Degradasi Karet Menggunakan Lindi Hitam

penelitian ini adalah 69,1 . Pengukuran KKK ini menggunakan basis karet gumpalan lumb. Dalam penelitian ini, lateks tidak diberi pengawet berupa amonia ataupun surfaktan sebagai penstabil karena lateks kebun langsung dibentuk menjadi crepe karet padat tanpa diberi perlakuan apapun. Umumnya, penambahan amonia dan surfaktan diberikan pada lateks yang pengolahannya masih dalam bentuk lateks cair. 4.1.2 Lindi Hitam Lindi hitam yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari residu pirolisis cangkang kelapa sawit. Tabel 4 menunjukkan karakteristik dari lindi hitam tersebut. Tabel 4. Karakteristik Lindi Hitam Karakteristik Nilai Kadar padatan 21,64 Kadar air 78,36 pH 2 Kadar abu 0,03 4.1.3 Aspal Pen 60 Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal jenis pen 60. Aspal pen 60 yang akan digunakan terlebih dahulu diuji nilai titik lembeknya untuk mengetahui kemampuan aspal untuk melunak. Hasil pengujian titik lembek aspal pen 60 adalah sebesar 51°C dengan persyaratan berdasarkan SNI 06-2456-1991 dan SNI 06-2434-1991 pada rentang 48-58°C.

4.2 Degradasi Karet Menggunakan Lindi Hitam

Proses degradasi karet alam dapat terjadi secara kimia dengan bantuan senyawa- senyawa tertentu. Dalam penelitian ini digunakan lindi hitam karena diduga salah satu senyawa yang terdapat dalam lindi hitam dapat berperan sebagai senyawa kimia pendegradasi karet alam. Proses degradasi yang dilakukan pada karet ini juga memanfaatkan panas. Pemberian perlakuan panas ini bertujuan untuk mempercepat proses reaksi degradasi karet. Petrucci 1987 mengemukakan bahwa jika suhu dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat. Semakin cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat pereaksi semakin banyak, sehingga reaksi makin cepat. Dalam penelitian ini, dilakukan variasi perendaman selama 3 dan 5 jam. Pemberian variasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa jumlah lindi hitam yang terserap semakin meningkat seiring dengan waktu reaksi. Dengan demikian, diharapkan semakin lama reaksi tersebut, jumlah lindi hitam yang terserap semakin meningkat sehingga degradasi yang terjadi pada karet pun semakin signifikan. Pemberian panas pada reaksi ini bertujuan agar reaksi terjadi semakin cepat sehingga jumlah lindi hitam yang terserap juga semakin meningkat sehingga karet terdegradasi yang dihasilkan pada penelitian ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dalam hal sifat fisik jika dibandingkan dengan karet kontrol. Setelah proses degradasi selesai, dilakukan pengeringan terhadap karet untuk menguapkan sisa-sisa lindi hitam yang tidak terserap oleh karet. Dalam proses pengeringan ini, dilakukan variasi pada durasi pengeringan, yaitu pengeringan normal pada suhu 100°C hingga benar-benar kering, lalu ditambah 1 jam dan 2 jam. Variasi pada durasi pengeringan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa nilai Plastisitas awal Po akan menurun seiring dengan penambahan durasi pengeringan. Plastisitas awal Po adalah plastisitas karet yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Refrizon 2003 telah mengungkapkan bahwa umumnya pengeringan pada suhu tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai Po dan Viskositas Mooney, karena pada suhu tinggi dan waktu lama terjadinya pemutusan molekul karet akan berlangsung lebih cepat. Setelah rangkaian proses degradasi selesai, dilakukan pengujian nilai Po dan pengujian terhadap jumlah lindi hitam yang diserap oleh karet. Pengukuran plastisitas awal Po dilakukan untuk mengukur kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu dan suhu tertentu sedangkan pengujian jumlah lindi hitam yang diserap bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak lindi hitam yang diserap oleh karet sebagai indikator reaksi degradasi tersebut. Setelah dilakukan proses degradasi, karet padat selanjutnya dicampur dengan aspal. Pencampuran karet ke dalam aspal diawali dengan pemanasan aspal pada suhu 160-170°C. Pada suhu tersebut aspal mencair dengan sempurna. Aspal tersebut dipanaskan atau dicairkan pada wadah dengan volume aspal 23 volume wadah atau minimal 100 gram. Sebelum pencampuran, karet padat diperkecil ukurannya terlebih dahulu. Pengecilan ukuran ini bertujuan untuk memperluas bidang permukaan karet sehingga pencampuran antara aspal dengan karet dapat berlangsung dengan lebih cepat.

4.3 Pengaruh Degradasi Terhadap Jumlah Lindi Hitam yang Terserap oleh