuan standard pelayanan jasa notaris ; 4. adanya satu kode etik notaris yang harus dihormati oleh setiap notaris dalam menjalankan tugas kewenangannya untuk menjaga martabat dan kehormatan notaris; 5. adanya suatu organisasiyang mengawasi kepatutan serta ketaatan pada kode etik itu serta memberikan sanksi kepada seorang notaris yang melakukan pelanggaran kode etik. Kedua lembaga tersebut berwenang untuk mengawasi notaris sampai dengan menjatuhkan sanksi bagi notaris yang dinyatakan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Ada perbedaan kewenangan antara kedua lembaga 81 Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Jabatan Notaris Dilengkapi putusan Mahkamah Konstitusi AD, ART dan Kode Etik Notaris , dihimpun oleh Hadi Setia Tunggal, Harvarindo, Jakarta, 2008, hal. 233. Universitas Sumatera Utara tersebut dikarenakan keduanya terbentuk dari lembaga yang berbeda, namun keduanya tetap tidak dapat dipisahkan dari keberadaan organisasi notaris. Menurut Cipto Soenaryo tentang penyalahgunaan Lambang negara tersebut sebagai wewenang Majelis Pengawas Daerah sangat sempit hanya sebatas menerima laporan dari masyarakat dan melakukan sidang sehingga apabila ada pelaporan penyalahgunaan lambang negara kepada kepolisian, maka pemanggilan notaris atas penyalahgunaan tersebut harus meminta persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah. Sehingga MPD tidak ada alasan untuk tidak mengijinkan Notaris tersebut dipanggil oleh Kepolisian karena berlandaskan UUNo.24 tahun 2009 dan PP No. 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara, karena jika tidak diijinkan akan melindungi orang yang salah. 82 B. Akibat Hukum Terhadap Notaris yang Melakukan Penyalahgunaan Lambang Negara Dalam Produk yang Diterbitkan Menurut analisa penulis, bahwa dalam Undang-undang Jabatan Notaris tidak memuat secara tegas tentang ketentuan penggunaan lambang negara. Dengan demikian perlu dijelaskan bahwa penggunaan lambang negara dimana jika terjadi penyimpangan terhadap penggunaan lambang negara, mempunyai aturan dan apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi seperi yang telah disebutkan dalam pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara 82 Hasil wawancara dengan Cipto Soenaryo, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 23 Juni 2010 Universitas Sumatera Utara dan pasal 69 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Setelah melakukan penelitian ke Majelis Pengawas Derah, yaitu bapak Pendastaren Tarigan bahwa penggunaan lambang negara di luar yang ditentukan dalam UUJN tidak dianggap sebagai penyimpangan karena dianggap masih bertindak dalam bidang pekerjaannya sebagi notaris 83 bahwa Majelis Pengawas Daerah tidak memberikan sanksi terhadap notaris yang berbuat demikian. Sehingga penyimpangan yang dilakukan notaris atas penggunaan lambang negara di kota medan tidak pernah diperiksa, dan belum pernah ada notaris yang diberi sanksi atas penyimpangan penggunaan lambang negara tersebut. Menurut Notaris Anita Gloria Simanjuntak dan Notaris Gongga Marpaung 84 bahwa penggunaan lambang negara di luar dari yang ditetapkan dalm UUJN merupakan hal yang sudah biasa dan sudah menjadi kebiasaan mengikuti notaris- notaris terdahulu. Menurut Muhammad Yamin, 85 akibat penyalahgunaan Lambang Negara yang dianggap sepele tapi mengakibatkan dampak yang buruk bagi para pihak dan juga terhadap Notaris itu sendiri seperti hal dalam kasus LS tahun 2005 dimana Notaris yang bersangkutan menngeluarkan surat yang tidak dijelaskan dikeluarkan sebagai apa, dan surat tersebut diberi cap stempel berlambang negara dimana sepihak 83 Hasil wawancara dengan Pendastaren Tarigan, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 28 Juni 2010. 84 Hasil wawancara dengan Notaris Anita Gloria Simanjuntak, Notaris di Medan,7 Juli 2010 dan Gongga Marpaung , Notaris di Medan, 8 juli 2010 85 Hasil wawancara dengan Muhammad Yamin, Ahli Hukum, tanggal 02 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara menganggap mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan sepihak menganggap sebagai surat biasa. Surat tersebut dikeluarkan diluar dari wewenangnya sebagai notaris. Sehingga akibatnya kepada para pihak surat tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya. Apabila Akta yang dibuat ternyata di belakang hari mengandung sengketa dan dibatalkan oleh suatu putusan Pengadilan, maka hal ini perlu dipertanyakan apakah akta ini merupakan kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak. Apabila akta yang dibuatditerbitkan notaris mengandung cacat hukum seperti halnya akta yang dibuatnya tidak diberi stempel berlambang negara karena kesalahan notaris baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris itu harus memberikan pertanggungjawaban secara moral dan secara hukum, dan tentunya hal ini harus terlebih dulu dapat dibuktikan. Kerugian salah satu pihak merupakan penyebab utama terjadinya gugatan yang dapat menyebabkan pembatalan akta notaris tanpa adanya kerugian salah satu pihak maka tidak mungkin timbul suatu gugatan yang menyebabkan pembatalan akta tersebut. Jabatan Notaris merupakan jabatan yang terhormat yaitu jabatan yang dalam pelaksanaannya mempertaruhkan jabatannya dengan mematuhi dan tunduk pada Undang-Undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan peraturan perundang- undangan ang berlaku, dengan demikian diharapkan agar Notaris dalam menjalankan Universitas Sumatera Utara jabatannya memiliki integritas moral dengan memperhatikan nilai agama, sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu seorang Notaris tidak mungkin menerbitkan suatu akta yang mengandung cacat hukum atau tidak diberi stempel dengan cara sengaja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di luar sepengetahuan Notaris para pihakpenghadap yang meminta untuk dibuatkan Akta memberikan keterangan- keterangan yang tidak benar sehingga setelah semuanya dituangkan ke dalam Akta lahirlah sebuah akta yang cacat hukum. Selain adanya keterangan-keterangan yang tidak benar, Akta yang dibuat Notaris juga menjadi batal karena adanya perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan dari para penghadappara pihak yang tidak sesuai atau melanggar kesepakatan yang telah dituangkan dalam Akta Notaris tersebut. Perbuatan-perbuatan atau tindakan- tindakan para penghadappara pihak tersebut telah dikualifisir sebelumnya yaitu perbuatan wanprestasi ingkar Janji maupun perbuatan-perbuatan melawan hukum. Seperti yang dapat dilihat dalam Keputusan Mahkamah Agung RI, tanggal 21 Mei 1973 No.70HKSip1972, yang menyatakan apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak melakukan atau melaksanakan pembayaran barang yang dibeli, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pembatalan. Dengan terjadinya kasus-kasus wanprestasi dan perbuatan melawan hukum itu menyebabkan Notaris dapat digugat dan harus keluar masuk gedung Pengadilan untuk mempertanggungjawabkan akta yang telah dibuatnya, mengingat Notaris Universitas Sumatera Utara merupakan pejabat umum yang berwenang membuat Akta otentik dan Akta otentik yang dibuatnya setelah ditandatangani oleh para pihak menjadi dokumen negara. Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata di belakang hari mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak. Jika Akta yang diterbitkan Notaris mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan notaris baik karena kelalaiannya maupun karena kesengajaannya, Notaris itu sendiri harus memberikan pertanggungjawaban. Dalam hal ini pertanggungjawaban Notaris bukan saja secara moral tetapi secara hukum, di mana Notaris dapat dituntut, digugat, maupun diberi sanksi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh Notaris khususnya dalam membuat akta akan senantiasa dimintakan pertanggungjawabannya. Jika akibat kelalaian atau kesalahannya dalam membuat akta dapat dibuktikan maka dapat dimintakan pertanggungjawabannya baik secara perdata maupun Pidana. Pengenaan sanksi 86 terhadap Notaris bergantung dari besarnya kesalahan yang dibuat Notaris. Oleh karena itu sikap kewaspadaan juga dituntut dari Notaris. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat negara tidak terlepas dari tanggung jawab secara perdata di mana Notaris selalu berpedoman danatau mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum perdata, Undang-Undang No. 30 Tahun 2004, tentang Jabatan Notaris dan peraturan perundang-undangan 86 Sanksi yang dikenakan, contohnya dalam pelanggaran pada Pasal 50 dan 51 UUJN berakibat akta yang dibuat notaris tersebut hanya memiliki keuatan pembuktian di bawah tangan. Universitas Sumatera Utara lainnya. Pertanggungjawaban yang diminta kepada Notaris bukan hanya dalam pengertian sempit yakni membuat Akta Notaris, akan tetapi pertanggungjawabannya dalam arti luas, yakni tanggungjawab pada saat sebelum akta dibuat dan ditandatangani, tanggung jawab pada saat fase akta, dan tanggung jawab pada saat pasca penandatanganan Akta. Pada dasarnya Notaris dalam membuat akta selalu dengan penuh kehati-hatian dan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni Undang-Undang Jabatan Notaris dan peraturan