∑ Kemudian fungsi
diturunkan terhadap dengan
∑ Variabel dual
merupakan pengali Lagrange
untuk masalah primal dan variabel primal merupakan pengali Lagrange untuk masalah
dual. Kendala
pelengkap diganti
menjadi , agar solusi sistem dari sistem yang
baru mendekati solusi sistem 3.1, dengan parameter
adalah sembarang bilangan positif dan
adalah vektor yang semua unsurnya bernilai satu. Kendala
ini
disebut juga kondisi-pemusat pada
Silalahi 2011. Dengan demikian, sistem 3.1 menjadi
sistem yang baru ,
, ,
, 3.2
, 4
dengan vektor-vektor , sedangkan
vektor-vektor ,
serta matriks
adalah matriks berpangkat baris penuh. Vektor
adalah vektor yang semua unsurnya bernilai satu dengan
. Sistem ini merupakan kondisi optimal untuk masalah
minimisasi Silalahi 2011. Jika sistem 3.2 memiliki solusi untuk
beberapa nilai positif dari parameter maka
daerah fisibel primal mengandung vektor
positif, dan daerah fisibel dual mengandung
pasangan dengan vektor positif
sehingga daerah fisibel dan daerah fisibel
mengandung vektor positif. Hal tersebut merupakan
kondisi fisibel
titik-interior. Demikian juga sebaliknya, jika daerah fisibel
dan mengandung vektor positif maka sistem 3.2 memiliki solusi untuk setiap
positif. Hal ini merupakan konsekuensi dari teorema berikut.
Teorema 4
Misalkan . Daerah fisibel dan
mengandung vektor positif jika dan hanya jika sistem 3.2 memiliki solusi yang tunggal.
Roos et al. 2006.
3.2 Central Path
Pada kondisi fisibel titik-interior, sistem 3.2 memiliki solusi tunggal untuk setiap
nilai positif dari . Solusi ini dinotasikan
sebagai , dan . Solusi
adalah -center dari dan solusi
adalah -center dari . Himpunan
{ } merupakan suatu kurva di
yang disebut central path dari . Demikian pula dengan himpunan
{ } merupakan suatu kurva di
yang disebut central path dari Silalahi 2011.
Jika maka
masing-masing konvergen ke analytic center dari
dan .Definisi dari analytic center adalah sebagai berikut.
Definisi 27 Analytic Center
Misalkan notasi
{ } adalah
yang memaksimumkan nilai fungsi .
Analytic center primal adalah {
} sedangkan analytic center dual adalah
{ }
Silalahi 2011
Contoh 5
Misalkan diberikan masalah optimasi linear berikut:
minimumkan terhadap
Masalah pada Contoh 5 dapat ditulis dalam bentuk standar dual sebagai berikut:
maksimumkan terhadap
...
Penentuan analytic center dual adalah sebagai berikut {
} dengan
[ ]
[ ]
{ [ ]
[ ] [
] [ ] }
sehingga {
} menjadi dengan
. Berdasarkan Teorema 1 untuk menentukan nilai maksimum diperoleh
Titik kritis fungsi adalah
. Selanjutnya uji titik kritis dengan uji turunan kedua sebagai berikut
dan . Kemudian ditentukan
.
lalu ditentukan ,
sehingga dari Teorema 2 titik adalah titik maksimum lokal.
Jadi nilai analytic center dual dari Contoh 5 adalah
.
3.3 Langkah Newton-Penuh
Langkah Newton-penuh
merupakan metode yang dapat digunakan untuk mencari
pendekatan penyelesaian sistem 3.2, untuk suatu
yang tetap. Misalkan diberikan pasangan solusi fisibel primal-dual
. Akan didefinisikan, pencarian arah
, , dan
sehingga memenuhi 3.2. Dengan perkataan lain,
5 6 3.3
7 dengan
, , , , , , , ,
dan . Pada persamaan 7 berlaku hasil
kali Hadamard. Diketahui
dan . Dari persamaan 5 diperoleh,
Dari persamaan 6,
Dari persamaan 7,
sehingga sistem 3.3 setara dengan .8
.9 3.4
10 Pada sistem 3.4, persamaan 10 adalah
persamaan taklinear karena mengandung bentuk
sehingga metode Newton diperlukan
untuk mengubah
bentuk persamaan 10 menjadi persamaan linear
sebagai berikut penghitungan lengkap lihat Lampiran 1
Jadi sistem 3.4 dapat ditulis kembali sebagai sistem berikut
11 3.5
Sedangkan solusi sistem 3.5 dapat diketahui dari teorema berikut.
Teorema 5 Solusi Sistem 3.5
Sistem 3.5 memiliki solusi yang tunggal, yaitu
Roos et al. 2006 Solusi
, , dan dinamakan arah
Newton primal-dual. Dengan mengambil langkah sepanjang arah Newton primal-dual,
diperoleh nilai , , dan yang baru dengan
notasi ,
, dan sehingga diperoleh
solusi yang baru sebagai berikut 3.6
Solusi ,
, dan disebut langkah
Newton-penuh. 3.4
Transformasi Vektor , dan ke Vektor
dan dalam Sistem 3.5
Pada proses central path menuju solusi optimal, transformasi vektor
, dan
menjadi dan
diperlukan untuk membangkitkan suatu urutan titik dalam
lingkungan central path. Dalam melakukan transformasi ini, berlaku hasil kali Hadamard.
