faktor seperti ukuran jaring, ukuran kapal, lama operasi, jumlah ABK, dan kebutuhan BBM. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena pemilihan teknis
dan metode operasi alat tangkap secara optimal dapat meminimumkan biaya operasi dan memaksimalkan hasil tangkapan yang selanjutnya akan
mempengaruhi keuntungan secara finansial.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1
Mengestimasi nilai optimasi teknis dari unit penangkapan gillnet millenium yang dimiliki oleh nelayan di desa Karangsong, Indramayu.
2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi teknis dari unit
penangkapan gillnet millennium di desa Karangsong, Indramayu.
1.3 Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk: 1
Memperdalam pengetahuan penulis tentang optimasi teknis dari unit penangkapan gillnet millenium di desa Karangsong, Indramayu.
2 Sebagai acuan bagi pengusaha dan nelayan unit penangkapan gillnet millenium
dalam mengoptimalkan unit penangkapan yang dimilikinya dari segi teknis. 3
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Perikanan daerah dalam mengelola unit penangkapan gillnet millenium.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium
Menurut Ramdhan 2008 gillnet millenium, atau yang biasa dikenal sebagai jaring gondrong oleh nelayan Indramayu, adalah alat tangkap yang termasuk ke
dalam jenis jaring insang. Jaring insang adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan berjenis jaring monofilament atau multifilament yang dirangkai
menjadi bentuk empat persegi panjang. Gillnet memiliki jumlah mata jaring horisontal jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah mata jaring arah vertikal.
Badan jaring gillnet bagian atas dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat sehingga memungkinkan untuk dipasang
dalam keadaan tegak guna menghadang biota perairan Martasuganda, 2008. Metode pengoperasian gillnet millenium diklasifikasikan ke dalam jaring
insang hanyut drift gillnet. Menurut Martasuganda 2008, jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan,
baik dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan, atau di dasar perairan. Drift gillnet
sendiri dikelompokkan menjadi tiga yakni surface drift gillnet drift gillnet
yang dioperasikan di dekat permukaan perairan, mid water drift gillnet drift gillnet yang dioperasikan di kolom perairan, dan bottom drift gillnet drift
gillnet yang dioperasikan di dasar perairan.
Gillnet millenium masih merupakan alat tangkap yang tergolong baru di
Indonesia, hal ini dapat dilihat dari konstruksi alat tangkap yang mengalami modifikasi dari alat tangkap jaring insang yaitu pada bahan jaring, pengoperasian
yang jauh dari pantai, hasil tangkapan, dan alat bantu roller dalam pengoperasian. Gillnet millenium
memiliki badan jaring yang terbuat dari bahan senarPE monofilament
berwarna putih dengan nomor benang D15, dengan ukuran bukaan mata jaring mesh size 3-4 inch dalam keadaan tegang. Dengan warna yang putih
transparan, maka jaring akan mengeluarkan cahaya apabila dipasang di dalam air, sehingga akan menarik perhatian ikan-ikan yang melakukan migrasi. Panjang
setiap piece jaring adalah 90 meter, atau sekitar 1620 mata. Lebar jaring adalah 9 meter atau sekitar 101 mata. Jumlah pelampung yang digunakan dalam satu piece
a
jaring gillnet millenium adalah sebanyak 61 buah dengan jarak antar pelampung 150 cm. Gillnet millenium memiliki jumlah pemberat sebanyak 11 buah dalam
satu piece jaring dengan jarak antara pemberat 10 m Ramdhan, 2008.
2.1.2 Kapal dan nelayan gillnet millenium
Kegiatan perikanan gillnet millenium di desa Karangsong dilakukan nelayan dengan menggunakan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 5 GT,
kapal motor 15 GT, dan kapal motor 30 GT dengan bahan bakar berupa solar. Untuk perahu yang lebih kecil, bahan bakar solar seringkali diganti dengan
minyak tanah guna mengurangi biaya melaut. Tiap kapal biasanya dilengkapi dengan roller yang berfungsi untuk menarik jaring pada saat penarikan jaring
hauling. Nelayan untuk gillnet millenium dibedakan menjadi nelayan pemilik dan
nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan dan penyedia modal untuk kebutuhan melaut. Nelayan buruh dalam satu
kapal gillnet millenium biasanya terdapat 4-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 5 dan 15 GT, dan 11-12 orang nelayan untuk kapal berukuran 30 GT.
Pembagian tugas dari tiap-tiap nelayan tersebut adalah sebagai juru mudi, fishing master
, teknisi mesin, dan ABK. Rata-rata nelayan yang mengoperasikan jaring millenium adalah nelayan asli Indramayu, dan hanya sedikit yang adalah
pendatang dari Cirebon dan Jakarta Putra, 2007.
2.1.3 Metode pengoperasian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Ramdhan 2008, pengoperasian gillnet millenium biasanya dilakukan pada sore sampai malam hari
dan berlangsung sepanjang tahun. Satu trip pengoperasian gillnet millenium biasanya membutuhkan waktu 1-2 hari. Berikut ini adalah proses pengoperasian
gillnet millenium :
Gambar 1 Proses Pengoperasian Gillnet Millenium
2.1.4 Hasil tangkapan
Ikan hasil tangkapan utama jaring millenium adalah ikan tongkol Auxis thazard
dan ikan tenggiri Scomberomorus commersoni. Hasil tangkapan sampingannya yaitu pepetek Leiognathus sp, bawal hitam Formio niger,
golok-golok Chirocentrus dorab, kembung Rastrelliger sp, manyung Arius thalassinus
, tetengkek Megalaspis cordyla, cendro Tylosurus sp Ramdhan, 2008.
Berangkat menuju fishing ground pukul 15.00- 16.00 selama 3-4 jam
Jaring diturunkan di fishing ground pada pukul 18.00-19.00
Pelampung tanda pada tadi selambar diturunkan, kemudian piece pertama, kedua, dan selanjutnya
diturunkan hingga pelampung tanda terakhir
Hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam cool box
yang berisi es Setelah 5-6 jam, pelampung tanda mulai diangkat,
dan jaring ditarik menggunakan roller
2.2 Faktor Teknis Pengoperasian Gillnet 2.2.1 Warna jaring
Untuk penangkapan ikan dengan gillnet, sebaiknya warna jaring di dalam air diusahakan tidak mudah terlihat oleh ikan. Pada umumnya, warna jaring akan
disesuaikan dengan warna perairan daerah penangkapan dan tidak membuat kontras dengan warna dasar perairan Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa,
1981. Warna jaring di dalam air akan dipengaruhi oleh sinar bulan, sinar
matahari, dan kemampuan melihat ikan.
Menurut Nomura dan Yamazaki 1977, pada pengoperasian sembilan sardine drift gillnet
dengan warna jaring yang berbeda yaitu putih, kuning, oranye, merah, hijau, biru, abu-abu, coklat, dan hitam yang dioperasikan pada
kedalaman 50-60m dengan cuaca terang menunjukkan bahwa jaring warna putih memiliki catch ratio terendah, sedangkan catch ratio jaring warna abu-abu
merupakan yang tertinggi. Selanjutnya, penelitian di perairan laut Pasifik Utara dengan kecerahan rendah, yakni di sore hari menunjukkan bahwa jaring warna
hijau hitam merupakan jaring yang paling efektif dalam menangkap ikan. Nukun dan Narayaman vide Paryono 1980 mengatakan bahwa
penggunaan bahan jaring serat sintetis lebih baik daripada bahan jaring serat alami karena bahan jaring serat sintetis memiliki bentuk yang lebih halus dengan derajat
rendah terlihat oleh ikan.
2.2.2 Ukuran mata jaring mesh size
Secara umum, alat tangkap yang termasuk dalam jaring insang memiliki sifat yang selektif. Ukuran mata jaring tertentu hanya dapat menangkap ikan
dengan ukuran tertentu pula, dengan demikian ukuran mata jaring harus benar- benar diperhatikan Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981.
Dalam menentukan ukuran mata jaring yang optimal untuk bisa menangkap jenis ikan tertentu perlu dipertimbangkan faktor-faktor mengenai
elastisitas tubuh ikan, kemuluran twine, bentuk ikan, tegangan tubuh ikan, dan gaya-gaya eksternal yang bekerja pada tubuh jaring seperti gaya yang disebabkan
dari arus, gelombang, dan gaya-gaya yang dihasilkan ikan saat menggelepar ketika terjerat Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981.
2.2.3 Ketegangan rentangan tubuh jaring
Ketegangan rentangan tubuh jaring memaksudkan rentangan jaring ke arah panjang maupun ke arah lebar. Ketegangan rentangan akan mengakibatkan
terjadinya tension pada float line ataupun pada tubuh jaring. Ketegangan rentangan ini akan berpengaruh pula terhadap ikan hasil tangkapan. Jaring yang
direntangkan terlalu tegang akan membuat ikan sulit terjerat, bahkan ikan yang sudah terjerat akan dengan mudah dapat lolos kembali. Ketegangan rentangan
tubuh jaring ditentukan oleh gaya apung pelampung, berat tubuh jaring, tali- temali, gaya dari pemberat dan shortening Nomura dan Yamazaki, 1977;
Ayodhyoa, 1981.
2.2.4 Bahan jaring
Untuk penangkapan udang atau ikan dengan cara membelit, bahan benang twine pembentuk jaring hendaklah memiliki sifat yang lembut dan tidak kaku,
serta memiliki sifat pliancy dan supplenesss Ayodhyoa, 1981. Beberapa bahan jaring sintetik yang memiliki sifat-sifat demikian adalah nilon, amilon, polyester,
polypropylene, dan polyvinylalcohol . Bahan serat alami seperti sifat-sifat di atas
dimiliki bahan sutera. Penggunaan serat sintetik lebih diutamakan dibandingkan penggunaan serat jaring alami. Hal ini disebabkan bahan serat jaring sintetis
banyak memberikan keuntungan seperti tidak mudah membusuk, menyerap sedikit air, lebih kuat, dan memunyai daya mulur yang baik, yakni antara 25-
30 Murdiyanto, 1975.
2.2.5 Pengerutan shortening
Pengerutan jaring
sangat penting pada alat tangkap gillnet, khususnya
untuk menangkap ikan secara membelit entangled. Pengerutan adalah perbandingan antara beda panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna
dengan panjang jaring setelah dijuraikan pada tali ris dengan panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna. Nilai tersebut kemudian dinyatakan dalam persentase
Ayodhyoa, 1981.
2.2.6 Tinggi jaring
Tinggi jaring adalah jarak antar tali ris atas float line ke tali ris bawah sinker line pada saat jaring telah terpasang di perairan Ayodhyoa, 1981. Pada
umumnya, tinggi jaring bottom gillnet lebih kecil daripada surface gillnet dan drift gillnet.
Demikian pula jenis jaring yang menangkap ikan dengan cara gilled lebih lebar daripada jaring yang menangkap ikannya dengan cara terbelit entangled.
Tinggi jaring bergantung pada swimming layer jenis ikan yang akan ditangkap dan kedalaman perairan fishing ground.
2.3 Faktor Produksi
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang
lain melalui pertukaran transaksi. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per satuan waktu. Dalam proses produksi, terdapat
hubungan yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produk yang dihasilkan Partadiredja 1981 diacu dalam Ariestine 2001.
Dalam suatu usaha, pertimbangan yang dilakukan tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi teknis Gaspersz, 1992. Soekartawi 1993
menyatakan bahwa analisa fungsi produksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya yang
terbatas dapat dikelola secara baik sehingga produksi maksimum dapat tercapai. Maragunung 1986 menyatakan bahwa produksi adalah sebuah proses
transformasi dari berbagai faktor-faktor produksi dalam suatu satuan ekonomi sehingga menghasilkan output atau material yang dapat memberikan manfaat
kepada manusia. Hubungan antara berbagai faktor produksi dan output yang dihasilkan dalam suatu kegiatan produksi dapat dijelaskan dengan suatu fungsi
produksi. Menurut Teken dan Asnawi 1981 dalam Sugiarta 1992, fungsi produksi adalah hubungan teknis antara produksi yang dihasilkan per satuan
waktu dengan jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai, tanpa memperhatikan harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Jadi, fungsi produksi
merupakan hubungan matematik antara produksi output dan faktor-faktor produksi input. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = f X
1
, X
2
, X
3
, ....., X
n
, dimana X
1
, X
2
, X
3
, ....., X
n
merupakan faktor produksi input yang dipakai untuk menghasilkan output Y. Fungsi di atas hanya menerangkan bahwa produk yang
dihasilkan bergantung pada faktor-faktor produksi, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan produksi. Hubungan
kuantitatif didapatkan dengan cara membuat fungsi tersebut dalam bentuk khusus seperti fungsi Cobb Douglass, fungsi linier, dan fungsi kuadratik Teken dan
Asnawi, 1984. Menurut Supranto 1983, apabila dalam persamaan garis regresi terdapat
dua jenis variabel yaitu variabel tak bebas dependent variable dan variabel bebas independent variable, maka fungsi-fungsi produksi yang umum dipakai
adalah fungsi linier dan analisa regresi. Oleh karena itu, maka regresi ini dinamakan regresi liner berganda multiple linear regression. Dalam regresi ini,
variabel tak bebas Y bergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Persamaan garis tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Y= b
1
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ ... + b
n
X
n
2. 4 Optimasi
Suatu perusahaan perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup dengan kombinasi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Faktor-
faktor produksi yang dimaksud adalah kekayaan alam seperti sumberdaya perikanan, tenaga kerja nelayan, keterampilan yang dimiliki manusia dan modal
finansial Panjaitan,1986. Keterbatasan faktor-faktor produksi ini menyebabkan diperlukannya suatu pengaturan dalam alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagian tujuan yang diinginkan. Dalam upaya mengalokasikan faktor-faktor produksi ini agar dapat
digunakan secara efektif dan efisien, maka digunakanlah teknik optimasi. Teknik optimasi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan
keterbatasan sumberdaya yang ada dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya optimasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik dari setiap alternatif
yang dipertimbangkan, kemudian dari hasil itu dipilihlah alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik Gaspersz, 1992.
Menurut Beveridge, et al. Burhani, 1990, optimasi merupakan kemampuan proses untuk mendapatkan suatu kondisi yang dibutuhkan dalam
mencapai hasil terbaik dari situasi tertentu. Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau minimasi, dan apabila terdapat sebuah fungsi kendala, maka dapat
berbentuk persamaan atau pertidaksamaan. Teori optimasi mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum dan cara-cara untuk mencarinya Haluan 1985
diacu dalam Kurniawati 2005.
Salah satu model optimasi berkendala adalah pemrograman secara linear Gaspersz, 1992. Model optimasi ini memiliki batasan-batasan yang dapat
ditentukan. Apabila batasan-batasan tersebut sukar untuk ditentukan, maka penyelesaian optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan model optimasi
tanpa kendala yang memiliki arti bahwa tidak ada kendala yang ditempatkan pada fungsi dibawah pertimbangan.
aa a
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian