Pengertian Pendidikan Akhlak KAJIAN TEORITIS

Dilihat dari sudut istilah terminologi, Pengertian akhlak menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1. Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. 12 2. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong bersih dari segala bentuk keburukan. 13 3. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya. 14 4. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 15 Dikutip oleh Asmaran, di dalam al- Mu’jam al-Wasit disebutkan definisi akhlak sebagai berikut: 12 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 151 13 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta : Amzah, 2007, h. 3 14 Ibid 15 Ibid, h. 4 “Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. 16 Imam Ghazali dalam kitab ihya-nya sebagai berikut: “Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. 17 Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan, bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang timbul tanpa adanya pemikiran karena adanya dorongan dalam jiwa dan sudah menjadi kebiasaan. Salah satu tujuan risalah Islam ialah menyempurnakan kemuliaan- kemuliaan akhlak. Rasulullah berkata dalam sebuah hadis: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” HR.Malik. Akhlak mulia dalam ajaran Islam pengertiannya adalah perangai atau tingkah laku manusia yang sesuai dengan tuntutan kehendak Allah. 18 Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. 19 16 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994, Cet. ke- 2, h. 5 17 Ibid 18 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 148 19 Ibid.

B. Sumber Pendidikan Akhlak

Dasarsumber pokok daripada akhlak Islam adalah Alqur’an dan Al-Hadis yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri. Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi: “Dari Anas bin Malik berkata: bersabda Nabi SAW.:Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunah Rasul- Nya”.HR. Ibn Malik 20 Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam Alqur’an:                   “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik baginya yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. QS. Al-Ahzab 33: 21 Ketika Sayyidah ‘Aisyah ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah SAW. ‘Aisyah menjawab: “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”. 21 20 Malik Bin Anas, Al- Muwaththa’ Juz 8, T.tp.: Muassisah Zaid bin Sulthan Al-Nahyan, 2004, h. 163 21 Ahmad bin Hanbal Abu Abdillah Asy-Syaibany, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal Juz 6, Qahirah: Muassisah Qurthubah, t.t., h. 163 Akhlak tidak terbatas pada penyususnan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, malah melampaui itu yaitu mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya.                   “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ayah ibunya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ayah ibumu, hanya kepada-Kulah kembalimu” Luqman: 14. Firman Allah SWT :                   “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.Luqman: 18. Dalam kaitannya dengan peran orang tua untuk mendidik anak- anaknya Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda: “Niscaya akan lebih baik bagi seorang laki-laki orang tua yang mengajarkan adab budi pekerti kepada anak- anaknya, dibanding dengan bersadaqah satu sha’ “ al-Hadits, diriwayatkan Jubir bin Samurah. 22 22 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-5, h. 158 Dari hadist di atas dapat kita ambil pelajaran, begitu pentingnya orang tua menanamkan budi pekerti kepada anak-anaknya, karena anak adalah amanat yang diberikan Allah kepada kedua orang tuanya. dan amanat itu adalah sebuah kewajiban sedangkan sahadaqah adalah sunnah. Oleh karena itu mendidik anak dengan akhlak lebih utama dibanding bersadaqah. Jika anak itu dibiasakan kepada kebaikan dan diajarkan kepada kebaikan, niscaya ia tumbuh pada kebaikan dan ia berbahagia didunia dan diakhirat dan bersekutulah di dalam pahalanya itu, kedua orang tuanya, setiap pendidiknya dan gurunya. Dan apabila anak kecil itu dibiasakan dengan kejelekan dan ia disia-siakan, seperti disia-siakannya binatang ternak, niscaya anak itu akan celaka dan binasa. Maka dosa itu pada pundak orang yang mengurusnya dan orang yang menjadi walinya. 23

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Akhlak

1. Fungsi Pendidikan Akhlak Ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang menjadi baik dan berbudi luhur. Namun mempelajari akhlak dapat membuka mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik dan buruk, memberi pengertian apa faedah jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berbuat kejahatan. Orang yang baik akhlaknya, hatinya tenang, riang dan senang. Hidupnya bahagia dan membahagiakan. Allah berfirman dalam Surah Al- Fajr 27-30.                  23 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1994, h. 175 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. maka kembalilah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. QS. Al-Fajr 89: 27-30 Ayat tersebut merupakan penghargaan Allah terhadap manusia yang sempurna imannya. Orang yang sempurna imannya niscaya sempurna pula budi pekertinya. Orang yang tinggi budi pekertinya mampu merasakan kebahagiaan hidup. ia merasakan dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan potensinya untuk membahagikan dirinya dan untuk orang lain. Kepandaian yang dimilikinya untuk kemaslahatan umum. Allah melukiskan dalam Surah Asy-Syams:           “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang- orang yang mengotorinya”. QS. Asy- Syams 91: 9-10 Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperoleh kebahagiaan. Salah satu dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikan dirinya, yaitu suci dari sifat dan perangai yang buruk, suci lahir dan batin. Sebaliknya jiwa yang kotor dan perangai tercela membawa kesengsaraan dunia dan akhirat. 24 Demikian pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan manusia sehingga dalam agama Islam banyak disebutkan dalam al- qur’an dan Hadis, diantaranya yaitu:                     24 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007, h. 17 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”. QS. An-Nahl: 97 “Orang mukmin yang sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” Hadis Riwayat Turmudzi 25 2. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan, merupakan suatu yang esensial bagi kehidupan manusia dengan adanya tujuan, semua aktivitas dan gerak manusia menjadi lebih dinamis, terarah, dan bermakna. 26 Sebelum fokus pada tujuan pendidikan akhlak, perlu kiranya untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu. Tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan menurut Dr.Zakiyah Daradjat, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, Insan Kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ada beberapa tujuan pendidikan Islam yang perlu kita ketahui yaitu: 1. Tujuan Umum Nur Uhbiyati mengutip dari Al-Abrasyi 1969:71 dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan islam, yaitu: 27 25 Muhammad bin ‘Isa Abu ‘Isa At-Turmudzi As-Sulamy, Al-Jami’ Ash-Shahih Sunan At-Turmudzi Juz 5, Beirut : Darul Ihya’ Turastul ‘Araby, t.t., h. 466 26 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007, h. 116 27 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 50