Gambar 11. Grafik Hubungan Po dan Waktu Pencampuran Aspal dengan Karet
4.5 Pengaruh Degradasi Terhadap Titik Lembek Aspal Termodifikasi
Titik lembek aspal atau titik leleh aspal merupakan parameter utama untuk mengklasifikasikan kelas dan kualitas aspal untuk pengerasan jalan. Proses modifikasi aspal
oleh penambahan lateks karet alam dinyatakan berhasil jika nilai titik lembek aspal modifikasi lebih tinggi daripada nilai titik lembek kontrol aspal pen 60. Nilai titik lembek sampel dapat
dilihat pada histogram nilai titik lembek Gambar 12. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa nilai titik lembek yang dihasilkan berkisar antara
58 sampai 61°C dengan nilai titik lembek awal kontrol sebesar 62°C. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses degradasi karet menggunakan lindi hitam dengan variasi waktu
perendaman pada lindi hitam dan waktu pengeringan karet telah berhasil membuat nilai titik lembek karet tersebut menurun.
Berdasarkan nilai plastisitas awal pada histogram tersebut, terlihat bahwa nilai titik lembek aspal termodifikasi yang tertinggi adalah 61°C yaitu pada kombinasi perlakuan waktu
perendaman 3 jam dan waktu pengeringan normal. Nilai plastisitas terendah didapat pada kombinasi waktu perendaman 5 jam dan waktu pengeringan normal serta pada kombinasi
waktu pengeringan 5 jam dan waktu pengeringan normal ditambah 2 jam yaitu sebesar 59°C. R0 : waktu perendaman 0 jam
R3 : waktu perendaman 3 jam R5 : waktu perendaman 5 jam
R7 : waktu perendaman 7 jam Kn : waktu pengeringan normal
K1 : waktu pengeringan normal ditambah 1 jam K2 : waktu pengeringan normal ditambah 2 jam
Gambar 12. Histogram Nilai Titik Lembek Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95 dan α = 0,05,
perlakuan variasi waktu perendaman karet dalam lindi hitam berpengaruh nyata terhadap nilai titik lembek dari aspal termodifikasi tersebut. Hasil uji lanjut Duncan dalam bentuk tabel dapat
dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan uji lanjut Duncan, terlihat bahwa nilai titik lembek aspal termodifikasi
yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 0 jam berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran
aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 3 jam, 5 jam, dan 7 jam. Nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam
pada lindi hitam selama 3 jam berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 0 jam, 5
jam, dan 7 jam. Nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 5 jam tidak berbeda nyata dengan nilai
titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 7 jam tetapi berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal
termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 0 jam dan 3 jam. Begitu pula dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang
dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 7 jam tidak berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh
campuran aspal dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 5 jam tetapi berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal
dengan karet yang direndam pada lindi hitam selama 0 jam dan 3 jam. Hasil pengujian titik lembek aspal termodifikasi menunjukkan nilai yang semakin
menurun seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman karet dalam lindi hitam. Dengan R0 : waktu perendaman 0 jam
R3 : waktu perendaman 3 jam R5 : waktu perendaman 5 jam
R7 : waktu perendaman 7 jam Kn : waktu pengeringan normal
K1 : waktu pengeringan normal ditambah 1 jam K2 : waktu pengeringan normal ditambah 2 jam
demikian, secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama waktu perendaman karet dalam lindi hitam, maka nilai titik lembek dari campuran aspal karetnya akan semakin
rendah. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95 dan α = 0,05,
perlakuan variasi waktu pengeringan karet berpengaruh nyata terhadap nilai titik lembek dari karet aspal termodifikasi. Hasil uji lanjut Duncan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada
Lampiran 5. Berdasarkan uji lanjut Duncan, terlihat bahwa nilai titik lembek aspal termodifikasi
yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang dikeringkan selama waktu pengeringan normal tidak berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh
campuran aspal dengan karet yang dikeringkan selama waktu pengeringan normal ditambah 1 jam tetapi berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh
campuran aspal dengan karet yang dikeringkan selama waktu pengeringan normal ditambah 2 jam. Nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet
yang dikeringkan selama waktu pengeringan normal ditambah 1 jam tidak berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet
yang dikeringkan selama waktu pengeringan normal tetapi berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang
dikeringkan selama waktu pengeringan normal ditambah 2 jam. Nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang dikeringkan selama
waktu pengeringan normal ditambah 2 jam berbeda nyata dengan nilai titik lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan oleh campuran aspal dengan karet yang dikeringkan selama
waktu pengeringan normal dan waktu pengeringan normal ditambah 1 jam. Hasil pengujian titik lembek aspal termodifikasi menunjukkan nilai titik lembek yang
semakin menurun seiring dengan semakin lamanya waktu pengeringan karet. Dengan demikian, secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama waktu pengeringan,
maka nilai titik lembek dari campuran aspal karetnya akan semakin rendah. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95 dan α = 0,05,
menunjukkan bahwa interaksi antara variabel waktu perendaman dan waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap nilai titik lembek dari karet aspal termodifikasi tersebut. Hasil uji
lanjut Duncan dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan uji lanjut Duncan, dari nilai titik lembeknya terlihat bahwa karet
kombinasi R0Kn, R3Kn, dan R7K2 berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet kombinasi R3K2 tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R3K1 dan R5K1 tetapi berbeda
nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet kombinasi R3K1 tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R3K2 dan R5K1 tetapi berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet
kombinasi R5K1 tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R3K1 dan R3K2 tetapi berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet kombinasi R5K2 tidak berbeda nyata dengan karet
kombinasi R5Kn, R7Kn, dan R7K1 tetapi berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet kombinasi R5Kn tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R5K2, R7Kn, dan R7K1 tetapi
berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya. Karet kombinasi R7Kn tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R5Kn, R5K2, dan R7K1 tetapi berbeda nyata dengan karet kombinasi
lainnya. Dan karet kombinasi R7K1 tidak berbeda nyata dengan karet kombinasi R5Kn, R5K2, dan R7Kn tetapi berbeda nyata dengan karet kombinasi lainnya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa nilai titik lembek akan semakin menurun seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman dan waktu pengeringan karet. Hal
demikian juga berlaku pada nilai plastisitas awal Po yang semakin menurun seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman dan pengeringan. Grafik hubungan antara nilai Po dengan
titik lembek dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Hubungan Po dan Titik Lembek Aspal Termodifikasi Pada grafik pada Gambar 13 terlihat bahwa secara umum titik lembek semakin turun
seiring dengan penurunan nilai plastisitas awal Po. Hal ini dapat disebabkan karena karet akan semakin plastis ketika nilai plastisitasnya semakin turun. Ketika karet tersebut dicampur
dengan aspal, keplastisitasan karet ini juga akan mempengaruhi campuran aspal-karet walaupun tidak drastis karena karet hanya dicampurkan 3 dari total bobot aspal. Dengan demikian,
aspal termodifikasi tersebut menghasilkan nilai titik lembek yang semakin turun. Perlakuan yang terbaik dari penelitian ini adalah pada kombinasi karet R7K2 yaitu
karet dengan perendaman dalam lindi hitam selama 7 jam dan pengeringan normal ditambah 2 jam. Pada jenis kombinasi karet tersebut, nilai Po merupakan nilai yang terendah. Nilai Po yang
terendah mengindikasikan rantai molekul karet yang terpendek dari semua sampel dan hal ini juga menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki rantai molekul karet terpendek. Jenis karet
tersebut juga memiliki waktu pencampuran antara karet dengan aspal yang terendah, yaitu selama 349 menit. Waktu pencampuran ini kurang dari sepertiga jika dibandingkan dengan
waktu pencampuran karet kontrol dengan aspal. Sementara pada aspek titik lembek, walaupun memiliki titik lembek yang terendah, yaitu 58°C, nilai titik lembek dari aspal termodifikasi ini
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai titik lembek aspal polimer sesuai SNI yaitu 56°C.
R0 : waktu perendaman 0 jam R3 : waktu perendaman 3 jam
R5 : waktu perendaman 5 jam R7 : waktu perendaman 7 jam
Kn : waktu pengeringan normal K1 : waktu pengeringan normal ditambah 1 jam
K2 : waktu pengeringan normal ditambah 2 jam
Dalam proses pencampuran antara aspal dengan karet, proses yang terjadi adalah proses secara fisik tanpa ada proses pencampuran secara kimiawi. Gambar 14 menunjukkan
ilustrasi komposisi dari aspal minyak. Ilustrasi ini juga merepresentasikan aspal minyak jenis pen 60 yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 14. Ilustrasi Komposisi Aspal Minyak Sentosa, 2010 Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa aspal minyak semi padat yang dipakai memiliki
komponen penyusun seperti aspalten, resin, dan minyak. Selanjutnya apabila aspal dipanaskan, minyak dari aspal tersebut akan keluar dan aspal mencair. Proses pemanasan ini juga membuat
jarak antar partikel aspal menjadi renggang. Pada saat partikel aspal menjadi renggang, partikel karet akan masuk ke dalam ruang-ruang partikel aspal dan menyerap minyak yang ada pada
aspal sehingga karet mengembang. Partikel karet tersebut mengisi ruang-ruang partikel aspal sehingga aspal modifikasi yang dihasilkan menjadi lebih padat dan keras.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan