Pengetahuan Orangtua Pasien Poliklinik Anak RSU H. Adam Malik, Medan, Tentang Helioterapi.

(1)

PENGETAHUAN ORANGTUA PASIEN POLIKLINIK ANAK

RSU H. ADAM MALIK, MEDAN, TENTANG HELIOTERAPI

Oleh :

HEMALATHA PATHMANATHAN

080100267

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGETAHUAN ORANGTUA PASIEN POLIKLINIK ANAK

RSU H. ADAM MALIK, MEDAN, TENTANG HELIOTERAPI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

HEMALATHA PATHMANATHAN

080100267

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ABSTRAK

Selama berabad-abad, sinar matahari telah digunakan untuk tujuan terapeutik. Orangtua masih menjemur bayi mereka untuk mengobati penyakit kuning bayi, ruam popok atau sebagian besar untuk mendapat vitamin D untuk perkembangan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan dari orangtua pasien Poliklinik Anak, RSU H. Adam Malik, Medan, tentang helioterapi.

Ini adalah suatu penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional.Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk menguji pengetahuan responden tentang helioterapi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari 106 responden, secara umum, adalah sedang (53,8%). Empat belas persen memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan tiga puluh dua persen memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sumber informasi yang digunakan oleh responden untuk menjawab kuesioner adalah internet (46,2%), orangtua (18,9%), buku / koran (16,0%), televisi / radio (16,0%) dan staf medis (2,8%). Pengetahuan orangtua pasien mengenai cara penjemuran bayi yang tepat, adalah baik (27,4%). Hampir setengah dari mereka (46,2%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang efek dari sinar matahari terhadap kesehatan anak-anak mereka.

Sebagian besar responden menyadari manfaat dari sinar matahari dan helioterapi. Namun tingkat pengetahuan tentang efek sinar matahari terhadap kesehatan anak mereka tidak adekuat. Orangtua harus dibrikan edukasi tentang kelebihan dan bahaya sinar matahari terhadap kesehatan di unit perawatan kesehatan primer.

Kata kunci: helioterapi, sinar matahari, pengetahuan orang tua, bayi


(4)

ABSTRACT

For centuries, sunlight has been used for therapeutic purposes. Parents still sun their infants to treat neonatal jaundice, nappy rash or mostly to supply vitamin D for bone development as a consequence of health beliefs. This study was aimed to assess knowledge of parents attending to the Peadiatric Clinic of RSU H. Adam Malik, Medan, for their children's health care, about heliotherapy.

This is a descriptive study using cross sectional method. The data was obtained by using a questionnaire designed to test the respondents’ knowledge about heliotherapy

Results from the study show that from the knowledge level of the total 106 respondents, majority is moderate (53.8%). Fourteen percent have good level of knowledge and thirty two percent have low level of knowledge. The source knowledge were, internet (46.2%), the elders (18.9%), books/newspaper (16.0%), television/radio (16.0%) and medical staff (2.8%). In the case of the proper ways of sunning the baby, the knowledge of the repondents is good (27.4%). Nearly half of them (46.2%) have moderate level of knowledge about the effects of sunlight on their children’s health.

Most of the respondents were aware of the benefits of sunlight and heliotherapy. However their level of knowledge on the effect of sunlight is insufficient. More education should be given to parents about the benefits and danger of sunlight at primary health care units while advising to sun their babies, if any.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan kurniaNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengetahuan Orangtua Pasien Poliklinik Anak RSU H. Adam Malik, Medan, tentang Helioterapi”.

Selama penulis menyusun karya tulis ini telah banyak mendapatkan bimbingan dan arahan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Sri Sofyani, SpA (K), selaku dosen pembimbing, atas kesabaran, waktu bimbingan, saran dan pengarahan yang diberikan sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga kepada seluruh staf pengajar Faklutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan, serta pimpinan Universitas Sumatera Utara di atas kesempatan yang diberikan untuk mengerjakan karya tulis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua teman-teman yang turut banyak membantu dengan memberikan saran dan kritikan yang membangun untuk penyelesaian karya tulis ini.

Penulis juga menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun menjadi sumbangan yang berarti bagi karya tulis ini. Sekian, terima kasih.

Medan, 11 Desember 2011 Penulis

Hemalatha Pathmanathan 080100267


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT .... ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah …... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. 5

2.1. Pengetahuan... 5

2.2 Matahari... 6

2.2.1. Sinar Matahari... 7

2.3. Helioterapi ... 8

2.3.1. Helioterapi dan Infeksi ... 8

2.3.2. Helioterapi dan Sintesis Vitamin D ... 8


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……….. 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 12

3.2. Defenisi Operasional... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 16

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 21

5.1. Hasil Penelitian... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 21

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden……… 21

5.1.3. Distribusi Hasil Penelitian ………. 23

5.2. Pembahasan ………. 27

5.2.1. Tingkat Pengetahuan tentang Helioterapi ………. 27

5.2.2. Sumber Pengetahuan……….. 28

5.2.3. Tingkat Pengetahuan tentang Cara Penjemuran Bayi ……… 29

5.2.4. Tingkat Pengetahuan tentang Dampak dari Paparan Sinar Matahari.. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 31

6.1. Kesimpulan………. 31

6.2. Saran……… 31

DAFTAR PUSTAKA……… 33 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Gambaran Waktu Penelitian……… 16 4.2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas……… 19 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

………..

22

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………...………...…...

22

5.3 Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM……….………

23

5.4 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM ………

24

5.5 Sumber Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM……….

25

5.6 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Cara Penjemuran Bayi di Bawah Sinar Matahari di Poliklinik Anak, RSHAM...………...

26

5.7 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Dampak Penjemuran Bayi di Bawah Sinar Matahari di Poliklinik Anak, RSHAM ………...


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nombor Judul Halaman

2.1 Mekanisme Sintesis Vitamin D dari Paparan Sinar Matahari………...……….


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Riwayat Hidup Peneliti

2 Lembar Penjelasan dan Informed Consent

3 Kuesioner

4 Surat Persetujuan Komisi Etik 5 Hasil Uji Validitas

6 Hasil Uji Reliabilitas 7 Data Induk (Master Data)


(11)

ABSTRAK

Selama berabad-abad, sinar matahari telah digunakan untuk tujuan terapeutik. Orangtua masih menjemur bayi mereka untuk mengobati penyakit kuning bayi, ruam popok atau sebagian besar untuk mendapat vitamin D untuk perkembangan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan dari orangtua pasien Poliklinik Anak, RSU H. Adam Malik, Medan, tentang helioterapi.

Ini adalah suatu penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional.Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk menguji pengetahuan responden tentang helioterapi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari 106 responden, secara umum, adalah sedang (53,8%). Empat belas persen memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan tiga puluh dua persen memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sumber informasi yang digunakan oleh responden untuk menjawab kuesioner adalah internet (46,2%), orangtua (18,9%), buku / koran (16,0%), televisi / radio (16,0%) dan staf medis (2,8%). Pengetahuan orangtua pasien mengenai cara penjemuran bayi yang tepat, adalah baik (27,4%). Hampir setengah dari mereka (46,2%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang efek dari sinar matahari terhadap kesehatan anak-anak mereka.

Sebagian besar responden menyadari manfaat dari sinar matahari dan helioterapi. Namun tingkat pengetahuan tentang efek sinar matahari terhadap kesehatan anak mereka tidak adekuat. Orangtua harus dibrikan edukasi tentang kelebihan dan bahaya sinar matahari terhadap kesehatan di unit perawatan kesehatan primer.

Kata kunci: helioterapi, sinar matahari, pengetahuan orang tua, bayi


(12)

ABSTRACT

For centuries, sunlight has been used for therapeutic purposes. Parents still sun their infants to treat neonatal jaundice, nappy rash or mostly to supply vitamin D for bone development as a consequence of health beliefs. This study was aimed to assess knowledge of parents attending to the Peadiatric Clinic of RSU H. Adam Malik, Medan, for their children's health care, about heliotherapy.

This is a descriptive study using cross sectional method. The data was obtained by using a questionnaire designed to test the respondents’ knowledge about heliotherapy

Results from the study show that from the knowledge level of the total 106 respondents, majority is moderate (53.8%). Fourteen percent have good level of knowledge and thirty two percent have low level of knowledge. The source knowledge were, internet (46.2%), the elders (18.9%), books/newspaper (16.0%), television/radio (16.0%) and medical staff (2.8%). In the case of the proper ways of sunning the baby, the knowledge of the repondents is good (27.4%). Nearly half of them (46.2%) have moderate level of knowledge about the effects of sunlight on their children’s health.

Most of the respondents were aware of the benefits of sunlight and heliotherapy. However their level of knowledge on the effect of sunlight is insufficient. More education should be given to parents about the benefits and danger of sunlight at primary health care units while advising to sun their babies, if any.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Selama berabad-abad, sinar matahari telah digunakan untuk tujuan terapeutik atau juga dikenali sebagai helioterapi. Helioterapi, pertamanya telah digunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti psoriasis dan dermatitis atopik. Menurut Moosa dan Esterhuyse (2010), helioterapi merupakan alternatif terbaik untuk pasien yang membutuhkan fototerapi tetapi tidak mampu mendapatkan fototerapi klinis karena alasan-alasan keuangan atau tempat tinggal yang jauh dari rumah sakit.

Kesadaran tentang efek sinar matahari pada kesehatan telah mulai timbul di kalangan masyarakat dari zaman dahulu. Pada abad ke-19, disadari bahwa sinar matahari dapat membantu sintesa vitamin D dalam tubuh manusia dan memiliki efek bakterisidal. Maka, paparan terhadap sinar matahari dikatakan memainkan peran terapeutik terhadap riketsia (Harrison dkk, 1999).

Dalam hal lain, observasi oleh seorang perawat Inggris pada tahun 1956 telah mengarahkan ke penemuan bahwa cahaya bisa menurunkan kadar bilirubin serum pada bayi baru lahir, dan selanjutnya penelitian dilakukan untuk menunjukkan bagaimana energi foton cahaya diserap oleh bilirubin molekul mengubahnya menjadi isomer yang dapat segera dikeluarkan oleh hati dan ginjal (Maisel, 2001). Menurut Aladag dkk (2006) dalam Roelandts (2002), pada tahun 1958, sinar matahari pertama kali digunakan untuk neonatal jaundice, yaitu dengan menjemur neonatus di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan dengan menempatkan anak di sebuah ruangan di mana sinar matahari masuk melalui kaca jendela (tidak di bawah sinar matahari langsung) selama 10 menit dua kali sehari (emedicine, 2005).

Selain riketsia dan neonatal jaundice, helioterapi juga dikatakan memberi efek terapeutik pada ruam popok. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aladag


(14)

dkk (2006), sebagian ibu bapa menjemur bayi mereka untuk tujuan mengobati ruam popok. Namun, angkanya sangat sedikit dan tidak dapat dibuktikan efektif.

Walaupun helioterapi dianggap baik dan berkesan, namun kesadaran bahwa sinar matahari bisa mencetus kanker kulit masih rendah di kalangan masyarakat umum. Menurut Aladag dkk (2006) dalam Newman (2000), para ilmuwan menyadari efek negatif dari sinar matahari apabila tingkat melanoma kulit mulai meningkat pada tahun 1940 dan berubah menjadi sebuah epidemi sekitar 1970-an. Dalam penelitian WHO di wilayah Asia Tenggara pula, didapati insiden melanoma kulit untuk kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, adalah sebanyak 2800 dan angka kematian disebabkan melanoma kulit adalah sebanyak 1541 dari tahun 2002-2007 (GLOBOCAN, 2008).

Sekarang, American Academy of Dermatologi (AAD) tidak lagi menganjurkan paparan sinar matahari untuk tujuan memperoleh vitamin D, malah, menyarankan untuk mendapatkan vitamin D melalui diet atau suplemen. American Academy of Pediatrics (1994) pula memilih fototerapi sebagai terapi pilihan bagi neonatal jaundice.

Oleh karena sinar matahari merupakan salah satu faktor risiko tercetusnya melanoma kulit, tidak mungkin efek positif dari sinar matahari dapat diabaikan begitu saja. Aladag dkk (2006) dalam Gartner (2003), menyatakan bahwa dalam menentukan risiko kanker kulit, usia di mana paparan sinar matahari langsung dimulai lebih penting dari paparan sinar matahari total seumur hidup. Oleh karena itu, perlindungan dari sinar matahari bagi anak-anak adalah sangat penting. AAD (2006) merekomendasi langkah-langkah perlindungan dari sinar matahari yaitu, menggunakan pakaian pelindung, mengoleskan tabir surya dengan faktor perlindungan matahari (SPF) paling sedikit 15, tabir surya dioleskan 15 sampai 20 menit sebelum ke luar, dan mengoleskan kembali tabir surya setiap 2 jam atau segera setelah berenang dan untuk menghindari paparan sinar UV antara jam 1000 dan 1600.


(15)

Dalam studi-studi sebelumnya, didapati bahwa para ibu menggunakan manfaat kesehatan sebagai alasan untuk mengekspos anak-anak mereka ke matahari (Lowe, 2002). Orang tua masih menjemur bayi mereka di sinar matahari untuk mengobati neonatal jaundice, ruam popok atau sebagian besar untuk mendapatkan vitamin D untuk pengembangan tulang (Harrison dkk, 1999).

Kekurangan vitamin D masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang. Meskipun Indonesia berada di lokasi geografis dengan paparan sinar matahari yang banyak, defisiensi vitamin D terus menjadi masalah kesehatan utama. Jadi, berjemur untuk pertumbuhan tulang masih disarankan. Oleh karena masih banyak orangtua di negara-negara tropis seperti Indonesia yang masih mengekspos anak-anak mereka pada sinar matahari dengan pemahaman bahwa sinar matahari hanya memberi efek yang bermanfaat pada kesehatan, dan belum dilakukan penelitian dalam hal ini, ingin saya menilai pengetahuan orangtua tentang paparan sinar matahari dan perlindungan dari sinar matahari terhadap anak mereka.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan orangtua yang datang membawa anaknya untuk berobat ke RSU Haji Adam Malik tentang helioterapi?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menilai pengetahuan orangtua tentang helioterapi. 1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini:

a. Menilai pengetahuan orangtua yang datang membawa anaknya berobat ke Polikilinik Anak, RSU H. Adam Malik tentang cara penjemuran bayi di bawah matahari yang benar.


