6
2.2.4 Maturation Rate MR
Maturation adalah kondisi induk yang telah siap pijah, secara morfologi ditandai dengan kondisi perut induk yang membuncit dan lunak, hal ini dapat
dipastikan dengan menggunakan kateter dan pembedahan. Maturation rate adalah perbandingan antara jumlah induk yang siap pijah dengan induk memiliki telur.
Secara matematis rumusnya adalah MR =
∑ � �
ℎ ∑
� �
x 100
2.2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan persatuan berat induk betina. Fekunditas menunjukkan kualitas induk yang erat kaitannya dengan
ketersediaan pakan dan tingkah laku pemijahan. Fekunditas =
∑
2.2.6 Fertillization Rate FR
Fertillization rate adalah persentase jumlah telur yang dibuahi oleh sperma dibanding jumlah total telur yang dihasilkan.
FR =
∑ � �
ℎ ∑
� � ℎ
x
100
2.2.7 Hatching Rate HR
Hatching rate adalah banyaknya telur yang menetas menjadi larva dari total telur yang dibuahi.
HR =
∑ � �
∑ � �
ℎ
x 100
2.2.8 Survival Rate SR
Survival rate SR adalah banyaknya ikan yang mampu bertahan hidup selama waktu pemeliharaan. SR larva bergantung pada kualitas telur, kualitas
induk, dan faktor lingkungan. SR yang diukur adalah SR selama 4 hari pemeliharaan.
7 SR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
SR =
� �
x
100 Keterangan : SR = Survival rate
Nt = Jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan awal
2.2.9 Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif statistik menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk Anova Single Factor dan uji lanjut Duncan dengan
SPSS 15 for Windows.
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pertumbuhan induk ikan lele tanpa perlakuan Spirulina sp. lebih rendah dibanding induk ikan yang diberi perlakuan Spirulina sp. 2 baik selama satu minggu maupun 2 minggu. Namun pemberian Spirulina sp. selama satu minggu
menunjukkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan kinerja pertumbuhan ikan yang diberi Spirulina sp. selama 2 minggu. Tabel 2. Kinerja induk ikan lele
Perlakuan N
Bobot Rata- rata Kg
Bunting Induk Matang
Gonad SGR
GR ghari Rentang Waktu
Minggu ke- Hormon 0 IU tanpa Spirulina sp. 2
5 655,40
20 0,71±0,19
b
3,80±1,88
k
NA Hormon 0 IU dan Spirulina sp. 2 Satu Minggu
5 640,00
60 1,38±1,04
b
4,87±2,71
k
NA Hormon 0 IU dan Spirulina sp. 2 Dua minggu
5 442,40
80 1,16±0,41
b
3,53±0,67
jk
NA Hormon 5 IU tanpa Spirulina sp. 2
5 482,00
60 66,67
0,33±0,04
a
1,58±0,25
j
4 Hormon 5 IU dan Spirulina sp. 2 Satu Minggu
5 477,40
60 66,67
1,10±0,45
b
3,81±0,94
k
4 Hormon 5 IU dan Spirulina sp. 2 Dua Minggu
5 445,00
60 33,33
0,69±0,45
ab
2,30±1,04
j
4 Hormon 10 IU tanpa Spirulina sp. 2
5 373,80
60 100
0,41±0,26
a
1,32±0,70
j
4 Hormon 10 IU dan Spirulina sp. 2 Satu Minggu
5 496,60
60 66,67
1,39±0,43
b
4,66±1,76
k
3 dan 4 Hormon 10 IU dan Spirulina sp. 2 Dua Minggu
5 473,40
60 33,33
1,18±0,45
b
4,17±0,57
k
3 dan 4 Keterangan: - Huruf superscript pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan signifikan dari analisis ragam antar perlakuan.
- NA Data tidak tersedia, tidak terdapat induk yang matang gonad selama rentang waktu pemeliharaan, 4 minggu.
Selain mempengaruhi tingkat pertumbuhan, pemberian tepung spirulina juga terlihat mempengaruhi tingkat kebuntingan, namun belum mencapai tingkat kematangan kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad yang terlihat sangat dipengaruhi oleh pemberian
hormon. Induk-induk yang diberi hormon mengalami kematangan gonad lebih awal dibanding induk-induk tanpa pemberian hormon. Hal ini terlihat dari tingginya persentase tingkat kematangan gonad induk ikan yang diberi hormon. Tingkat kematangan tertinggi terjadi pada