memfermentasikan bagian-bagian bukan karet dalam lateks menjadi asam lemak eteris dan asam lemak bebas. Asam lemak eteris merupakan asam lemak yang mudah menguap.
Penambahan bahan kimia pengawet seperti amonia NH
3
dan formalin bertujuan untuk meningkatkan kemantapan lateks. Sebagai pengawet, amonia lebih banyak dipergunakan
daripada bahan kimia lain karena memiliki beberapa keunggulan. Amonia harganya lebih murah, mudah menguap, dan konsentratnya dalam bentuk gas lebih mudah digunakan
sedangkan kekurangannya yaitu bau, sensitif terhadap seng dioksida, dan konsentrasinya terus berkurang karena reaksi yang lambat dengan bahan penyusun bukan karet Cook, 1956.
Menurut Suparto 2002, lateks Hevea terdiri dari karet, resin, protein, abu, gula, dan air dengan komposisi seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Lateks Jenis Komponen
Komposisi Karet
30-35 Resin
0,5-1,5 Protein
1,5-2,0 Abu
0,3-0,7 Gula
0,3-0,5 Air
55-60 Sumber : Suparto 2002
2.3 Karet Alam
Menurut Triwijoso dan Siswantoro 1989, karet alam adalah suatu polimer alami yang tersusun dari satuan unit ulang monomer transcis 1,4- isoprena dengan rumus umum
C
5
H
8
n dimana n adalah bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Semakin besar harga n maka molekul karet semakin panjang, semakin besar bobot
molekul, dan semakin kental viscous. Nilai n dapat berkisar antara 3000-15000. Karet alam bergabung secara ikatan kepala ke ekor head to tail. Gambar 2 menunjukkan struktur kimia
monomer karet alam dan Gambar 3 menunjukkan struktur ruang 1,4 cis poliisoprena.
Gambar 2. Struktur Kimia Monomer Karet Alam Cowd, 1991
Gambar 3. Struktur Ruang 1,4 cis poliisoprena Honggokusumo, 1978 Karet alam memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan karet sintesis, yaitu
daya elastis atau daya lenting sempurna dan plastisitas yang baik sehingga mudah diolah. Daya ausnya juga tinggi, tidak mudah panas low heat built up, dan tahan terhadap keretakan
groove cracking resistance. Bobot molekul karet alam berkisar antara 1 sampai 2 juta. Karet alam memiliki berat jenis 0,92 kgm
3
. Adanya rantai molekul pendek menyebabkan daya rekat yang tinggi.
Menurut Eng et al., 1997, bobot molekul karet alam berkisar antara 1 sampai 2 juta. Partikel karet alam mengandung hidrokarbon karet dan sejumlah kecil bahan bukan karet,
seperti lemak, glikolipida, foosfolipida, protein, karbohidrat, bahan anorganik, dan lain- lain. Menurut Tanaka 1998, partikel karet alam terdiri dan hidrokarbon karet, lemak,
glikolipda, fosfolipida, protein, karbohidrat, bahan anorganik, dan lain-lain dengan komposisi seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Partikel Karet Alam
Jenis Komponen Komposisi
Hidrokarbon karet 93,7
Lemak 2,4
Glikolipida, fosfolipida 1,0
Protein 2,2
Karbohidrat 0,4
Bahan Anorganik 0,2
Lain-lain 0,1
Sumber: Tanaka 1998
2.4 Degradasi Karet Alam
Degradasi merupakan salah satu cara modifikasi karet alam. Degradasi polimer dapat terjadi secara mekanis, termal, kimiawi, fotokimia, dan biodegradasi. Secara kimiawi degradasi
polimer dapat terjadi dengan bantuan senyawa pemutus rantai molekul polimer. Tujuan degradasi adalah untuk melunakkan atau sekedar menurunkan viskositas karet, dan untuk
memperoleh karet dengan rantai molekul yang sangat pendek atau karet cair. Degradasi salah
satunya ditandai dengan adanya putusnya ikatan rantai utama sehingga menyebabkan pemendekan panjang rantai dan penurunan bobot molekul. Reaksi ini juga terjadi pada gugus
samping, namun pengaruhnya tidak sebesar bila dibandingkan dengan reaksi pada gugus utama. Perubahan sifat fisik mengakibatkan pembentukan ikatan kimia baru melalui
mekanisme ikatan silang sehingga konversi molekul menjadi lebih tinggi Surdia, 2000. Menurut Alfa dan Syamsu 2004, penambahan senyawa pemutus rantai molekul sistem
redoks, campuran hidrogen peroksida dengan natrium hipoklorit, dikombinasikan dengan hidroksilamin netral sulfat akan menghasilkan lateks dengan viskositas Mooney karet mentah
rendah dan memiliki daya rekat baik. Menurut Gunanti 2004, degradasi molekul karet terjadi karena adanya radikal OH
hasil penguraian hidrogen peroksida H
2
O
2
. Radikal OH yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi secara tidak terkontrol dengan molekul polimer karet alam poliisoprena.
Radikal OH yang terbentuk menarik salah satu atom H yang terdapat pada polimer karet terutama menyerang ikatan karbon rangkap, sehingga dihasilkan radikal bebas yang aktif.
Radikal bebas pada molekul isoprena tersebut mudah bereaksi dan berikatan dengan oksigen yang ada dalam lateks dan membentuk molekul yang tidak stabil hingga mengalami reaksi
autooksidasi sampai terjadi pemutusan ikatan. Pada akhir reaksi pemutusan, terbentuk gugus karbonil. Gugus karbon aktif yang dihasilkan langsung bereaksi dengan gugus aktif dari
reduktor yang dihasilkan gugus karbonil yang tidak bermuatan. Gugus karbon yang dihasilkan memiliki gugus ujung berupa keton dan aldehid. Menurut Roberts 1988, karet alam dengan
bobot molekul yang rendah 150000-400000 memiliki sifat lekat yang baik, sehingga dapat disebut sebagai karet lunak. Sifat dan bentuknya inilah yang dapat dijadikan dasar dalam
industri perekat berbahan lateks.
2.5 Lindi Hitam