Korelasi Kesuburan Perairan dan Kondisi Oseanografi

Gambar 22 . Grafik temporal klorofil-a dari 4 mode EOF

4.3. Korelasi Kesuburan Perairan dan Kondisi Oseanografi

Variasi kesuburan perairan selat Lombok menunjukkan adanya karakteristik yang jelas baik secara temporal dan spasial. Variasi temporal kesuburan menunjukkan perubahan yang jelas dimana kesuburan akan bervariasi seiring dengan pergantian musim oleh adanya angin muson yang membawa massa air dan memiliki karakter suhu, yang akan berubah arahnya setiap setengah tahunan yang sedikit banyaknya mempengaruhi terhadap variabitas kesuburan di perairan Selat Lombok. Variasi secara temporal Suhu permukaan laut, kondisi suhu perairan memiliki kecenderungan akan menurun mulai bulan April selanjutnya akan stabil hingga di bulan Juni. Setelah itu kecenderungan suhu akan semakin menurun hingga bulan September suhu mencapai minimum. Penurunan suhu selama musim Timur ini dikarenakan adanya pengaruh dari arus lintas Indonesia Arlindo yang besar. Seperti yang telah diketahui bahwa aliran massa air dari dari Samudera Pasifik utara ke Samudera Hindia melewati sebagian besar laut Indonesia dan melintas melewati perairan Selat Lombok Gordon et al, 1994. Suhu permukaan laut memiliki kecenderungan naik kembali hingga bulan Januari mencapi titik maksimal lagi, kemudian tren suhu kembali menurun dan stabil pada bulan April. Hal ini menunjukkan di perairan Selat Lombok di dominasi variasi setengah tahunan semiannual dan sedikit sinyal tahunan annual Sprintall et al., 1999. Selama musim timur di perairan selatan Jawa – Sumbawa dan khususnya di perairan Selat Lombok, suhu permukaan laut mengalami penurunan namun klorofil-a justru mengalami peningkatan konsentrasi. Peningkatan konsentrasi klorofil-a secara signifikan terjadi di selatan perairan Selat Lombok pada koordinat 115.25 °BT - 116.25° BT. Dengan berasumsi bahwa suhu permukaan laut SPL yang lebih rendah dari perairan di sekitarnya merupakan karakteristik massa air upwelling, maka dapat dikatakan bahwa sebaran klorofil permukaan perairan sangat berhubungan erat dengan pola sebaran suhu permukaan laut. Maka dapat dikatakan bahwa bila SPL rendah akibat upwelling maka konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya konsentrasi klorofil-a akan rendah bila SPL tinggi. Estimasi transpor dapat dikatakan bahwa pada musim timur terjadi upwelling di sepanjang perairan selatan Jawa – Sumbawa sebagai respon terhadap bertiupnya angin Muson Tenggara. Upwelling menyebabkan terangkatnya massa air dingin dan kaya nutrien ke lapisan permukaan, keadaan ini akan mempengaruhi karakteristik massa air permukaan serta berpengaruh terhadap fotosintesis fitoplankton. Berdasarkan hasil analisis sebaran konsentrasi klorofil-a pada perairan Selat Lombok pada musim Barat, tampak adanya konsentrasi klorofil yang tinggi yang umumnya terkonsentrasi di perairan pantai dan pesisir hal ini disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar dari air limpasan run off dari daratan yang berasal dari sungai-sungai besar yang bermuara menuju pantai, selain itu pengaruh proses turbulensi yang disebabkan oleh arus pasang surut turut mempengaruhi konsentrasi klorofil-a yang menyebabkan terjadinya proses pengadukan disekitar pesisir pantai. Hasil analisis SPL dan konsentrasi klorofil-a pada perairan Selat Lombok terlihat adanya korelasi, sehingga kesuburan perairan Selat Lombok sangat dimungkinkan untuk ditentukan berdasarkan dari perhitungan antara parameter SPL dan konsentrasi klorofil. Tabel 9 berikut merupakan suatu indeks kesuburan yang dihitung dengan menggunakan parameter SPL dan konsentrasi klorofil-a. Tabel 9 . Indeks kesuburan perairan Selat Lombok Stn Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 1 9.974 6.640 9.831 11.090 12.826 18.300 16.443 22.732 21.450 16.223 13.083 8.984 2 5.835 7.864 10.925 8.665 15.657 30.088 17.050 18.027 19.951 22.591 13.334 5.270 3 5.791 7.816 9.633 7.994 10.954 13.679 17.360 12.972 11.859 7.678 6.606 7.887 4 8.334 6.442 6.676 9.506 11.304 9.837 9.847 12.118 8.351 17.969 9.033 6.559 Untuk nilai indeks kesuburan perairan Selat Lombok berdasarkan parameter SPL dan konsentrasi klorofil-a ditandai dengan semakin kecil nilai indeksnya maka diasumsikan semakin subur perairan tersebut. Sebagai contoh dari ke 4 stasiun pengamatan pada stasiun 4 memiliki nilai indeks yang dominan lebih kecil terutama pada saat musim timur Juni – Agustus yang ditandai dalam warna dasar kuning pada tabel 9.. Hal ini sesuai dengan hasil analisis – analisis lainnya sebaran spasial, temporal dan wavelet. Untuk nilai indeks yang besar, diasumsikan memiliki perairan yang kurang subur dalam hal ini ada di stasiun 2 dan stasiun 1. Penggunaan indeks kesuburan dimaksudkan Untuk mempermudah dalam menentukan kesuburan dari suatu perairan yang pada umumnya dilihat dari konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut. Konsentrasi klorofil-a memiliki korelasi terhadap SPL pada perairan tersebut, sehingga dengan menggabungkan perhitungan antara kedua parameter tersebut dapat dimungkinkan untuk suatu pendugaan kesuburan dari perairan tersebut. 69

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Variabilitas kesuburan di perairan Selat Lombok dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebaran spasial SPL Selat Lombok sangat dipengaruhi oleh pola musiman yaitu pergerakan angin muson. Hasil pengamatan di 4 lokasi stasiun, secara umum didapatkan bahwa Stasiun 4 yang mewakili perairan Samudera Hindia memiliki SPL yang lebih dingin dibandingkan dengan SPL di Stasiun 1 yang mewakili perairan Laut Flores. Hasil ini dapat terlihat jelas pada musim timur Juni - Agustus dengan SPL yang lebih dingin dibandingkan dengan musim barat. Untuk Stasiun 2 dan Stasiun 3, sebaran SPL tidak jauh berbeda dari stasiun 1 yaitu memiliki SPL yang cenderung hangat. Secara umum SPL di perairan Selat Lombok berkisar antara 26 – 31 o C dengan suhu yang lebih dingin di perairan selatan Lombok. 2. Sebaran spasial klorofil-a di perairan Selat Lombok secara umum memiliki konsentrasi yang lebih tinggi di perairan bagian selatan Selat Lombok Stasiun 3 dan Stasiun 4 dibandingkan dengan perairan di bagian utara Selat Lombok Stasiun 1 dan Stasiun 2. Sebaran konsentrasi klorofil-a akan meningkat pada musim timur dan menurun pada musim barat. Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada musim timur berkairan dengan fenomena upwelling di perairan Samudera Hindia yaitu sekitar perairan selatan Jawa – Sumbawa. 3. Adanya korelasi antara angin permukaan, SPL, konsentrasi klorofil-a dan nutrien Nitrat, Fosfat dan Silikat, yang terlihat dari pengaruh pola musiman yaitu angin muson. Pada saat muson timur suhu permukaan laut di perairan Selat Lombok mendingin terutama di bagian selatan perairan, hal ini diikuti dengan meningkatnya konsentrasi nutrien sehingga konsentrasi klorofil-a ikut meningkat. Memasuki muson barat, konsentrasi klorofil-a menurun dan SPL menghangat.