Peningkatan tersebut terdongkrak karena banyak petani yang menkonversi lahan karet, tebu dan coklat menjadi lahan sawit Hardianto 2006 diacu dalam
Fuadi 2009. Peningkatan produksi sawit akan meningkatkan produksi tandan kosong kelapa sawit. Tanaman sawit menghasilkan tandan buat sawit yang
merupakan bahan baku bagi industri pengolahan pabrik sawit. Pabrik sawit mengolah tandan buah sawit menjadi produk minyak sawit mentah CPO dan
minyak inti sawit PKO. CPO dan PKO merupakan bahan baku industri hilir sawit, industri hilir ini dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu industri pangan
yang berupa industri minyak goreng, dan industri non-pangan yang meliputi industri oleokimia seperti, fatty acid, fatty alcohol, stearin, gyserin, dan metallic
soap .
Gambar 1 Limbah tandan kosong kelapa sawit
2.2 Perekat Likuida
Perekat adalah suatu bahan yang mempunyai kemampuan untuk menggabungkan material melalui ikatan permukaan. Ruhendi et. al 2000 dalam
Jatmiko 2006 menyatakan bahwa perekat likuida kayu dihasilkan dari reaksi antara lignin yang terdapat dalam serbuk kayu dan senyawa aromatik pada suhu
yang tinggi, sehingga diperoleh suatu larutan yang digunakan sebagai perekat. Perekat likuida merupakan subsitusi perekat sintetis yang bertujuan untuk
menghindari kelangkaan sumberdaya alam akibat penggunaan perekat sintetis tersebut.
Perekat likuida TKKS yang dihasilkan pada penelitian Masri 2005 memiliki karakteristik antara lain: warna hitam kecoklatan dan caoklat tua
kemerah-merahan; pH 8; viskositas 30,93 poise; berat jenis 1,2; kadar padatan 71,88; waktu gelatinasi 5 jam 27,6 menit; dan folmaldehid bebas sebesar
0,1818. Perekat ini sebagian besar telah memenuhi persyaratan SNI 06-01210- 1987. Perekat likuida TKKS menghasilkan perekat yang berkualitas baik
menggunakan serbuk berukuran 20-60 mesh dengan rendemen berkisar 60, pH 8 dan rasio molar FP 0,5.
Gambar 2 Perekat likuida tandan kosong kelapa sawit
2.3 Melamin Formaldehid
Ruhendi 1989 mengatakan melamin merupakan bahan kimia kristal berwarna putih yang kelarutannya sangat rendah dalam air, alkohol atau pelarut
umum lainnya. Tetapi melamin ini dapat larut dalam formalin yang dihangatkan dan membentuk polimer yang bersifat resin dengan cara dipanaskan dan
kondisinya agak basa. Perbandingan antara melamin dan formaldehid adalah 1:1.5-3.5, pH antara
8-9 dan temperaturnya mendekati titik didih larutan tersebut. Bila pH dalam reaksinya dibawah enam maka polimer yang tidak larut akan terbentuk dengan
cepat. Proses pengerasan melamin formaldehid dilakukan dengan kempa panas yang dapat menghasilkan garis rekat yang relatif tahan terhadap pengaruh air
dingin maupun air panas. Kelebihan melamin formaldehid adalah cukup tahan terhadap air panas,
yakni dapat direbus dalam air selama tiga jam, stabilitas terhadap panasnya tinggi, dapat mengeras pada suhu yang sangat rendah serta dapat digunakan untuk
impregnasi. Kekurangan dari melamin formaldehid adalah harganya relatif mahal dibandingkan urea formaldehid.
2. 4 Papan Partikel
Maloney 1993 menyatakan bahwa komposit adalah setiap potongan kayu kecil dan direkat bersama-sama dengan perekat. Salah satu jenis produk komposit
yang dikenal saat ini adalah papan partikel. Papan partikel merupakan panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang
diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat lain dan dikempa panas. Menurut Rowell 1988, penggunaan bahan baku produk komposit tidak
harus berasal dari bahan baku yang berkualitas tinggi tetapi bahan baku yang digunakan dapat diperoleh dari limbah seiring dengan timbulnya isu lingkungan,
kelangkaan sumber bahan baku, penggunaan teknologi dan berbagai faktor lainnya. Bahan baku dengan kualitas yang tinggi maupun rendah tidak menjadi
suatu masalah karena papan partikel dapat dibuat sesuai dengan kerapatan yang diinginkan.
Berdasarkan kerapatannya, Maloney 1993 membagi papan partikel menjadi beberapa golongan, yaitu:
a Papan partikel berkerapatan rendah low density particle board, yaitu papan
yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 grcm
3
. b
Papan partikel berkerapatan sedang medium density particle board, yaitu papan yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 grcm
3
. c
Papan partikel berkerapatan tinggi high density particle board, yaitu papan yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 grcm
3
. Sedangkan berdasarkan keragaman ukuran partikel yang digunakan, papan
partikel dibedakan menjadi: 1.
Papan partikel homogen single-layer-particle board, tidak memiliki perbedaan ukuran partikel antara lapisan tengah dengan lapisan permukaan.
2. Papan partikel berlapis tiga three-layer-particle board, partikel pada
lapisan permukaan lebih halus dibandingkan partikel pada lapisan tengahnya.
3. Papan partikel bertingkat berlapis tiga graduated three-layer particle
board , memiliki ukuran partikel dan kerapatan yang berbeda antara lapisan
permukaan dengan lapisan tengahnya Maloney 1993.
Maloney 1993 juga menambahkan bahwa papan partikel memiliki kelebihan dibandingkan dengan kayu asalnya, antara lain:
a. Papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak.
b. Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan.
d. Mempunyai sifat isotropis
e. Sifat dan kualitasnya dapat diatur.
Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu pembentuknya, jenis perekat, dan formulasi yang digunakan serta proses
pembuatan papan partikel tersebut mulai dari persiapan bahan baku kayu, pembentukan partikel, pengeringan partikel, pencampuran perekat dengan
partikel, proses kempa, dan finishingnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Institut Pertanian
Bogor, serta Laboratorium SEAFAST CENTER Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium UPT-Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah parang, sarung tangan, masker, alat hitung, trashbag, saringan 20-60 mesh, ember plastik, kantong
plastik, peralatan tulis-menulis, oven merk Memmert, desikator, alat pembuat partikel willey mill, cetakan papan, mesin kempa panas, Instron 1011, timbangan
elektrik, indikator pH, penangas air merk Memmert, gelas piala 200 ml, gelas ukur, Haake viscotester 7 plus, alumunium foil, stopwatch dan pengaduk.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan papan partikel dan likuida diperoleh dari pabrik kelapa sawit Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VIII.
Serbuk TKKS yang digunakan untuk membuat perekat likuida maupun untuk papan partikel telah diberi perlakuan pendahuluan berupa perendaman air panas
selama 6 jam, perekat likuida dari tandan kosong sawit, perekat melamin formaldehid, larutan NaOH 50 sebagai bahan pemasak, H
2
SO
4
98, larutan phenol teknis dan larutan formaldehid 37. Untuk melihat terjadinya peningkatan
kualitas maka dibuat papan tanpa campuran sebagai kontrol.
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis faktorial 3x3 dalam Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 2 kali ulangan. Faktor yang diteliti meliputi faktor A
adalah kadar perekat yaitu kadar perekat 10 A
1
, kadar perekat 15 A
2
, dan kadar perekat 20 A
3
dan faktor B adalah kadar fortifikasi MF yang terdiri dari kontrol tanpa campuran B
1
, kadar fortifikasi 5 B
2
, kadar fortifikasi 10 B
3
, dan kadar fortifikasi 15 B
4
. Model statistika rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: