Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi Yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG NUTRISI

YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMELIHARA STATUS

KESEHATAN DI POLIKLINIK HIPERTENSI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Vera Triastuti Hasibuan 071101030

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I.

4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, Ns. selaku dosen penguji II dan pembimbing akademik.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

6. Pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin pengumpulan data penelitian dan informasi bagi penulis.


(3)

7. Terima kasih kepada Ayahanda Maswar Hasibuan dan Ibunda Pudji Hartati tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta Iwan Victor Hasibuan dan Yuyun Wirdiyanti Hasibuan yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Marli, Novri, Istik, dan Febri yang selalu, membantu dan mendukung dalam perkuliahanku.

9. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2007, Ruth, Wanda, Wasli, Wahyu, Bety, Arif, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. 10. Terima kasih juga untuk Bang Jefri, Kak Dina, Kak Riza serta seluruh anak

kos gg. Sarmin No.15 yang selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi yang berharga kepada penulis.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, 17 Juni 2011

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Skripsi ... i

Prakata ... ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

4.1 Rumah sakit ... 5

4.2 Institusi pendidikan keperawatan ... 5

4.3 Pasien hipertensi... 5

4.4 Penelitian keperawatan yang akan datang... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan ... 7

1.1 Definisi pengetahuan ... 7

1.2 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 8

1.3 Klasifikasi pengetahuan ... 8

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9

2. Hipertensi ... 11

2.1 Definisi dan klasifikasi hipertensi ... 11

2.2 Penyebab hipertensi ... 13

2.3 Faktor risiko hipertensi ... 14

2.4 Gejala klinis hipertensi ... 14

2.5 Patofisiologi hipertensi ... 15

2.6 Kerusakan organ target ... 15

2.7 Penatalaksanaan hipertensi... 16

3. Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Pasien Hipertensi ... 16

3.1 Rendah natrium ... 21

3.2 Tinggi kalium ... 23

3.3 Cukup kalsium ... 25

3.4 Cukup magnesium ... 26

3.5 Tinggi serat... 28

3.6 Rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 29

3.7 Cukup vitamin C dan E ... 32


(5)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual ... 36

2. Definisi Operasional... 37

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 41

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

2.1 Populasi penelitian ... 41

2.2 Sampel penelitian ... 42

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 43

5. Instrumen Penelitian... 44

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

7. Metode Pengumpulan Data ... 47

8. Analisa Data ... 48

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 50

1.1 Karakteristik responden ... 50

1.2 Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan ... 53

2. Pembahasan ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 80

2. Rekomendasi ... 81

2.1 Rumah sakit ... 81

2.2 Institusi pendidikan keperawatan ... 81

2.3 Pasien hipertensi... 82

2.4 Penelitian keperawatan yang akan datang... 82

Daftar Pustaka ... 83

Lampiran-lampiran 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Nutrisi ... 86

2. Lembar Surat Survei Awal ... 89

3. Lembar Surat Pengambilan Data ... 90

4. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ... 92

5. Kuesioner Penelitian ... 93

6. Lembar Uji Validitas ... 97

7. Tabel Coefisient Validity Index (CVI) ... 98

8. Lembar Uji Reliabilitas ... 102

9. Jadwal Tentatif Penelitian ... 105

10. Data SPSS ... 106


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 ... 12

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO ... 13

Tabel 3. Contoh menu diet yang yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ... 18

Tabel 4. Nilai gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi ... 18

Tabel 5. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) ... 18

Tabel 6. Kadar kalium pada beberapa makanan ... 24

Tabel 7. Daftar tabel makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan ... 34

Tabel 8. Tabel definisi operasional instrumen penelitian ... 37

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan ... 51

Tabel 10. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan ... 53

Tabel 11. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan lama berobat ... 54

Tabel 12. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan rutin kontrol ... 54

Tabel 13. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan ... 55

Tabel 14. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang rendah natrium ... 55

Tabel 15. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang rendah natrium ... 57

Tabel 16. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang tinggi kalium ... 57

Tabel 17. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang tinggi kalium ... 58

Tabel 18. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang cukup kalsium ... 58

Tabel 19. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang cukup kalsium ... 59

Tabel 20. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang cukup magnesium... 59

Tabel 21. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang cukup magnesium ... 60

Tabel 22. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang tinggi serat ... 60

Tabel 23. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang tinggi serat ... 62


(7)

Tabel 24. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 62 Tabel 25. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien

hipertensi tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 63 Tabel 26. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang

cukup vitamin C dan E ... 64 Tabel 27. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien

hipertensi tentang cukup vitamin C dan E ... 64 Tabel 28. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang

rendah kafein dan alkohol ... 65 Tabel 29. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konseptual pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan ... 36


(9)

Judul : Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Vera Triastuti Hasibuan

NIM : 071101030

Jurusan : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah secara abnormal dan berlangsung selama beberapa waktu yang dapat diketahui melalui beberapa kali pengukuran tekanan darah. Sekitar 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya yang disebut the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala, yang apabila tidak diobati dan ditanggulangi akan menimbulkan komplikasi. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan tuntutan hidup secara cepat berpengaruh terhadap pola makan yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam yang akan memicu penyakit hipertensi. Hipertensi tidak bisa disembuhkan, namun penderita hipertensi dapat memiliki kualitas hidup yang normal dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti mempertahankan berat badan agar selalu ideal, menurunkan kadar kolesterol dengan mengatur pola makan, banyak mengkonsumsi serat, dan tidak meminum alkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel yang diteliti sebanyak 73 responden dan diambil dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh hasil dari 73 responden pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan/kontrol menunjukkan 60 responden (82,2%) memiliki pengetahuan baik, 13 responden (17,8%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada responden dengan pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki pengetahuan yang baik. Diharapkan dengan pengetahuan yang baik dapat memberikan motivasi pada pasien hipertensi untuk hidup sehat demi mencapai kesehatan yang optimal.


(10)

Title : Hypertension Patients’ Knowledge of Nutrition to Maintain Health Status at Hypertension Polyclinic of Adam Malik Hospital, Medan.

Name : Vera Triastuti Hasibuan Student Number : 071101030

Faculty : Nursing

Year : 2011

Abstract

Hypertension is one of the degenerative diseases which can cause health problem. A person who suffers from hypertension will experience abnormal blood pressure, and it can last for some time and can be detected by measuring the blood pressure. About 90% of the cause of hypertension cannot be detected; therefore, it is usually called the silent killer because it is usually found out without any symptom. If this disease is not treated and handled well, it can cause complication. The increase of standard of living and necessity of life will eventually influence the eating pattern which usually contains low fiber foods, high fat, high blood sugar, and plenty of salt which triggers hypertension. This disease cannot be cured, but the person who suffers from it can have normal quality of life by changing his lifestyle such as getting ideal weight, decreasing cholesterol content by arranging eating pattern, consuming enough fiber foods, and being abstain from drinking alcoholic beverages. This research was aimed to obtain the description of the hypertension patients’ knowledge in nutrition in order to keep health status at the Hypertension Polyclinic of H. Adam Malik Hospital, Medan. The design of this research was descriptive. 73 respondents were used as the samples and were taken by using purposive sampling method. Questionnaires were used as the instrument. The data were collected by using interviews which were based on the questionnaires and analyzed by using computerization system in the form of table of frequency of distribution and percentage. The result of the research, concerning 73 hypertension patients who conducted outpatient/health control, showed that 60 respondents (82.2%) had good knowledge, 13 respondents (17.8%) had moderate knowledge, and none of them had bad knowledge. From the result of the research, it could be concluded that the hypertension patients’ knowledge in nutrition, in order to keep health status at the Hypertension Polyclinic of H. Adam Malik Hospital, had good knowledge. It was expected that good knowledge would give motivation to the hypertension patients to live healthily so that they will achieve optimal health.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan ke arah masyarakat industri memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu meningkatnya penyakit tidak menular (Bustan, 2007). Adapun perubahan dalam pola kehidupan tersebut menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi penyakit yang ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perubahan pola kesakitan dan pola penyakit utama penyebab kematian, dimana terdapat penurunan prevalensi penyakit infeksi, sedangkan prevalensi penyakit non infeksi atau degeneratif seperti hipertensi, stroke, kanker dan sebagainya, justru semakin meningkat (Bustan, 2007).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah secara abnormal dan berlangsung selama beberapa waktu yang dapat diketahui melalui beberapa kali pengukuran tekanan darah. Sampai saat ini, sekitar 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan disebut dengan the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala, yang apabila tidak diobati dan ditanggulangi akan menimbulkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan ginjal dan lainnya yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan maupun kematian (Kaplan, 2006 dan Bustan, 2007). Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya 50%, lebih rendah dibandingkan


(12)

angka kesadaran hipertensi di Amerika yang mencapai 69%. Dari angka tersebut, hipertensi yang terkendali dengan baik masih di bawah 10% dari seluruh penderitanya di Indonesia (Bustan, 2007).

Menurut laporan pertemuan WHO di Jenewa pada tahun 2002, didapatkan angka prevalensi penyakit hipertensi adalah 15-37% dari populasi dewasa di dunia dan 50% dari populasi yang berusia lebih dari 60 tahun dengan angka Proporsional Mortality Rate akibat hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian (Yahya, 2005). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 diperoleh bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 13,4-14,6% sedangkan, pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18% (Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, 2010).

Prevalensi hipertensi di Sumatera Utara menurut Riskesdas tahun 2007 adalah 5,8% dari seluruh penduduk dan menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit tidak menular di Provinsi Sumatera Utara (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Sedangkan berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan data prevalensi hipertensi, baik hipertensi esensial maupun hypertensive heart disease without (congestive) heart failure, meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2009 sebanyak 941 orang menjadi 1720 orang pada tahun 2010.

Brunner & Suddarth (2001), hipertensi biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu dengan usia akhir 30-an sampai awal 50-an dan secara bertahap menetap. Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi maka, penting sekali untuk mempertahankan tekanan darah normal. Salah satu hal


(13)

yang perlu diperhatikan adalah menjaga makanan yang dikonsumsi karena konsumsi terhadap makanan sehat di Indonesia dinilai masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 10 persen.

Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan tuntutan hidup secara cepat berpengaruh terhadap pola makan. Saat ini masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam yang akan memicu penyakit seperti hipertensi. Hal tersebut menyebabkan hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Salah satu penyebab munculnya penyakit hipertensi adalah konsumsi garam atau natrium di dalam bahan makanan yang dapat mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah menjadi semakin meningkat (Ridwan, 2002). Sebenarnya, penyebab hipertensi bukan hanya akibat terlalu banyak mengkonsumsi garam. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan dari Dra Sunarti MKes bahwa adanya faktor nutrisi saja, seperti konsumsi garam yang tinggi tidak akan meningkatkan tekanan darah sampai tingkat abnormal, namun kombinasi konsumsi garam tinggi dengan kecenderungan genetik akan meningkatkan tekanan darah sampai tingkat abnormal (Humas UGM, 2009). Penderita hipertensi yang sensitif garam hanya 30% dari jumlah penderita keseluruhan. Hal ini berarti ada banyak kemungkinan faktor penyebab tekanan darah tinggi, bisa disebabkan oleh satu faktor atau lebih, seperti pergerakan pembuluh darah akibat aterosklerosis, sekresi hormon, keturunan atau lingkungan (Rusdi, 2009).


(14)

Hipertensi tidak bisa disembuhkan. Namun penderita hipertensi dapat memiliki kualitas hidup yang normal dengan melakukan perubahan gaya hidup dan rutin menggunakan obat-obatan. Hipertensi yang terkontrol dapat mencegah terjadinya komplikasi dan mencegah kerusakan organ. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mempertahankan berat badan agar selalu ideal, menurunkan kadar kolesterol dengan mengatur pola makan, tidak meminum alkohol (Ridwan, 2002). Pengaturan makanan yang tepat dapat menurunkan tekanan darah dengan lebih cepat dan terdapat kemungkinan tidak bergantung pada penggunaan obat-obatan. Oleh karena itu, pasien hipertensi harus dapat mengatur zat gizi/nutrisi yang dibutuhkannya serta dapat menjalankan cara hidup sehat dan ikut berpartisipasi dalam perencanaan pola nutrisi pribadi (Moore, 1997).

Berdasarkan rincian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan .


(15)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Rumah sakit

Sebagai bahan informasi bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan program pelayanan keperawatan dalam hal edukasi untuk promosi kesehatan tentang pemenuhan nutrisi pada hipertensi sehingga dapat meningkatkan serta memelihara status kesehatan.

4.2. Institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan serta sumber informasi pendidikan keperawatan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada pasien hipertensi dan dapat disampaikan ke masyarakat, khususnya pasien hipertensi dan keluarga.

4.3. Pasien hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang sejauhmana pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan, serta dapat menjadi motivasi bagi pasien hipertensi pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya untuk semakin meningkatkan pengetahuannya demi memelihara status kesehatan.


(16)

4.4. Penelitian keperawatan yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan dapat digunakan untuk mendapatkan fakta atau informasi baru dan dapat diingat kembali (Potter & Perry, 2005). Pengetahuan merupakan kemampuan untuk menghafal, mengingat, mendefenisi, mengenali atau mengidentifikasi informasi tertentu, seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi, dan syarat yang disajikan dalam pengajaran. Pengetahuan termasuk dalam domain kognitif yang berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menuntut untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut (Nurhidayah, 2009).

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara langsung), atau berdasarkan


(18)

proses berfikir lainnya seperti pemberian dasar logis atau penyelesaian masalah (Basford, 2006).

1.2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu adalah kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi yang nyata. Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sedangkan, evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri (Sunaryo, 2004).

1.3. Klasifikasi pengetahuan

Epistemologi adalah cabang dari filosofi yang membahas tentang definisi dan klasifikasi pengetahuan (Basford, 2006). Secara umum, ahli filsafat epistemologi mengklasifikasikan pengetahuan antara lain pengetahuan tentang, pengetahuan bagaimana, dan pengetahuan bahwa (Basford, 2006). Pengetahuan


(19)

tentang merupakan pengetahuan yang mengidentifikasi semua hal yang diketahui seperti mengetahui keberadaan dan sesuatu tentang hal tertentu. Pengetahuan bagaimana merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, maksudnya individu memiliki cara untuk mengetahui sesuatu. Pengetahuan bahwa merupakan pengetahuan dalam memahami sesuatu, tentang apa arti sesuatu, sifat dan cara kerjanya, dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain.

Pengetahuan bahwa dapat dibagi menjadi pengetahuan apriori dan empiris. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang diambil dari dasar aksiomatiknya sendiri yang dihasilkan dari proses pemikiran dan dedukasi tanpa adanya stimulus eksternal atau bukti yang berperan pada kesimpulan. Sedangkan, pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang diambil dari persepsi, misal, observasi tentang fenomena di lingkungan sehingga didapatkan pengetahuan dengan proses induksi tanpa mengubah kondisi yang ada (Basford, 2006).

1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Roger (1974, dalam Notoadmodjo, 2003), sebagian besar pengetahuan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Sedangkan, faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi.

Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan manusia adalah pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.


(20)

Dalam arti luas, pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara fomal maupun informal.

Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan manusia selain pendidikan adalah motivasi. Motivasi merupakan sumber kekuatan yang mendorong menuju kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari yang bias timbul dari dalam diri individu atau dari lingkungan.

Faktor internal berikutnya adalah persepsi. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia yang dilakukan secara terus menerus agar dapat berhubungan dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan melalui indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.

Faktor internal yang terakhir adalah pengalaman. Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi pengetahuan individu tersebut dan pengalaman yang didapatkan banyak berasal dari lingkungan sekitar.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan manusia yaitu lingkungan. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun social yang turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia (Purwanto, 1998).


(21)

Faktor eksternal lainnya adalah kebudayaan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Dalam arti sempit, kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia (Soemanto, 2006).

2. Hipertensi

2.1. Definisi dan klasifikasi hipertensi

Hipertensi sulit untuk didefinisikan karena sering berubah-ubah dan harus disesuaikan dengan kondisi. Pasien hipertensi pada saat istirahat memiliki tekanan darah diastolik dengan pengukuran berulang tetap konsisten pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa) dapat berisiko tinggi mengalami kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, penurunan nilai tekanan darah diastolik dibawah 90 mmHg (12,0 kPa) dapat mengurangi risiko stroke sekitar 35-40% dan penyakit jantung koroner sekitar 15-20%. Definisi terkini tentang hipertensi adalah tingkat tekanan darah sistolik pada atau di atas 140 mmHg (18,7 kPa), atau tingkat tekanan darah diastolik pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa). Namun karena tekanan darah sangat bervariasi, sebelum menetapkan pasien mengalami hipertensi dan memutuskan untuk memulai pengobatan, perlu untuk memastikan peningkatan tekanan darah dengan pengukuran berulang-ulang selama beberapa minggu. Setiap nilai pengukuran di kisaran hipertensi ringan atau borderline ditemukan, kepastian pengukuran harus diperpanjang selama 3-6 bulan. Periode observasi yang singkat diperlukan pada pasien dengan peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi atau pasien dengan komplikasi (Brunner & Suddarth, 2001; dan Kaplan, 2006).


(22)

Hipertensi sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena individu yang mengalami hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh individu yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Ketika penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah (Brookes, 2003; Gray, et al. 2005 dan Bakri, 2008).

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 < 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Sedangkan, klasifikasi tekanan darah (mmHg) menurut WHO/International Society of Hypertension guidelines subcommittees ditampilkan pada tabel 2 di bawah ini (Kuswardhani, 2006).


(23)

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah (mmHg) menurut WHO (Kuswardhani, 2006).

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal <130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99 Subkelompok : borderline 140-149 90-94 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109 Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90 Subkelompok : borderline 140-149 < 90

2.2. Penyebab hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Sering disebut juga hipertensi idiopatik dan terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

Golongan hipertensi lainnya yaitu hipertensi sekunder atau hipertensi renal yang terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebabnya seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan


(24)

kehamilan, dan lain sebagainya (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

2.3. Faktor risiko hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok, obesitas, obat-obatan, stres, aktivitas fisik, dan asupan (Gray et al., 2005 dan Rusdi, 2009).

2.4. Gejala klinis hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Brunner & Suddarth, 2001; Julius, 2008; dan Rusdi, 2009).


(25)

2.5. Patofisiologi hipertensi

Kaplan menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yaitu curah jantung dan tahanan perifer. Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil dan jika terjadi peningkatan konsentrasi yang lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, et al. 2005).

Selain pengaruh curah jantung dan tahanan perifer, faktor lain yang berperan dalam pengendalian tekanan darah antara lain sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, disfungsi endothelium, substansi vasoaktif, hiperkoagulasi, serta disfungsi diastolic (Gray et al., 2005).

2.6. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah penyakit ginjal kronis, penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal jantung), otak (stroke, Transient Ischemic Attack/TIA), penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2006).

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide


(26)

synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekskresi transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006).

2.7. Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (diet). Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006).

Tujuan dari penatalaksanaan diet, antara lain membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral, menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM (Yogiantoro, 2006).

3. Nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan pasien hipertensi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap nutrisi seseorang. Nutrisi yang baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup nutrisi/zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Nutrisi yang kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan


(27)

satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Sedangkan, nutrisi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2009).

Pada hipertensi derajat I (sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg), perubahan diet dapat dijalankan sebagai perawatan pertama sebelum memulai terapi obat. Banyak pasien hipertensi yang sedang menjalankan terapi obat, perubahan diet, khususnya mengurangi konsumsi garam, dapat cepat menurunkan tekanan darah tinggi dan pengobatan dapat dikurangi (American Heart Association, 2006).

Faktor gizi/nutrisi sama pentingnya seperti terapi farmakologik dalam pengelolaan hipertensi. Sampai tiga dekade terakhir, pasien dengan hipertensi biasanya meninggal lebih cepat dan tiba-tiba. Tetapi dengan manajemen farmakologi modern, gizi, dan gaya hidup, pasien dengan hipertensi dapat menjalani hidup normal (Way III, 1999).

Nutrisi atau zat-zat gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi akan dapat terpenuhi dengan menerapkan diet sehari-hari, antara lain rendah natrium, rendah lemak jenuh dan rendah asupan karbohidrat, dengan asupan tinggi sayuran dari kelompok pati dan salad dan asupan tinggi protein (terutama ikan).Mengutamakan pengunaan keju segar daripada keju lama. Gula sederhana, alkohol, kafein, nikotin, dan olahan karbohidrat harus dikurangi secara drastis atau dihilangkan (Braverman, 1996).


(28)

Tabel 3. Contoh menu diet yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan Berat (g) Ukuran/Takaran

Beras 350 5 gelas nasi

Daging 100 2 potong sedang

Telur 50 1 butir

Tempe 100 4 potong sedang

Kacang hijau 25 2,5 sendok makan (sdm.)

Sayuran 200 2 gelas

Buah 150 2 buah pisang sedang

Minyak 25 2,5 sendok makan

Gula pasir 25 2,5 sendok makan

Tabel 4. Nilai gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi

Kalori 2230

Protein 75 g

Lemak 53 g

Hidrat arang 365 g

Kalsium 0,5 kg

Besi 24 mg

Vitamin A 6139 SI

Thiamin 1,2 mg

Vitamin C 87 mg

Natrium 305 mg

Tabel 5. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) (Kaplan, 2001) Kelompok makanan Jumlah porsi Takaran sajian

Contoh Keterangan dari setiap kelompok makanan dengan pola diet dash Padi dan produk padi-padian

7-8 kali per hari

1 potong roti ½ cangkir sereal kering ½ cangkir nasi, pasta, atau sereal masak Roti gandum, muffin, roti pita, roti, sereal, bubur jagung, oatmeal Sumber utama energi dan serat

Sayur-sayuran 4-5 kali per hari 1 cangkir sayuran mentah ½ cangkir Tomat, kentang, wortel, kacang polong, labu, brokoli, lobak Sumber makanan kaya magnesium, kalium dan


(29)

sayuran yang telah

dimasak

6 ons jus sayuran

hijau, sawi, kangkung,

bayam, kacang hijau, ubi jalar

serat

Buah-buahan 4-5 kali per hari

6 ons jus buah 1 potong buah-buahan ukuran sedang ½ cangkir buah kering ½ cangkir buah segar, beku, atau buah kaleng Aprikot, pisang, kurma, anggur, jeruk, jus jeruk, mangga, melon, nanas, kismis, stroberi, jeruk keprok Sumber penting magnesium, kalium dan serat Makanan rendah lemak atau non lemak

2-3 kali per hari

8 ons susu

1 cangkir yogurt

1 ½ ons keju

Susu skim, mentega skim atau rendah lemak, yogurt tanpa lemak atau rendah lemak, keju tanpa lemak Sumber utama protein Daging, unggas dan ikan 2 atau kurang dari 2 kali per hari

3 ons daging, unggas atau ikan dimasak Hanya daging, sate; panggang, atau rebus sebagai pengganti goreng; menghilangkan kulit dari unggas Sumber yang kaya protein dan magnesium Kacang, biji-bijian dan kacang polong

4-5 kali per hari

1/5 ons atau 1/3 cangkir kacang

½ ons atau 2 sendok makan biji-bijian ½ cangkir kacang polong dimasak Kacang almond, kacang tanah, walnut, biji bunga matahari, kacang merah. Sumber makanan yang kaya energi, protein, potassium, magnesium, dan serat


(30)

Hasil diet DASH sangat mengesankan dan mendukung efek antihipertensi dari diet rendah lemak jenuh, tinggi serat dan mineral dari buah-buahan dan sayuran segar. Selain itu, pada 1.710 laki-laki setengah baya dievaluasi selama 7 tahun, didapatkan penurunan tekanan darah sistolik secara bermakna dengan diet yang tinggi buah-buahan, sayuran dan rendah daging merah (Kaplan, 2006).

Jika pasien hipertensi ingin memulai terapi obat antihipertensi dengan segera, pasien tersebut harus dianjurkan untuk mengubah kebiasaan atau pola hidup sehat yang bertujuan menurunkan tekanan darah dan mengurangi faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular. Modifikasi kebiasaan atau gaya hidup untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi, antara lain mempertahankan berat badan normal untuk orang dewasa (IMT 18,5-24,9 kg/m2), mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol per hari (sekitar 6 g garam/NaCl atau 2,4 g natrium per hari), melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur (seperti jalan cepat, minimal 30 menit per hari, beberapa hari per minggu), membatasi konsumsi alkohol (tidak lebih dari 1 ons [30 ml] etanol, misalnya 24 ons [720 ml] bir, 10 ons [300 ml] anggur, atau 2 ons [60 ml] wiski per hari pada kebanyakan pria dan tidak lebih dari 0,5 ons [15 ml] etanol per hari pada wanita, menjaga asupan makanan yang mengandung kalium (> 90 mmol [3500 mg] per hari), mengkonsumsi makanan yang kaya buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kandungan rendah lemak jenuh dan lemak total (Rencana diet sesuai dengan Dietary Approaches to Stop Hipertensi [DASH] dalam Kaplan, 2006).


(31)

3.1. Rendah natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler dengan konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L. Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan ekstraseluler dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot (Kaplan, 2006 dan Almatsier, 2001).

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang yang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes sehingga, pembatasan asupan garam akan bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat seiring dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan (Kaplan, 2006).

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah (Kaplan, 2006). Pengurangan asupan garam bermanfaat untuk menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi (Gunawan, 2007). Manfaat lainnya yaitu meningkatkan efektivitas obat antihipertensi, mengurangi kehilangan kalium akibat diuretik, regresi hipertrofi ventrikel kiri, mengurangi proteinuria, mengurangi ekskresi kalsium dalam urin, menurunkan terjadinya osteoporosis, menurunkan prevalensi kanker perut, menurunkan insiden kematian akibat stroke,


(32)

menurunkan prevalensi asma, menurunkan prevalensi katarak, melindungi terhadap terjadinya hipertensi (Kaplan, 2001).

Diet yang dapat mengurangi asupan garam, antara lain diet rendah garam I (hanya boleh mengonsumsi kurang dari 0,5 gr natrium atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat), diet rendah garam II (boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari, senilai dengan 1,25-3,75 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat), sedangkan diet rendah garam III (boleh mengonsumsi 1,5-3 gr natrium per hari, senilai dengan 3,75-7,5 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema dan/atau hipertensi ringan) (Sheps, 2002 dan Gunawan, 2007).

Pengurangan asupan natrium harian sekitar 100 mmol (2,4 g natrium atau 6,0 g garam/NaCl) dapat dicapai dengan menghindari makanan olahan yang sangat asin dan dengan tidak menambahkan garam pada saat memasak atau saat makan. Bahan pengganti garam mungkin bermanfaat, terutama karena sebagian besar menyediakan kalium tambahan (walaupun ini harus dihindari jika mengalami insufisiensi ginjal atau mendapatkan angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor). Pasien harus diperingatkan dari 'perasaan shock' ketika secara tiba-tiba mengurangi asupan natrium. Walaupun demikian, keinginan untuk mengkonsumsi natrium akan terus berkurang dari waktu ke waktu (Kaplan, 2001).

Dalam konsumsi rendah garam (natrium), selain membatasi konsumsi garam dapur, juga harus membatasi sumber natrium lainnya seperti makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (mono sodium glutamate yang lebih


(33)

dikenal dengan nama bumbu penyedap masakan), pengawet makanan atau natrium benzoate (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai, jelli), makanan yang dibuat dari mentega (Sheps, 2002).

Secara umum, penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalani konsumsi makanan rendah garam harus memperhatikan hal-hal berikut, antara lain sedikit atau tidak menggunakan garam dapur baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung, menghindari bahan makanan awetan yang diolah menggunakan garam dapur (mis. kecap, margarin, mentega, keju, terasi, biskuit asin, sardencis, sosis, cornet beef, dan peanut butter), menghindari dan membatasi bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa (mis. saos dan tauco), menghindari penggunaan baking soda, membatasi minuman yang bersoda atau minuman ringan (softdrink) (Sheps, 2002).

3.2. Tinggi kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang tinggi akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Appel, 1999).

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium (Appel, 1999).


(34)

Menurut Moore (1997), asupan kalium tinggi (4,5 – 7 g atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Ini juga membantu mengganti kehilangan kalium akibat pemakaian diuretik. Buah-buahan dan sayuran segar biasanya tinggi kalium, dan rendah natrium.

Tabel 6. Kadar kalium pada beberapa makanan yang umum digunakan (Sunita, 2001)

Bahan Makanan Ukuran Kadar kalium

Apel Mentah, 1 buah sedang 159 mg

Bayam Dimasak, ½ gelas 291 mg

Susu skim (susu rendah lemak) 1 gelas 406 mg

Jeruk 1 buah sedang 250 mg

Tomat Mentah, 1 buah sedang 366 mg

Pisang 1 buah sedang 451 mg

Kentang Dipanggang, 1 buah

sedang

503 mg

Di dalam tubuh, kalium berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam (natrium) dan cairan serta membantu mengontrol tekanan darah. Kadar kalium yang rendah akan menyebabkan terjadinya retensi natrium dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah mengalami peningkatan. Dengan menerapkan diet tinggi kalium dapat menurunkan dosis obat hipertensi yang dibutuhkan. Kebutuhan kalium minimal orang dewasa untuk mencapai kesehatan yang optimum sekitar 2000 mg (2 g) per hari, dengan kemampuan tubuh untuk menyerap asupan kalium sekitar 90% (Wirakusumah, 2001).

Peningkatan asupan kalium dapat melindungi terhadap stroke. Hal ini disarankan oleh Acheson dan Williams (1983 dalam Kaplan, 2006) dan didukung oleh temuan bahwa peningkatan asupan kalium 10 mmol per hari berkaitan dengan penurunan 40% dalam kematian akibat stroke di antara 859 orang tua. Di antara laki-laki di Framingham Heart Study, peningkatan konsumsi sekitar tiga


(35)

porsi per hari buah-buahan dan sayuran kaya kalium berkaitan dengan risiko 22% lebih rendah untuk stroke selama 20 tahun (Kaplan, 2006).

Meskipun suplemen kalium dapat menurunkan TD, suplemen tersebut terlalu mahal harganya dan berpotensi berbahaya untuk digunakan secara rutin dalam pengobatan hipertensi pada pasien normokalemik karena dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal. Tindakan terbaik adalah untuk meningkatkan asupan kalium dengan meningkatkan konsumsi buah-buahan segar, sayuran dan makanan rendah lemak (Kaplan, 2006).

3.3. Cukup kalsium

Terdapat hubungan terbalik antara asupan kalsium dengan tekanan darah sehingga meningkatkan konsumsi kalsium sehari-hari dapat membantu mencegah dan mengobati hipertensi dan osteoporosis (Kaplan, 2006). Sejumlah penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kalsium memiliki peranan penting dalam hipertensi. Pasien hipertensi menunjukkan kekurangan yang signifikan dalam diet kalsium, kalium, vitamin A dan vitamin C. Kalsium yang rendah menjadi faktor risiko yang paling konsisten untuk diet hipertensi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa suplemen kalsium oral (1 sampai 2 gram per hari) dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa pasien, terutama pada dewasa muda, khususnya wanita (Braverman, 1996).

Suplemen atau bahan makanan yang mengandung kalsium dapat menurunkan tekanan darah tinggi dengan mengekskresi natrium yang meningkat. Dengan kata lain, kalsium akan bekerja seperti obat diuretik alami, membantu


(36)

ginjal mengeluarkan natrium dan air sehingga tekanan darah menurun (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

Meskipun suplemen kalsium dapat menurunkan tekanan darah, suplemen tersebut mahal harganya dan berpotensi meningkatkan hiperkalsiuria lebih lanjut yang telah dialami sebelumnya oleh pasien hipertensi dan dapat menyebabkan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Pengobatan terbaik adalah untuk memastikan asupan makanan yang cukup kalsium tetapi tidak memberikan suplemen kalsium baik untuk mencegah dan mengobati hipertensi (Kaplan, 2006). Penelitian di University Of Texas Health Science Center menunjukkan bahwa asupan 800 mg kalsium per hari dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 20% populasi secara dramatis, yaitu sekitar 20-30 poin (Wirakusumah, 2001). Asupan makanan yang cukup kalsium seperti dua sampai tiga gelas susu atau yogurt sehari atau 113,2 gr keju, belut, ikan mujair, bayam merah (Moore, 1997 dan Wirakusumah, 2001).

3.4. Cukup magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah (Appel, 1999).

Magnesium adalah vasodilator dan pada tingkat yang tinggi dapat menyebabkan tekanan darah rendah. Terapi magnesium digunakan untuk mengurangi keadaan kekurangan magnesium yang sering disebabkan oleh


(37)

penggunaan diuretik. Pasien hipertensi yang menggunakan diuretik memiliki perbedaan tingkat magnesium yang signifikan, dari 1,79 mg pada 100 ml dibandingkan dengan pasien tekanan darah normal dengan 1,92 mg pada 100 ml. Kekurangan magnesium dapat berhubungan dengan tekanan darah tinggi dengan meningkatkan perubahan mikrosirkulatori atau arteriosklerosis mikrosirkulatori (Braverman, 1996).

Tingkat magnesium dalam serum dan intraselular adalah normal pada kebanyakan pasien hipertensi yang tidak diobati. Namun, konsentrasi magnesium dalam otot yang rendah telah ditemukan pada setengah dari pasien dengan terapi diuretik dosis tinggi kronis (Kaplan, 2006).

Pada meta-analisis dari 20 penelitian, 14 diantaranya tentang hipertensi dan melibatkan 1.220 responden yang diberikan suplemen atau bahan makanan yang mengandung magnesium, terjadi penurunan tekanan darah rata-rata 0,6/0,8 mmHg. Efek yang mengesankan dari diet DASH mungkin mencerminkan tingkat magnesium yaitu 173% lebih tinggi. Oleh karena itu, bukannya memberi suplemen magnesium, tetapi lebih baik dengan meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung cukup magnesium. Bahan-bahan makanan yang mengandung cukup magnesium seperti sayuran berdaun hijau, padi-padian, kacang-kacangan, polong-polongan, gandum, jagung, tahu, daging tanpa lemak, serta berbagai jenis buah-buahan (Wirakusumah, 2001 dan Kaplan, 2006).


(38)

3.5. Tinggi serat

Terdapat dua macam istilah serat, yaitu serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan selain buah dan sayuran, seperti beras, kentang, singkong, dan kacang ijo. Serat makanan terdiri dari dua bagian, yaitu serat larut dan serat tidak larut dalam air. Yang termasuk serat larut antara lain gums, gels, mucilages, pectic substances, hemiselulosa. Sedangkan, serat tidak larut meliputi komponen serat non-karbohidrat, lignin, selulosa, dan sebagian hemiselulosa, terutama yang berikatan.

Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi. Serat ini akan mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya membuangnya bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar cukup tinggi. Meningkatkan asupan serat sebagaimana yang telah diatur dalam diet DASH dapat menurunkan tekanan darah (Kaplan, 2001).

Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian meta-analisis dari 24 penelitian secara acak, percobaan klinis terkontrol yang diterbitkan tahun 1966-2003 terhadap efek TD dari suplemen serat rata-rata 11,5 g per hari ditemukan bahwa TD rata-rata menurun sebanyak 1,1 / 1,3 mmHg. Efeknya lebih besar pada pasien yang lebih tua dan mengalami hipertensi. Pada percobaan terkontrol diantara 110 pasien hipertensi yang tidak diobati, 8 g serat yang larut air per hari selama 12 minggu menyebabkan penurunan TD sekitar 2,0/1,0 mmHg. Manfaat diet DASH dapat mencerminkan peningkatan 9-31 g serat per hari. Selain itu,


(39)

dalam 12-14 tahun tindak lanjut dari 75.000 perempuan dalam Nurses Health Study, risiko stroke berkurang secara signifikan dengan asupan tinggi buah dan sayuran, dan makanan biji-bijian. Selain itu, analisis dikumpulkan dari 10 penelitian kohort prospektif menemukan penurunan risiko penyakit jantung koroner dengan peningkatan konsumsi serat makanan (Kaplan, 2006).

Berdasarkan pengetahuan tersebut, penderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengonsumsi makanan tinggi serat. Berikut ini contoh bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi yang berasal dari golongan buah-buahan, antara lain jambu biji, belimbing, jambu bol, kedondong, anggur, nangka masak, markisa, papaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang. Berasal dari golongan sayuran, antara lain daun bawang, kecipir muda, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong, daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung, tauge, buncis, kol, wortel, bayam, dan sawi. Sedangkan, yang berasal dari golongan protein nabati, antara lain kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian (havermout, beras merah, jagung). Selain itu, makanan lainnya yang tinggi serat seperti agar-agar dan rumput laut (Wirakusumah, 2001).

3.6. Rendah kolesterol dan lemak jenuh

Kolesterol akhir-akhir ini menjadi isu yang menghangat di berbagai kalangan. Banyak individu takut mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, padahal kolesterol juga diperlukan untuk kelancaran metabolisme


(40)

dalam tubuh. Kolesterol hanya akan berbahaya jika jumlah yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Di dalam tubuh terdapat tiga jenis lemak, yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui feses (kotoran). Jika konsumsi kolesterol terlalu banyak maka penyerapan di dalam tubuh akan meningkat. Beberapa makanan yang tinggi kandungan kolesterolnya yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, yogurt, kuning telur, ginjal, kepiting, kerang, udang, cumi-cumi, cokelat, mentega, lemak babi, margarin, hati dan cavier (telur dari jenis ikan tertentu).

Di dalam makanan, lemak terdiri dari dua macam, yakni lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak jenuh. Adapun lemak tidak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak tidak jenuh (tidak jenuh ganda dan tidak jenuh tunggal).

Lemak jenuh bersifat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Banyak penelitian menyatakan bahwa lemak jenuh dapat meningkatkan tekanan darah. Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan, seperti daging (sapi, babi, kerbau, kambing), mentega, susu, keju, dan sebagian kecil dari tumbuh-tumbuhan (kelapa dan hasil olahannya). Sebaliknya, lemak tak jenuh dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol serum total, trigliserida darah dan meningkatkan kadar HDL. Dengan demikian, lemak tak jenuh dapat


(41)

membantu untuk mencegah aterosklerosis. Bahan makanan yang mengandung lemak tak jenuh kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan (minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, minyak bunga mawar) dan sebagian kecil hewani (ikan dan minyak ikan) (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

Terdapat hubungan terbalik antara konsumsi ikan dengan kematian pada usia dua puluh tahun akibat penyakit jantung koroner. Individu yang mengkonsumsi 30 gram atau lebih ikan per hari mempunyai rata-rata angka kematian akibat penyakit jantung 50 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak mengkonsumsinya.

Selain mengkonsumsi ikan, minyak ikan (asam lemak omega-3) atau EPA (asam eicosapentaenoic), seperti mackerel, telah terbukti mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan cara mengurangi tingkat plasma lipid yang tinggi, lipoprotein, dan apolipoprotein serta menurunkan viskositas darah pada pasien dengan trigliserida yang tinggi (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

Diet tinggi konsumsi ikan atau suplemen minyak ikan direkomendasikan pada pasien dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Pada 22 percobaan dengan mengkonsumsi, suplemen harian rata-rata 4,4 gr minyak ikan per hari berhubungan dengan penurunan tekanan darah sekitar 1,7/1,5 mmHg, efeknya akan lebih besar pada pasien yang lebih tua dan mengalami hipertensi. Setidaknya terdapat delapan studi yang berbeda menunjukkan bahwa minyak safflower, asam linoleat, minyak ikan cod, dan asam eicosapentaenoic (EPA)


(42)

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

3.7. Cukup vitamin C dan E

Vitamin C dan E dapat digunakan sebagai antioksidan, mencegah tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Sumber vitamin C seperti daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi, dan jambu biji. Bulpitt (dalam Wirakusumah 2001) dari London berpendapat bahwa tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada individu yang kekurangan vitamin C. Penelitian lain mengungkapkan pula bahwa lansia yang mengkonsumsi jeruk sebagai sumber tunggal vitamin C sebanyak dua kali sehari, memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibanding mereka yang mengkonsumsi sebanyak empat kali sehari. Lansia tersebut memiliki tekanan sistolik 11 poin lebih tinggi dan tekanan diastolik 6 poin lebih tinggi. Pada penelitian lain, Dr. Jacgues menyimpulkan bahwa kadar vitamin C yang rendah dalam darah dapat meningkatkan tekanan sistolik sekitar 16% dan tekanan diastolic sekitar 9% (Carper, 1993 dalam Wirakusumah, 2001).

Sama halnya seperti vitamin C, tingginya kadar vitamin E sangat penting untuk mencegah serangan jantung dan menurunkan tekanan darah tinggi. Tetapi, lemak tidak jenuh ganda dapat menurunkan kadar vitamin E sehingga, penting untuk mendapatkan jumlah vitamin E yang cukup dalam diet yang tinggi minyak lemak tidak jenuh ganda (Braverman, 1996).


(43)

3.8. Rendah kafein dan alkohol

Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh dan minuman soda. Kafein yang terkandung di dalam kopi memiliki potensi terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah, terutama dalam keadaan stres dan telah terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (Braverman, 1996; Wirakusumah, 2001; dan Kaplan, 2006). Kafein didalam dua sampai tiga cangkir kopi ( 200-250 mg) atau lebih dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, pasien hipertensi harus membatasi konsumsi kafein sehari tidak lebih dari dua cangkir kopi, tidak lebih dari tiga atau empat cangkir teh, tidak lebih dari dua sampai empat kaleng minuman soda berkafein, serta harus menghindari konsumsi kafein sebelum beraktivitas seperti olahraga atau pekerjaan fisik berat.

Sama halnya dengan kafein dalam kopi, alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Minuman yang umumnya mengandung alkohol seperti 12 ons bir , 4 ons anggur, atau 1,5 ons wiski, masing-masing mengandung kira-kira 10 hingga 12 ml alkohol. Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang yaitu sekitar satu minuman per hari, dapat menurunkan tekanan darah dan melindungi tubuh terhadap penyakit arteri koroner dan stroke. Hal ini diperkuat dengan bukti yang mengesankan dari efek perlindungan dari konsumsi alkohol secara teratur sekitar satu minuman perhari pada individu dengan penyakit jantung atau penyakit lainnya jika dibandingkan dengan hasil yang sama pada individu yang tidak peminum dengan peminum berat yang terlihat pada angka kematian akibat penyakit jantung koroner, infark miokard, stroke iskemik,


(44)

penyakit pembuluh darah perifer, kejadian disfungsi ginjal diabetes tipe 2, osteoporosis, gangguan kognitif ringan, dan demensia (Kaplan, 2006).

Sedangkan, tekanan darah orang yang mengonsumsi alkohol sebanyak dua sampai tiga minuman per hari akan naik sekitar 40% dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Risiko kenaikan tekanan darah akan naik sebesar 90% pada peminum alkohol yang melebihi tiga minuman per hari, serta dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang tidak dapat diperbaiki (Braverman, 1996, Wirakusumah, 2001 dan Kaplan, 2001).

Kejadian hipertensi meningkat di kalangan wanita yang mengkonsumsi alkohol lebih dari dua minuman sehari dan pada pria yang mengkonsumsi alkohol lebih dari tiga minuman per hari. Tekanan darah meningkat selama mengkonsumsi minuman beralkohol dan jika berhenti, tekanan darah biasanya menurun (Kaplan, 2006).

Tabel 7. Daftar tabel makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan, menurut Gunawan (2007):

Golongan Bahan Makanan

Makanan yang Boleh Diberikan

Makanan yang Tidak Boleh Diberikan

Sumber hidrat-arang Beras, bulgur, kentang, singkong, terigu, tapioka, hunkwee, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti : macaroni, mi, bihun, roti, biscuit, kue kering dan sebagainya.

Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.

Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 g sehari; telur maksimal 1 butir sehari; susu maksimal 200 g sehari.

Otak, ginjal, lidah, sardine, keju; daging, ikan, dan telur; dan yang diawet dengan garam dapur seperti : daging asap, ham, bacon,


(45)

dendeng, abin, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang, dan sebagainya.

Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam.

Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.

Sayuran Semua sayuran segar;

sayuran yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoate dan soda.

Sayuran yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar, dan sebagainya.

Buah-buahan Semua buah-buahan

segar; buah-buahan yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoate dan soda.

Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.

Lemak Minyak, margarine tanpa

garam, mentega tanpa garam

Margarin dan mentega biasa

Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu

segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium

Garam dapur, “baking powder”, soda kue, vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, manggi, tomato ketchup, petis, tauco

Minuman Teh, cokelat, minuman

botol ringan

Kopi


(46)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini disusun berdasarkan konsep pengetahuan. Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 1. Kerangka konseptual pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan :

- Rendah natrium - Tinggi kalium - Cukup kalsium - Cukup magnesium - Tinggi serat

- Rendah kolesterol dan lemak jenuh - Cukup vitamin C dan E

- Rendah kafein dan alkohol

Kategori Pengetahuan :

- Baik - Cukup - Kurang


(47)

Variabel yang diteliti adalah variabel pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan meliputi pengetahuan baik, cukup, atau kurang. Hasil yang diharapkan terjadi adalah tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang baik tentang nutrisi sehingga dapat terus memelihara status kesehatannya dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini akan dijabarkan pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Tabel definisi operasional instrumen penelitian

Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi adalah segala

sesuatu yang diketahui pasien hipertensi tentang informasi yang berkaitan dengan nutrisi berdasarkan zat gizi/nutrisi serta sumbernya yang terdiri dari rendah natrium, tinggi kalium, cukup kalsium, cukup magnesium, tinggi serat, rendah kolesterol dan lemak jenuh, cukup vitamin C dan E, dan rendah kafein dan alkohol yang bertujuan untuk memelihara status kesehatan. Kuesioner dengan 42 pertanyaan. Pengetahuan baik = 33-42 Pengetahuan cukup = 24-32 Pengetahuan kurang = 0-23


(48)

1. Rendah natrium 2. Tinggi kalium 3. Cukup kalsium 4. Cukup magnesium Rendah natrium adalah bahan-bahan makanan yang mengandung natrium seperti garam (NaCl), natrium benzoat, natrium bikarbonat yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan disesuaikan dengan tingkat tekanan darahnya. Tinggi kalium adalah bahan-bahan makanan yang mengandung kalium dikonsumsi dalam jumlah banyak untuk memberikan efek penurunan tekanan darah. Cukup kalsium adalah bahan-bahan makanan yang mengandung kalsium dikonsumsi dalam jumlah cukup

untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Cukup magnesium adalah bahan-bahan makanan yang mengandung magnesium dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk dapat menurunkan Kuesioner dengan 11 pertanyaan. Kuesioner dengan 4 pertanyaan. Kuesioner dengan 3 pertanyaan. Kuesioner dengan 2 pertanyaan. Pengetahuan baik = 8-11 Pengetahuan cukup = 6-7 Pengetahuan kurang = 0-5

Pengetahuan baik = 3-4 Pengetahuan cukup = 2 Pengetahuan kurang = 0-1

Pengetahuan baik = 2-3 Pengetahuan cukup = 1 Pengetahuan kurang = 0

Pengetahuan baik = 2 Pengetahuan cukup = 1 Pengetahuan kurang = 0

Ordinal

Ordinal

Ordinal


(49)

5. Tinggi serat 6. Rendah kolesterol dan lemak jenuh 7. Cukup vitamin C dan E 8. Rendah kafein dan alkohol tekanan darah tinggi.

Tinggi serat adalah bahan-bahan

makanan yang mengandung serat dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering untuk dapat menurunkan

tekanan darah tinggi.

Rendah kolesterol dan lemak jenuh adalah bahan-bahan makanan yang mengandung

kolesterol dan lemak jenuh harus dibatasi atau dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Cukup vitamin C dan E adalah bahan-bahan makanan yang mengandung vitamin C dan E dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dan meningkatkan status kesehatan. Rendah kafein dan alkohol adalah bahan-bahan makanan dan minuman yang mengandung kafein Kuesioner dengan 6 pertanyaan. Kuesioner dengan 5 pertanyaan. Kuesioner dengan 2 pertanyaan. Kuesioner dengan 9 pertanyaan. Pengetahuan baik = 5-6 Pengetahuan cukup = 3-4 Pengetahuan kurang = 0-2

Pengetahuan baik = 4-5 Pengetahuan cukup = 2-3 Pengetahuan kurang = 0-1

Pengetahuan baik = 2 Pengetahuan cukup = 1 Pengetahuan kurang = 0

Pengetahuan baik = 7-9 Pengetahuan cukup = 5-6

Ordinal

Ordinal

Ordinal


(50)

dan alkohol harus dibatasi atau dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk menurunkan

tekanan darah tinggi.

Pengetahuan kurang = 0-4


(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Subjek penelitian yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah diatas normal yang sedang melakukan rawat jalan, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah normal. Berdasarkan hasil survei awal, didapatkan data dari Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan terdapat 516 pasien hipertensi pada tahun 2010.

2.2. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian adalah pasien hipertensi yang sedang menjalani rawat jalan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan, bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan persetujuan menjadi responden


(52)

baik secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, dimana sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri sesuai dengan tujuan yaitu mendapatkan responden pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan/kontrol di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan, belum mengalami komplikasi dan bersedia menjadi responden. Selain itu, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. (Notoatmodjo, 2005 dan Arikunto, 2006).

Besarnya sampel diambil berdasarkan pertimbangan praktis terkait dana, sarana, tenaga dan waktu yang didasarkan pada besarnya populasi (Saryono, 2008). Oleh karena jumlah populasi lebih dari 100 orang maka sampel dibuat sekitar 10-15% atau 20-25% dari total populasi (Arikunto, 2006). Semakin besar sampel yang dipergunakan, semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh (Nursalam, 2009). Maka, besarnya sampel yang diambil peneliti adalah 14% dari populasi yaitu sebanyak 73 orang responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan pada 1 Maret 2011 sampai 31 Maret 2011. Alasan peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit pendidikan, lokasi rumah sakit yang strategis dan memiliki jumlah pasien


(53)

hipertensi relatif banyak sehingga dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan izin pengumpulan data diperoleh dari rumah sakit. Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah responden bersedia menjadi subjek dan tanpa sanksi apapun. Peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian.

Jika responden setuju untuk diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2009).


(54)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data, instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda check list () pada jawaban yang tersedia. Kuesioner dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka tentang nutrisi yang dibutuhkan pasien hipertensi. Rendah natrium dari Kaplan (2001), Almatsier (2001), Sheps (2002), Gunawan (2007). Tinggi kalium dari Moore (1997), Appel (1999), Almatsier (2001), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Cukup kalsium dari Braverman (1996), Moore (1997), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Cukup magnesium dari Braverman (1996), Appel (1999), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Tinggi serat dari Wirakusumah (2001), Kaplan (2001 dan 2006). Rendah kolesterol dan lemak jenuh dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001). Cukup vitamin C dan E dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001). Rendah kafein dan alkohol dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001), Kaplan (2001 dan 2006).

Kuesioner ini terdiri atas dua bagian yaitu kuesioner data demografi pasien hipertensi dan kuesioner pertanyaan untuk pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi. Kuesioner data demografi pasien hipertensi meliputi umur, tekanan darah, jenis kelamin, lama berobat, rutin kontrol, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, penyuluhan tentang nutrisi hipertensi, dan informasi tentang nutrisi hipertensi. Sedangkan kuesioner pertanyaan untuk pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang terdiri dari 42 pernyataan dimana 36 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif.


(55)

Pernyataan no.1 sampai dengan no.11 tentang rendah natrium/garam dan semuanya adalah pernyataan positif. No.12 sampai dengan no.15 pernyataan tentang tinggi kalium, dimana no.12, 13, 15 adalah pernyataan positif dan no.14 adalah pernyataan negatif. No.16 sampai dengan no.18 pernyataan tentang cukup kalsium, dimana no.16, 18 adalah pernyataan positif dan no.17 adalah pernyataan negatif. No.19 dan no.20 pernyataan tentang cukup magnesium, no.19 adalah pernyataan positif dan no.20 adalah pernyataan negatif. No.21 sampai dengan no.26 pernyataan tentang tinggi serat, no.21, 22, 23, 24, 25 adalah pernyataan positif dan no.26 adalah pernyataan negatif. No.27 sampai dengan no.31 pernyataan tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh, no.27, 28, 29, 30 adalah pernyataan positif dan no.31 adalah pernyataan negatif. No.32 dan no.33 pernyataan tentang cukup vitamin C dan E, semuanya adalah pernyataan positif. No.34 sampai dengan no.42 pernyataan tentang rendah kafein dan alkohol, dimana no.34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42 adalah pernyataan positif dan no.36 adalah pernyataan negatif.

Untuk pernyataan positif apabila responden menjawab ya akan diberi nilai 1, dan menjawab tidak akan diberi nilai 0. Sedangkan, untuk pernyataan negatif apabila responden menjawab tidak diberi nilai 1 dan menjawab ya diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 42 sedangkan, nilai terendah adalah 0.

Penilaian pengetahuan pasien dalam penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dibagi kedalam


(56)

tiga bagian yaitu tingkat pengetahuan baik jika jawaban yang benar 76%-100%, cukup jika jawaban yang benar 56%-75%, dan kurang jika jawaban yang benar kurang dari 56%.

Berdasarkan persentase di atas, tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan dikatakan baik jika mampu menjawab soal dengan nilai 33-42, cukup dengan jumlah nilai 24-32, dan kurang dengan jumlah nilai kurang dari 24.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006). Validitas internal/isi akan dilakukan oleh salah satu ahli gizi dari Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yaitu dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK. Untuk menunjukkan bahwa hasil uji validitas dikatakan valid dilihat dari Coefisient Validity Index (CVI). Coefisient (r) berada diantara 0,00 sampai 1,00. Jika Coefisient (r) lebih dari 0,70 maka instrumen sudah dikatakan valid (Polit & Hungler, 1999). Nilai CVI yang diperoleh dari instrumen penelitian adalah 0,878 (lampiran 7). Berarti lebih dari 0,70 maka instrumen dikatakan valid.


(57)

Uji reliabilitas instrumen dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup bidang penelitian yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrumen penelitian hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sepuluh responden yang memenuhi kriteria (Azwar, 2003). Uji reliabilitas untuk instrumen akan menggunakan Kuder Richardson (KR) 20 karena jumlah butir pertanyaan genap dan cocok digunakan pada item bernilai 1 dan 0 atau dikotomi, serta dikatakan reliabel bila hasilnya bernilai > 0,765 (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, diperoleh nilai KR-20 sebesar 0,8562 (lampiran 8). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel karena hasilnya > 0,765 (Arikunto, 2006).

7. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan ijin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian (RSUP H. Adam Malik Medan). Setelah mendapat ijin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan pada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, dan


(58)

calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara ini dipilih karena situasi pada saat di lapangan tidak memungkinkan untuk responden menjawab secara tertulis karena beberapa hal, antara lain waktu mengantri di bagian poliklinik hipertensi yang singkat, banyak responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Hal-hal tersebut yang mendorong peneliti menggunakan metode wawancara. Kuesioner yang telah selesai dijawab akan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Menurut Arikunto (2006), analisa data meliputi tiga langkah, yaitu persiapan (mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, mengecek macam isian data), tabulasi (memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data yang disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisa yang akan digunakan, memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisa data


(59)

yang diterapkan peneliti adalah analisa deskriptif (statistik univariat) dengan program komputer.

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa data demografi dan variabel (pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan). Data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi. Untuk mengontrol tingkat pendidikan, kontrol rutin dan lama berobat akan dianalisa dengan menggunakan cross tabulation (tabulasi silang). Data pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan akan disajikan dalam bentuk skala ordinal yaitu jenis data kategorik (pengetahuan baik, cukup, dan kurang) yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi dengan menggunakan teknik komputerisasi. Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(1)

Lama Berobat * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Tingkat Pengetahuan

Total baik cukup

Lama Berobat < 1 tahun Count 22 5 27

% within Lama Berobat 81,5% 18,5% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

41.7% 38.5% 41.1%

% of Total 34.2% 6.8% 41.1%

>= 1 tahun Count 38 8 46

% within Lama Berobat 82.6% 17.4% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

58.3% 61.5% 58.9%

% of Total 47.9% 11.0% 58.9%

Total Count 60 13 73

% within Lama Berobat 82.2% 17.8% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Rutin Kontrol * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Tingkat Pengetahuan

Total baik cukup

Rutin Kontrol tidak terkontrol Count 4 1 5

% within Rutin Kontrol 80.0% 20.0% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

6.7% 7.7% 6.8%

% of Total 5.5% 1.4% 6.8%

1x/bulan Count 15 5 20

% within Rutin Kontrol 75.0% 25.0% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

25.0% 38.5% 27.4%

% of Total 20.5% 6.8% 27.4%

2x/bulan Count 41 7 48

% within Rutin Kontrol 85.4% 14.6% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

68.3% 53.8% 65.8%

% of Total 56.2% 9.6% 65.8%

Total Count 60 13 73

% within Rutin Kontrol 82.2% 17.8% 100.0% % within Tingkat

Pengetahuan

100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Frequencies

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 60 82.2 82.2 82.2

cukup 13 17.8 17.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Rendah Natrium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 67 91.8 91.8 91.8

cukup 6 8.2 8.2 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Tinggi Kalium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 40 54.8 54.8 54.8

cukup 33 45.2 45.2 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Cukup Kalsium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 62 84.9 84.9 84.9

cukup 11 15.1 15.1 100.0


(4)

Pengetahuan Cukup Magnesium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 41 56.2 56.2 56.2

cukup 32 43.8 43.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Tinggi Serat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 53 72.6 72.6 72.6

cukup 20 27.4 27.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Rendah Kolesterol & Lemak Jenuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 42 57.5 57.5 57.5

cukup 31 42.5 42.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

Pengetahuan Cukup Vitamin C dan E

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 59 80.8 80.8 80.8

cukup 14 19.2 19.2 100.0


(5)

Pengetahuan Rendah Kafein dan Alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 68 93.2 93.2 93.2

cukup 5 6.8 6.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur Responden (tahun) 73 25 76 59.07 9.325

Tekanan Darah (mmHg) 73 1 4 2.81 .923

Lama Berobat 73 1 3 2.15 .981

Rutin Kontrol 73 1 3 2.59 .620

Tingkat Pendidikan Formal yang Terakhir

73 1 4 2.67 .883

Penghasilan per Bulan 73 1 4 3.41 .684

Pertanyaan 73 42 42 42.00 .000

Jawaban 73 42 42 42.00 .000

Benar 73 29 40 34.60 2.971

Salah 73 2 13 7.40 2.971


(6)

Lampiran 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Vera Triastuti Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir

: Tebing-Tinggi / 11 Januari 1988

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Jamin Ginting gg. Sarmin No.15 Padang Bulan,

Medan

Riwayat Pendidikan

:

1.

SD RA. Kartini Tebing-Tinggi (1994-2000)

2.

SMP RA. Kartini Tebing-Tinggi (2000-2003)

3.

SMA Negeri 1 Tebing-Tinggi (2003-2006)

4.

S1 Keperawatan USU (2007-sekarang)