Pemeliharaan Induk, Pemijahan dan Pengambilan Telur

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September 2008. Empat bulan pertama April hingga Juli merupakan penelitian pendahuluan berupa persiapan dan perbanyakan konstruksi gen dilaksanakan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sementara itu, penelitian utama dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September bertempat di Hatchery Nila dan Laboratorium Patologi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi.

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Pemeliharaan Induk, Pemijahan dan Pengambilan Telur

Induk dipelihara dalam 40 buah akuarium berukuran 60x40x40 cm dengan sistem resirkulasi. Masing-masing akuarium diisikan satu ekor induk ikan nila, dengan susunan berurutan jantan-betina. Induk tersebut dipelihara pada kisaran suhu 30 o C. Pakan yang digunakan untuk induk, berupa pellet udang P5 yang diberikan dari pukul 07.00 hingga 16.00 secara satiasi. Pemijahan dilakukan dengan sistem semi buatan Lampiran 2. Induk jantan dan induk betina yang telah matang, dicampurkan menjadi satu dengan cara memindahkan induk jantan ke dalam akuarium induk betina. Matangnya suatu induk ikan nila, dicirikan dengan adanya tonjolan genital pore. Setelah induk ikan nila betina mengeluarkan sebagian sedikit telurnya, maka induk jantan segera dipindahkan. Induk betina kemudian diambil secara hati-hati dengan menggunakan 2 buah serok secara rangkap dengan susunan yang memiliki ukuran mata jaring lebih besar di atas, lalu distriping pada wadah mangkuk yang telah disediakan. Setelah telur terkumpul di dalam mangkuk, maka induk jantan distriping pada wadah yang sama untuk mengeluarkan spermanya. Telur dan sperma yang telah dicampur kemudian diberi air dan diaduk- aduk sehingga pembuahan dapat terjadi. Telur yang sudah dibuahi tersebut didiamkan beberapa saat, kemudian dilakukan pergantian air. Setelah itu telur dapat disimpan untuk selanjutnya dilakukan perlakuan mikroinjeksi. Pemijahan dengan sistem semi buatan ini dilakukan guna mendapatkan telur fase satu sel pada saat yang sama dalam jumlah relatif banyak. Telur yang sudah dibuahi kemudian disusun diatas cekungan gel agarose 2 dengan menggunakan pipet. Sekitar 8 butir telur dapat diletakkan pada cekungan gel agarose tersebut Gambar 3. Telur tersebut disusun dengan posisi blastodisk terletak pada bagian cekungan gel yang lebih lebar, sehingga nantinya blastodisk berhadapan langsung dengan arah datangnya jarum mikroinjeksi. Gambar 3. Telur ikan nila O. niloticus yang diletakkan pada cekungan gel agarose

3.2.2 Persiapan Mikroinjeksi dan Loading DNA