Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Std. Error Statistik Std. Error total_asset 48 5561433 213994000 36597204.23 49812071.932 2.138 .343 3.917 .674
Debt_to_equity 48 0 2 .60 .465 1.820 .343 3.391 .674
dividend_payout 48 3 211 56.09 31.790 2.492 .343 11.284 .674
price_earning 48 7 37 18.76 7.736 1.013 .343 .079 .674
(2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean .00
Std. Deviation 6.191 Most Extreme Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .696
Asymp. Sig. (2-tailed) .719
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistiks
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 .889 1.125
Debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001 .792 1.263
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800 .852 1.173
(3)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 4.145 1.237 3.350 .002
total_asset -1.286E-008 .000 -.164 -1.102 .276
Debt_to_equity -1.551 1.323 -.185 -1.172 .248
dividend_payout .036 .019 .292 1.922 .061
a. Dependent Variabel: absout
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .600a .360 .316 6.398 2.268
a. Predictors: (Constant), dividend_payout, total_asset, debt_to_equity b. Dependent Variabel: price_earning
(4)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800
debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 a. Dependent Variabel: price_earning
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1011.511 3 337.170 8.236 .000b
Residual 1801.388 44 40.941
Total 2812.899 47
a. Dependent Variabel: price_earning
b. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800
debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 a. Dependent Variabel: price_earning
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .600a .360 .316 6.398
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2005, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, UMM Press, Malang.
Arifin, Zaenal, 2005, Teori Keuangan dan Pasar Modal, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.
Astuti, Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Crabb, Peter, 2003, Finance and Investments Using The Wall Street Journal, Mc Graw-Hill Irwin, New York.
Erlina, 2012. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul, 2007, Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia. Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio & Analisis Investasi, Edisi Ketiga, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Jones, Charles P, 2004, Investments: Analysis and Management, Nineth Edition, United States of America
Kasmir, 2008, Dasar-dasar Perbankan, Edisi Revisi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Prastowo, Dwi, dan Rifka Juliaty, Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, cet. Ke-2 Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2002.
Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Ja’far Dalimunthe, Iskandar Muda, Muslich Lufti dan Syahyunan, 2008, Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), USU Press, Medan.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(6)
Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Van Horne, James C, John M.Wachowicz Jr, 2005, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Alih Bahasa Heru Sutojo, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Widoatmodjo, Sawidji, 2004, Cara Cepat Memulai Investasi Saham : Panduan
Bagi Pemula, Cetakan Pertama, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Hasanah, Nur, 2009, Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2001-2006, Skripsi, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. (Tidak Dipublikasikan)
Kasilingam, dan Ramasundaram, 2011, Price Earning Multiples: Actual Determinants (case study of Domestic Market in India), Jurnal.
Faezinia, Vahid, 2012, The Quantitative Study of Effective Factors on Price earning ratio in Capital Market of IRAN, Jurnal, Vol 3 No 10.
Premkanth, Puwanennthiren, 2013, Determinant of price earning multiple in Sir Lankan listed companies, Jurnal, Vol 1 N0 2.
Marthinova, 2007, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price earning ratio perusahaan manufaktur Tbk pada Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.
Tjendra, Anjeli (2010) dengan judul ” Analisis pengaruh Debt to Equity, Total Assets, Return on Investment dan Devidend Payout Terhadap PER Pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2005-2007, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.
(7)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal research) yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh Total Assets, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs
.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015.
3.3 Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, maka luas penelitian dibatasi dan hanya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (P/E) pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2010-2013.
(8)
Definisi operasional suatu variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara membenarkan arti atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah:
1. Price Earning Ratio (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio merupakan hasil pembagian dari harga saham dengan laba per lembar saham (Earning per Share). Harga saham yang digunakan adalah harga saham perusahaan saat penutupan (closing Price). Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba. Rumus yang digunakan dalam menghitung Price Earning Ratio adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:192):
2. Total Assets (X1)
Total Assets menunjukkan jumlah seluruh aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Besarnya Total Assets dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan yaitu pada laporan Neraca di bagian aktiva.
3. Debt to Equity Ratio (X2)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah modal sendiri yang disediakan untuk membayar hutang. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancer dengan seluruh ekuitas. Rumus
(9)
yang digunakan dalam menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut (Sartono, 2001: 121):
������������ =��������� (�����������)
������ (�������)
4. Dividend Payout Ratio (X3)
Dividend Payout Ratio merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan sebagai dividen. Kebijakan dividen diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat. Adapun perumusan Dividend Payout Ratio adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2003: 280):
��������������= ������������ℎ���
�����������ℎ���
3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi
Populasi penelitian adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dijadikan objek penelitian (Erlina, 2011:80). Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2010-2013 dengan jumlah populasi penelitian adalah sebesar 49 perusahaan.
(10)
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Saham perusahaan yang listing atau terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) sejak 6 Desember 2010 sampai Desember 2013.
2. Perusahaan harus terdaftar berturut-turut selama periode 6 Desember 2010 sampai Desember 2013 di Jakarta Islamic Index (JII).
3. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2013.
4. Perusahaan mempunyai data pembayaran deviden selama periode penelitian yaitu 2010 sampai 2013.
Bahwa dari 49 perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2013, hanya terdapat 12 perusahaan yang memenuhi karakteristik penyampelan yang telah ditentukan terdapat dalam Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1
Hasil Penentuan Sampel
No Keterangan Jumlah
Perusahaan
1 Total Perusahaan yang Terdaftar di JII Selama Periode 6 Desember 2010 - Desember 2013
49 2 Perusahaan yang tidak terdaftar Berturut turut selama
Periode 6 Desember - 31 Desember 2013
(35) 3 Perusahaan yang memiliki data keuangan tetapi tidak
membayarkan deviden selama selama periode pengamatan
(2)
Jumlah Sampel 12
Sumber : (10 November 2014 Diolah)
(11)
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1
Astra Agio Lestari Tbk AALI
2
Astra Internasional Tbk ASII
3
Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
4
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
5
Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG
6
PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
7
Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA 8
Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
9
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM 10
United Tractors Tbk UNTR
11
Unilever Indonesia Tbk UNVR
12
Kalbe Farma Tbk KLBF
Sumber: (10 November 2014 Diolah)
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan berdasarkan sumber data, penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah tersedia oleh pihak lain atau telah dikumpulkan oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (sinulingga 2011:151).
(12)
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh media internet.
3.8. Metode Analisis Data
Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Dalam menganalsis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan metode analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.
3.8.2. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap dependen. Pengujian hipotesis baik secara parsial maupun secara bersama-sama, dilakukan stelah model regresi yang digunakan
(13)
bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +
ɛ
Dimana:Y = Variabel dependen (terikat) yaitu PER a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Total Assets X2 = Debt to Equity
X3 = Devidend Payout Ratio
ɛ
= Error3.9 Uji Asumsi Klasik
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dengan menggunakan SPSS, sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda. Regresi linier berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.
(14)
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2012:160). Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal atau yang normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara observasi data dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu alat uji yang bisa digunakan adalah metode uji Sminov. Uji Kolmogorov-Sminov adalah metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data. Jika nilai Kolmogorov-Sminov diatas signifikasi 0,05 maka semua data terdistribusi secara normal.
Namum demikian dengan melihat histogram saja hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk sample yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan membandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2012:161).
3.9.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya suatu hubungan antara beberapa atau semua variabel independen. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dan model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2012:105).
(15)
Pada program SPSS, ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas. Salah satunya adalah dengan cara mengamati nilai Variance Inflation Faktor (VIF) dan Tolerance.
Batas dari VIF adalah 10 dan nilai dari Tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF dari 0,1 maka terjadi multikollinieritas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinieritas terdapat beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan. Multikolinieritas dapat ditanggulangi dengan mengeluarkan satu variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi, transformasi variabel dalam bentuk logaritma natural dan menggabungkan data crossection dan time series (Ghozali, 2012:110).
3.9.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Jika varian dari residiual satu pegamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu Price Earning Ratio. Pada output yang dihasilkan, jika titik membentuk suatu pola tertentu, maka hal ini mengidentifikasikan terjadinya Heteroskedastisitas, dan apabila titik-titik pada
(16)
grafik scatterplot menyebar diatas dan dibawah angka 0. Maka hal ini mengidentifikasi tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan cara uji park yang mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan dengan persamaan linier yang dibentuk dalam persamaan logaritma. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi linier signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat Heteroskedastisitas dan bila tidak maka model regresi tersebut tidak mengalami Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat ditanggulangi dengan melakukan transformasi variabel (Ghozali, 2012: 143).
3.9.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2012:110). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Durbin-Watson (DW test) hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.
(17)
Pengambillan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3.4
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi
negative
Tolak 4 – dl < d <4 Tidak ada korelasi
negative
No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi
positif atau negative
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali 2012:111
3.10 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial dan simultan, maka dilakukan uji signifikasi simultan (uji-F) dan uji signifikansi parsial (uji-t).
3.10.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) dan R2
F-test untuk menguji apabila variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel dependen (Y), langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membuat formula hipotesis
1) H0: b1 = b2 = b3 = 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index).
(18)
2) Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index). b. Menentukan tingkat signifikasi tertentu (α =5%) dengan degree of freedom
(df) yaitu (n-k-1), dimana: n = Jumlah sampel
k = jumlah variabel independen c. Menghitung F dengan rumus:
F =
R2 k
�
1−R2
n−k−1
�
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel
n = jumlah sampel
d. Pengambilan keputusan
1) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari F hitung lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang diharapkan (α=5%), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang terdiri dari Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout secara bersama-sama berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen Price Earning Ratio. 2) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari F hitung lebih besar
daripada tingkat signifikansi (α=5%), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang terdiri dari Total Assets,
(19)
Debt to Equity, Dividend Payout secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio.
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatar nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien Adjusted R2 dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai Adjusted R2 merupakan koefisien determinasi yan disesuaikan, yang berarti besarnya pengaruh variabel independen telah dibebaskan dari pengaruh error terms secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Formula yang digunakan untuk melihat besarnya Adjusted R2 adalah sebagai berikut:
�2 = 1−(−�2)� −1 � − �
3.10.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji t dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel independen Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout terhadap Price Earning Ratio. Prosedur yang digunakan untuk melakukan uji t adalah:
(20)
1) H0 : bi = 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index).
2) Ha : bi ≠ 0 ( Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index) .
b. Menentukan tingkat signifikansi tertentu (α = 5%) dan Degrees of Freedom (df) (n-k-1), dimana:
n = Jumlah sampel
k = jumlah variabel independen
c. Menghitung t hitung dengan persamaan sebagai berikut: T h = ryn−k−1
(1−(ry)2) Keterangan: Th = t tahun
ry = koefisien korelasi parsial
ry2= koefisien determinan independen k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel
d. Pengambilan keputusan
1) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari t hitung lebih kecil daripada tingkat signifikansi (α = 5%), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel independen yang terdiri dari Total Assets, Debt to
(21)
Equity, Dividend Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio.
2) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari t hitung lebih besar daripada tingkat signifikansi (α=5%), maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen yang terdiri dari Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio.
