Suhu Produktivitas Primer dan Faktor yang Mempengaruhi

berperan didalam mentransfer energi dalam sel fitoplankton misalnya dalam phosphorylation dan energi ADP Adenosin Diphosphate rendah menjadi ATP Adenosin Triphosphate tinggi Tomascik et al., 1997. Dari berbagai jenis nutrien, silikat meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar namun bukan merupakan senyawa atau unsur utama yang essensial bagi fitoplankton seperti fosfat dan nitrat. Karena silikat tidak terlalu penting dalam komposisi protoplasma tumbuhan tetapi hanya berfungsi untuk menyusun kerangka shell diatom dan cyst dari yellow-brown algae serta berperan dalam sentesa DNA pada Cylindrotheca fusiform Reid and Wood, 1976; Kennish, 1990 dalam Tubalawony, 2007. Meskipun demikian, jika kandungan silikat terlarut dalam suatu perairan berkurang dapat menghambat laju pembelahan sel dan menekan aktivitas metabolisme sel fitoplankton. Ketersediaan silikat seringkali berdampak terhadap kelimpahan dan produktivitas fitoplankton dan menjadi faktor pembatas bagi populasi fitoplankton lainnya. Artinya bila ketersediaan silikat dalam perairan berada dalam konsentrasi yang cukup, maka pertumbuhan fitoplankton, khususnya diatom akan meningkat dan mendominasi perairan, dan sebaliknya jika konsentrasinya rendah maka kepadatan populasi diatom akan rendah bila dibandingkan dengan kelompok fitoplankton lainnya seperti dinoflagelata. Hal ini dinyatakan pula oleh Levinton 1982, bahwa berkurangnya konsentrasi silikat di dalam perairan dapat membatasi pertumbuhan populasi fitoplankton dan secara langsung akan terjadi suksesi spesies fitoplankton ke arah spesies yang kekurangan silikat. Dengan demikian silikat merupakan fakor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton diatom di dalam suatu perairan.

2.3.4. Suhu

Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Tomascik et al. 1997 menyatakan bahwa suhu secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer di laut. Secara langsung, suhu berperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis Pmax dan secara tidak langsung, suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton. Suhu air laut di permukaan sangat tergantung pada jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari. Selain dipengaruhi oleh sinar matahari perubahan suhu permukaan laut juga dipengaruhi antara lain oleh arus, keadaan awan, penaikan massa air dan pencairan es di kutub Laevastu dan Hela, 1970. Menurut Bearman 2004, sebaran menegak suhu dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu: 1 lapisan permukaan tercampur mixed surface layer atau disebut juga lapisan tercampur. Mekanisme utama pencampuran adalah olakan turbulen oleh angin dan gelombang dengan ketebalan 200-300 m. Selain itu, di perairan Indonesia proses percampuran juga ditentukan oleh aliran kuat pada perairan dangkal atau dari selat-selat yang sempit dan percampuran oleh energi pasut Ffield and Gordon, 1996. 2 lapisan termoklin permanen pada kedalaman 300- 1000 m dimana pada kedalaman ini terjadi penurunan suhu yang tajam. 3 lapisan di bawah 1000 m sampai dasar laut dimana suhunya dingin dan relatif konstan. Lapisan Termoklin merupakan lapisan antara massa air permukaan yang lebih hangat dengan massa air yang lebih dingin di bawahnya. Menurut Harvey 1982 Mendefinisikan bahwa lapisan Termoklin sebagai lapisan massa air yang dilihat dari keadaan suhunya, dimana gradien suhu yang dibentuk lebih dari 5°C per 100m. Adapun menurut Wyrtki 1964 dalam Lukas dan Lindstrom 1991 kedalaman termoklin didefinisikan sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu yang terbentuk sebesar 0,02°Cmeter. Suhu permukaan laut di daerah tropik umumnya mengikuti pola musiman karena banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor curah hujan, penguapan, kelembaban dan suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari King, 1963; Nontji, 2002. Suhu permukaan laut berkisar antara 27°C -29°C, dan menurun secara teratur sesuai dengan meningkatnya kedalaman. Pada kedalaman lebih dari 1000 meter, suhu air laut relatif konstan dan umumnya berkisar antara 2°C - 4°C. Oleh adanya angin, pada lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 50 -70 meter terjadi proses pengadukan, pada lapisan ini terdapat suhu hangat sekitar 28°C dan homogen. Percampuran vertikal karena pengaruh angin pada lapisan permukaan hanya terjadi pada lapisan tipis yang homogen dan pada lapisan dibawahnya tidak terjadi lagi percampuran vertikal dan suhu air mengalami penurunan. Lapisan dimana terjadi penurunan suhu yang tajam dengan bertambahnya kedalaman disebut lapisan termoklin. Penurunan suhu menyebabkan densitas air meningkat, dan karena pada lapisan termoklin ini biasanya diikuti dengan peningkatan salinitas tinggi menyebabkan densitas air juga meningkat tajam. Oleh karena itu air di sebelah atasnya sulit atau tidak bisa bercampur dengan lapisan di bawahnya, sehingga lapisan ini biasa disebut lapisan pegat discontuinity layer, karena mencegah atau memegat percampuran air antara lapisan diatas dengan lapisan dibawahnya Nontji, 2002. Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 26°C - 30°C, Suhu pada lapisan termoklin berkisar antara 9°C - 26°C dan pada lapisan dalam antara 8°C - 9°C Soegiarto dan Birowo, 1975; Nontji, 2002. Untuk tempat yang biasa terjadi Upwelling, suhunya dapat turun sampai 25°C Nontji, 2002. Menurut Arief 1997, secara keseluruhan suhu di Selat Lombok berkisar antara 6,9°C pada kedalaman 1000 m sampai 29,2°C di permukaan. Di perairan Indonesia, suhu maksimum terjadi pada masa pancaroba I April – Mei dan musim Pancaroba II November. Tingginya intensitas penyinaran dan dengan kondisi permukaan laut yang lebih tenang menyebabkan penyerapan ke dalam kolom air lebih tinggi sehingga suhu air menjadi maksimun. Sebaliknya pada musim barat Desember-Februari suhu mencapai minimum. Hal ini disebabkan pada musim tersebut kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan berarti intensitas penyinaran relatif rendah dan permukaan laut yang lebih bergelombang, mengurangi penetrasi panas masuk ke dalam air laut. Akibatnya suhu permukaan mencapai minimum. Dalam berperan sebagai faktor pendukung produktivitas primer di laut, suhu perairan berinteraksi dengan faktor lain seperti cahaya dan nutrien. Dalam kaitannya dengan produktivitas primer di laut, suhu lebih berperan kovarian dengan faktor lain daripada sebagai faktor bebas, sebagai contoh: plankton pada suhu rendah dapat mempertahankan konsentrasi pigmen-pigmen fotosintesis, enzim-enzim dan karbon yang besar, karena fitoplankton lebih efisien menggunakan cahaya pada suhu rendah dan laju fotosintesis akan lebih tinggi jika sel-sel fitoplankton dapat menyesuaian dengan kondisi yang ada. Perubahan laju penggandaan sel hanya pada suhu yang tinggi. Tingginya suhu memudahkan terjadinya penyerapan nutrien oleh fitoplankton. Dalam kondisi konsentrasi fosfat sedang di dalam kolom perairan, laju fotosintesis maksimum akan meningkat pada suhu yang lebih tinggi.

2.3.5. Laju Tenggelam Fitoplankton