BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pohon Kawista
Kawista atau Kawis L. acidissima syn. Feronia limonia adalah tumbuhan buah, termasuk dalam suku jeruk-jerukan Rutaceae. Tumbuhan ini berasal dari
India selatan dan menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Jawa. Buah Kawista mempunyai aroma yang khas, sering juga disebut Java Cola karena rasanya yang
mirip cola, bentuknya seperti melon, tapi lebih kecil dan tempurungnya keras Verheji dan Coronel 1997. Nama dari kawista antara lain Olifantsappel
Belanda, Wood apple Inggris, Kawista, Jawa, Kawis, Kawista, Kinca, Bila, Kabista, Karubista Madura, Kawi, Kinca Bima Heyne 1987.
Pohon Kawista berperawakan kecil dan menggugurkan daun-daunnya setelah berbuah, tingginya dapat mencapai 16 meter, bercabang banyak dan
ramping, berduri tajam dan lurus, dengan panjang sampai 4 cm. Pohon tersebut mempunyai daun majemuk menyirip berukuran panjang sampai 12 cm, bersirip
ganjil dengan rakis dan tangkai yang bersayap sempit; anak daunnya berhadapan, 2-3 pasang, anak daun ujung berbentuk bundar telur sungsang, panjangnya sampai
4 cm, memiliki kelenjar minyak, dan jika daun diremas mengeluarkan sedikit aroma. Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, berwarna putih,
hijau atau lembayung-kemerahan, biasanya bergerombol dalam perbungaan yang kendur, terletak di ujung ranting atau di ketiak daun. Buahnya bertipe buah buni,
berkulit keras, berdiameter sampai 10 cm, permukaan kulitnya bersisik, terlepas- lepas, berwarna keputih-putihan, dengan daging buah yang harum dan berisi
banyak biji yang berlendir. Bijinya berukuran panjang 5-6 mm, berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal. Batang
anakannya ramping, sedikit berbiku-biku zigzag, 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal Verheji dan Coronel 1997.
Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu pada umur diatas 15 tahun pohon Kawista berbunga, dan berbuah pada tahun yang
sama. Di Asia Tenggara, daun kawista gugur pada bulan Januari, pembungaan diawali pada bulan Pebruari atau Maret, dan berbuah matang pada bulan Oktober
atau November. Pohon Kawista tumbuh lambat dan tidak menghasilkan buah sebelum berumur 15 tahun atau lebih Verheji dan Coronel 1997.
Kandungan daging buah kawista kira-kira sepertiga dari keseluruhan buah. Kandungan pektin buah segarnya 3-5. Setiap 100 g bagian daging buah yang
dapat dimakan mengandung: 74 g air, 8 g protein, 1,5 g lemak, 7,5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Dalam 100 g bagian biji yang dapat dimakan terkandung: 4 g air, 26
g protein, 27 g lemak, 3 5 g karbohidrat, dan 5 g abu. Daging buah yang kering mengandung 15 asam sitrat dan sejumlah kecil asam-asam kalium, kalsium, dan
besi. Kayu Kawista berwarna putih kekuningan, keras, agak berat, dan berserat kasar, tetapi urat kayunya rapat dan dapat dipolis sampai berkilap Verheji dan
Coronel 1997. Buah kawista yang matang mempunyai khasiat sebagai obat, yaitu untuk
menurunkan panas, pengelat dan bersifat tonikum, dan obat sakit perut. Di Indo- Cina, duri dan kulit batang kawista digunakan dalam berbagai ramuan obat
tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobati mual-mual. Kayu Kawista digunakan
untuk bangunan rumah, tiang dan perabotan pertanian. Getah yang dikumpulkan dari kulit kayunya dilaporkan memiliki manfaat obat, dan digunakan sebagai
pengganti gom arab. Tumbuhan ini mampu hidup pada iklim tropik muson atau yang sewaktu-waktu kering, dapat tumbuh sampai ketinggian 450 meter di atas
permukaan laut dan toleran terhadap kekeringan Verheji dan Coronel 1997.
2.2 Sifat Fisis