perundangan lainnya. Sebagaimana diketahui tugas Notaris adalah membuat akta otentik yang fungsinya untuk membuktikan kebenaran tentang telah dilakukannya suatu perbuatan hukum oleh penghadappara pihak dengan mencantumkan identitas masing-masing dari para pihakpenghadap tersebut. Notaris hanya mengkonstantir apa yang terjadi, apa yang dilihat, dan dialaminya serta menuangkannya di dalam akta. Notaris pada dasarnya hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh para pihakpenghadap lalu dituangkannya ke dalam akta, disini dapat dikatakan bahwa Notaris berwenang untuk menyesuaikan keterangan-keterangan yang diberikan para pihakpenghadap berikut surat-suratdokumen-dokumen yang diberikan dengan surat-suratdokumen-dokumen yang asli atau yang sebenarnya sehingga notaris dapat menuangkan yang formil ke materiil akta. Disini juga notaris memberikan penyuluhan hukum untuk memberi arah dalam menemukan solusi yang benar dan tepat kepada para pihakpenghadap sehubungan dengan akta yang akan dibuatnya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian tersebut, apabila akta otentik yang mengandung cacat hukum tersebut dapat menjadi sengketa dan diperkarakan di depan sidang Pengadilan maka dalam proses persidangan tersebut hakim akan melakukan pembuktian dengan menilai dapat tidaknya diterima suatu alat bukti dan menilai kekuatan pembuktiannya. Sehubungan dengan hal ini maka akta otentik yang dibuat oleh Notaris tersebut akan menjadi bukti bahwa adanya suatu perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh para pihakpenghadap yang oleh Notaris perbuatan hukum dari para pihakpenghadap tersebut dituangkan sebagai materiil dalam suatu akta. Hal ini berarti akta otentik itu sendirilah yang membuktikan bahwa telah terjadi suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para pihakpenghadap, bukan oleh Notaris. Oleh karenanya maka Notaris dalam hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Akan tetapi dengan adanya sengketa dan menjadi perkara di Pengadilan sehubungan dengan Akta otentik yang dibuat oleh Notaris tersebut maka Notaris dalam hal ini akan diperiksa atau dipanggil sebagai saksi guna proses pembuktian. Pemanggilan terhadap Notaris sebagai saksi untuk memberikan keterangan di depan persidangan ada kalanya membuat seorang Notaris enggan hadir dalam persidangan tersebut. Sebagian orang berpendapat bahwa notaris tidak perlu hadir dalam sidang di Pengadilan untuk menjadi saksi mengingat akta yang dibuatnya adalah akta otentik yang merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna. Artinya adalah apa yang ditulis di dalam akta itu harus dipercaya oleh hakim, yaitu harus dianggap sebagai Universitas Sumatera Utara benar selama ketidakbenarannya itu tidak dapat dibuktikan, dan akta itu sudah tidak memerlukan penambahan pembuktian. Menurut undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 140, Pasal 141, dan Pasal 148 HIR bahwa memberikan kesaksian adalah merupakan suatu kewajiban, seseorang yang tidak memenuhi panggilan untuk menjadi saksi di depan persidangan akan berakibat sebagai berikut: 87 1. Dihukum untuk membayar biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memanggil saksi. 2. Secara paksa akan dibawa ke muka pengadilan. 3. Dimasukkan ke dalam penyanderaan gijzeling . Sebenarnya kehadiran seorang notaris sebagai saksi di depan sidang pengadilan sangat berguna untuk menerangkan duduk perkara yang sebenarnya atas akta otentik yang dibuat oleh Notaris tersebut. Sebab notaris adalah orang yang mengetahui secara pasti kebenaran dari akta yang dibuatnya maka, sebagai saksi, notaris akan menerangkan tentang apa yang dilihatnya atau dialaminya. Selain daripada itu seorang Notaris apa bila dipanggil sebagai seorang saksi harus datang dan hadir di persidangan, sebab pada waktu kehadirannya itulah Notaris akan menentukan apakah dia akan mempergunakan hak ingkarnya hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi yang diatur dalam pasal 1909 ayat 3e KUHPerdata, yang menyatakan: 87 Hari Sasongko, Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata , Mandar Maju, Bandung, 2005, hal. 80. Universitas Sumatera Utara “Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya menurut undang-undang, diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun adalah semata-mata mengenai hal yang sepengetahuannya dipercayakan kepadanya sebagai demikian”. Karena untuk mempergunakan hak ingkar harus dinyatakan dengan tegas dan hal ini hanya bisa dilakukan dengan hadirnya Notaris. Dapat dikatakan bahwa Hak Ingkar adalah merupakan perwujudan dari perlindungan hukumimmunitas hukum bagi Notaris untuk kepentingan masyarakat dan kewajiban untuk merahasiakan isi aktanya maupun hal-hal yang diketahuinya karena jabatannya. Apabila Notaris mengemukakan hak ingkar dalam pemeriksaan di persidangan notaris harus mengemukakannya secara tegas dengan mengajukan bukti-bukti yaitu minimal dua orang saksi yang benar-benar mengetahui mengenai pembuatan akta otentik tersebut yang sebenarnya. Saksi-saksi yang dimaksudkan oleh Notaris tersebut adalah benar, dan saksi-saksi ini membantah keterangan-keterangan yang tidak benar sehubungan dengan pembuatan akta tersebut. Namun ada kalanya hak ingkar yang dimiliki Notaris ditolak oleh Hakim Pengadilan dengan alasan sebagai berikut: a. Menurut penilaian hakim bahwa dalam hal pembuktian, keterangan- keterangan yang dikemukakan oleh Notaris tidak dapat dibuktikan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya sehubungan dengan pembuktian akta tersebut. Universitas Sumatera Utara b. Keterangan-keterangan Notaris masih dibutuhkan yaitu perlu dikonfrontir dengan pemeriksaan yang dilakukan terhadap keterangan-keterangan dari saksi-saksi yang lain. c. Kepentingan pro Justicia atau kepentingan umum yang lebih tinggi nilainya dari kepentingan pribadi. Notaris selaku pejabat umum yang melaksanakan pelayanan terhadap publik selain mendapatkan pengawasan dari Majelis Pengawas juga memerlukan perlindungan hukum, yaitu: 1. Dalam hal menjadi saksi di pengadilan sehubungan dengan akta yang dibuatnya. 2. Dalam hal menjadi tergugat di pengadilan menyangkut akta yang dibuatnya. 3. Dalam hal sebagai terdakwa dalam perkara pidana sehubungan dengan kata yang dibuatnya. 4. Dalam hal penyitaan terhadap budel minuta yang dibuatnya. 88 Hak immunitaskekebalan hukum bagi Notaris dapat diberikan dalam hal kewajiban untuk menolak memberikan keterangan yang menyangkut rahasia jabatannya, dan terhadap kesalahan yang diperbuat oleh seorang notaris haruslah dibedakan antara kesalahan yang bersifat pribadi dengan kesalahan di dalam menjalankan tugasnya. Secara pribadi, Notaris dapat dituntut dan dihukum sama seperti masyarakat biasa lainnya, namun sebagai seorang pejabat umum yang melaksanakan kepentingan publik, maka terhadap kesalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya atau hasil pekerjaannya, otentisitas akta-aktanya tetap dapat 88 Paulus Effendi Lotulong, Makalah tentang Perlindungan Hukum terhadap Notaris, Disampaikan pada Kongres INI XVII di Jakarta, 2000. Universitas Sumatera Utara dijamin, dan terhadap notaris perlu diberikan perlindungan hukum yang berbeda mekanismenya dengan anggota masyarakat biasa. Hal ini tentunya akan membuat Notaris menjadi lebih kondusif dan terlindungi di dalam menjalankan tugasnya. Seorang Notaris yang melakukan kesalahan di luar jabatannya atau secara pribadi, misalnya melakukan perbuatan seperti berjudi, mabuk-mabukan, menyalahgunakan Narkoba, dan melakukan perbuatan zinah. Dengan demikian maka Notaris tersebut dapat dikatakan telah melanggar ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi Notaris. Sedangkan Notaris yang melakukan kesalahan dalam jabatannya selaku pejabat umum adalah apabila notaris dengan sengaja melakukan suatu kesalahan atau kelalaian dalam pembuatan akta maka ia dapat dituntut atau bertanggungjawab secara perdata maupun pidana. Akan tetapi seorang Notaris dapat juga dikatakan melanggar kode etik notaris pada saat melakukan tugas dan jabatannya, misalnya melakukan kesalahan etika terhadap sesama rekan Notaris. Selain itu apabila Notaris melakukan suatu perbuatan pembuatan akta atas perintah dari para pihak, dan syarat-syarat formil yang ditentukan oleh undang- undang dalam pembuatan akta telah dipenuhi Notaris, maka Notaris tidak dapat bertanggung jawab. Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti apabila ia melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh hukum. Sebagian besar di dalam KUHPerdata dinamakan perbuatan melawan hukum. Universitas Sumatera Utara Menurut Notaris Gongga Marpaung 89 , pertanggungjawaban Notaris akibat pembatalan akta notaris harus dilihat dari perbuatan yang mengakibatkan pembatalan akta tersebut apakah diakibatkan adanya kesalahan atau kelalaian Notaris atau karena adanya perbuatan melawan hukum dari para pihak, Notaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban apabila batalnya akta akibat adanya kesalahan para pihak bukan kesalahan Notaris. Menurut Notaris Anita Gloria Simanjuntak, 90 pertanggungjawaban Notaris timbul bukan hanya akibat perbuatan notaris semata tetapi lebih sering diakibatkan oleh adanya kesalahan dari para pihak yang mengikatkan diri dalam akta Notaris. Notaris harus tetap dilindungi hak-haknya dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam pembuatan akta. Untuk pertanggungjawaban notaris ini ada baiknya mengutip pernyataan yang sangat menarik dari Habib Adjie yang menyatakan pada Komunitas Hukum Indonesia, bahwa telah terjadi kesalahan persepsi dalam memahami Akta Notaris. Bahwa inti dari adanya Akta Notaris, yaitu adanya keinginan atau kehendak para pihak, agar segala bentuk tindakannya dituangkan ke dalam bentuk Akta Notaris, tanpa keinginan para pihak sudah tentu Notaris tidak akan membuatkannya untuk para pihak dan agar menjadi akta otentik kemudian Notaris memberi bingkai formalitas agar dapat menjadi alat bukti yang sempurna sesuai aturan hukum yang 89 Hasil Wawancara dengan Notaris Gongga Marpaung, Notaris di Medan, 8 juli 2010. 90 Hasil wawancara dengan Notaris Anita Gloria Simanjuntak, Notaris di Medan,7 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara berlaku. Sehingga suatu akta Notaris bukan perbuatan Notaris, dan Notaris bukan pihak dalam Akta tersebut. Dengan pengertian semacam ini, jika ada Akta Notaris ingin dibatalkan atau agar tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi para pihak yang tersebut dalam akta, maka yang harus dilakukan para pihak, yaitu datang kembali kepada Notaris untuk membuat akta pembatalan atas akta yang telah dibuat sebelumnya. Jika ini tidak dapat dilakukan, maka salah satu pihak dapat menggugat pihak lainnya ke Pengadilan Negeri bukan menggugat Notaris, dengan pokok gugatan agar akta Notaris yang dimaksud didegradasikan kedudukannya dari akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, diputuskan menjadi mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Setelah diputuskan seperti itu, hakim dapat melakukan penafsiran atau penilaian, apakah akta tersebut dibatalkan atau tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi para pihak. Perbuatan hukum yang dapat dibatalkan atau adanya cacat yang tidak berakibat batal demi hukum masih dapat disahkan sebagaimana diatur dalam pasal 1892 KUHPerdata. Menurut pasal tersebut pengesahan dapat dilakukan dengan penguatan Bekrachtiging atau penetapan Bevestigiving yang mengakibatkan hilangnya atau dilepaskannya hak untuk membatalkan perbuatan hukum yang sedianya dapat dimajukan dengan tidak mengurangi hak Pihak Ketiga. Di dalam Akta penguatan atau Akta penetapan tersebut harus dicantumkan isi pokok perbuatan dan alasan yang menyebabkan dapat dituntut pembatalannya beserta maksudnya untuk memperbaiki cacat yang sedianya menjadi dasar tuntutan tersebut. Universitas Sumatera Utara Perlu diperhatikan akibat dari pengesahan atau penguatan tersebut menyebabkan perbuatan hukum yang bersangkutan menjadi sah sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan. 91 Dalam Pasal 84 UUJN diatur secara khusus akibat pelanggaran yang dilakukan Notaris terhadap ketentuan-ketentuan tertentu di dalam UUJN tersebut. Akibat pelanggaran tersebut dapat menyebabkan akta notaris hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, namun dapat pula suatu akta menjadi batal demi hukum. Adalah sangat penting untuk mengetahui pelanggaran- pelanggaran yang ada pada pasal-pasal UUJN. Salah satunya pelanggaran terhadap pasal 16 ayat 1 huruf k termasuk di dalamnya. Pasal 84 UUJN apabila berkaitan dengan perbuatan hukum yang digolongkan pada perjanjian formil atau perbuatan hukum yang mengharuskan bentuk akta notaris atau tidak dipenuhinya unsur essentialia mengakibatkan perbuatan hukum tersebut menjadi batal karena akta notaris hanya berfungsi sebagai alat bukti maka dengan adanya pelanggaran atas pasal-pasal yang disebutkan dalam Pasal 84 UUJN menyebabkan akta notaris menjadi akta di bawah tangan. Tanpa adanya pendegradasian seperti itu telah mencederai posisi akta Notaris. Perlu dipahami secara integral bahwa akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga siapapun termasuk Hakim, terikat dan tidak boleh menafsirkan apapun selain yang tertulis dalam akta. Ini merupakan makna akta notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Tapi ternyata hal 91 C. Asser-LEH Rutten, Op.cit, hal. 358. Universitas Sumatera Utara seperti ini tidak dapat dipahami secara benar oleh para komunitas hukum seperti hakim, dan Pengacara, hal ini dapat kita baca dari berbagai putusan hakim, secara langsung membatalkan akta notaris, tanpa didahului adanya putusan pendegradasian akta Notaris menjadi akta di bawah tangan. 92

C. Ketentuan Sanksi Terhadap Notaris yang Melakukan Penyimpangan Dalam Penggunaan Lambang Negara.

Sebagaimanaa yang telah dikemukakan dalam sub bab sebelumnya mengenai segala kewajiban dan larangan yang mengikat seorang pejabat notaris, maka diatur pula berbagai macam sanksi-sanksi yang akan dikenakan bagi notaris yang melanggar ketentuan tersebut. Terhadap ketentuan-ketentuan tersebut, apabila dilanggar, maka terhadap notaris yang melanggar akan dikenakan sanksi yang diatur dalam Bab XI Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tersebut, dan sanksi laindi luar UUJN.

1. Sanksi Dalam UUJN

Dokumen yang terkait

Problematika Produk Hukum Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara (PPAT/S) dalam Melaksanakan Peralihan Hak Atas Tanah Tanpa Sertifikat

2 68 132

Implikasi Yuridis Legalitas (Rechtmatigheid) Kewenangan Majelis Kehormatan Dalam Pembinaan Notaris Sebagai Pejabat Publik.

1 1 20

Pertanggungjawaban Notaris Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik Terhadap Akta Yang Diterbitkan Menimbulkan Perkara Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1014 K Pid 2013)

0 0 17

Pertanggungjawaban Notaris Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik Terhadap Akta Yang Diterbitkan Menimbulkan Perkara Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1014 K Pid 2013)

0 0 2

Pertanggungjawaban Notaris Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik Terhadap Akta Yang Diterbitkan Menimbulkan Perkara Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1014 K Pid 2013)

0 0 17

Pertanggungjawaban Notaris Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik Terhadap Akta Yang Diterbitkan Menimbulkan Perkara Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1014 K Pid 2013)

0 5 62

Pertanggungjawaban Notaris Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik Terhadap Akta Yang Diterbitkan Menimbulkan Perkara Pidana (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1014 K Pid 2013)

0 0 9

this PDF file AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS YANG RANGKAP JABATAN SEBAGAI PEJABAT NEGARA | Tanugraha | Hukum Bisnis dan Administrasi Negara 1 PB

3 26 25

POTENSI PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN OLEH PEJABAT ADMINISTRASI NEGARA DALAM PENGAMBILAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PUBLIK

0 0 20

PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT NEGARA YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN (MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA)

1 1 20