Sama halnya dengan hasil kali Hadamard, yaitu perkalian unsur dengan unsur yang
seletak componentwise antara dua vektor, hasil bagi dari dua vektor berukuran sama
juga berlaku pembagian unsur dengan unsur yang seletak componentwise antara dua
vektor. Sebelum melakukan transformasi pada sistem
3.5, terlebih
dahulu akan
didefinisikan vektor-vektor , ,
, dan matriks
√ ⁄ . Pendefinisian
vektor-vektor ini berdasarkan Roos et al. tahun 2006.
√ √
...12 √
√ √ √
...13
√ √
...14 Persamaan 12 dapat ditulis sebagai
√ √ √
kemudian √ √
disubstitusi ke per- samaan 13, diperoleh
√ √ √
√ √ √
√ Misalkan
, kemudian substitusi persamaan 12, vektor
menjadi
√
√ √
√ Misalkan
√
dinotasikan sebagai vektor . Dengan manipulasi aljabar diperoleh
√ √
√ √ ...15
Persamaan 12 dapat ditulis kembali sebagai
√ √ √
Kemudian √ √ disubstitusi ke per-
samaan 13, diperoleh √ √
√ √
Misalkan , kemudian substitusi
persamaan 12, vektor
menjadi
√
√ √
√ Misalkan
√
dinotasikan sebagai vektor .
Dengan manipulasi aljabar diperoleh
√ √
√ √
...16 Dari persamaan 8 dengan substitusi
persamaan 15 diperoleh
Kemudian substitusi persamaan 13 menjadi √
Dari persamaan
9 dengan
substitusi persamaan 14 dan persamaan 16 diperoleh,
√ √
Kemudian substitusi persamaan 13menjadi √
√
Selanjutnya persamaan 11 dengan substitusi persamaan 15 dan persamaan 16 diperoleh,
Lalu substitusi vektor
menjadi
√ sehingga sistem 3.5 setara dengan sistem
hasil transformasi berikut bukti Lampiran 2
3.7
3.5 Langkah Newton-Penuh dari Titik di
Daerah Fisibel ke -center
Solusi
, , dan dapat ditentukan
berdasarkan pemisalan berikut. Misalkan persamaan ketiga pada sistem 3.7
dapat ditulis sebagai bukti Lampiran 3 ...17
persamaan 1 dapat ditulis sebagai ...18
dan persamaan 3 menjadi
...19
Selanjutnya, akan ditentukan solusi , ,
dan sebagai berikut.
Dari persamaan 5 diperoleh, Kemudian substitusi persamaan 18 diperoleh
Lalu substitusi persamaan 15 diperoleh
√ √
Dari persamaan 6 diperoleh,
Kemudian substitusi persamaan 19, √
...20
Selanjutnya substitusi dari persamaan 17
diperoleh
√
√
...21 sehingga diperoleh solusi
, , dan yang
tunggal sebagai berikut
√ √
√
√
√
Solusi
, , dan ini yang akan
digunakan dalam algoritme dan program MATLAB pada subbab selanjutnya. Serupa
dengan solusi 3.6, sistem solusi 3.8 menggunakan solusi
, , dan seperti
penurunan langkah Newton-penuh dari titik di daerah fisibel ke
-center sehingga diperoleh
solusi baru sebagai berikut
3.8
Solusi ,
, dan disebut langkah
Newton-penuh dari titik di daerah fisibel ke -
center. 3.6
Algoritme untuk Metode Titik-Interior Primal-Dual
Metode titik-interior primal-dual merupa- kan salah satu metode iteratif untuk
menyelesaikan masalah
optimasi linear.
Proses iterasi pada algoritme untuk metode titik-interior primal-dual menghasilkan titik-
titik pada interior daerah fisibel yang akan membentuk central path menuju solusi
optimal.
Lema 1
Langkah Newton primal-dual adalah fisibel jika dan hanya jika
serta langkah Newton primal-dual adalah fisibel strictly jika dan hanya jika
Roos et al. 2006
Teorema 6
Jika langkah Newton primal-dual adalah fisibel maka
. Roos et al. 2006
Vektor dan
merupakan langkah se- panjang arah Newton primal-dual dan
adalah banyaknya variabel dari masalah primal-dual.
Sebelum itu, akan diperkenalkan notasi- notasi untuk iterasi-iterasi yang berurutan ini.
Misalkan vektor adalah titik yang terletak
pada daerah fisibel yang dihasilkan saat iterasi ke-
. Vektor dan
adalah titik yang terletak pada daerah fisibel yang dihasilkan
saat iterasi ke- . Parameter
adalah bilangan positif yang dihasilkan saat iterasi
ke- . , , dan berturut-turut adalah
selisih antara ke
, ke
, dan
ke . Simbol
dan adalah parameter.
