1 Tempat Penelitian 2 Alat dan Bahan 3 Metodologi
Gambar 7. Klasifikasi tekstur tanah menurut ISSS. Sumbu X, Y, dan Z pada
ketiga sisi segitiga berturut-turut menyatakan persentase pasir 0.02- 2.0 mm, liat 0.002 mm, dan debu 0.002-0.02 mm dimodifikasi
dari Verheye and Ameryckx, 1984.
c Tahap analisis kesalahan pada fungsi retensi air dan konduktivitas
hidrolik tanah
Analisis kesalahan dilakukan dengan metode
root-mean-square-error
RMSE dan perubahan bentuk beda hingga dari masing-masing peubah
persamaan tersebut Jordan
et al
., 1991. Analisis kesalahan pada fungsi retensi air tanah dilakukan berdasarkan Persamaan 12, yang secara matematis
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
2 2
s s
2 r
r
ψ ψ
ψ θ
θ θ
ψ θ
θ θ
ψ θ
ψ θ
∂ ∂
+
∂
∂ +
∂ ∂
=
31
dimana
1 m
n r
ψ α
1 1
1 θ
ψ θ
⋅ +
− =
∂ ∂
32
1 m
n s
ψ α
1 1
θ ψ
θ ⋅
+ =
∂ ∂
33
n 1
m n
n r
s
ψ α
1 ψ
ψ α
1 n
ψ α
1 m
θ θ
ψ ψ
θ ⋅
+ ⋅
⋅ ⋅
+ ⋅
⋅ ⋅
⋅ −
− =
∂ ∂
34
Analisis kesalahan pada fungsi konduktivitas hidrolik tanah dilakukan berdasarkan Persamaan 13 dan 14, yang secara matematis dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut:
2 s
s 2
r r
2 S
S
θ θ
θ K
θ θ
θ K
K K
θ K
θ K
∂ ∂
+
∂
∂ +
∂ ∂
=
35
dimana
2 1
m 1
m 1
0.5 S
Θ 1
1 Θ
K θ
K −
− =
∂ ∂
36
r r
θ Θ
Θ θ
K θ
θ K
∂ ∂
⋅ ∂
∂ =
∂ ∂
37
s s
θ Θ
Θ θ
K θ
θ K
∂ ∂
⋅ ∂
∂ =
∂ ∂
38
1 m
1 0.5
1 m
1 1
m 1
m 1
1 m
1 m
1 S
0.5 2
1 m
1 m
1 S
Θ 1
Θ Θ
Θ 1
Θ 1
1 K
2 Θ
Θ 1
1 K
0.5 Θ
θ K
− ⋅
− −
− ⋅
+ −
− ⋅
= ∂
∂ 39
2 r
s r
r s
r
θ θ
θ θ
θ θ
1 θ
Θ −
− +
− −
= ∂
∂
40
2 r
s r
s
θ θ
θ θ
θ Θ
− −
− =
∂ ∂
41
d Tahap analisis numerik untuk model infiltrasi
Richards-Darcy
Persamaan 27 dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
z θ
K z
ψ θ
K z
ψ z
θ K
t ψ
C
2 2
∂ ∂
− ∂
∂ ⋅
+ ∂
∂ ⋅
∂ ∂
= ∂
∂ ⋅
42
Persamaan 42 di atas dapat diselesaikan secara numerik dengan metoda aproksimasi beda hingga
finite difference approximation
. Dengan terlebih dahulu menterjemahkan komponen-komponen differensial dalam
bentuk
central-difference approximation
seperti di bawah ini Farlow, 1982:
t ψ
ψ t
ψ
t i
t t
i
− =
∂ ∂
+
43
z 2
K K
z K
1 i
1 i
− +
− =
∂ ∂
44
z 2
ψ ψ
z ψ
1 i
1 i
− +
− =
∂ ∂
45
2 1
i i
1 i
2 2
z ψ
ψ 2
ψ z
ψ
− +
+ −
= ∂
∂ 46
Persamaan 42 dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
t z
2 1
i i
1 i
z 1
i 1
i z
t t
z 2
1 i
i 1
i z
1 i
1 i
z t
i t
t i
i
a z
ψ ψ
2 ψ
b z
2 ψ
ψ a
ε 1
a z
ψ ψ
2 ψ
b z
2 ψ
ψ a
ε t
ψ ψ
C
−
+ −
⋅ +
− ⋅
⋅ −
+
−
+ −
⋅ +
− ⋅
⋅ =
− ⋅
− +
− +
+ −
+ −
+ +
47
dimana,
=
___ i
i
ψ dψ
dθ C
48
z K
a
z
∂ ∂
= 49
= =
___ i
i z
θ K
K b
50
+
=
− ___
i _____
1 i
___ i
ψ θ
ψ θ
0.5 θ
51
t i
t t
i ___
i
ψ ψ
0.5 ψ
+ =
+
52 m
3,..., 2,
1, i
= 53
nodes elemen
jumlah adalah
m
54 1
ε ≤
≤ 55
Superskrip menyatakan beda dalam arah waktu. ε
adalah koefisien pembobot waktu
temporal weight
. Jika ε
= 0, Persamaan 47 diselesaikan secara eksplisit; jika
ε = 0.5, Persamaan 47 diselesaikan secara semi
implisit
Crank-Nicholson
, dan jika ε
= 1, Persamaan 47 diselesaikan secara implisit penuh
fully implicyte
. Persamaan 47 adalah benar secara tanpa syarat, stabil, dan konvergen
untuk 1
ε 0.5
≤ ≤
, tapi untuk
0.5 ε
≤
Persamaan 47 harus mengikuti syarat berikut Smith, 1979
dalam
Setiawan, 1992:
ε 2
1 2
1 z
t
2
− ≤
56
Persamaan 47 dapat disusun kembali menjadi sistem persamaan aljabar sebagai berikut:
d ψ
c ψ
b ψ
a f
i t
t 1
i i
t t
i i
t t
1 i
i t
t i
≈ −
⋅ +
⋅ +
⋅ =
+ +
+ +
− +
57 dimana,
a i
a ε
a ⋅
− =
58
2 z
i
z b
2 ε
t C
b ⋅
⋅ +
= 59
c i
C ε
c ⋅
− =
60
z t
1 i
ii t
i ii
t 1
i ii
i
a ψ
c ψ
b ψ
a d
− ⋅
+ ⋅
+ ⋅
=
+ −
61
a ii
a ε
1 a
⋅ −
= 62
2 z
ii
z b
2 ε
1 t
C b
⋅ ⋅
− −
= 63
c ii
c ε
1 c
⋅ −
= 64
2 z
z a
z b
2 z
2 a
a ⋅
+ ⋅
− =
65
2 z
z c
z b
2 z
2 a
c ⋅
+ ⋅
= 66
Persamaan 57 akan membentuk matrik Jacobian tridiagonal, yang terdiri atas m peubah yang tidak diketahui dan m persamaan nonlinier.
Sejumlah m persamaan nonlinier tersebut diselesaikan secara iteratif menggunakan metode Newton Persamaan 67 Burden and Faires, 1993
dikombinasikan dengan teknik penyapuan menggunakan algoritma Thomas Huyakorn and Pinder, 1983
dalam
Setiawan, 1992.
− =
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
∂ ∂
− −
+ −
+ −
+ −
+
m 3
2 1
m 3
2 1
i m
1 i
1 m
1 i
1 m
1 i
3 i
3 1
i 3
1 i
2 i
2 1
i 2
1 i
1 i
1
f .
. .
f f
f
ψ .
. .
ψ ψ
ψ
x
ψ f
ψ f
... ψ
f .
. .
. .
. .
. .
. ψ
f ψ
f ψ
f ...
ψ f
ψ f
ψ f
... ψ
f ψ
f
67
Dalam menerapkan metode Newton, matrik Jacobian tridiagonal tersebut diselesaikan dengan metode aproksimasi beda hingga menggunakan
persamaan berikut:
k k
i k
k i
k i
i
δψ ψ
f δψ
ψ f
ψ ψ
f −
+ =
∂ ∂
68
dengan
k k
x h
δψ =
69 dimana nilai h adalah kecil dalam nilai mutlak, dan k adalah jumlah iterasi.
Selama proses iterasi, potensial matrik pada waktu ke-t digunakan sebagai nilai aproksimasi awal dari potensial matrik pada waktu ke-t+
∆ t.
Dengan asumsi bahwa proses iterasi konvergen, nilai potensial matrik pada waktu ke-t+
∆ t ditentukan setelah kondisi berikut terpenuhi:
erl f
k i
≤
70 dimana erl adalah nilai toleransi kesalahan
error
.
Nilai ∆
z selama iterasi ditetapkan konstan sedangkan nilai ∆
t berubah selama proses perhitungan mengikuti syarat berikut:
min max
min max
t 0.5
t t
then 10
k else
t t
t then
5 k
if −
= +
= 71
dimana k
max
adalah iterasi maksimum. Persamaan 27 adalah positif ke arah bawah dan permukaan tanah
adalah awal sumbu vertikal. Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan syarat awal
initial condition
berupa nilai potensial matrik pada kolom tanah sebelum infiltrasi berlangsung. Kombinasi syarat batas
boundary condition
Dirichlet dan Neumann diterapkan pada bidang aliran sebagai berikut Setiawan, 1992:
a. Permukaan tanah
P t
0, ψ
= t 0
72 dimana P
adalah tinggi genangan. b.
Dasar kolom tanah
=
t Z,
ψ jika
t Z,
ψ jika
Ks
t Z,
q
73
dimana q adalah fluks vertikal.
Green and Ampt
Persamaan 19 terdiri dari 6 peubah yaitu K
S
, ∆θ
, t, L
f
, H , dan H
f
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian 2.7a. K
S
dan ∆θ
diperoleh langsung dari data sifat fisik dan hidrolik tanah hasil penetapan
laboratorium, dimana kadar air tanah awal sebelum infiltrasi berlangsung setara dengan potensial matrik sebesar -1000 cm H
2
O. Penetapan ini didasarkan pada kenyataan di lapang bahwa contoh tanah umumnya diambil
pada kadar air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen antara
pF 2.54 dan 4.2. Untuk memperoleh nilai kadar air tanah awal, fungsi retensi air tanah digunakan dengan data masukan berupa nilai-nilai
parameter yang telah dioptimisasi dan potensial matrik sebesar -1000 cm H
2
O. H
ditetapkan sebesar 0 cm H
2
O dengan asumsi permukaan tanah dalam kondisi jenuh tanpa genangan. H
f
ditentukan berdasarkan persamaan berikut Clapp and Hornberger, 1978
dalam
Rawls
et al
., 1993:
6 b
2 3
b 2
ψ H
ae f
+ +
⋅ =
74
dimana ψ
ae
adalah
air-entry tension
cm H
2
O, yang diperoleh dari nilai α
hasil optimisasi fungsi retensi air tanah van Genuchten yang dimodifikasi berikut Setiawan, 1992:
1 m
n r
s r
α ψ
abs 1
θ θ
θ ψ
θ
+
− +
= 75
Prosedur optimisasinya sama seperti prosedur optimisasi Persamaan 12, sebagaimana dibahas pada bagian 3.3b.
Nilai b, indeks distribusi ukuran pori, diperoleh menggunakan persamaan berikut Clapp and Hornberger, 1978
dalam
Rawls
et al
., 1993:
b ae
φ θ
| ψ
| |
ψθ |
−
= 76
yang apabila di-invers-kan, Persamaan 77 tersebut akan menjadi:
b 1
ae
ψ ψ
φ θ
−
⋅ =
77
Variabel lainnya, yaitu L
f
, diperoleh dengan cara pendekatan aproksimasi pada waktu t tertentu. Oleh karena Persamaan 19 termasuk
persamaan aljabar non-linier maka untuk memperoleh nilai L
f
digunakan metode
Newton-Raphson
Burden and Faires, 1993. Penerapan metode
Newton-Raphson
pada penentuan nilai L
f
dijelaskan secara mendalam pada Lampiran 2.
Green and Ampt
menyatakan persamaan untuk menduga infiltrasi kumulatif sebagai berikut Hillel, 1980:
θ L
I
f
⋅ =
78 Oleh karena hasil perhitungan infiltrasi kumulatif menggunakan
Persamaan
Richards-Darcy
ditetapkan sebagai nilai infiltrasi kumulatif
Green and Ampt
, maka dilakukan optimisasi menggunakan
Solver Add-In
pada Microsoft Excel untuk mencari nilai H
f
pada masing-masing kelas tekstur tanah.
Philip
Hasil perhitungan infiltrasi kumulatif menggunakan Persamaan
Richards-Darcy
selanjutnya juga digunakan untuk mencari nilai
sorptivity
pada masing-masing kelas tekstur tanah.
Sorptivity
diperoleh dengan mengoptimisasi nilai infiltrasi kumulatif dan waktu tempuh menggunakan
Persamaan 30 dengan faktor kendala 0 Kp ≤
K
S
. Optimisasi nilai
sorptivity
dan nilai Kp dilakukan menggunakan
Solver Add-In
pada Microsoft Excel.
e Tahap komputasi dan simulasi model infiltrasi
Richards-Darcy
Tahap komputasi dan simulasi dilakukan berdasarkan Persamaan 57 dan ditulis dalam bahasa
BASIC
menggunakan
Visual Basic for Application
pada Microsoft Excel. Diagram alir tahapan komputasi dan simulasi dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir tahap komputasi dan simulasi Prosedur komputasi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan m
2. Tentukan k = 1,
t 1
m t
2 t
1 t
1 i
ψ ,
, ψ
, ψ
, ψ
+
= 3.
Hitung
k i
f
dengan mensubstitusikan
k i
ke dalam Persamaan 57 4.
Hitung jumlah = Σ
k i
f
5. If jumlah erl then hitung
k i
A
sebagai matrik Jacobian dari Persamaan 57, else menuju langkah 9.
6. Selesaikan dengan algoritma Thomas, sistem persamaan linier
k i
k i
k i
f A
− =
⋅
7. Simpan
k i
k i
k i
+ =
8. If
min
t 0.5
t t
then 10
k −
=
dan k = 0, dan kembali ke langkah 1, else k = k + 1 dan kembali ke langkah 3.
9. Identifikasi
t t
1 m
t t
2 t
t 1
t t
k i
ψ ,
, ψ
, ψ
, ψ
+ +
+ +
+
= dan nyatakan t = t +
∆ t.
10.
min
t t
t then
5 k
If +
=
dan ulangi prosedur keseluruhan mulai langkah 2.
f Tahap verifikasi
Verifikasi dilakukan dengan membandingkan kadar air tanah dugaan hasil model dengan data kadar air tanah aktual hasil pengukuran.
24
4 10
8 4
27 6
5 9
3
Liat berat Liat berpasir
Lempung liat berpasir Lempung berpasir
Pasir Liat ringan
Lempung berliat Lempung
Liat berdebu Lempung liat berdebu