bahwa tingkat pengetahuan responden di RSHAM tentang helioterapi masih belum meyakinkan. Seharusnya, penelitian ini membuahkan hasil yang lebih baik
daripada penelitian Kakourou dkk. Oleh itu, dapat dikatakan bahwa, keterjangkauan informasi masyarakat di Indonesia adalah kurang jika
dibandingkan dengan di Greece.
5.2.2. Sumber Pengetahuan
Pada pendapat peneliti, terdapat miskonsepsi di kalangan masyarakat tentang efek dan dampak sinar matahari pada kesehatan secara keseluruhan.
Pemikiran sedemikian menyebabkan kebanyakkan responden kurang mengambil inisiatif untuk menanyakan hal-hal tentang helioterapi langsung kepada dokter
atau petugas kesehatan, tetapi mencoba mencari tahu dengan membaca sendiri melalui bahan bacaan atau internet. Ternyata internet adalah sumber informasi
yang terbanyak dipakai dalam masyarakat saat ini. Masalah yang terjadi disini adalah bahan bacaan atau situs yang sering ditelusuri oleh orang awam jarang
mempunyai sumber informasi yang evidence based. Terbukti dari hasil penelitian bahwa banyak responden memilih internet
sebagai sumber pengetahuan mereka 46.1 dan sumber informasi yang didapat dari dokterperawat pula mempunyai presentase terendah 2.8, seperti di dalam
Tabel 5.5. Dalam satu penelitian yang dijalankan oleh Aladag dkk 2006 di Turki dengan jumlah sampel sebanyak 118 orang, 58.1 menyatakan internet dan bahan
bacaan sebagai sumber pengetahuan mereka, dan 33.3 menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang helioterapi dari dokterperawat. Hasil penelitian
Aladag tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian ini. Tambahan pula, budaya menjemur bayi di bawah sinar matahari bukan sesuatu yang baru tetapi telah
diamalkan oleh masyarakat di Indonesia selama berabad-abad. Berbeda dengan penelitian Aladag yang dijalankan di Turki, dimana terdapat pengaruh pengobatan
barat yang kuat dan para orangtua memilih fototerapi dan bukan helioterapi sebagai penatalaksanaan bagi neonatal jaundice. Maka, peneliti setuju dengan
pendapat Aladag bahwa banyak orangtua mengekspos bayi mereka terhadap
Universitas Sumatera Utara
bahaya sinar matahari secara tidak sengaja, karena informasi yang tidak akurat atau karena faktor budaya.
Peran orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang helioterapi 18.9, berada pada urutan kedua setelah internet. Padahal, diperkirakan bahwa
sumber pengetahuan utama tentang helioterapi adalah dari orangtua. Seperti yang dibahas di atas, penggunaan helioterapi di kalangan masyarakat Indonesia bukan
suatu hal yang baru, tetapi telah dipraktikkan selama berabad-abad. Pada pendapat peneliti, para responden di RSHAM kurang mendapat informasi tentang
helioterapi dari orangtua mereka dibanding dengan internet mungkin karena tidak semua dari responden tinggal bersama orangtua mereka. Selain itu, mungkin juga
terdapat responden yang lebih mempercayai informasi dari internet dari ucapan lisan oleh golongan tua yang tidak mempunyai bukti.
Dalam hal lain, suatu survei yang dilakukan oleh Harrison dkk 2002 di Queensland, Australia, mendapatkan hasil bahwa pemilik child care centre yang
mempunyai Sun Protective Policy, yaitu suatu program yang diwajibkan oleh pemerintah, adalah 90 dalam kategori tingkat pengetahuan Baik tentang efek
sinar matahari terhadap kesehatan. Memandangkan terdapat suatu penambahan yang pesat dalam penubuhan child care centre dan rumah sakit-rumah sakit yang
khusus bagi ibu dan anak di Indonesia, pemerintah di Indonesia juga harus merancang program-program yang sesuai dalam mendidik dan melindungi rakyat
dari bahaya sinar matahari, serta menjadi sumber utama dalam penyaluran informasi yang benar kepada rakyat.
5.2.3. Tingkat Pengetahuan tentang Cara Penjemuran Bayi