Tiga Lapisan Kelembagaan Teori Kelembagaan

13 2. Aturan informal informal institutions, meliputi pengalaman, nilai-nilai tradisional, agama dan seluruh faktor yang mempengaruhi bentuk persepsi subjektif individu tentang dunia tempat hidup mereka. 3. Mekanisme penegakan enforcement mechanism, semua kelembagaan tersebut tidak akan efektif apabila tidak diiringi dengan mekanisme penegakan.

2.7.1 Tiga Lapisan Kelembagaan

Definisi kelembagaan dapat dilihat dari sudut pandang makro dan mikro. Terdapat tiga lapisan kelembagaan yang terkait dengan ekonomi politik, yaitu kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi, kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai hubungan kepemilikan Deliarnov, 2006 dalam Suhana, 2008. a Kelembagaan Sebagai Norma-Norma dan Konvensi Kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi ini lebih diartikan sebagai aransemen berdasarkan konsensus atau pola tingkah laku dan norma yang disepakati bersama. Norma dan konvensi umumnya bersifat informal, ditegakan oleh keluarga, masyarakat, adat dan sebagainya. Hampir semua aktivitas manusia memerlukan konvensi-konvensi pengaturan yang memfasilitasi proses-proses sosial, dan begitu juga dalam setiap masyarakat diperlukan seperangkat norma-norma tingkah laku untuk membatasi tindakan-tindakan yang diperbolehkan. Jika aturan diikuti, proses-proses sosial bisa berjalan baik. Namun jika dilanggar maka yang akan timbul hanya kekacauan dalam masyarakat. 14 b Kelembagaan Sebagai Aturan Main Bogason 2000 dalam Suhana 2008 menyatakan ada tiga level aturan, yaitu level aksi, level aksi kolektif dan level konstitusi. Pada level aksi, aturan secara langsung mempengaruhi aksi nyata. Dalam hal ini biasanya ada standar atau rule of the conduct. Pada level aksi kolektif, kita mendefinisikan aturan untuk aksi pada masa-masa yang akan datang. Aktifitas penetapan aturan seperti ini sering juga disebut kebijakan. Pada level konstitusi kita diskusikan prinsip-prinsip bagi pengambilam keputusan kolektif masa yang akan datang, seperti prinsip- prinsip demokrasi. Aturan-aturan pada level konstitusi ini biasanya ditulis secara formal dan dikodifikasi. Bromley 1989 dalam Suhana 2008 menyatakan bahwa institusi sebagai aturan main biasanya lebih formal ditegakan oleh aparat pemerintah dan bersifat tertulis. Namun, ada juga kelembagaan yang tidak tertulis secara formal atau tidak dikodifikasi. Yang paling dibutuhkan hanya seperangkat istilah yang membatasi sebuah struktur bagi interaksi manusia dan pemahaman bersama tentang alat-alat untuk menyelesaikan konflik di dalam struktur tersebut. c Kelembagaan Sebagai Pengaturan Hubungan Kepemilikan Sebagai pengatur hubungan kepemilikan, kelembagaan dianggap sebagai aransemen social yang mengatur : 1 individu atau kelompok pemilik, 2 objek nilai bagi pemilik dan orang lain, serta 3 orang dan pihak lain yang terlibat dalam suatu kepemilikan Delairnov 2006 dalam Suhana 2008. Alchian 1993 dalam Suhana 2008 menyatakan bahwa ada tiga elemen utama hak kepemilikan, yaitu 1 hak eksklusif untuk memilih penggunaan dari suatu sumberdaya, 2 hak untuk menerima jasa-jasa atau manfaat dari sumberdaya yang dimiliki, 3 hak 15 untuk menukarkan sumberdaya yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati. Dari uraian tersebut, tersirat bahwa pihak yang memiliki suatu sumberdaya,berhak mengontrol penggunaan sumberdaya tersebut. Seseorang tidak bebas berbuat sesuka hatinya atas barang yang dimilikinya, sebab bagaimana pun memperlakukan dan menggunakan sumberdaya tersebut dinilai oleh masyarakat.

2.8 Willingness To Pay WTP