perubahan kondisi cuaca, baik musiman maupun selama periode waktu yang lebih pendek Chandler et al. 1983.
b. Kondisi Bahan Bakar
Kondisi bahan bakar mempengaruhi mudah-tidaknya api membakar bahan bakar, kondisi bahan bakar tersebut berhubungan dengan kadar air dan jumlah
bahan bakar. Meskipun bahan bakar tertumpuk banyak, apabila kadar airnya tinggi maka api tidak mudah menyala. Kelembaban kurang dari 30 mendukung
terjadinya kebakaran Saharjo 2003 dalam Darwo 2009.
2. Faktor Manusia
Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia umumnya adalah faktor manusia, baik sengaja maupun karena kelalaian, dimana kegiatan konversi
menjadi kegiatan yang seringkali menjadi penyebab kebakaran hutan Syaufina 2008.
Masyarakat melakukan kegiatan pembakaran dilatarbelakangi oleh faktor sosial ekonomi. Faktor ini sangat erat hubungannya dengan konsep penggunaan
lahan oleh masyarakat, dimana masyarakat yang memiliki lahan yang keciltidak memiliki lahan akan berupaya membuka lahan baru atau ikut bekerjasama dengan
masyarakat pendatang dalam bentuk kelompok tani yayasan, atau koperasi Heryalianto 2006.
Menurut Boonyanuphap 2001 pemukiman merupakan faktor aktivitas manusia yang paling signifikan yang menentukan resiko kebakaran hutan dan
lahan selain jaringan jalan, jaringan sungai, dan penggunaan lahan. Akibat bertambahnya pendatang baru dan meningkatnya akses manusia ke dalam
kawasan hutan, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembalakan liar, dan pembukaan lahan dengan pembakaran.
2.2 Perubahan Penggunaan Lahan
Land Use Change
Menurut Arsyad 1989 perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kehidupannya, baik materil mapun spiritual. Begitu juga dengan perubahan penggunaan lahan yang sebelumnya berupa hutan menjadi lahan yang
digunakan untuk aktivitas lain, seperti pertanian, pemukiman, perindustrian, dan
perkebunan. Perubahan ini dapat berdampak pada penurunan kualitas lahan itu sendiri, seperti semakin meningkatnya luas lahan kritis, meningkatnya erosi tanah,
sedimentasi, terjadinya banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim kemarau. Dampak dari perubahan penggunaan lahan seringkali tidak
diperhitungkan karena adanya keterbatasan dalam nilai barang dan jasa lingkungan Bonnieux dan Goffe 1997.
Perubahan penggunaan lahan ini berdampak pada manfaat langsung yang diperoleh akibat peningkatan pendapatan.
Aktivitas ini terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan manfaat langsung yang diperoleh, namun dari sisi lain banyak manfaat dari perlindungan
lingkungan yang hilang dan tidak diperhitungkan dalam merubah penggunaan lahan. Salah satu alasan dari perubahan penggunaan hutan menjadi non hutan
adalah karena semakin terbatasnya lahan yang ada di Indonesia dan didorong dengan pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi. Salah satu
permasalahan dalam perubahan penggunaan lahan tersebut adalah pembukaan hutan dengan cara pembakaran yang tidak terkendali dengan asumsi pembakaran
hutan untuk pembukaan lahan lebih praktis dan efisien Syaufina 2008. Menurut Ekadinata dan Dewi 2011, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
penggunaan lahan adalah konversi, perubahan praktek, kebakaran, bencana, dan perubahan iklim.
Perubahan tutupan seringkali dikaitkan dengan perubahan penggunaan, pengertian dari perubahan tutupan lahan sendiri menurut Hartanto 2006
berkaitan dengan jenis kenampakan yang terdapat di permukaan bumi, dengan ada atau tidak adanya aktivitas manusia, sementara penggunaan lahan mengarah pada
kegiatan manusia pada obyek tersebut.
2.3 Emisi Karbondioksida