EDIBLE COATING Aplikasi Khitosan sebagai Bahan Edible Coating pada Produk Ikan Beku

Bidang kosmetika menggunakan khitosan dalam pembuatan sampo dan hair conditioner Steinbüchel dan Rhee, 2005. Khitosan juga digunakan dalam teknologi kertas sebagai pelapis kertas. Wieczorek dan Mucha 1997 membuktikan bahwa kertas yang dilapisi khitosan memiliki kekuatan sobek lebih tinggi dari pada yang tidak. Di bidang pertanian, sifat antimikrobial khitosan dimanfaatkan untuk pelapisan benih. Tabel 2 memperlihatkan aplikasi khitosan dalam industri pangan. Tabel 2. Aplikasi Khitosan dalam Industri Pangan Aplikasi Contoh Bahan aditif Pengikat flavor alami; pengontrol tekstur; emulsifier; pengental; stabilizer; penstabil warna; pengawet Gizi Serat diet; penurun kolesterol; tambahan makanan ikan; mereduksi penyerapan lemak; anti radang lambung Pengolahan limbah pangan Flokulan; pemecah agar Pemurnian air Pemisah ion-ion logam; pestisida; penjernih Industri edible film Pengatur transfer uap air; pereduksi tekanan parsial oksigen; pengatur suhu; pencegah browning pada buah; pengatur tekanan osmosis membran Sumber : Shahidi et al. 1999

B. EDIBLE COATING

Edible packaging merupakan salah satu teknik pengemasan. Teknik ini menghasilkan bahan kemasan yang dapat dimakan. Pada dasarnya, edible packaging dibagi menjadi dua jenis, yakni edible film yang berbentuk lembaran, dan edible coating yang berfungsi sebagai pelapis Kittur et al., 1998. Edible coating biasanya dibentuk langsung di atas produk yang akan dilapisi, sedangkan edible film merupakan lembaran atau kantong yang dibentuk secara terpisah dari produk Gennadious dan Welter, 1990. Edible coating biasanya digunakan untuk melapisi produk daging beku, makanan semi-basah, produk konveksionari, ayam beku, produk hasil laut, sosis, buah- buahan, dan obat-obatan terutama untuk pelapis kapsul Krochta et al. 1994. 8 Menurut Cassariego et al. 2007, edible coating dapat berfungsi sebagai penghambat uap air, lemak, dan gas serta dapat meningkatkan tekstur produk pangan. Selain itu, edible coating juga berfungsi sebagai pengikat warna, flavor, sumber gizi, dan bahan antioksidan serta antimikroba. Komponen utama penyusun edible coatingfilm dikelompokkan menjadi tiga, yakni hidrokoloid, lipid, dan komposit. Hidrokoloid yang dapat digunakan untuk pembuatan edible coating berupa protein atau polisakarida. Sumber protein dapat berasal dari jagung, kedelai, wheat gluten, kasein, kolagen, gelatin, protein susu, dan protein ikan. Sumber polisakarida dapat berasal dari selulosa dan turunannya, pati dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut alginat, karagenan, agar, gum gum arab, xanthan, dan khitosan. Edible coating yang komponen utamanya lipid dapat menggunakan lilin alami beeswax, carnauba wax, parrafin wax, asil gliserol, dan asam lemak asam oleat dan asam laurat. Kelompok komposit merupakan campuran antara hidrokoloid dan asam lemak Julianti dan Nurminah, 2006. Bahan tambahan dalam pembuatan edible coatingfilm yang cukup besar persentasenya adalah zat pemlastis plasticizer. Ward dan Hadley 1993 serta Ferry 1980 menjelaskan bahwa plasticizer adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang ditambahkan untuk memperlemah kekakuan dari polimer sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer. Menurut Donhowe dan Fennema 1994, ada beberapa metode dalam aplikasi coating pada buah dan sayuran, yakni metode pencelupan dipping, pembusaan, penyemprotan spraying, penuangan casting dan penetesan terkontrol. Metode dipping merupakan metode yang paling banyak digunakan terutama untuk sayuran, buah, daging dan ikan dimana melalui metode ini produk akan dicelupkan ke dalam larutan yang digunakan sebagai bahan coating. Krochta dan DeMulder-Johnston 1997 memberikan contoh peran edible coating pada produk pangan, yakni sebagai barrier, binding pengikat, dan glaze pelapis. Gum gellan yang direaksikan dengan garam mono dan bivalen akan membentuk film. Film tersebut yang diperdagangkan dengan nama dagang Kelcoge® merupakan barrier yang baik untuk absorbsi minyak 9 pada bahan pangan yang digoreng. Hasil dari penggorengan adalah bahan dengan kandungan minyak yang rendah. Sebagai pengikat, edible coating digunakan pada permukaan makanan ringan. Fungsinya sebagai pengikat bumbu agar lebih melekat pada produk. Edible coating juga digunakan sebagai pelapis glaze. Misalnya wheat-gluten digunakan untuk melapisi produk bakery sebagai pengganti pelapisan dengan telur. Pelapisan dengan wheat-gluten dapat mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan pangan Krochta dan DeMulder-Johnston, 1997.

C. IKAN BEKU