3 Sungai Batang Angkola, dengan panjang 64,20 km melintasi Kecamatan
Angkola Timur, Batang Angkola dan Kecamatan Sayur Matinggi bermuara di Sungai Batang gadis Kabupaten Mandailing Natal.
4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan pada periode 2001 sd 2003 relatif cukup tinggi dibandingkan periode 2003 sd 2007. Hal ini disebabkan
masih tergabungnya wilayah Kota Padang Sidempuan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2008 tumbuh sebesar 4,97 persen. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan tahun
2007, dimana pada tahun 2007 masih tergabung Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara.
Pada tahun 2009, perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan tumbuh sebesar 4,05 persen, pertumbuhan ini bersumber dari output riil yang terjadi pada
setiap sektor ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2008, dimana pada tahun 2009 terjadi perlambatan hampir
semua sektor ekonomi. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor
pertambangan dan penggalian 6,04 persen, diikuti oleh sektor pertanian 5,47 persen dan sektor bangunan 5,39 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah
terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 2,26persen dan sektor industri pengolahan 2,49 persen.
4.2.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Universitas Sumatera Utara
Untuk menilai kinerja perekonomian suatu daerah, Produk Domestik Regional Bruto PDRB sering digunakan sebagai indikatornya terutama yang
dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu
indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan daerah atau dapat juga dikatakan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS
Sumatera Utara, diketahui PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan mengalami peningkatan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah tabel
PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan harga berlaku selama periode 1989-2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan ADHB 1989-2009 Milyar Rupiah
TAHUN PDRB
1989 607,50
1990 688,62
1991 807,08
1992 952,77
1993 1.331,68
1994 1.647,99
1995 1.887,67
1996 2.223,28
1997 1.880,27
1998 2.996,25
1999 3.304,16
2000 1.927,82
2001 3.983,45
2002 3.428,91
2003 3.104,88
2004 3.420,34
2005 3.678,65
2006 4.219,35
2007 4.598,18
2008 2.558,43
2009 2.761,51
Sumber: BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka 2009
Produk Domestik Regional Bruto merupakan proxi dari pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan selama periode
1989-2009 ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 4.219,35 Milyar rupiah pada tahun 2006 menjadi 4.598,18 Milyar rupiah pada
tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2.558,43 Milyar rupiah, hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 Kabupaten
Padang Lawas dan Padang Lawas Utara telah berpisah dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun pada tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Tapanuli Selatan mengalami peningkatan sebesar 2.761,51 Milyar rupiah, dengan tingkat pertumbuhan perekonomian sebesar 4,05 persen.
PDRB dibentuk dari Sembilan sektorlapangan usaha yang terdiri dari:
1 Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
2 Sektor pertambangan dan penggalian.
3 Sektor industri pengolahan.
4 Sektor listrik, gas dan air bersih.
5 Sektor bangunan atau konstruksi.
6 Sektor perdagangan, hotel dan restoran.
7 Sektor transportasi dan komunikasi.
8 Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9 Sektor jasa.
Struktur ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan sejak tahun 2000 hingga saat ini belum banyak mengalami perubahan. Secara umum ada tiga
sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2009, kontribusi sektor pertanian mencapai 41,92 persen,
sektor industri pengolahan mencapai 29,22 persen dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 24,28 persen. Sementara sektor-
sektor lainnya memberikan kontribusi kurang dari sepuluh persen terhadap total pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Struktur Ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009
Sektor pertanian selalu menjadi sektor utama jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, ini menunjukkan bahwa perekonomian
Kabupaten Tapanuli Selatan masih bergantung pada sektor pertanian yang meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan
hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.Sektor pertanian pada tahun 2009 lalu memberikan kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar
41,92 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan adalah penyumbang terbesar terhadap sektor pertanian yaitu tercatat 27,79 persen diikuti sub sektor
tanaman perkebunan sebesar 9,03 persen, sub sektor peternakan dan hasil-
Pertanian 41.92 Pertambangan
Penggalian 0.30 Industri Pengolahan
29.22 Listrik,Gas Air Bersih
0.20 Bangunan 3.30
Perdagangan,Hotel Restoran 24.28
Pengangkutan Komunikasi 2.70
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 0.56
Jasa-jasa 7.82
Universitas Sumatera Utara
hasilnya sebesar 3,32 persen, sub sektor kehutanan sebesar 1,24 persen dan terakhir sub sektor perikanan sebesar 0,54 persen.
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
Juta Rupiah
Lapangan Usaha PDRB ADHB
PDRB ADHK
Pertanian 1.157.557,52
522.614,68 Pertambangan dan Penggalian
8.693,39 2.758,64
Industri Pengolahan 803.938,22
645.447,88 Listrik, Gas dan Air Bersih
2.743,33 1.116,58
Bangunan 91.136,11
74.132,68 Perdagangan, Hotel dan Restoran
391.627,07 268.914,13
Pengangkutan dan Komunikasi 74.671,09
32.981,42 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 15.463,70
8.794,57 Jasa – jasa
216.997,93 141.154,02
Total 2.761.514,37
1.697.914,58
Sumber: BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka 2009 4.2.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah daerah juga merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Pengeluaran
pemerintah berbentuk pembelanjaan pemerintah baik dalam bentuk rutin maupun pembangunan. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik dari luar daerah maupun di dalam daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar dapat berupa kebijakan pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan, kondisi daerah dan kebijakan daerah terutama berkaitan dengan program
berkelanjutan. Pengeluaran pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan.
Perkembangan pengeluaran pemerintah sejak tahun 1989-2009 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 1989-2009
Milyar Rupiah
Tahun Pengeluaran Pemerintah
1989 14,5
1990 21,5
1991 29,8
1992 35,4
1993 46,0
1994 71,5
1995 99,0
1996 154,8
1997 132,3
1998 156,5
1999 163,2
2000 126,2
2001 272,2
2002 294,4
2003 333,8
2004 329,8
2005 375,7
2006 538,3
2007 665,0
2008 553,0
2009 530,0
Sumber: BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka 2009
Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas, pengeluaran pemerintah mengalami perubahan yang berfluktuatif dari tahun ketahunnya,
namun pengeluaran pemerintah terus mengalami peningkatan hingga tahun 2007 sebesar 665,0 Milyar rupiah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
2006 yang hanya sebesar 538,3 Milyar rupiah dan untuk tahun 2008 pengeluaran pemerintah sebesar 553,0 Milyar rupiah sedangkan pada tahun
2009 sebesar 530,0 Milyar rupiah.
4.2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk