3.2.3 Pencampuran Karet dengan Aspal
Aspal ditimbang dalam sebuah kaleng minimal sebanyak 100 gram. Lalu karet crepe yang telah dikeringkan diambil sebanyak 3 dari bobot aspal tersebut. Setelah itu,
dilakukan pencampuran antara aspal dengan karet tersebut. Diagram proses pencampuran karet dengan aspal dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Proses Pencampuran Aspal dengan Karet
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan split plot dengan menggunakan dua faktor perlakuan, yaitu waktu perendaman karet dalam lindi hitam
sebagai petak utama dan waktu pengeringan sebagai anak petak. Variasi waktu perendaman terdiri atas dua taraf, yaitu 3 jam dan 5 jam dan variasi waktu pengeringan terdiri atas tiga taraf,
yaitu waktu pengeringan normal T jam, pengeringan normal ditambah 1 jam T+1, dan pengeringan normal ditambah 2 jam T+2. Faktor waktu perendaman ditetapkan sebagai
Karet dengan bobot 0,03a
Pencampuran
Pengujian Titik Lembek Data Waktu Pencampuran
Aspal Termodifikasi
Ditimbang minimal 100 gram
Karet Kontrol dan Terdegradasi
Aspal
Aspal dengan bobot a gram
Ditimbang 3 dari a gram aspal
perlakuan ke-i dan faktor waktu reaksi ditetapkan sebagai perlakuan ke-j. Pengolahan data secara statistik dilakukan dengan menggunakan software SAS. Hasil analisis yang signifikan
kemudian dilakukan uji lanjut Duncan. Rancangan percobaannya menurut Mattjik dan Sumertajaya 2006 adalah :
Keterangan : Y
ijk
: pengamatan pada perlakuan ke-i dan ke-j ulangan ke-k : rataan umum
A
i
: pengaruh perlakuan waktu perendaman ke-i B
j
: pengaruh waktu pengeringan ke-j
δ
ik
: komponen acak dari petak utama yang menyebar normal
AB
ij
: pengaruh interaksi waktu perendaman ke-i dengan waktu pengeringan ke-j ε
ijk
: kesalahan pada perlakuan ke-i dan ke-j pada ulangan ke-k
Y
ijk
= + A
i
+ δ
ik
+ B
j
+ AB
ij
+ ε
ijk
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Bahan Baku
4.1.2 Karet Crepe
Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan bahan baku awal
yang akan digunakan untuk membuat karet crepe sehingga harus selalu dianalisis karakteristiknya untuk mengetahui mutu lateks kebun, sebagai kontrol, dan
meminimalkan keragaman lateks. Sebelum diolah menjadi karet crepe, lateks kebun digumpalkan terlebih dahulu
dengan menggunakan asam format asam semut. Asam format atau juga kadang disebut asam semut atau asam metanoat mempunyai rumus kimia HCOOH dan merupakan asam
terkuat dari seri homolog gugus karboksilat yang mengalami beberapa reaksi kimia dekomposisi, reaksi adisi, siklisasi, asilasi.
Bahan penggumpal lateks yang selama ini banyak digunakan dan direkomendasikan adalah asam format. Penggumpalan dengan asam format dapat
menghasilkan karet dengan sifat teknis yang baik. Selain asam format, untuk menggumpalkan lateks juga dapat digunakan bahan lain seperti tawas maupun asam
sulfat H
2
SO
4
. Menurut Goutara et al. 1985, mekanisme penggumpalan lateks diawali ketika
partikel karet dalam cairan lateks diselubungi oleh protein sebagai stabilisator. Karena protein bermuatan maka partikel karet seolah-olah menjadi bermuatan sehingga akan
saling tolak-menolak. Pada saat penambahan asam, berarti terjadi penambahan ion H
+
pada asam amino sehingga pH turun dan mencapai titik isoelektris yaitu pH dimana protein mempunyai muatan positif yang sama dengan muatan negatif sehingga akibatnya
partikel karet akan saling mendekat dan menggumpal. Pembekuan atau koagulasi pada karet ini bertujuan untuk mempersatukan
merapatkan butiran-butiran karet yang terdapat pada cairan lateks agar menjadi suatu gumpalan koagulum. Menurut Goutara et al. 1985, nilai
pH isoelektris untuk penggumpalan lateks adalah 4,5-4,8 dengan zat pembeku yang direkomendasikan untuk
digunakan adalah asam format 1-2 dan jumlahnya 350-370 mlkg karet kering. Pada saat penambahan asam dilakukan pengadukan agar asam dapat tercampur
merata dan buih yang timbul dihilangkan. Umumnya, proses pembekuan atau koagulasi dilakukan selama 2 jam. Setelah beku dilakukan penambahan air untuk mencegah
lengketnya bekuan lateks dengan pembeku. Setelah karet menggumpal, karet kemudian diolah menjadi crepe dengan
menggunakan creper. Prinsip pengolahan karet crepe adalah mengubah lateks segar dari kebun menjadi lembaran crepe melalui proses pembekuan, penggilingan, dan
pengeringan. Analisis yang dilakukan pada karet crepe adalah Kadar Karet Kering KKK.
Kadar Karet Kering KKK merupakan parameter terukur yang menunjukkan persentase jumlah karet dalam lateks. Kadar karet kering dari lateks kebun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 69,1 . Pengukuran KKK ini menggunakan basis karet gumpalan lumb.
Dalam penelitian ini, lateks tidak diberi pengawet berupa amonia ataupun surfaktan sebagai penstabil karena lateks kebun langsung dibentuk menjadi crepe karet
padat tanpa diberi perlakuan apapun. Umumnya, penambahan amonia dan surfaktan diberikan pada lateks yang pengolahannya masih dalam bentuk lateks cair.
4.1.2 Lindi Hitam Lindi hitam yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari residu pirolisis
cangkang kelapa sawit. Tabel 4 menunjukkan karakteristik dari lindi hitam tersebut. Tabel 4. Karakteristik Lindi Hitam
Karakteristik Nilai
Kadar padatan 21,64
Kadar air 78,36
pH 2
Kadar abu 0,03
4.1.3 Aspal Pen 60 Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal jenis pen 60. Aspal pen
60 yang akan digunakan terlebih dahulu diuji nilai titik lembeknya untuk mengetahui kemampuan aspal untuk melunak. Hasil pengujian titik lembek aspal pen 60 adalah
sebesar 51°C dengan persyaratan berdasarkan SNI 06-2456-1991 dan SNI 06-2434-1991 pada rentang 48-58°C.
4.2 Degradasi Karet Menggunakan Lindi Hitam