(16)

b. Mengetahui tingkat pengetahuan orangtua yang datang membawa anaknya mereka untuk berobat ke Poliklinik Anak, RSU H. Adam Malik tentang dampak penjemuran bayi di bawah sinar matahari.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Diharapkan dapat memberi masukan pada institusi pendidikan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tentang helioterapi sehingga informasi ini dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah strategi dalam mencegah terjadinya kanker kulit dan komplikasi lainnya diakibatkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan pada anak melalui penyusunan kurikulum yang memperhatikan dampak pada kesehatan.

b. Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan informasi tentang penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar sehingga dapat meminimalkan efek dan komplikasi dari helioterapi.

c. Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.

d. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya oleh peneliti lain.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Adlany, 2010).

Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Maka, bisa dikatakan bahwa pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui), dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. Menurut Adlany, John Dewey, dalam bukunya, Philisophy of Education, menyamakan antara hakikat tersebut dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinannya dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.

Dalam pengetahuan terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain: a) Hal-hal yang diperoleh.

Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan.


(18)

b) Realitas yang terus berubah.

Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang sentiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut, memberikan pandangan dan seterusnya menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru.

Secara lahiriah, keberadaan kedua dimensi di atas bersifat logis dan tak berpisah satu sama lain. Pengetahuan itu tidak bisa dipandang sebagai suatu realitas yang konstan, tetap, tidak berubah, dan tidak hidup yang terdapat dalam ruang pikiran manusia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa jiwa manusia itu adalah tunggal dan satu, persentuhan manusia yang terus menerus dengan objek-objek eksternal dan syarat-syarat yang berbeda, aktivitas dan pengaruh potensi-potensi akalnya, pembentukan konsepsi-konsepsi dan perubahannya, sisi-sisi beragam dari pengalaman manusia, perubahan terus menerus yang terjadi pada aspek empirik manusia, dan perubahan kualitas persepsi dan analisa pikiran atas objek. (Adlany, 2010)

2.2. Matahari

Matahari adalah bintang di pusat tata surya, yang bulat sempurna dan terdiri dari plasma panas yang terjalin dengan medan magnet dengan suhu sekitar 5505 derajat Celsius (NASA, 2008). Matahari memiliki diameter sekitar 1.392.000 km, yaitu sekitar 109 kali Bumi, dan massanya sekitar 2 × 1030 kg, 330.000 kali Bumi. Komposisi kimianya pula terdiri dari hidrogen sebanyak tiga perempat dari massanya, sedangkan sisanya adalah helium dan kurang dari 2% terdiri dari unsur-unsur yang lebih berat, termasuk oksigen, karbon, neon, besi, dan lain-lain (Basu, 2008).


(19)

2.2.1. Sinar Matahari

Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum frekuensi total dari radiasi elektromagnetik yang dilepaskan oleh matahari. Di Bumi, sinar matahari disaring melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari ketika matahari berada di atas cakrawala. Ketika radiasi matahari langsung tidak terhalang oleh awan, itulah yang tampak sebagai sinar matahari, yaitu, kombinasi cahaya terang dan panas. Jika radiasi matahari langsung ditutupi awan atau terpantul dari objek lain, maka terlihat sebagai cahaya tersebar (WMO, 2008).

Menurut Nayler (1995) sinar matahari, atau lebih spesifiknya, spektrum radiasi elektromagnetik yang berinteraksi dengan atmosfer bumi berkisar dari 100 nm sampai sekitar 1 mm. Gelombang elektromagnetik ini dapat dibagi kepada beberapa komponen yaitu:

1. Ultraviolet C (UVC) membentang dari kisaran 100 sampai 280 nm. Oleh karena penyerapan di atmosfer sangat tinggi, sedikit saja UVC yang mencapai permukaan bumi (litosfer). Spektrum radiasi ini memiliki sifat germicidal.

2. Ultraviolet B (UVB) mempunyai panjang gelombang 280-315 nm. UVB juga sangat diserap oleh atmosfer, dan bersama dengan UVC bertanggungjawab untuk reaksi fotokimia yang berperan dalam produksi lapisan ozon.

3. Ultraviolet A (UVA) mencakup 315-400 nm dan dikira sebagai sinar UV yang kurang merusak DNA, dan karenanya digunakan dalam penyamakan dan terapi PUVA untuk psoriasis.

4. Visible light pula mempunyai panjang gelombang 380-780 nm. Sesuai namanya, cahaya ini dapat terlihat dengan mata telanjang.

5. Infrared atau inframerah mencakup rentang 700 nm sampai 106 nm (1 mm). Hal ini bertanggungjawab untuk sebuah bagian penting dari radiasi elektromagnetik yang mencapai Bumi dan dibagi menjadi tiga jenis


(20)

berdasarkan panjang gelombang, yaitu, Inframerah-A(700 nm-1.400 nm), Inframerah-B (1.400 nm-3.000 nm), dan Inframerah-C (3.000 nm- 1 mm). 2.3. Helioterapi

Hippocrates, lebih 2400 tahun yang lalu, telah mengatakan bahwa matahari sangat berguna untuk menangani berbagai penyakit. Malah beliau telah menyebutkan tentang helioterapi yang berarti pengobatan dengan sinar matahari. (Azmi, 2011)

2.3.1. Helioterapi dan Infeksi

Sinar matahari yang mencapai bumi dalam delapan menit setelah menempuhi jarak 150.000 juta mil, adalah pembunuh kuman yang paling mengagumkan. Walaupun pada masa kini antibiotik lebih digunakan untuk mengatasi infeksi, penyembuhan dengan bantuan sinar matahari tetap dilakukan, terutama oleh masyarakat yang kurang mampu membeli obat moden. Secara teoritis, bakteri yang terpapar sinar ultraviolet dari sinar matahari langsung akan mati dalam waktu dua jam. Penyakit infeksi yang bisa dihelioterapi termasuk sakit tenggorokan, pneumonia dan kusta. (Azmi, 2011)

2.3.2. Helioterapi dan Sintesis Vitamin D

Selain itu, seperti yang kita tahu, vitamin adalah bahan kimia organik yang terkandung dalam makanan yang kita makan, yang berfungsi sebagai katalis dalam proses metabolisme yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai vitamin, vitamin D adalah satu vitamin yang amat penting bagi manusia. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit ricket pada anak-anak atau orang dewasa. Vitamin D memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari usus kecil. Setelah mineral berada dalam pembuluh darah, vitamin D juga membantu dalam transportasi dan distribusi, dan memastikan jumlah dan proporsi mineral cukup dan disimpan dalam tulang. Walaupun vitamin D dapat diperoleh dari makanan tertentu, vitamin D juga dapat diproduksi oleh tubuh


(21)

manusia dengan bantuan sinar matahari seperti yang dijelaskan dibawah. (Azmi, 2011)

Gambar 2.1 : Mekanisme sintesis vitamin D dari paparan sinar matahari (Cholesterol and Health.com)

Seperti yang dutunjukkan dalam gambar diatas, sinar matahari yang menyentuh kulit akan mengkonversi substansi 7-dehydrocholesterol, yang mempunyai struktur kimia yang mirip dengan kolesterol, menjadi vitamin D3. Kemudian vitamin D3 dimetabolisme di hati menjadi 25-dyhydroxy vitamin D. Seterusnya, 25-dyhydroxy vitamin D diubah menjadi 1,25-dyhydroxy vitamin D (vitamin D yang aktif) di ginjal

Walaupun helioterapi digunakan untuk mencegah defisiensi vitamin D, radiasi ultraviolet dalam sinar matahari adalah mutagenik (Osborne, 2002).


(22)

Mengikut Dietary Suplement Fact Sheet yang dikeluarkan oleh National Institute of Health (2010), suplemen makanan dengan vitamin D dan vitamin D3 tidak mempunyai efek mutagenik, tetapi akan menganggu mekanisme alami yang mencegah terjadinya overdosis vitamin D.

2.3.3. Helioterapi danNeonatal Jaundice

Jaundice atau ikterus adalah perubahan warna kuning pada kulit dan bagian putih (sclera) mata. Ini terjadi karena peningkatan bilirubin dalam darah. Bilirubin terbentuk ketika sel-sel darah merah lisis dan dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin dan feses. Neonatal jaundice terjadi karena hati bayi belum matang untuk memetabolisme bilirubin bebas dalam darah dengan efisien. (emedicine health).

Helioterapi merupakan salah satu penanganan kasus neonatal jaundice yang ringan. Sinar matahari menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. (emedicine)

2.3.4. Efek Negatif Helioterapi

Di sisi lain, paparan sinar matahari jangka panjang bisa dikaitkan dengan perkembangan kanker kulit seperti squamous cell carsinoma, cutaneous malignant melanoma dan basal cell carcinoma. Sinar UV juga mempercepatkan proses penuaan kulit (terjadinya keriput pada kulit), penekanan sistem imun dan penyebab penyakit mata seperti katarak, fotokeratitis dan pterigium. Oleh itu,


(23)

paparan terlalu banyak atau terlalu sedikit cahaya matahari adalah penting (WHO, 2009).


(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat dibuat bagan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

3.2. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan orangtua terhadap penjemuran bayi di bawah sinar matahari.

3.2.1. Orangtua

Didefinisikan sebagai individu-individu atau ibu bapa yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun, yang datang berobat ke poliklinik anak di RSU H. Adam Malik.

3.2.2. Pengetahuan tentang Penjemuran Bayi Di Bawah Sinar Matahari

Pengetahuan meliputi pengertian tentang neonatal jaundice, cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar, yaitu waktu penjemuran yang sesuai dan penggunaan krim tabir surya, serta dampak penjemuran bayi di bawah matahari.

3.2.2.1. Neonatal jaundice

Neonatus didefinisikan sebagai bayi baru lahir yang berumur kurang dari satu bulan. Jaundice pula didefinisikan sebagai peningkatan kadar bilirubin dalam aliran darah, dengan presentasi gejala pigmentasi kekuningan pada kulit dan sklera. Maka, neonatal jaundice adalah peningkatan kadar bilirubin dalam aliran darah pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari satu bulan.

3.2.2.2. Cara Penjemuran Bayi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelit ian Penget ahuan orangt ua

- Baik (> 75%) - Sedang ( 40-75%) - Kurang ( <40%)

Penjemuran bayi di baw ah sinar mat ahari


(25)

Cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar adalah dengan menempatkan bayi di belakang jendela, dengan menghindari dari paparan sinar matahari langsung pada tubuh bayi. Jika bayi dijemur di luar rumah, harus dioleskan krim tabir surya dengan Sun Protection Factor (SPF) 15 sekurang-kurangnya 15-20 menit sebelumnya. Waktu optimal untuk penjemuran bayi di bawah sinar matahari adalah dari jam 7-9 pagi. 3.2.2.3. Dampak Penjemuran Bayi

Efek positif dari penjemuran bayi di bawah sinar matahari adalah, sinar matahari membantu dalam pertumbuhan tulang bayi dan merupakan salah satu pengobatan bagi neonatal jaundice dan ruam popok. Efek negatifnya pula adalah, jika terpapar pada sinar matahari yang terik dan terlalu lama, terutamanya di antara jam 10 pagi hingga 4 sore, risiko menghidap kanker kulit meningkat.

3.2.3. Cara Ukur

Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara 3.2.4. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang mengandungi 10 pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan responden tentang penjemuran bayi di bawah sinar matahari.

3.2.5. Hasil Ukur

Dalam penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner penelitian pengetahuan orangtua tentang penjemuran bayi di bawah sinar matahari. Pengukuran penggolongan pengetahuan diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner yang diberikan kepada sampel bagi mengetahui pengetahuan responden dan dikategorikan pada Tingkat Pengetahuan Baik, Cukup, dan Kurang. Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:

a. Baik bila >75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden.


(26)

c. Kurang baik bila <40 % pertanyaan dijawab benar oleh responden.

3.2.6. Skala Pengukuran


(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Dengan pengamatan yang dilakukan satu kali saja dalam satu waktu tertentu, telah dapat diperoleh tingkat pengetahuan ibu bapa tentang helioterapi dari data primer yang didapatkan melalui pengisian kuesioner yang diedarkan kepada sampel 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai direncanakan pada bulan Februari 2011 dengan penelusuran daftar pustaka yang meliputi sumber dari buku, jurnal serta artikel dari internet, pembuatan serta penyusunan proposal penelitian yang diikuti dengan konsultasi dengan dosen pembimbing. Presentasi proposal pada seminar proposal dilanjutkan kemudiannya pada bulan Mei 2011 serta dilanjutkan dengan penelitian lapangan yang dimulai dari pengumpulan data sampai penulisan laporan tentang hasil yang dijangka mengambil masa selama 3 bulan, yaitu dari bulan Juli 2011 sampai bulan September 2011.


(28)

Tabel 4.1 Gambaran Waktu Penelitian (Timeline) Materi F e b 201 1 M ac 201 1 A p r 2011 M e i 2 0 1 1 Ju n 2 0 1 1 Ju li 2 0 1 1 A u g 2 0 11 S e p t 2 0 1 1 O k t 2 0 1 1 N o v 2011 D e c 201 1

Memilih judul proposal & uraian Penelusuran daftar pustaka Penulisan proposal

Seminar Proposal

Persiapan penelitian di lapangan Penelitian lapangan

Pengumpulan & analisa data Penulisan laporan hasil Seminar Karya Tulis Ilmiah

4.2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah di poliklinik anak di RSU H. Adam Malik, yang merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera Utara, dan rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selain itu, penelitian tentang pengetahuan orangtua tentang helioterapi belum pernah dilakukan di rumah sakit tersebut.


(29)

4.3. Populasi Dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini merupakan ibu bapa yang datang membawa anak mereka untuk berobat di Poliklinik Anak, RSU H. Adam Malik.

4.3.2. Sampel

Sampel dipilih dengan perkiraan jumlah sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus estimasi proporsi pada populasi, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). Maka diperoleh sampel sebesar 96.

n = Zα² PQ d² Keterangan rumus:

n : jumlah/ besar sampel

α : tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan α = 0,05 sehingga Zα penelitian ini sebesar 1,96 P : proporsi keadaan yang akan dicari (ditetapkan peneliti) = 0,5

Q : 1-P = 0,5

d : tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan = 0,1

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel: n = (1,96)² x 0,5 x 0,5

(0,1)²

= 96,04 ≈ 96 orang


(30)

96 + ( 10% x 96 ) = 105.6 ≈ 106 orang 4.4. Teknik Pengumpulan Data. 4.4.1. Data Primer

Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan responden mengunakan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas serta reliabilitas sebagai instrumen penelitian. Seterusnya, kuesioner diedarkan kepada responden untuk dijawab.

Uji Validitas Dan Reliabilitas

Bagi Uji Validitas, kuesioner yang telah disusun diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Momentmenggunakan rumus:

R = N (∑xy)-(∑x∑y)

{N∑x²-(∑x)²} {N∑y²-(∑y)²} Keterangan :

x: Skor setiap responden untuk pertanyaan nomor n y: Skor total tiap responden untuk semua pertanyaan

xy: Skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden

Kuesioner yang telah disusun diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) menggunakan rumus:


(31)

k

S

i k

i

= 1

α = 1- k- 1

S

T² α : koefisien alpha

k : banyaknya butir pertanyaan Si² : ragam skor butir pertanyaan ke-i ST² : ragam skor total

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner juga bisa dilakukan dengan bantuan komputer yaitu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Pertanyaan Total Pearson

Correlation Status

Nilai Cronbach's

Alpha

Status

Pengetahuan 1 0.880 Valid 0.905 Reliabel

2 0.650 Valid Reliabel

3 0.902 Valid Reliabel

4 0.880 Valid Reliabel

5 0.902 Valid Reliabel

6 0.693 Valid Reliabel

7 0.880 Valid Reliabel

8 0.650 Valid Reliabel

9 0.902 Valid Reliabel


(32)

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai

pengetahuan responden tentang penjemuran bayi di bawah matahari. 4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner penelitian pengetahuan orangtua tentang penjemuran bayi dibawah matahari. Pengukuran penggolongan pengetahuan diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner yang diberikan bagi mengetahui pengetahuan responden dan dikategorikan pada Tingkat Pengetahuan Baik, Cukup, dan Kurang.

a. Pengetahuan responden Baik bila 7-10 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

b. Pengetahuan responden Sedang bila 4-6 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

c. Pengetahuan responden Kurang bila 0-3 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data akan dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa statistik akan dilakukan dengan bantuan komputer yaitu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yang merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, sehingga ia merupakan pusat rujukan yang mempunyai fasilitas dan dokter ahli yang lengkap bagi propinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur dan jenis kelamin.

Karakteristik responden berdasarkan umur.

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan umur telah disusun menjadi kelompok umur, sesuai dengan ketentuan internasional (WHO, 2001).


(34)

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

15-19 tahun 1 .9

20-24 tahun 11 10.4

25-29 tahun 20 18.9

30-34 tahun 26 24.5

35-39 tahun 14 13.2

40-44 tahun 19 17.9

45-49 tahun 7 6.6

50-54 tahun 6 5.7

55-59 tahun 2 1.9

Jumlah 106 100

Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa kelompok umur 30-34 tahun mempunyai jumlah responden terbanyak dengan 26 responden (24.5%). Sementara kelompok umur 15-19 tahun mempunyai jumlah responden paling sedikit dengan hanya 1 orang responden (0.9%). Pada penelitian ini, responden termuda yang ditemukan berumur 19 tahun, dan tertua 58 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 35 33.0

Perempuan 71 67.0

Jumlah 106 100


(35)

5.1.3. Distribusi Hasil Penelitian

Distribusi Pengetahuan Orangtua tentang Helioterapi.

Dari Tabel 5.3, memperlihatkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan mereka tentang helioterapi.

Tabel 5.3 Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM No Pertanyaan Jawaban Benar Persentase (%) Salah Persentase (%)

1 Apakah penjemuran bayi di bawah sinar matahari bisa mengobati penyakit bayi kuning?

70 66.0 36 34.0

2 Jika bayi dijemur di bawah sinar matahari, apakah ia harus dijemur di belakang jendela?

53 50.0 53 50.0

3 Jika bayi dijemur di bawah sinar matahari, apakah ia harus dijemur di luar rumah dibawah sinar matahari langsung?

48 45.3 58 54.7

4 Apakah waktu penjemuran bayi yang baik? 67 63.2 39 36.8 5 Saya tahu bahwa ada beberapa faktor

perlindungan matahari (SPF) pada krim tabir surya

57 53.8 49 46.2

6 Setelah penggunaan krim tabir surya harus

tunggu berapa lama? 30 28.3 76 71.7

7 Sinar matahari adalah baik untuk apa? 40 37.7 66 62.3 8 Sinar matahari bisa menyebabkan penyakit

apa? 41 38.7 65 61.3

9 Paparan sinar matahari pada usia anak-anak akan meningkatkan kemungkinan menghidap kanker kulit

54 50.9 52 49.1

Dapat dilihat pada Tabel 5.3 bahwa terdapat 9 pertanyaan. Pada setiap pertanyaan, jawaban yang betul diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh


(36)

responden adalah pertanyaan nomor 1 dengan persentase 66.6%, sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 6 dengan persentase sebesar 71.7%.

Semua jawaban pengetahuan orangtua tentang helioterapi kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat pengetahuan responden. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM

Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 15 14.2

Sedang 57 53.8

Kurang 34 32.1

Jumlah 106 100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat populasi penelitian telah terbagi kepada tiga tingkat pengetahuan, yaitu pengetahuan "Baik" dengan jumlah skor 7 ke atas, pengetahuan "Sedang" dengan jumlah skor antara 4 hingga 6, dan pengetahuan "Kurang" dengan skor 3 ke bawah. Dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak terdapat pada tingkat pengetahuan "Sedang" sebanyak 57 responden (53.8%), diikuti dengan tingkat pengetahuan "Kurang" sebanyak 34 responden (32.1%). Tingkat pengetahuan "Baik" mempunyai jumlah responden yang paling rendah sebanyak 15 responden (14.2%).

Tabel 5.5 menunjukkan sumber pengetahuan yang digunakan oleh responden untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan.


(37)

Tabel 5.5 Sumber Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Helioterapi di Poliklinik Anak, RSHAM

Sumber Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Buku/Koran 17 16.0

Internet 49 46.2

Televisi/Radio 17 16.0

Orangtua 20 18.9

Dokter/Perawat 3 2.8

Jumlah 106 100

Berdasarkan Tabel 5.5, para responden telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan informasi yang mereka dapati dari lima sumber yang berlainan, yaitu dari buku/koran, internet, televise/radio, orangtua dan dokter/perawat. Sumber yang paling banyak digunakan oleh responden adalah internet, dimana sebanyak 49 orang (46.2%) telah mendapat informasi dari internet. Banyak responden juga memperoleh pengetahuan dari orangtua mereka, yaitu, sebanyak 20 orang (18.9%). Sumber pengetahuan dari buku/koran dan televise/radio adalah sama, sebanyak enam belas persen. Sumber pengetahuan paling rendah diperoleh dari dokter/perawat, dengan hanya 3 orang (2.8%) responden yang menggunakan informasi yang mereka dapat dari dokter/perawat sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan di kuesioner.

Penilaian tingkat pengetahuan responden mengenai cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar, telah dilakukan dengan menilai skor responden untuk pertanyaan-pertanyaan nomor 2, 3 dan 4. Hasil yang didapat adalah seperti di Tabel 5.6.


(38)

Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Cara Penjemuran Bayi di Bawah Sinar Matahari di Poliklinik Anak, RSHAM

Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 29 27.4

Sedang 27 25.5

Kurang 27 25.5

Sangat Kurang 23 21.7

Jumlah 106 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat populasi penelitian telah terbagi kepada empat dalam tingkat pengetahuan tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar, yaitu pengetahuan "Baik" dengan jumlah skor 3, pengetahuan "Sedang" dengan jumlah skor 2, pengetahuan "Kurang" dengan jumlah skor 1 dan pengetahuan "Sangat Kurang" dengan skor 0. Dari keseluruhan jumlah responden, didapati 29 orang responden (27.4%) mempunyai tingkat pengetahuan "Baik", 27 orang (25.5%) masing-masing untuk tingkat pengetahuan "Sedang" dan "Kurang", dan 23 orang resonden (21.7%) dengan tingkat pengetahuan "Sangat Kurang".

Penilaian tingkat pengetahuan responden mengenai dampak penjemuran bayi di bawah sinar matahari pula telah dilakukan dengan menilai skor responden untuk pertanyaan-pertanyaan nomor 8 dan 9. Hasil yang didapat adalah seperti di Tabel 5.7.


(39)

Tabel 5.7 Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien tentang Dampak Penjemuran Bayi di Bawah Sinar Matahari di Poliklinik Anak, RSHAM

Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 23 21.7

Sedang 49 46.2

Kurang 34 32.1

Jumlah 106 100

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa kebanyakkan responden, yaitu 49 orang (46.2%), mempunyai tingkat pengetahuan "Sedang". Diikuti oleh tingkatan pengetahuan "Kurang", sebanyak 34 orang (32.1%) dan yang terendah merupakan tingkat pengetahuan "Baik", sebanyak 23 orang responden (21.7%). Ini dinilai dengan penentuan skor, yaitu, pengetahuan "Baik" dengan jumlah skor 2, pengetahuan "Sedang" dengan jumlah skor 1 dan pengetahuan "Kurang" dengan jumlah skor 0. 5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan tentang Helioterapi

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan banyak responden mempunyai tingkat pengetahuan "Sedang" (53.8%), tentang helioterapi. Responden tingkat pengetahuan "Baik" dan tingkat pengetahuan "Kurang" masing-masing adalah sebanyak 14.2% dan 32.1%. Dalam suatu penelitian yang dijalankan pada ibu-ibu di Greece, tingkat pengetahuan terhadap helioterapi, ditemukan dua puluh lapan persen mempunyai tingkat pengetahuan "Kurang", lima puluh persen berada dalam tingkat pengetahuan "Sedang", enam belas persen mempunyai tingkat pengetahuan "Baik" dan enam persen diklasifikasikan dalam tingkat pengetahuan "Sangat Baik" (Kakourou dkk , 1995). Penelitian Kakourou dkk dilakukan pada tahun 1995 sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2011. Terdapat kira-kira 15 tahun di antara kedua-dua penelitian ini tetapi hasil penelitiannya hampir sama. Dengan memperkirakan hal ini, dapat dikatakan


(40)

bahwa tingkat pengetahuan responden di RSHAM tentang helioterapi masih belum meyakinkan. Seharusnya, penelitian ini membuahkan hasil yang lebih baik daripada penelitian Kakourou dkk. Oleh itu, dapat dikatakan bahwa, keterjangkauan informasi masyarakat di Indonesia adalah kurang jika dibandingkan dengan di Greece.

5.2.2. Sumber Pengetahuan

Pada pendapat peneliti, terdapat miskonsepsi di kalangan masyarakat tentang efek dan dampak sinar matahari pada kesehatan secara keseluruhan. Pemikiran sedemikian menyebabkan kebanyakkan responden kurang mengambil inisiatif untuk menanyakan hal-hal tentang helioterapi langsung kepada dokter atau petugas kesehatan, tetapi mencoba mencari tahu dengan membaca sendiri melalui bahan bacaan atau internet. Ternyata internet adalah sumber informasi yang terbanyak dipakai dalam masyarakat saat ini. Masalah yang terjadi disini adalah bahan bacaan atau situs yang sering ditelusuri oleh orang awam jarang mempunyai sumber informasi yang evidence based.

Terbukti dari hasil penelitian bahwa banyak responden memilih internet sebagai sumber pengetahuan mereka (46.1%) dan sumber informasi yang didapat dari dokter/perawat pula mempunyai presentase terendah (2.8%), seperti di dalam Tabel 5.5. Dalam satu penelitian yang dijalankan oleh Aladag dkk (2006) di Turki dengan jumlah sampel sebanyak 118 orang, 58.1% menyatakan internet dan bahan bacaan sebagai sumber pengetahuan mereka, dan 33.3% menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang helioterapi dari dokter/perawat. Hasil penelitian Aladag tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian ini. Tambahan pula, budaya menjemur bayi di bawah sinar matahari bukan sesuatu yang baru tetapi telah diamalkan oleh masyarakat di Indonesia selama berabad-abad. Berbeda dengan penelitian Aladag yang dijalankan di Turki, dimana terdapat pengaruh pengobatan barat yang kuat dan para orangtua memilih fototerapi dan bukan helioterapi sebagai penatalaksanaan bagi neonatal jaundice. Maka, peneliti setuju dengan


(41)

bahaya sinar matahari secara tidak sengaja, karena informasi yang tidak akurat atau karena faktor budaya.

Peran orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang helioterapi (18.9%), berada pada urutan kedua setelah internet. Padahal, diperkirakan bahwa sumber pengetahuan utama tentang helioterapi adalah dari orangtua. Seperti yang dibahas di atas, penggunaan helioterapi di kalangan masyarakat Indonesia bukan suatu hal yang baru, tetapi telah dipraktikkan selama berabad-abad. Pada pendapat peneliti, para responden di RSHAM kurang mendapat informasi tentang helioterapi dari orangtua mereka dibanding dengan internet mungkin karena tidak semua dari responden tinggal bersama orangtua mereka. Selain itu, mungkin juga terdapat responden yang lebih mempercayai informasi dari internet dari ucapan lisan oleh golongan tua yang tidak mempunyai bukti.

Dalam hal lain, suatu survei yang dilakukan oleh Harrison dkk (2002) di Queensland, Australia, mendapatkan hasil bahwa pemilik child care centre yang mempunyai Sun Protective Policy, yaitu suatu program yang diwajibkan oleh pemerintah, adalah 90% dalam kategori tingkat pengetahuan "Baik" tentang efek sinar matahari terhadap kesehatan. Memandangkan terdapat suatu penambahan yang pesat dalam penubuhan child care centredan rumah sakit-rumah sakit yang khusus bagi ibu dan anak di Indonesia, pemerintah di Indonesia juga harus merancang program-program yang sesuai dalam mendidik dan melindungi rakyat dari bahaya sinar matahari, serta menjadi sumber utama dalam penyaluran informasi yang benar kepada rakyat.

5.2.3. Tingkat Pengetahuan tentang Cara Penjemuran Bayi

Berdasarkan Tabel 5.6 pula, dapat dilihat bahwa 27.4% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang "Baik", 25.5% masing-masing untuk tingkat pengetahuan "Sedang" dan "Kurang", 21.7% dengan tingkat pengetahuan "Sangat Kurang" tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar. Tidak terdapat banyak perbedaan persentase antara keempat-empat tingkat pengetahuan tersebut. Cara yang benar dalam menjenur bayi di bawah sinar


(42)

matahari adalah dengan membaringkan bayi di balik jendela kaca. Jendela kaca akan membantu dalam menyaring sebagian dari sinar UV yang berbahaya daripada mengenai tubuh bayi. Selain itu, waktu penjemuran bayi yang optimal adalah dari jam tujuh hingga sembilan pagi. Dalam penelitian ini, kebanyakkan reponden sadar bahwa bayi mereka tidak harus terpapar dengan sinar matahari secara langsung dan tahu tentang waktu penjemuran bayi yang betul. Jika dibandingkan dengan penelitian Aladag dkk (2006) yang mendapatkan sebanyak 82.2% responden yang "tidak tahu" dan 35.6% yang "tahu" tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar, peneliti mendapati bahwa responden penelitian ini lebih mengetahui tentang cara yang benar dalam helioterapi.

5.2.4. Tingkat Pengetahuan tentang Dampak dari Paparan Sinar Matahari Apabila dilihat pada Tabel 5.7, didapati mayoritas dari populasi penelitian hanya berada dalam tingkat pengetahuan "Sedang" apabila ditanyakan mengenai dampak dari paparan sinar matahari. Hampir separuh dari jumlah responden tidak mengetahui bahwa paparan sinar matahari yang berlebihan pada masa anak-anak merupakan salah satu faktor resiko dalam menghidap kanker kulit setelah dewasa. Menurut Stanton dkk (2002), di negara tropis, hanya sebagian kecil dari ibu yang menggunakan tabir surya untuk anak-anak mereka sebagai proteksi daripada sinar matahari. Maka, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kesadaran tentang baik buruknya sinar matahari cukup memuaskan di kalangan responden tetapi pengetahuan tentang kesannya terhadap kesehatan masih meragukan.


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, orangtua pasien di Poliklinik Anak RSU Haji Adam Malik rata-rata mempunyai pengetahuan yang "Sedang" tentang helioterapi, yaitu sejumlah 57 responden (53.8%) menjawab 4 hingga 6 pertanyaan dengan betul. Selebihnya, sebanyak 34 responden (32.1%) mempunyai pengetahuan yang "Kurang", dan 15 responden (14.2%) mempunyai pengetahuan yang "Baik".

Selain itu, dalam hasil penelitian, juga ditemukan bahwa pengetahuan tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar adalah "Baik" tetapi pengetahuan tentang dampak penjemuran bayi di bawah sinar matahari masih dalam kategori "Sedang" di kalangan responden.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang ingin saya ajukan. Di antaranya adalah:

1. Ibu bapa harus meningkatkan pengetahuan mereka tentang helioterapi, dan mengaplikasikan dalam aktivitas seharian dengan benar agar dapat mengurangkan resiko terjadinya kanker kulit dan penuaan dini pada anak-anak.

2. Dokter dan petugas medis harus mempertingkatkan pemberian edukasi kepada masyarakat mengenai helioterapi agar tindakan ini dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan benar sekaligus mencegah efek-efek negatif.

3. Pemerintah perlu merancang dan mengaplikasikan program-program yang dapat melindungi rakyat dari bahaya sinar matahari.


(44)

4. Pemerintah harus mempertingkatkan informasi tentang matahari dan efeknya terhadap kesehatan manusia di tempat-tempat yang mudah terjangkau informasinya, seperti di perpustakaan awam atau melalui media massa. 5. Orang awam harus meningkatkan inisiatif dalam mencari tahu cara-cara

memperoleh informasi kesehatan yang berbasis bukti di internet.

6. Institusi pendidikan memberi peluang untuk melanjutkan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan helioterapi dan mengambil langkah-langkah proaktif dalam memberi informasi-informasi yang berguna kepada para mahasiswa tentang helioterapi.

7. Penelitian selanjutnya mengadakan penelitian kualitatif yang bersifat lebih mendalam, serta menganalisa dari segi sikap dan tindakan populasi tentang helioterapi.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aladag, N., Filiz, T., Topsever, P., Gorpelioglu, S., 2006. Parent’s Knowledge and Behaviour Concerning Sunning Their Babies; A Cross-Sectional Descriptive Study. BMC Pediatr.6: 27.

American Academy of Pediatrics, 1994. Management of Hyperbilirubinemia in the Healthy Term Newborn. Provisional Committee for Quality Improvement and Subcommittee on Hyperbilirubinaemia Practice Parameter.

American Academy of Dermatology, 2009. Dermatologists can help separate fact from fiction for sun exposure, sunscreen and vitamin D.

Azmi, 2010. Miracle of The Sunlight. Available from: http://airlanggastudyclub.com/miracle-of-the-sunlight/ [Accessed 28 April 2011]

Gillie, O., 2006. Sunlight, Vitamin D and Health. 1st ed. UK: Health Research Forum Publishing.

Harrison, S.L., Buettner, P.G., MacLennan, R., 1999. Why do mothers still sun their infants?. J Paediatr Child Health35(3): 296-9.

Harrison, S.L., Saunders, V., Nowak, M., 2007. Baseline survey of sun-protection knowledge, practices and policy in early childhood settings in Queensland, Australia. Health Educ Res22 (2): 261-71


(46)

Kakourou, T., Bakoula, C., Kavadias, G., Gatos, A., Bilalis, L., Krikos, X., Matsaniotis, N., 1995. Mothers’ Knowledge and Practices Related to Sun Protection in Greece. J Paediatr Dermatology12(3): 207-10

Lowe, J.B., McDermott, LJ., Stanton, W.R., Calavarino, A., Balanda, K.P., McWhirter, B., 2002. Behaviour of caregivers to protect their infants from exposure to the sun in Queensland, Australia. Health Educ Res17(4): 405-14.

Maisels, M.J., 2001. Phototherapy-traditional and nontraditional. J Perinatol 21 (1): 93-104.

Mayo, C.D. & King, B.R, Newborn Jaundice. Available from: http://www.emedicinehealth.com/articles/10101-6.asp [Accessed 12 April 20011]

Moosa,Y., Esterhuyse, D.J., 2010. Heliotherapy: A South African Perspective. SAMJ 100 (11): 93-7

Dahlan, M.S., 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: CV Sagong Seto

National Institute of Health, 2010. Dietary Supplement Fact Sheet.Office of Dietary Supplements.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta: 56-109.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication: 35-44, 123-35.


(47)

World Health Organization, 2001. Age Standardization of Rates: A New WHO Standard. Available from: http://www.who.int/healthinfo/paper31

[Accessed 2 November 2010]

World Health Organization, 2008. GLOBACAN. Available from: http://globacan.iarc.fr/factsheets/populations/factsheet.asp?uno=995 [Accessed 7 March 2011]

World Health Organization, 2009. Ultraviolet radiation: global solar UV index. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs305 [Accessed 4 May 2011]

Williams, D. R., (2004). NASA: Sun Fact Sheet. Available from: http://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/sunfact. [Accessed 26 April 2011]


(1)

matahari adalah dengan membaringkan bayi di balik jendela kaca. Jendela kaca akan membantu dalam menyaring sebagian dari sinar UV yang berbahaya daripada mengenai tubuh bayi. Selain itu, waktu penjemuran bayi yang optimal adalah dari jam tujuh hingga sembilan pagi. Dalam penelitian ini, kebanyakkan reponden sadar bahwa bayi mereka tidak harus terpapar dengan sinar matahari secara langsung dan tahu tentang waktu penjemuran bayi yang betul. Jika dibandingkan dengan penelitian Aladag dkk (2006) yang mendapatkan sebanyak 82.2% responden yang "tidak tahu" dan 35.6% yang "tahu" tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar, peneliti mendapati bahwa responden penelitian ini lebih mengetahui tentang cara yang benar dalam helioterapi.

5.2.4. Tingkat Pengetahuan tentang Dampak dari Paparan Sinar Matahari

Apabila dilihat pada Tabel 5.7, didapati mayoritas dari populasi penelitian hanya berada dalam tingkat pengetahuan "Sedang" apabila ditanyakan mengenai dampak dari paparan sinar matahari. Hampir separuh dari jumlah responden tidak mengetahui bahwa paparan sinar matahari yang berlebihan pada masa anak-anak merupakan salah satu faktor resiko dalam menghidap kanker kulit setelah dewasa. Menurut Stanton dkk (2002), di negara tropis, hanya sebagian kecil dari ibu yang menggunakan tabir surya untuk anak-anak mereka sebagai proteksi daripada sinar matahari. Maka, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kesadaran tentang baik buruknya sinar matahari cukup memuaskan di kalangan responden tetapi pengetahuan tentang kesannya terhadap kesehatan masih meragukan.


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, orangtua pasien di Poliklinik Anak RSU Haji Adam Malik rata-rata mempunyai pengetahuan yang "Sedang" tentang helioterapi, yaitu sejumlah 57 responden (53.8%) menjawab 4 hingga 6 pertanyaan dengan betul. Selebihnya, sebanyak 34 responden (32.1%) mempunyai pengetahuan yang "Kurang", dan 15 responden (14.2%) mempunyai pengetahuan yang "Baik".

Selain itu, dalam hasil penelitian, juga ditemukan bahwa pengetahuan tentang cara penjemuran bayi di bawah sinar matahari yang benar adalah "Baik" tetapi pengetahuan tentang dampak penjemuran bayi di bawah sinar matahari masih dalam kategori "Sedang" di kalangan responden.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang ingin saya ajukan. Di antaranya adalah:

1. Ibu bapa harus meningkatkan pengetahuan mereka tentang helioterapi, dan mengaplikasikan dalam aktivitas seharian dengan benar agar dapat mengurangkan resiko terjadinya kanker kulit dan penuaan dini pada anak-anak.

2. Dokter dan petugas medis harus mempertingkatkan pemberian edukasi kepada masyarakat mengenai helioterapi agar tindakan ini dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan benar sekaligus mencegah efek-efek negatif.

3. Pemerintah perlu merancang dan mengaplikasikan program-program yang dapat melindungi rakyat dari bahaya sinar matahari.


(3)

4. Pemerintah harus mempertingkatkan informasi tentang matahari dan efeknya terhadap kesehatan manusia di tempat-tempat yang mudah terjangkau informasinya, seperti di perpustakaan awam atau melalui media massa. 5. Orang awam harus meningkatkan inisiatif dalam mencari tahu cara-cara

memperoleh informasi kesehatan yang berbasis bukti di internet.

6. Institusi pendidikan memberi peluang untuk melanjutkan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan helioterapi dan mengambil langkah-langkah proaktif dalam memberi informasi-informasi yang berguna kepada para mahasiswa tentang helioterapi.

7. Penelitian selanjutnya mengadakan penelitian kualitatif yang bersifat lebih mendalam, serta menganalisa dari segi sikap dan tindakan populasi tentang helioterapi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aladag, N., Filiz, T., Topsever, P., Gorpelioglu, S., 2006. Parent’s Knowledge and Behaviour Concerning Sunning Their Babies; A Cross-Sectional Descriptive Study. BMC Pediatr.6: 27.

American Academy of Pediatrics, 1994. Management of Hyperbilirubinemia in the Healthy Term Newborn. Provisional Committee for Quality Improvement and Subcommittee on Hyperbilirubinaemia Practice Parameter.

American Academy of Dermatology, 2009. Dermatologists can help separate fact from fiction for sun exposure, sunscreen and vitamin D.

Azmi, 2010. Miracle of The Sunlight. Available from: http://airlanggastudyclub.com/miracle-of-the-sunlight/ [Accessed 28 April 2011]

Gillie, O., 2006. Sunlight, Vitamin D and Health. 1st ed. UK: Health Research Forum Publishing.

Harrison, S.L., Buettner, P.G., MacLennan, R., 1999. Why do mothers still sun their infants?. J Paediatr Child Health35(3): 296-9.

Harrison, S.L., Saunders, V., Nowak, M., 2007. Baseline survey of sun-protection knowledge, practices and policy in early childhood settings in Queensland, Australia. Health Educ Res22 (2): 261-71


(5)

Kakourou, T., Bakoula, C., Kavadias, G., Gatos, A., Bilalis, L., Krikos, X., Matsaniotis, N., 1995. Mothers’ Knowledge and Practices Related to Sun Protection in Greece. J Paediatr Dermatology12(3): 207-10

Lowe, J.B., McDermott, LJ., Stanton, W.R., Calavarino, A., Balanda, K.P., McWhirter, B., 2002. Behaviour of caregivers to protect their infants from exposure to the sun in Queensland, Australia. Health Educ Res17(4): 405-14.

Maisels, M.J., 2001. Phototherapy-traditional and nontraditional. J Perinatol 21 (1): 93-104.

Mayo, C.D. & King, B.R, Newborn Jaundice. Available from: http://www.emedicinehealth.com/articles/10101-6.asp [Accessed 12 April 20011]

Moosa,Y., Esterhuyse, D.J., 2010. Heliotherapy: A South African Perspective. SAMJ 100 (11): 93-7

Dahlan, M.S., 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: CV Sagong Seto

National Institute of Health, 2010. Dietary Supplement Fact Sheet.Office of Dietary Supplements.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta: 56-109.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication: 35-44, 123-35.


(6)

World Health Organization, 2001. Age Standardization of Rates: A New WHO Standard. Available from: http://www.who.int/healthinfo/paper31

[Accessed 2 November 2010]

World Health Organization, 2008. GLOBACAN. Available from: http://globacan.iarc.fr/factsheets/populations/factsheet.asp?uno=995 [Accessed 7 March 2011]

World Health Organization, 2009. Ultraviolet radiation: global solar UV index. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs305 [Accessed 4 May 2011]

Williams, D. R., (2004). NASA: Sun Fact Sheet. Available from: http://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/sunfact. [Accessed 26 April 2011]