4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia buah belimbing manis menunjukkan adanya golongan senyawa glikosida, saponin, flavonoid,
triterpenoidsteroid. Hasil skrining dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia
No Golongan senyawa yang diperiksa
Hasil skrining 1
Alkaloid -
2 Glikosida
+ 3
Saponin +
4 Flavonoid
+ 5
Antrakinon _
6 Tanin
_ 7
Triterpenoidsteroid +
Keterangan : + = Mengandung senyawa yang diperiksa
- = Tidak mengandung senyawa yang diperiksa
Pada serbuk simplisia buah belimbing manis yang ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin berwarna ungu pada batas
cairan menunjukkan adanya glikosida. Penambahan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan adanya buih yang
mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1-10 cm dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin. Penambahan
serbuk Mg dan asam klorida pekat dan amil alkohol, dan dibiarkan memisah memberikan warna kuning jingga, menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan memberikan warna biru atau hijau menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
steroid. Hasil skrining fitokimia simplisia buah belimbing manis memperlihatkan adanya golongan senyawa glikosida, saponin, flavonoid, triterpenoidsteroid.
Adanya kandungan senyawa flavonoid menunjukkan bahwa buah belimbing manis mempunyai aktivitas antimikroba dimana flavonoida merupakan
golongan senyawa fenol Robinson, 1995. Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisida namun tidak bersifat sporisida
Pratiwi, 2008. Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri mati, juga dapat
mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak lipid pada membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel Pelczar dan
Chan, 1986. Flavonoida bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran
sitoplasma. Membran sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka
metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga terjadi ketidakmampuan sel
bakteri untuk tumbuh dan pada akhirnya terjadi kematian. Hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol diperoleh ekstrak
sebanyak 89,6 g dengan pH 3.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Buah Belimbing Manis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak metanol dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan menghasilkan diameter daerah hambatan yang semakin besar.
Hasil pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak metanol, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli Konsentrasi
mgml Diameter daerah hambatan mm
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
500 17,53
26,86 400
16,50 26,13
300 15,13
25,04 200
14,76 23,86
100 14,20
22,00 90
13,06 20,76
80 12,40
19,36 70
11,50 16,83
60 9,93
16,06 50
8,80 14,23
40 -
11,33 30
- -
20 -
- 10
- -
Blanko -
-
Keterangan: = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran, - = Tidak ada hambatan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menentukan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri, dimana diameter zona hambat akan meningkat
seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi terhadap ekstrak buah belimbing manis memiliki korelasi
positif terhadap peningkatan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri
Universitas Sumatera Utara
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dari data di atas menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sedangkan pada blanko tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap kedua bakteri yang digunakan.
Aktivitas antibakteri dapat disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu flavonoida.
Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak tersebut diperoleh batas daerah hambat yang efektif pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 100
mgml dengan diameter 14,20 mm, pada bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi 50 mgml dengan diameter 14,23 mm. Bakteri Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram positif sedangkan bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif. Dengan demikian ekstrak buah belimbing manis lebih kuat
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, hal ini disebabkan karena buah belimbing manis mengandung asam dengan pH 3 dimana bakteri
Gram negatif membran selnya mengandung lipopolisakarida yang terdiri dari lipid dan lipoprotein sehingga lipid dari bakteri Escherichia coli akan rusak pada
keadaan asam dan jika dibandingkan dengan bakteri Staphylococcus aureus yaitu Gram positif dimana membran selnya mengandung peptidoglikan sehingga tahan
terhadap asam. Batas daerah hambat dinilai efektif apabila memiliki diameter daya hambat lebih kurang 14 mm sampai 16 mm Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Buah Belimbing Manis Terhadap Jamur Candida albicans dan Microsporum gypseum
Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap jamur Candida albicans dan Microsporum gypseum dari ekstrak metanol tidak memberikan diameter daerah
hambatan. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Jamur
Candida albicans dan Microsporum gypseum Konsentrasi
mgml Diameter daerah hambatan mm
Candida albicans Microsporum gypseum
500 -
- 400
- -
300 -
- 200
- -
100 -
- 90
- -
80 -
- 70
- -
60 -
- 50
- -
40 -
- 30
- -
20 -
- 10
- -
Blanko -
-
Keterangan: = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran - = Tidak ada hambatan
Pengujian ekstrak metanol tidak menunjukkan adanya daerah hambatan
sehingga tidak dapat dikatakan sebagai antijamur. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa buah
belimbing manis memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan pertumbuhan jamur tidak dapat dihambat. Hal ini disebabkan karena
golongan senyawa kimia yang terdapat dalam buah belimbing manis yaitu senyawa fenol yang berkhasiat sebagai antibakteri saja tetapi tidak berkhasiat
sebagai antijamur. Selain itu juga bakteri memiliki spora yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh, sedangkan jamur memiliki spora yang berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
reproduksi aseksual dan seksual sehingga memperbanyak pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, senyawa flavonoid tersebut tidak mampu menghambat
pertumbuhan jamur.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN