dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat- ayat tersebut.
2
Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Memberikan keterangan tentang status ayat atau surat yang sedang ditafsirkan dari segi makkiyah dan madaniyah
2. Menjelaskan munasabah ayat atau surat.
3. Menjelaskan asbab al-nuzul ayat apabila terdapat riwayat
mengenainya. 4.
Menjelaskan makna mufradat dari masing-masing ayat, serta unsur-
unsur bahasa arab lainnya, seperti dari segi I’rab dan balaghah nya, fasahah, bayan dan I’jaznya
5. Menguraikan kandungan ayat secara umum dan maksudnya
6. Merumuskan dan menggali hukum-hukum yang terkandung
didalam ayat-ayat tersebut. 3.
Penarikan Kesimpulan Setelah penulis mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan
dengan masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini, kemudian penulis analisis dan narasikan untuk diambil kesimpulan.
2
Muhammad Rizal, Metode tafsir tahlili, 2012 http:muhammadrizalhsb.blogspot.com201203metode-tafsir-tahlili.html
37
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 8
1. Sejarah Surat Al-Maidah dan Asbabun Nuzul Ayat.
a Sejarah Surat Al-Maidah
Surat Al Maidah terdiri dari 120 ayat termasuk golongan Surat Madaniyah. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekkah namun ayat ini
diturunkan sesudah Nabi Muhammad saw, hijrah ke Madinah, yaitu waktu haji wada’.
1
Nama yang paling populer dari surah ini adalah surah al- Maidah, yakni hidangan, karena dalam rangkaian ayat-ayatnya ada
uraian tentang hidangan yang diturunkan atas permintaan Ahl al-Kitab ayat 112-115. Nama yang lain adalah surah al-Uqudakad-akad
perjanjian karena ayat pertama surah ini memerintahkan kaum beriman agar memenuhi ketentuan aneka akad yang dilakukan. Dia juga dinamakan
surah al-Akhyarorang-orang baik, karena yang memenuhi tuntutannya menyangkut ikatan perjanjian pastilah orang baik. Dinamai juga surah al-
Munqidzahpenyelamat. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. Bersabda: “Surah
al-Maidah dinamai di malakut as-samawat kerajaan Allah yang Maha Tinggi dengan nama surah al-Munqidzah, karena dia menyelamatkan
pembaca dan pengamal tuntutannya dari malaikat penyiksa”.
2
Al- Biqa’i berpendapat bahwa tujuan utama uraian surah ini adalah
mengajak untuk memenuhi tuntunan Ilahi yang termaktub dalam kitab suci, dan yang didukung oleh perjanjian yang dikukuhkan oleh nalar,
yakni berkaitan dengan keesaan Allah Pencipta, serta yang berkaitan dengan limpahan rahmat terhadap makhluk, sebagai tanda syukur atas
1
Zaini Dahlan dkk., Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 4-5-6, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1991, h. 380
2
Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 3, Ciputat: Lentera Hati, 2001, Cet. ke-1, h. 3
nikmat-Nya, dan permohonan menolak murka-Nya. Kisah al-Maidah yang menjadi latar belakang penamaan surah ini merupakan bukti yang sangat
jelas tentang tujuan tersebut. Kandungan kisah itu memperingatkan bahwa siapa yang menyimpang, sehingga tidak merasakan ketenangan setelah
datangnya penjelasan yang sempurna, maka dia akan dihadapkan kepada tuntutan pertanggungjawaban serta terancam oleh siksa.
3
a Asbabun Nuzul Ayat
Surat Al-Maidah Ayat 8, dikatakan bahwa ayat ini diturunkan kepada Rasulullah SAW ketika orang-orang Yahudi hendak membunuh
beliau. Riwayat-riwayat yang sesuai dengan pendapat tersebut adalah: Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain
menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij, dari Abdullah bin Katsir, tentang firman-Nya:
4
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa,” bahwa ayat ini diturunkan kepada kaum Yahudi Khaibar yang hendak membunuh Nabi SAW.
Ibnu Juraij berkata: Abdullah bin Katsir berkata: Rasulullah SAW pergi ke orang-orang Yahudi untuk meminta pertolongan kepada mereka
3
Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 3, Ciputat: Lentera Hati, 2001, Cet. ke-1, h. 4
4
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari 8, Tafsir Ath-Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, Cet. ke-1, h. 550