2.2 Faktor Teknis Pengoperasian Gillnet 2.2.1 Warna jaring
Untuk penangkapan ikan dengan gillnet, sebaiknya warna jaring di dalam air diusahakan tidak mudah terlihat oleh ikan. Pada umumnya, warna jaring akan
disesuaikan dengan warna perairan daerah penangkapan dan tidak membuat kontras dengan warna dasar perairan Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa,
1981. Warna jaring di dalam air akan dipengaruhi oleh sinar bulan, sinar
matahari, dan kemampuan melihat ikan.
Menurut Nomura dan Yamazaki 1977, pada pengoperasian sembilan sardine drift gillnet
dengan warna jaring yang berbeda yaitu putih, kuning, oranye, merah, hijau, biru, abu-abu, coklat, dan hitam yang dioperasikan pada
kedalaman 50-60m dengan cuaca terang menunjukkan bahwa jaring warna putih memiliki catch ratio terendah, sedangkan catch ratio jaring warna abu-abu
merupakan yang tertinggi. Selanjutnya, penelitian di perairan laut Pasifik Utara dengan kecerahan rendah, yakni di sore hari menunjukkan bahwa jaring warna
hijau hitam merupakan jaring yang paling efektif dalam menangkap ikan. Nukun dan Narayaman vide Paryono 1980 mengatakan bahwa
penggunaan bahan jaring serat sintetis lebih baik daripada bahan jaring serat alami karena bahan jaring serat sintetis memiliki bentuk yang lebih halus dengan derajat
rendah terlihat oleh ikan.
2.2.2 Ukuran mata jaring mesh size
Secara umum, alat tangkap yang termasuk dalam jaring insang memiliki sifat yang selektif. Ukuran mata jaring tertentu hanya dapat menangkap ikan
dengan ukuran tertentu pula, dengan demikian ukuran mata jaring harus benar- benar diperhatikan Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981.
Dalam menentukan ukuran mata jaring yang optimal untuk bisa menangkap jenis ikan tertentu perlu dipertimbangkan faktor-faktor mengenai
elastisitas tubuh ikan, kemuluran twine, bentuk ikan, tegangan tubuh ikan, dan gaya-gaya eksternal yang bekerja pada tubuh jaring seperti gaya yang disebabkan
dari arus, gelombang, dan gaya-gaya yang dihasilkan ikan saat menggelepar ketika terjerat Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981.
2.2.3 Ketegangan rentangan tubuh jaring
Ketegangan rentangan tubuh jaring memaksudkan rentangan jaring ke arah panjang maupun ke arah lebar. Ketegangan rentangan akan mengakibatkan
terjadinya tension pada float line ataupun pada tubuh jaring. Ketegangan rentangan ini akan berpengaruh pula terhadap ikan hasil tangkapan. Jaring yang
direntangkan terlalu tegang akan membuat ikan sulit terjerat, bahkan ikan yang sudah terjerat akan dengan mudah dapat lolos kembali. Ketegangan rentangan
tubuh jaring ditentukan oleh gaya apung pelampung, berat tubuh jaring, tali- temali, gaya dari pemberat dan shortening Nomura dan Yamazaki, 1977;
Ayodhyoa, 1981.
2.2.4 Bahan jaring
Untuk penangkapan udang atau ikan dengan cara membelit, bahan benang twine pembentuk jaring hendaklah memiliki sifat yang lembut dan tidak kaku,
serta memiliki sifat pliancy dan supplenesss Ayodhyoa, 1981. Beberapa bahan jaring sintetik yang memiliki sifat-sifat demikian adalah nilon, amilon, polyester,
polypropylene, dan polyvinylalcohol . Bahan serat alami seperti sifat-sifat di atas
dimiliki bahan sutera. Penggunaan serat sintetik lebih diutamakan dibandingkan penggunaan serat jaring alami. Hal ini disebabkan bahan serat jaring sintetis
banyak memberikan keuntungan seperti tidak mudah membusuk, menyerap sedikit air, lebih kuat, dan memunyai daya mulur yang baik, yakni antara 25-
30 Murdiyanto, 1975.
2.2.5 Pengerutan shortening