(22)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Jakarta Islamic Index (JII)
Sejarah pasar modal syariah di indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam criteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang criteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah.
4.2 Profil Perusahaan Yang Sahamnya Masuk Dalam Jakarta Islamic Index Dan Memenuhi Kriteria Untuk Dijadikan Sampel
Adapun pprofil perusahaan yang masuk dan konsisten dalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2010-2013 sebagai berikut:
(23)
1. Astra Agro Lestari Tbk
Astra Agro Lestari Tbk didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI dan entitas anak berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya Blok OR no. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Tabel 4.1
Data Rasio Keuangan Astra Agro Lestari Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 8,791,799 0.19 64.81 20.46
2011 10,204,495 1.21 65.14 13.68
2012 12,419,820 0.33 44.75 12.64
2013 14,963,190 0.46 59.01 32.54
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 2. Astra Internasional Tbk
Astra International Tbk didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat ASII berdomosili di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil (Toyota, Daihatsu, Izusu, UD Trucks, Peugeot dan BMW), sepeda motor (Honda) berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan
(24)
jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.
Tabel 4.2
Data Rasio Keuangan Astra Internasional Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 112,857,000 1.10 13.24 15.37
2011 153,521,000 1.02 45.07 14.03
2012 182,274,000 1.03 45.03 13.70
2013 213,994,000 1.02 45.04 15.33
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 3. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT Charoen Pokphand Indonesia T
dalam rangka Penanaman Modal Asing dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan kantor cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar, Salahtiga dan Cirebon. Ruang lingkup kegiatan CPIN terutama meliputi industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit-unit cold storage, menjual makanan ternak, makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah Indonesia, maupun ke luar negeri.
Tabel 4.3
Data Rasio Keuangan Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 6,518,276 0.46 2.95 13.67
2011 8,848,204 0.43 29.24 14.95
2012 12,348,627 0.51 28.10 22.33
2013 15,722,197 0.58 29.80 18.79
(25)
4. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Kantor pusat INTP berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 70-71, Jakarta sedangkan pabrik berlokasi di Citeureup–Jawa Barat, Palimanan–Jawa Barat, dan Tarjun–Kalimantan Selatan. ruang lingkup kegiatan INTP antara lain pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.
Tabel 4.4
Data Rasio Keuangan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 15,346,146 0.17 30.02 18.21
2011 18,151,331 0.15 29.99 17.43
2012 22,755,160 0.17 34.80 17.35
2013 26,607,241 0.16 66.13 15.30
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 5. Indo Tambangraya Megah Tbk
Indo Tambangraya Megah T
1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Kantor pusat ITMG berlokasi di Pondok Indah Office Tower III, Lantai 3, Jln. Sultan Iskandar Muda, Pondok Indah Kav. V-TA,Jakarta Selatan 12310. Ruang lingkup kegiatan ITMG adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa.
Tabel 4.5
Data Rasio Keuangan Indo Tambangraya Megah Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 9,783,380 0.51 74.10 31.29
2011 14,313,602 0.46 26.65 8.74
2012 14,420,136 0.49 84.65 11.38
2013 17,081,558 0.44 210.99 11.28
(26)
6. Kalbe Farma Tbk
Kalbe Farma Tbk
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan.
Tabel 4.6
Data Rasio Keuangan Kalbe Farma Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 7,032,497 0.23 56.14 25.66
2011 8,274,554 0.27 65.09 22.43
2012 9,417,957 0.28 66.77 30.38
2013 11,315,061 0.33 44.97 32.17
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 7. PP London Sumatra Indonesia Tbk
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia T didirikan tanggal 18 Desember 1962 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Kantor pusat LSIP terletak di Prudential Tower Lantai 15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 79, Setiabudi, Jakarta Selatan, sedangkan kantor cabang operasional berlokasi di Medan, Palembang, Makassar, Surabaya dan Samarinda. Ruang lingkup kegiatan LSIP bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
(27)
Tabel 4.7
Data Rasio Keuangan PP London Sumatra Indonesia Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 5,561,433 0.22 8.06 16.97
2011 6,791,856 0.16 40.10 7.34
2012 7,551,796 0.20 40.34 13.98
2013 7,974,876 0.21 40.79 22.30
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 8. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
1981. Kantor pusat PTBA terletak di Menara Kadin Indonesia Lt. 9 & 15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.
Tabel 4.8
Data Rasio Keuangan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 8,722,699 0.36 60.00 26.32
2011 11,507,104 0.41 60.03 12.95
2012 12,728,981 0.50 57.26 15.33
2013 11,677,155 0.55 58.29 14.17
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 9. Semen Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama PT Semen Gresik
(28)
Semen Gresik” dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 07 Agustus 1957. Kantor pusat SMGR berlokasi di Jl. Veteran, Gresik 61122, Jawa Timur, sedangkan lokasi pabrik semen Perusahaan dan anak usaha berada di Gresik dan Tuban di Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat, Pangkep di Sulawesi Selatan an Quang Ninh di Vietnam.
Tabel 4.9
Data Rasio Keuangan Semen Indonesia Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 15,562,999 0.29 50.00 15.43
2011 19,661,603 0.35 50.00 17.15
2012 26,579,084 0.46 45.00 19.09
2013 30,792,884 0.41 45.00 16.11
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 10. Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk / (Telkom mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat.
Tabel 4.10
Data Rasio Telekomunikasi Indonesia Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 99,758,447 0.98 56.37 13.89
2011 103,054,000 0.69 68.22 9.18
2012 111,369,000 0.66 68.42 9.92
2013 127,951,000 0.65 72.66 14.70
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 11. United Tractors Tbk
United Tractors T
(29)
operasinya pada tahun 1973. Kantor pusat UNTR berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Saat ini, Perusahaan mempunyai 19 cabang, 22 kantor lokasi dan 11 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ruang lingkup kegiatan usaha UNTR dan entitas anak meliputi penjualan dan penyewaan alat berat (mesin konstruksi) beserta pelayanan purna jual, pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor pertambangan terpadu.
Tabel 4.11
Data Rasio United Tractors Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 29,700,914 0.84 50.68 20.44
2011 46,440,062 0.69 51.83 16.76
2012 50,300,633 0.56 53.57 12.54
2013 57,362,244 0.61 53.25 15.73
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 12. Unilever Indonesia Tbk
Unilever Indonesia T
dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perusahaan berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta. Pabrik UNVR berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok O, Jalan Jababeka V Blok V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan Jalan Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
(30)
Tabel 4.12
Data Rasio Unilever Indonesia Tbk
Tahun Total assets (Rp
Million)
Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)
Price Earning Ratio
(X)
2010 8,701,262 1.15 100.02 37.17
2011 10,484,312 1.85 100.06 34.45
2012 11,984,979 2.02 99.96 32.87
2013 7,485,249 2.14 99.93 36.37
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
4.3 Analisis Hasil Pengujian Data
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan metode analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif merupakan teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan suatu data dalam penelitian. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, standar deviasidari setiap variabel penelitian. Hasil output statistik deskriptif disajikan pada tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13 Statistik deskriptif
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hasil output SPSS diatas menunjukkan jumlah respoden atau sampel (N) adalah 48. Dari 48 jumlah respoden ini Total assets (minimum) adalah 5561433 dan Total assets maximum adalah 213994000. Rata-rata Total assets dari 48
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Std. Error Statistik Std. Error total_asset 48 5561433 213994000 36597204.23 49812071.932 2.138 .343 3.917 .674
Debt_to_equity 48 0 2 .60 .465 1.820 .343 3.391 .674
dividend_payout 48 3 211 56.09 31.790 2.492 .343 11.284 .674
price_earning 48 7 37 18.76 7.736 1.013 .343 .079 .674
(31)
responden adalah 36597204.23 dan standar deviasi adalah 49812071.932. Nilai Skewness adalah 2.138 sedangkan kurtosisnya adalah 3.917.
Debt to equity (minimum) adalah 0 dan Debt to equity maximum adalah 2. Rata-rata Debt to equity dari 48 responden adalah 0.60 dan standar deviasi adalah 0.465. Nilai Skewness adalah 1.820 sedangkan kurtosisnya adalah 3.391.
Dividend Payout (minimum) adalah 3 dan Dividend Payout maximum adalah 211. Rata-rata Dividend Payout dari 48 responden adalah 56.09 dan standar deviasi adalah 31.790. Nilai Skewness adalah 2.492 sedangkan kurtosisnya adalah 11.284.
Price Earning Ratio (minimum) adalah 7 dan Price Earning Ratio maximum adalah 37. Rata-rata Price Earning Ratio dari 48 responden adalah 18.76 dan standar deviasi adalah 7.736. Nilai Skewness adalah 1.013 sedangkan kurtosisnya adalah 0.079.
4.3.2 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakakh hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedisitas, gejala multikolinieritas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linier unbiased estimator) yakni tidak terdapat heterokedasitas, tidak terdapat multikolinieritas, dan tidak terdapat autokorelasi.
(32)
4.3.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variaibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012:160). Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability plot. Hasil output SPSS untuk uji normalitas dengan analisis grafik disajikan pada gambar 4.1 dan 4.2 dibawah ini.
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Gambar 4.1 Grafik Histogram
(33)
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Gambar 4.2 Normal Probability Plot
Hasil output SPSS diatas menunjukkan grafik histogram memiliki pola distribusi normal dengan penyebaran secara merata baik ke kiri maupun kekanan. Grafik normal profitability plot menunjukkan titik-titik mengikuti garis diagonal dan penyebarannya mendekat dengan garis diagonal. Hasil analisis grafik menunjukkan data terdistribusi secara normal.
Uji normallitas dengan grafik terkadang dapat menyesatkan karena secara visual dapat kelihatan normal namun secara statistik sebaliknya. Oleh karena itu disamping analisis grafik penelitian ini juga menggunakan analisis dalam uji normalitas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis pengujian adalah sebagai berikut:
H0: data penelitian terdistribusi normal Ha: data penelitian tidak terdistribusi normal
(34)
Hasil output SPSS uji Kolmogorov-Smornov untuk menguji normalitas data disajikan pada tabel 4.14 dibawah ini.
Table 4.14
Uji Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b
Mean .00
Std. Deviation 6.191 Most Extreme Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .696
Asymp. Sig. (2-tailed) .719
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hipotesis nol diterima (data penelitian terdistribusi normal) apabila nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05 (K-S > 0.05), sebaliknya apabila nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05 (K-S <0.05) maka hipotesis nol ditolak yang berarti data penelitian tidak terdistribusi secara normal.
Hasil output SPSS uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.14 diatas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.696 dan signifikansi pada 0.719. Nilai signifikansi Kolmogorov- Smirnov pada 0.719 >0.05 hal ini berarti hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.
(35)
4.3.2.2Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dan model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2012:105). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Criteria umum yang dipakai untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah jika tolerance value < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value >0,10 atau sama dengan nilai VIF<10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil output SPSS uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistiks
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 .889 1.125
Debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001 .792 1.263
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800 .852 1.173
a. Dependent Variabel: price_earning
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hasil output SPSS uji multikolinieritas pada tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,10 dan variance inflation factor (VIF) untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari 10. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa dalam model-model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas.
(36)
4.3.2.3Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat garfik scatterplots antara nilai prediksi variabel terkait (dependen) yaitu Price Earning Ratio. Hasil output SPSS uji heteroskedastisitas dalam bentuk grafik scatterplots dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Hasil output grafik scatterplot pada gambar 4.3 diatas menunjukkan titik-titik data menyebar di atas dan dibawah. Titik-titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah angka 0 saja. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
(37)
Terdapat beberpa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu uji park, uji glejser dan uji white. Uji statistik untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji gleser. Model regresi bebas dari heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05. Hasil uji SPSS statistik glejser ditunjukan pada tabel 4.16 dibawah ini.
Tabel 4.16
Uji Glejser Transformasi Logaritma Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 4.145 1.237 3.350 .002
total_asset -1.286E-008 .000 -.164 -1.102 .276
Debt_to_equity -1.551 1.323 -.185 -1.172 .248
dividend_payout .036 .019 .292 1.922 .061
a. Dependent Variabel: absout
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hasil output SPSS uji glejser pada tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa variabel Total assets, Debt to equity, Dividend Payout memiliki tingkat signifikansi masing-masing 0.276, 0.248, 0.061 lebih besar dari tingkat kepercayaan 5% atau 0.05 sehingga dapat disimpulkan model regresi penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas.
(38)
4.3.2.4Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012:110). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Autukorelasi dapat dideteksi dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: tidak ada autokorelasi Ha: ada autokorelasi
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini. Criteria pengambilan keputusan ada tidaknya autokorellasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah du < d < 4 –du.
Tabel 4.17
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi
negative
Tolak 4 – dl < d <4 Tidak ada korelasi
negative
No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi
positif atau negative
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali 2012:111
(39)
Tabel 4.18 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .600a .360 .316 6.398 2.268
a. Predictors: (Constant), dividend_payout, total_asset, debt_to_equity b. Dependent Variabel: price_earning
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hasil output SPSS pada tabel 4.18 diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2.268. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi nilai DW tersebut akan dibandingkan dengan nilaitabelDW dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 48 dan jumlah variabel independen 3. PadatabelDW didapat nilai batas atas (du) 1.6708 dan batas atas (dl) 1.4064. Nilai DW hitung 1.6708 < 2.268 < 4 -1.6708 atau 1.6708 < 2.268 < 2.3292 berarti tidak terdapat autokorelasi.
4.3.3 Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best liniar Unbiased Estimator (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Hasil output regresi pengaruh Total assets, Debt to equity ratio, dan Dividend Payout ratio secara bersama berpengaruh terhadap Price Earning Ratio disajikan pada tabel 4.19
(40)
Tabel 4.19 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800
debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 a. Dependent Variabel: price_earning
Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil output SPSS padatabel4.18 diatas, persamaan matematis regresi berganda penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
PER= 15.881 -7.273 Total assets + 8.421 DER + 0.008 DPR + ɛ Interpretasi dari persamaan sistematis regresi tersebut adalah:
1. Konstanta bernilai 15.881. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen atau bebas (Total assets, Debt to equity ratio, dan Dividend Payout ratio) maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdafatar di Jakarta Islamic Index adalah sebesar 15,881 kali.
2. Total assets yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar -0,00000007273 yang menyatakan bahwa apabila Total assets naik sebesar satu satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index akan menurunkan sebesar -0,00000007273.
3. Debt to equity yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar 8,421 yang menyatakan bahwa apabila Debt to equity naik sebesar satu
(41)
satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index akan naik sebesar 8,421.
4. Dividend Payout yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar 0,008 yang menyatakan bahwa apabila Dividend Payout menambah sebesar satu satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index akan menaikan sebesar 0,008.
4.3.4 Pengujian Hipotesis
4.3.4.1Uji signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya untuk menguji apakah semua variabel independen dalam model penelitian mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil pengujian statistik F disajikan pada tabel 4.20 dibawah ini.
Tabel 4.20 Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1011.511 3 337.170 8.236 .000b
Residual 1801.388 44 40.941
Total 2812.899 47
a. Dependent Variabel: price_earning
b. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Hasil output SPSS uji ANOVA atau uji statistik F pada tabel 4.20 diatas menunjukkan probabillitas signifikansi sebesar 0.000. probabilitas signifikansi F dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0.05 dan didapat probabilitas signifikansi F 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. berdasarkan hasil
(42)
perbandingan diatas dapat disimpulkan hipotesis 4 diterima yang berarti Total assets, Debt to equity ratio, dan Dividend Payout ratio secara bersama berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
4.3.4.2Uji signifikansi parsial (Uji t)
Uji statistik t dalam penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh satu variabel independen secara individual (parsial) berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai probabilitas signifikan hasil uji statistik masing-masing variabel independen dengan taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 nilai profitabilitas signifikan variabel < taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 diterima, ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Sedangkan nilai probabilitas signifikan variabel > taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 ditolak dan menerima Ha, ini berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil output SPSS pengujian statistik t disajikan pada tabel 4.21 dibawah ini.