Algoritme atau langkah-langkah untuk mendapatkan solusi optimal dengan metode
titik-interior primal-dual
adalah sebagai
berikut. Input : Matriks
, vektor untuk masalah primal, vektor
, vektor untuk masalah dual,
, , dan .
Output : Gambar central path, banyaknya ite- rasi, dan nilai solusi optimal.
Langkah 1. Pilih titik sembarang pada daerah
fisibel yang ditandai dengan dan
di ,
di ,
positif, ,
, dan . Langkah 2.
Dengan langkah Newton-penuh untuk
positif. Tentukan dan
sehingga .
Langkah 3. Selama lanjut ke
Langkah 4; selainnya, STOP. Langkah 4.
Hitung langkah Newton-penuh pada solusi 3.8
Langkah 5. Perbarui solusi,
Selanjutnya , kembali ke Langkah
3. Jensen Bard 2002
IV APLIKASI DAN IMPLEMENTASI
Algoritme untuk metode titik-interior primal-dual diimplementasikan dengan mem-
buat program pada MATLAB. Program MATLAB dari algoritme untuk metode titik-
interior primal-dual terdapat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6. Input dari
program ini adalah matriks koefisien dari kendala, vektor pembatas dari kendala, vektor
fungsi objektif, titik awal sembarang di interior, dan sembarang nilai
, sedangkan outputnya adalah banyak iterasi dan gambar
dari central path. Pembangkitan metode titik- interior primal-dual mengguna-kan fasilitas
penulisan program M-File pada MATLAB yang telah disediakan oleh Silalahi tahun
2011.
Untuk contoh kasus ke-1, misalkan diberikan masalah optimasi linear berikut:
Min terhadap
. Masalah pada contoh ke-1 dapat juga ditulis
dalam bentuk masalah standar dual berikut: Maks
terhadap .
Kendala dapat ditulis dalam matriks sebagai
[ ]
[ ] [
] [ ]
Lalu inputkan ke dalam program serta titik awal
sembarang di
interior diberikan
[ ] ,
, dan .
Selanjutnya, akan dibandingkan untuk nilai , , dapat dilihat pada
Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4 berikut Gambar 2
Pola titik di sekitar central path ketika
dari contoh kasus ke-1.
Gambar 3 Pola titik di sekitar central path
ketika dari contoh kasus ke-1.
Gambar 4 Pola titik di sekitar central path
ketika dari contoh kasus ke-1.
Nilai yang diinputkan ke dalam program
diubah-ubah sedemikian
rupa sehingga
terlihat lompatan titik-titik di sekitar central path. Nilai
berada di antara selang 0 dan 1. Ketika nilai
banyak iterasi sebesar 123,
terjadi iterasi sebesar 19, dan hanya terdapat 9 iterasi. Hal ini dapat
juga dilihat dari pola titik-titik berwarna biru yang terletak di sekitar central path.
Contoh kasus ke-2, misalkan diberikan masalah optimasi linear berikut:
Min terhadap
. Masalah pada contoh ke-2 dapat juga ditulis
dalam bentuk masalah standar dual berikut:
Maks terhadap
. Kendala dapat ditulis dalam matriks sebagai
[ ]
[ ] [
] [ ]
lalu inputkan ke dalam program serta titik awal
sembarang di
interior diberikan
[ ] ,
, dan .
Selanjutnya, akan dibandingkan untuk nilai , , dapat dilihat pada
Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7 berikut
Gambar 5 Pola titik di sekitar central path
ketika dari contoh kasus ke-2.
Gambar 6 Pola titik di sekitar central path
ketika dari contoh kasus ke-2.
Gambar 7 Pola titik di sekitar central path
ketika dari contoh kasus ke-2.
Nilai yang diinputkan ke dalam program
diubah-ubah sedemikian
rupa sehingga
terlihat lompatan titik-titik di sekitar central path. Nilai
berada di antara selang 0 dan 1. Ketika nilai
banyak iterasi sebesar 123,
terjadi iterasi sebesar 19, dan hanya terdapat 9 iterasi. Hal ini dapat
juga dilihat dari pola titik-titik berwarna biru yang terletak di sekitar central path.
Fungsi objektif pada kedua contoh kasus tersebut adalah
. Fungsi objektif ini diminimumkan untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Baik contoh kasus ke-1 maupun contoh kasus ke-2 memiliki solusi optimal di
dengan nilai optimal fungsi objektif sebesar
. Titik awal yang ditentukan di interior pada
contoh kasus ke-1 adalah . Titik
awal ini tepat dengan titik analytic center untuk
takhingga. Namun titik awal yang diberikan pada contoh kasus ke-2, yaitu
, tidak tepat dengan titik analytic center untuk
takhingga sehingga terjadi pencarian titik menuju titik analytic center
ketika takhingga. Hal ini dapat juga dilihat
dari Gambar 5 hingga Gambar 7. .......
..............
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan