7
Tabel 2 Fungsi berbagai tipe sel hemosit pada sistem imunitas krustasea
Tipe hemosit Fungsi
Fagositosis Enkapsulasi
Sitotoksisitas Sistem aktivasi
ProPO Hialin
Semigranular Granular
Ya Terbatas
Tidak Tidak
Ya Sangat terbatas
- Ya
Ya Tidak
Ya Ya
Belum ada informasi
Gambar 3 Mekanisme pertahanan seluler: a fagositosis, b enkapsulasi, c
pembentukan nodul
Sistem prophenoloxidase proPO merupakan bagian yang dominan dari mekanisme pertahanan tubuh krustasea, disimpan dan diproduksi oleh sel
semigranular dan granular yang diaktifkan oleh kehadiran sejumlah kecil mikroba. Komponen awal dari sistem proPO adalah PO yang ketika aktif akan mengoksidasi
senyawa fenol menjadi kuinolon dan secara spontan membentuk melanin sebagai produk akhir. Melanin beserta produk antaranya merupakan senyawa yang sangat
reaktif yang berperan diantaranya dalam inaktivasi dan mencegah penyebaran partikel asing dalam tubuh melalui penghambatan produk ekstraseluler
mikroorganisme proteinase dan khitinase. Sistem proPO berpengaruh terhadap tingkah laku sel, perbanyakan dan atau aktivasi molekul-molekul penting yang
fungsional serta netralisasi agen penginfeksi Smith et al. 2003.
2.3 Infectious Myonecrosis IMN
Wabah IMN pertama kali teridentifikasi pada budidaya udang vaname Litopenaeus vanammei di timur laut Brazil pada tahun 2004 dan ditemukan di
Indonesia pada awal tahun 2006. Hasil analisis subsekuen membuktikan bahwa virus IMN IMNV yang menginfeksi udang vaname di Indonesia memiliki
kemiripan sekuen asam nukleat 99,6 dengan IMNV yang menginfeksi di Brazil Senapin et al. 2007. IMNV menginfeksi postlarva, juvenil dan subadult pada
pembesaran udang vaname. Mewabahnya penyakit ini diduga berkaitan dengan stress fisik dan lingkungan seperti salinitas dan suhu ekstrim, penanganan udang,
a b
c
8
serta penggunaan pakan kualitas rendah. Infeksi IMNV memperlihatkan gejala nekrosis dari mulai ringan sampai berat terutama di bagian abdomen dan ekor yang
dapat berkembang menjadi kemerahan Gambar 4 Lightner et al. 2004.
Gambar 4 Gejala klinis udang vaname yang terinfeksi IMNV: a Lightner et al. 2004, b Poulos et al. 2006
Hasil histopatologi, udang yang terinfeksi IMNV memperlihatkan lesi di otot
skeletal meliputi multifocal necrosis, kongesi hemosit, inflamasi fibrosis, fagositosis dan munculnya badan inklusi sitoplasmik. Hasil in situ hybridisation
ISH pada L. vannamei menunjukkan bahwa otot skeletal merupakan organ target utama dari infeksi IMNV. Hal ini yang menyebabkan penyakit IMN bersifat kronis
dan kematian terjadi secara perlahan. Selain otot skeletal, IMNV juga ditemukan di organ limfoid, usus bagian belakang, insang serta sel fagositik dalam
hepatopankreas dan hati. L vanammei merupakan inang utama dari IMNV, meskipun mampu menginfeksi L. stylirostris dan Penaeus monodon, namun tidak
menyebabkan kematian sampai dengan empat minggu pengamatan setelah infeksi Tang et al. 2005.
Berdasarkan analisis imunologi, perubahan parameter imunologis yang signifikan hanya terjadi pada udang di tahap akhir infeksi IMNV, ketika pemulihan
diri tidak dimungkinkan lagi. Infeksi IMNV menyebabkan peningkatan apoptosis pada hemosit 8 kali, titer aglutinasi 16 kali, produksi anion superoksida dari
hemosit 50, dan aktivitas antimikrobial dari hemolimph 21 kali melawan Micrococcus luteus
. Infeksi IMNV juga menyebabkan penurunan total hemosit 30 dan persentase granulosit sirkular 7 Costa et al. 2009.
Agen penyebab penyakit IMN adalah virus berbentuk ikosahedral dengan diameter 40 nm, memiliki genom tunggal, double-stranded dsRNA dengan
panjang molekul 7560 bp Gambar 5. Hasil analisis filogenetik IMNV berdasarkan RDA-dependent dari gen RNA polimerase RdRp, IMNV memiliki kemiripan
dengan virus Giardia lamblia, yang merupakan anggota dari family Totiviridae. Berdasarkan hal ini, IMNV mungkin merupakan anggota unik dari Totiviridae atau
mungkin merepresentasikan family virus dsRNA baru yang menginfeksi inang invertebrata Poulos et al. 2006.
a b
9
Gambar 5 Bentuk ikosahedral dari IMNV: a transmisi elektron mikrograf, fraksi
gradien calsium chloride, diwarnai dengan phosphotungstic acid 2, garis menunjukkan 100 nm Poulos et al. 2006, b Rekonstruksi 3-
dimensi virion IMNV dengan resolusi 8.0-Å Tang et al. 2008
2.4 Ubi Jalar Ipomoea batatas
Ubi jalar merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman ini mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim
tropis, pada abad ke 16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Data tahun 2009 menunjukkan
produksi ubi jalar Indonesia menempati urutan ke 4 setelah China, Uganda dan Nigeria. Ubi jalar termasuk dalam ordo Solanaceae, family Convolvulaceae, genus
Ipomoea
dan spesies Ipomoea batatas serta memiliki nama binomial Ipomoea batatas
L Lam. Tanaman ini memiliki warna kulit yang bervariasi antara kuning, oranye, merah, coklat, ungu dan abu-abu kecoklatan. Warna daging juga bervariasi
mulai dari abu-abu kecoklatan, putih, merah, merah muda, ungu, kuning, sampai oranye, tergantung jenis dan banyaknya pigmen yang terdapat di dalamnya.
Varietas umbi warna putih dan kuning pucat memiliki rasa manis dan kadar air lebih rendah dibandingkan dengan varietas berwarna merah, merah muda dan oranye
Wikipedia 2012. Menurut North Carolina Sweet Potato Commission 2013, terdapat ratusan varietas ubi jalar Gambar 6, kebanyakan di produksi dalam
jumlah kecil serta hanya dijual oleh petani lokal. Secara umum, ubi jalar mengandung karbohidrat yang tinggi 20,1, terdiri dari pati 12,7, gula
4,2, dan serat 3,0. Ubi jalar juga mengandung protein 1,6 dan lemak 0,1 yang rendah Wikipedia 2012.
Komposisi kimia ubi jalar bervariasi tergantung pada waktu panen, varietas dan proses pengolahan. Kandungan gula yang terdapat pada ubi jalar varietas sukuh
terdiri dari fruktosa, glukosa, sukrosa, maltose dan maltotriosa Marlis 2008. Roxas et al. 1985 menyebutkan bahwa ubi jalar varietas Kinabakab, Tinipay,
BNAS 51 dan G113-2b hanya tediri dari monosakarida dan sukrosa. Pengukusan dapat meningkatkan konsentrasi gula dalam ubi jalar dibandingkan dengan kondisi
mentahnya. Hal ini disebabkan oleh pemecahan struktur pati karena pengaruh panas dan air, menjadi molekul glukosa yang lebih sederhana Marlis 2008.
a b