Tabel 4.21 Uji Signifikansi t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15.881 2.107 7.537 .000
dividend_payout .008 .032 .033 .255 .800
debt_to_equity 8.421 2.254 .507 3.737 .001
total_asset -7.273E-008 .000 -.468 -3.660 .001 a. Dependent Variabel: price_earning
(43)
Penjelasan hasil output SPSS uji t (parsial) untuk masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut.
a. Total assets
Berdasarkan tabel 4.21 hasil output pengujian signifikansi parsial diatas menunjukkan probabilitas signifikansi pengaruh Total assets terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Total assets lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis 1 diterima yang berarti Total assets secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
b. Debt to equity
Berdasarkan tabel 4.21 hasil output pengujian signifikansi parsial diatas menunjukkan probabilitas signifikansi pengaruh Debt to equity terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Debt to equity lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis 2 diterima yang berarti Debt to equity secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
c. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio memiliki angka signifikansi 0.800 (diatas 0.05) yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 ditolak yang berarti Dividend Payout secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price
(44)
Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index..
4.3.4.3Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien Adjusted R2 dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persentase penagruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil output SPSS koefisien determinasi disajikan padatabel4.22 dibawah ini.
Tabel 4.22
Nilai Koefisien Determinasi (R Square) Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .600a .360 .316 6.398
a. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)
Pada tebel di atas, angka R sebesar 0,600 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel indenpenden yaitu Total assets, Debt to equity, divedend payout dengan dependen yaitu PER adalah sedikit kuat karena berada pada angka 0,6. Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,360. hal ini berarti 36% perubahan terhadap PER dapat dijelaskan oleh Total assets, Debt to equity,Dividend Payout. Sedangkan sisanya 64% dijelaskan oleh sabab-sebab lain.
(45)
Standart Error of the estimate (SEE) adalah 0,316. maka dapat disimpulkan model regresi kuat dalm memprediksi PER.
4.4Pembahasan
Hasil pengujian statistik simultan atau uji F menunjukkan bahwa secara simultan Total assets, Debt to equity, divedend payout berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Hasil ini mendukung hipotesis keempat. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Total assets, Debt to equity yang mempengaruhi Price Earning Ratio. Hasil ini mendukung hipotesis pertama dan kedua. Sedangkan Dividend Payout secara parsial tidak mempengaruhi Price Earning Ratio. Hal ini Hipotesis ketiga ditolak.
Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Total assets berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. pengaruh Total assets terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Total assets lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima yang berarti Total assets secara individu berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Total assets menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan penjualan dan Earnings. Semakin besar dan kuat perusahaan maka semakin baik jalan masuk ke pasar modal (Van Horne, 1998: 503). Perusahaan mampu meningkatkan penjualannya atau dapat menaikkan ekspor dan mendapat keuntungan yang lebih besar dari biaya operasionalnya sehingga investor tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan sehingga Price Earning Ratio perusahaan akan meningkat.
(46)
Hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti terdahulu Djendra (2010) menyatakan Total assets tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio karena mungkin disebabkan oleh pandangan investor yang menganggap bahwa besarnya ukuran perusahaan memungkinkan perusahaan tersebut untuk memanfaatkan peluang investasi yang beresiko, akibatnya investor yang risk-averse tidak berminat lagi sehingga cenderung akan menjual saham yang dimilikinya dan berdampak pada penurunan nilai perusahaan yang tercermin pada penurunan harga saham.
Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Debt to equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. signifikansi pengaruh Debt to equity terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Debt to equity lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima yang berarti Debt to equity secara individu terhadap PER. Hal ini mungkin disebabkan karena penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relatif stabil yang berani menambah hutang (Arifin, 2005 : 12). Dengan demikian hutang memiliki pengaruh terhadap investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut, dengan banyaknya permintaan akan saham maka harga saham akan naik dan nilai P/E juga akan naik.
Hasil penelitian ini sama dengan peneliti terdahulu yaitu Faezinia (2012). Menyatakan meningkatkan Debt to equity dapat diharapkan untuk meningkatkan Price Earning Ratio. Meningkatkan Debt to equity menyebabkan peningkatan risiko keuangan dan jika perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih
(47)
besar dari suku bunga pinjaman, hubungan antara leverage dan ekuitas kembali, maka akan positif. Karena berdasarkan temuan penelitian, menyediakan bahwa peningkatan pinjaman menyebabkan peningkatan rasio return perusahaan dan profitabilitas. Dapat mengimbangi risiko yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu Marthinova (2007), Hasanah (2009), Djendra (2010) menyatakan Debt to equity tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Hasil penelitian Djendra (2010) menyatakan semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang berbasis hutang maka resiko kebangkrutan yang akan dialami perusahaan juga semakin besar, sehingga besarnya rasio hutang merupakan sinyal negatif bagi investor terutama bagi investor yang cenderung menghindari resiko.
Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Dividend Payout tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Dividend Payout memiliki angka signifikansi 0.800 (diatas 0.05) yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 ditolak yang berarti Dividend Payout secara individu tidak berpengaruh terhadap PER. Penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu Hasanah (2009), Ramasundam (2011). Hasanah menyatakan DPR tidak berpengaruh terhadap PER sehingga penurunan atau kenaikan DER selama periode pengamatan tidak berpengaruh terhadap besarnya nilai harga saham perusahaan (PER) dan menurut Hasanah hal ini disebabkan karena nilai harga saham suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnnya DPR tetapi ditentukan oleh laba (Earnings) perusahaan dan kecenderungan investor lebih menyukai capital gain. Dalam hal ini seperti Tax
(48)
Diffrential Theory yang menyebutkan bahwa investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi daripada menerima dividen yang tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak yang dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Untuk itu dapat dijelaskan bahwa investor akan menerima tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi daripada saham dengan dividend yield yang rendah. POleh karena itu kelompok ini cenderung menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan DPR yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.
(49)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara parsial Total assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
2. Secara parsial Debt to Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
3. Secara parsial Dividend payout Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.
4. Secara simultan Total assets, debt to equity, dividend payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio.
5.2Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi investor dalam melakukan penilaian atas saham berdasarkan nilai Price Earning Ratio hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor seperti Total Assets, Debt to Equity mengingat bahwa kedua variabel dalam penelitian ini
(50)
berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Dan juga investor mempertimbangkan Dividen Payout dalam melakukan penilaian atas saham berdasarkan nilai Price Earning Ratio.
2. Penelitian ini hanya sebatas pada pengamatan 49 perusahan dengan criteria tertentu sehingga memperoleh 12 sampel. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih banyak dengan memasukkan semua perusahaan yang masuk di Jakarta Islamic Index selama periode penelitian.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah sampel penelitian dan menambahkan faktor-faktor fundamental perusahaan.
(51)
BAB II
TIMJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Samsul, 2006: 43).
2.1.1.1 Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham. Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Wujud saham terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Saham Preferen (preferred stock)
Saham preferen dalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak
(52)
istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan. 2. Saham biasa (common stock)
Saham biasa dalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.1.1.2 Analisis dan Penilaian Saham
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Memahami ketiga konsep nilai merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.
Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga
(53)
yang murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued) (Jogiyanto, 2003: 88).
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental atau analisis perusahaan dan analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi.
Analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan (Jogiyanto, 2003: 89). Berdasarkan analisis fundamental, ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan Price Earning Ratio.
2.1.2. Price earning ratio
Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi laporan keuangan. Menurut Jogiyanto (2003: 89), Price earning ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan
(54)
dari earnings. Menurut Tandelilin (2001 : 243), informasi P/E mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, P/E menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.
Price Earning Ratio atau Earning Multiplier menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. P/E didapat dari perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Misalnya, jika P/E suatu saham sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. P/E ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp1,00 earning perusahaan (Tandelilin, 2001 : 191).
Price Earning Ratio sangat efektif digunakan untuk mengestimasi suatu saham apakah harga saham tersebut terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang overvalued dan layak dijual. Sebaliknya, jika nilai pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham disebut sebagai saham yang undervalued dan layak dibeli. Bagi pemodal, semakin kecil P/E suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah dan kemungkinan untuk mendapatkan capital gain juga semakin besar sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public (Tandelilin, 2001 : 245).
(55)
2.1.2.1 Kegunaan Price earning ratio
Menurut Prastowo (2002:52), Price earning ratio merupakan salah satu metode evaluasi. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang terhadap harga saham.
Semakin besar Price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai Price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang.
Price earning ratio dapat digunakan untuk:
1. Menentukan nilai pasar saham yang diharapkan. 2. Menentukan nilai pasar saham yang akan datang. 3. Menentukan tingkat kapitalisasi saham.
Indikator Price earning ratio berfungsi untuk mengevaluasi apakah saham overvalued atau undervalued. Suatu saham dapat dikatakan overvalued jika harga pasarnya lebih besar dari harga sebenarnya. Jika suatu saham dikatakan overvalued, maka para investor sebaiknya segera menjual saham yang dimilikinya. Sebaliknya jika suatu saham dikatakan undervalued berarti nilai sebenarnya lebih besar dari nilai pasarnya. Dalam keadaan undervalued, sebaiknya para investor segera membeli saham tersebut karena harga yang ditawarkan cukup murah.
(56)
2.1.3. Total Assets
Total assets merupakan keseluruhan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan baik aset tangible ataupun aset intangible yang digunakan dalam operasional perusahaan. Aset yang ada dalam perusahaan juga bisa dibagi menjadi dua bagian besar yang tidak dapat dilepaskan dari karakteristik aset yang dimiliki suatu perusahaan, yaitu aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberikan manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah.
Total Assets merupakan ukuran sebuah perusahaan yang kemudian dihubungkan dengan peluang memiliki akses ke pasar modal dan mendapatkan bantuan dana dari pihak ketiga. Dengan adanya kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan yang relatif baik dan memiliki jaminan berupa aset bernilai lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Van Horne, 2005: 503).
Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
(57)
2.1.4 Debt to Equity Ratio
Perusahaan memerlukan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan atas sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari modal yang disetor oleh pemilik perusahaan dan laba ditahan. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan, misalnya sumber dana melalui utang. Debt to Equity merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah modal sendiri yang disediakan untuk membayar hutang (Halim, 2007 : 57).
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan (Sartono, 2001: 121).
Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya atau menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.
(58)
Debt to Equity ratio merupakan salah satu rasio leverage. Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam mengelola aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiaya investasi perusahaan semakin kecil atau tingkat penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan semakin besar.
Hal ini juga akan memperbesar tingkat ketidakpastian perusahaan dalam memperoleh return yang berarti akan meningkatkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko yang dimaksud terkait dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap yang timbul dari leverage tersebut. Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko.
2.1.5 Dividen Payout Ratio
2.1.5.1. Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio
Diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2003:280). Devidend payout ratio (rasio pembayaran dividen) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Van Horne, 2005: 496).
Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham ”equity investors”, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selalu ingin adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di
(59)
lain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen makin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai ”cash dividend” disebut dividend payout ratio.
Pembagian dividen dalam teori signaling memberikan sinyal positif kepada para investor akan prospek saham karena mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Sebab perusahaan yang memiliki kinerja bagus berupaya untuk memberitahukannya kepada masyarakat namun tidak ingin ditiru oleh perusahaan yang berkinerja buruk. Pemberian dividen yang besar memang akan mengurangi jumlah capital expenditure sehingga pertumbuhan perusahaan mungkin akan terganggu namun karena kinerja perusahaan bagus, dia tetap dapat menghasilkan laba bahkan masih tetap tumbuh. Namun tidak demikian halnya dengan perusahaan yang kualitasnya buruk, membayar dividen yang tinggi secara terus-menerus akan menghilangkan kesempatan mereka untuk melakukan investasi sehingga pertumbuhan perusahaan akan terhenti. Karena investor paham akan hal ini maka dia akan memberi nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang membayar dividen besar dan memberi nilai rendah pada perusahaan yang dividennya kecil (Arifin, 2005: 12).
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari akan kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki peneliti, untuk itu peneliti dengan hati terbuka menerima saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang membaca skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, semangat, motivasi dan doa dari orang-orang yang penulis sayangi selama penulisan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada ibunda tervinta yaitu R.Sianturi dan Ayahanda tercinta O.Sinaga, yang tidak pernah berlelah memberikan doa dan dukungan kepada penulis. Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE. ME, Selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dra.
(2)
Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE. MSi, dan Ibu Dra Friska Sipayung MS, selaku Ketua dan Sekertaris program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah bersedia dan sabar mengajari dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, MSi, selaku Dosen Pembaca Penilai peneliti yang telah bersedia memberikan saran dan pendapat guna kesempurnaan penulisan skripsi peneliti.
6. Kepada seluruh keluarga, saudara, dan terkhusus kepada yang peneliti sayangi Ramat Hutabarat, yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
7. Kepada Sahabat Peneliti Devi Pelawi, Ghiera Ginting dan teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terkhusus Konsentrasi Manajemen Keuangan yang telah memberikan motivasi dalam perkuliahan.
Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih untuk semuanya.
Medan, Maret 2015 Peneliti
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1. Pasar Modal ... 8
2.1.1.1 Saham ... 8
2.1.1.2 Analisis dan Penilaian Saham ... 9
2.1.2. Price Earning Ratio ... 10
2.1.2.1 Kegunaan Price Earning Ratio ... 12
2.1.3. Total Assets………..………... 13
2.1.4. Debt to Equity ... 14
2.1.5. Dividend Payout Ratio ... 15
2.1.5.1 Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio .... 15
2.2. Penelitian Terdahulu ... 17
2.3. Kerangka Konseptual ... 19
2.4. Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.3. Batasan Operasional ... 23
3.4. Definisi Operasional Variabel ... 24
3.5. Populasi dan Sampel ... 25
3.6. Jenis Data ... 27
3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.8. Metode Analisis Data ... 28
3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 28
3.8.2. Analisis Regresi Berganda ... 28
3.9. Uji Asumsi Klasik ... 29
3.9.1. Uji Normalitas ... 30
(4)
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 31
3.9.4. Uji Autokorelasi ... 32
3.10. Pengujian Hipotesis ... 33
3.10.1. Uji Signifikansi Simultan ... 33
3.10.2. Uji Signifikansi Parsial ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Sejarah Jakarta Islamic Index ... 38
4.2. Profil Perusahaan Yang Sahamnya Masuk Dalam Jakarta Islamic Index Dan Memenuhi Criteria Untuk Dijadikan Sampel ... 38
4.3. Analisis Hasil Pengujian Data ... 46
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 46
4.3.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 47
4.3.2.1 Uji Normalitas ... 48
4.3.2.2 Uji Multikolinieritas ... 51
4.3.2.3 Uji Heteroskedasitisitas ... 52
4.3.2.4 Uji Autokorelasi ... 54
4.3.3 Analisis Regresi ... 55
4.3.4 Pengujian Hipotesis ... 57
4.3.4.1 Uji Signifikansi Simultan ... 57
4.3.4.2 Uji Signifikansi Parsial ... 58
4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi ... 60
4.4. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN
(5)
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
1.1. Data Kinerja Saham di Jakarta Islamic Index ... 4
1.2. Rata-rata Kinerja Saham di Jakarta Islamic Index ... 5
3.1. Hasil Penentuan Sampel ... 26
3.2. Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 27
4.1. Data Rasio Keuangan Astra Agro Lestari Tbk ... 39
4.2. Data Rasio Keuangan Astra Internasional Tbk ... 40
4.3. Data Rasio Keuangan Charoen Pokphand Indonesia Tbk ... 40
4.4. Data Rasio Keuangan Indocement Tunggal Prakaras Tbk ... 41
4.5. Data Rasio Keuangan Indo Tambangraya Megah Tbk ... 41
4.6. Data Rasio Keuangan Kalbe Farma Tbk ... 42
4.7. Data Rasio Keuangan PP London Sumatra Indonesia ... 43
4.8. Data Rasio Keuangan Tambang Batubara Bukit Asam ... 43
4.9. Data Rasio Keuangan Semen Indonesia ... 44
4.10. Data Rasio Keuangan Telekomunikasi Indonesia Tbk ... 44
4.11. Data Rasio Keuangan United Tractors Tbk ... 45
4.12. Data Rasio Keuangan Unilever Indonesia Tbk ... 46
4.13. Statistik Deskriptif ... 46
4.14. Uji Kolmogorov - Smirnov ... 50
4.15. Uji Multikolinieritas ... 51
4.16. Uji Glejser Transformasi Logaritma ... 53
4.17. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 54
4.18. Uji Autokorelasi ... 55
4.19. Hasil Analisis Regreasi ... 56
4.20. ANOVA ... 57
4.21. Uji Signifikansi t ... 58
(6)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
4.1. Grafik Histogram ... 48 4.2. Normal Probability Plot ... 49 4.3. Grafik Scatterplot ... 52