Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Bercerita

Aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah mendengarkan adalah berbicara Nurgiyantoro, 2010: 399. Menurut Djiwandono 2008: 118, dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Pada hakikatnya, berbicara adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Salah satu ciri khusus berbicara adalah fana transitory. Hal itu menjadi karakteristik berbicara sehingga sulit melakukan penilaian dalam berbicara Aleka Achmad, 2010: 25. Bercerita merupakan salah satu ragam kegiatan berbicara yang berwujud tuturan tentang suatu cerita dan memiliki tujuan tertentu. Menurut Poerwadarminta 1984: 202, bercerita adalah menuturkan suatu kisah tentang perbuatan atau kejadian yang disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Majid 2008: 8, menyebutkan bahwa dalam cerita ada beberapa hal pokok yang saling berkaitan, yaitu cerita, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, penyimakan, serta penyimak. Salah satu hal pokok yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah penceritaan atau proses bercerita. Penceritaan yaitu penyampaian cerita kepada pendengar. Agar penceritaan menjadi bagus dan disukai pendengar maka dalam proses penceritaan perlu adanya hal-hal yang mencakup bahasa, suara, gerakan-gerakan, peragaan, dan peristiwa-peristiwa Majid, 2008: 9. Penceritaan atau bercerita dengan bahasa, suara, gerakan, dan ekspresi yang bagus akan menampakkan gambaran lebih hidup di hadapan pendengar. Sebaliknya, penceritaan yang buruk akan menghilangkan apa yang seharusnya menarik dalam cerita Majid, 2008: 28. Mendongeng adalah salah satu kegiatan bercerita. Mendongeng dapat dilakukan oleh siapa saja, misalnya dilakukan oleh orang tua, anak-anak, guru, dan masyarakat luas. Para pendongeng tahu benar bahwa dongeng dapat memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai hidup dan kehidupan. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai keindahan dan nilai moral. Kedua nilai inilah yang akan meresap dan berkembang dalam diri anak secara alami. Dengan mengintegrasikan media, seorang pendongeng dapat mengoptimalkan pesan yang terkandung dalam sebuah cerita, sekaligus dapat merangsang pikiran, perasaan, pendengaran, dan penglihatan bagi pendengarnya Wiyanti dan Yulienta, 2011: 113. Berdasarkan teori tersebut dapat diambil satu kesimpulan tentang hakikat bercerita. Bercerita merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas berbicara dan mendengarkan. Bercerita adalah penuturan suatu cerita yang tidak hanya sekedar menghibur namun juga memberikan pengetahuan kepada pendengarnya. Keterampilan bercerita perlu dilatih sungguh-sungguh agar tercapai penceritaan yang maksimal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan bercerita dapat berlangsung dengan baik apabila ada pencerita dengan keterampilannya, pendengar dengan keseriusannya, dan cerita itu sendiri.