Nilai Ketaqwaan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terdapat dalam Surat Al-Maidah

dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Al-A’raf : 96

C. Aplikasi Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Maidah Ayat 8

1. Aplikasi Kejujuran dalam Pendidikan

Kejujuran adalah dasar agama, dan kejujuran adalah juga kehidupan bangsa-bangsa dan suku-suku, serta sebab terjadinya perkembangan, kasih sayang, dan tolong menolong. Agama Islam yang hanif lurus mengarahkan masyarakatnya supaya berpegang teguh pada tali kejujuran dalam setiap urusan, persoalan dan hukum, agar fondasinya menjadi kokoh, dan generasinya selamat dari kebinasaan. 54 Kejujuran dan kedustaan tidak akan bersatu dalam diri seseorang kecuali salah satu di antara keduanya memerangi yang lainnya. 55 Allah telah memberitahukan bahwasanya tidak ada sesuatupun yang dapat bermanfaat bagi seorang hamba pada hari kiamat dan tidak ada pula yang dapat menyelamatkannya selain kejujurannya, Allah berfirman :                           Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang paling besar .Al- Maidah: 119 Oleh karena itu kejujuran sangat penting untuk dilatih sejak dini, sehingga ketika ia dewasa akan terbiasa dengan kejujuran. 54 Ahmad Khalil Jum’ah, Jujur Mata Uang Dunia Akhirat, Bairut, Pustaka Azzam, 1998, Cet. I, h. 25 55 Ibid, h. 38 Dalam menanamkan sifat jujur pada anak didik, pendidik guru dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode ceramah, metode nasihat, metode teladan, metode pembiasaan dan metode kisah. Metode ceramah dan nasihat, dalam menerapkan metode ini guru menjelaskan tentang keutamaan dan pentingnya sikap jujur dimiliki oleh seseorang. Orang yang hidupnya dipenuhi dengan kedustaan akan dijauhi oleh orang-orang sekitarnya. Sebaliknya kejujuran akan membawa keselamatan bagi orang yang bersangkutan dan bagi orang lain dan menjadi kepercayaan masyarakat. Kejujuran akan membawa seseorang ke surga. Rasulullah menyebutnya sebagai semacam “kunci” masuk surga. Sabda beliau: ا ا ا ا ا ّ ا ف ّ ع ّ ا حّ ّ ج ا ا ق ص ها ع ّ ّح ا “Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang tiada henti-hentinya berkata dan berlaku benar dan mengusahakan sungguh-sungguh akan kebenaran, sehingga di catat ia di sisi Allah sebagai seorang sidiq orang yang selalu benar”. HR. Muslim 56 Pendidik guru harus bisa menjadi tauladan bagi anak didiknya, sifat jujur merupakan sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pendidik guru, bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan kejujuran sementara pada dirinya belum menanamkan sifat jujur. Seorang pendidik guru harus menerapkan kejujuran dimanapun dia berada, baik saat disekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Karena jika seorang pendidik guru sudah tercemar namanya dilingkungan 56 Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim Juz 8, Beirut: Darul Afaqul Jadidah, t.t., h.29 masyarakat, maka ia tidak akan dipercaya oleh anak didiknya dilingkungan sekolah. Apa yang dilakukan pendidik guru baik dari ucapan, perbuatan dan gerak-geriknya akan selalu menjadi tauladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru harus selalu menjaga sikap dan menjalankan perintah Agama. Metode pembiasaan adalah sebuah metode yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam menanamkan sifat jujur pada anak didik disekolah, pendidik guru bisa dengan membentuk sebuah kantin kejujuran. Dengan begitu anak didik akan mempraktikkan sifat jujur, karena ia membeli barang dan membayarnya sesuai barang yang dibelinya tanpa ada yang menjaga kantin tersebut. Kantin kejujuran ini mengajarkan pada anak didik untuk berlaku jujur dimanapun berada, baik saat dilihat orang lain maupun tidak dilihat orang lain. Dengan begitu anak didik akan terbiasa dengan sifat jujur tersebut. Jika anak didik sudah terbiasa dengan kejujuran, maka hal tersebut akan melekat dan menjadi karakter dalam dirinya. Metode kisah, dalam metode kisah ini seorang pendidik dapat mencerikan dari kisah-kisah teladan, misalnya para Nabi, Nabi memiliki sifat-sifat yang mulia seperti: jujur, amanah, tabligh, dan fathanah. Jujur adalah salah satu sifat mulia para Nabi. Karena Nabi adalah tauladan bagi umat Islam, maka apa yang sudah Beliau lakukan dan yang ada pada dirinya harus kita ikuti dan praktikkan. Nabi Muhammad dari kecil sudah memiliki sifat jujur, dia selalu mempunyai rasa takut terhadap Allah dan mentaati perintah-Nya. contoh kisah yang bisa kita ambil pelajaran tentang kejujuran, yaitu: Muhammad, seorang anak yang jujur, dia selalu mempunyai rasa takut terhadap Allah dan mentaati perintah-Nya. Pada suatu hari saudaranya ber nama Su’ad berkata kepadanya: “Hai saudaraku, ayah kita sedang keluar rumah, mari kita membuka lemari makan agar kita dapat makan apa-apa yang kita kehendaki, karena ayah tidak akan melihatnya”. Kemudian Muhammad menjawab: “Memang benar hai saudaraku, ayah tidak akan melihat kita, tetapi apakah kau tidak tahu bahwa Allah selalu melihat kita. Oleh karena itu hindarilah perbuatan yang kurang baik itu, karena kalau kau ambil sesuatu tanpa ridha ayah, maka Allah akan menyiksamu nanti”. Setelah mendengar penjelasan itu, akhirnya Su’ad merasa takut dan malu atas maksudnya yang tercela itu,lalu ia berkata lagi: “memang benar ucapanmu hai Saudaraku, dan aku ucapkan banyak terima kasih atas nasihat yang baik itu.” 57 Dari kisah diatas dapat kita ambil pelajaran, bahwa saat berada dimanapun dan dalam keadaan apapun, kita harus tetap pegang sifat kejujuran itu dalam diri kita.

2. Aplikasi Keikhlasan dalam Pendidikan

Abdul fatah mengutip dari Syeikh Ahmad Ibn ‘Athaillah pengarang kitab Al Hikam, dia mengatakan bahwa ruhnya amal itu adalah ikhlas. Diibaratkan amal sebagai kerangka. Maka kerangka tidak akan bermanfaat bila tidak ada rohnya. Jadi bila ingin kerangka itu bermanfaat maka harus diberi roh yang berupa ikhlas. 58 Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah, sebagaimana dinyatakan dalam Al- Qur’an:           “Dan tiada diperintahkan mereka, melainkan supaya mereka beribadat kepada Allah seraya mengikhlaskan ta’atnya kepada Allah, lagi condong kepada kebenaran.” QS. Al-Bayyinah:5 57 Sukandi Sadeli, Bimbingan Akhlak yang Mulia, Tasikmalaya: Widyagraha, 1986, Cet. I, h. 41 58 Abdul Fatah, Kehidupan Manusia Di tengah-tengah Alam Materi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995, Cet. I, h. 113 Rasulullah saw bersabda : خا ع ا ّ ح ا ق ث ح ح ح ق ث ح ع ا ع ع ع ع ا أ ا ق ء ج ج ا ا ص ها ع قف : ا ها ا ق ع ا ا ج غّ ا ّ خ ك اا ئ ا “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridhaan Allah”. HR. An- Nasa’i 59 Begitu pentingnya sifat ikhlas untuk dimiliki oleh setiap orang dan ditanamkan pada diri anak didik sedini mungkin. Jika pada diri seseorang tidak terdapat sifat ikhlas dalam beramal maka sia-sia lah seluruh amal perbuatannya. Begitu tingginya nilai keikhlasan, jika ikhlas bercampur dengan sesuatu yang sedikit, maka ikhlas bisa tumbuh menjadi banyak, sehingga menandingi hal-hal yang besar. Tetapi sesuatu yang banyak namun tidak ikhlas, maka di sisi Allah tidak ada artinya. Dalam hal ini Nabi saw. Bersabda, yang artinya:”Berlaku ikhlaslah kamu dalam beragama, maka amal sedikitpun mencukupkan kamu”. HR. Al- Hakim 60 Dalam menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, pendidik guru dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode ceramah, metode nasihat, metode teladan, metode pembiasaan dan metode kisah. Metode ceramah dan nasihat digunakan oleh seorang pendidik guru untuk memberikan pengetahuan mengenai ikhlas baik dari segi pengertian dan keutamaan serta pentingnya seseorang memiliki sifat ikhlas dalam dirinya. Dan menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki 59 Ahmad bin Syu’aib Abu Abdur Rahman An-Nasai, Al-Mujtaba Minas Sunan Juz 8, Halb: Maktab Al- Mathbu’atil Islamiyah, 1986, h.25 60 Imam Al-Ghazali, Hakekat Ikhlas dan Jujur, Jakarta: Pustaka Amani, 1990, h. 28