modulus elastisitas tersebut cenderung berbeda pada ketiga arah pertumbuhan batang kayu.
2. Kekuatan Lentur
Kekuatan lentur statis merupakan salah satu sifat mekanis yang sangat penting. Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan dengan modulus patah
Modulus of Rupture MOR. MOR adalah kemampuan kayu menahan beban sampai patah. Nilai kekuatan lentur ini menunjukan kecenderungan yang sama
dengan kekuatan tarik aksial sehingga modulus patah dapat digunakan sebagai petunjuk kekuatan tarik aksial jika data nilai kekuatan tersebut tidak tersedia.
Kekuatan lentur kayu ledih rendah dibandingkan dengan logam tetapi lebih tinggi dari kebanyakan bahan non logam Tsoumis 1991.
3. Kekuatan Tekan
Tsoumis 1991 menyatakan bahwa kekuatan tekan adalah kemampuan kayu untuk menahan beban atau tekanan yang berusaha memperkecil ukurannya.
Kekuatan tekan aksial lebih tinggi dari kekuatan tekan transversal sampai 15 kali. Pada kayu lunak kekuatan tekan pada arah tangensial lebih tinggi daripada
arah radial, sedangkan untuk kayu keras kekuatan tekan radial lebih tinggi dibandingkan dengan tangensialnya. Kekuatan tekan kayu pada arah aksial lebih
rendah dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya kekuatan tekan kayu lebih tinggi.
4. Kekerasan
Kekerasan merupakan kemampuan suatu benda untuk menahan tekanan pada permukaan atau kemampuan kayu untuk menahan kikisan. Kayu merupakan
produk alami dimana proses pertumbuhannya diatur oleh alam lingkungan sehingga terjadi variasi kekuatannya. Variasi kekuatan ini terdapat antar pohon
pada jenis yang sama, antar jenis dan antar posisi kayu pada posisi pohon yang sama Usman 1979.
5. Keteguhan Belah
Keteguhan belah merupakan kemampuan kayu untuk menahan belahan. Tegangan belah menggambarkan beban yang cenderung untuk memisahkan kayu.
Kayu dengan nilai keteguhan belah yang tinggi cocok untuk digunakan sebagai kayu konstruksi, sedangkan yang nilainya rendah untuk kayu bakar Yolanda
2010. Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari
sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Sifat- sifat kayu dan persyaratan teknis yang perlu dipenuhi untuk tujuan pemakaian
tertentu antara lain sebagai berikut: 1.
Untuk Bangunan Konstruksi: kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.
2. Untuk Perkakas mebel: berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah
dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat. 3.
Untuk Lantai parket: keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
4. Untuk Bantalan Kereta Api: kuat, keras, kaku, awet.
5. Untuk Alat Olah Raga: kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat
halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet. 6.
Untuk Patung dan Ukiran Kayu: serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan
Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengujian sifat fisis adalah kaliper, oven, timbangan elektrik dan desikator. Alat untuk pengujian sifat mekanis adalah
Universal Testing Machine merek Amsler dan Instron.
2. Bahan Penelitian
Bahan utama dalam penelitian ini adalah kayu Kawista yang berumur ± 40 tahun dengan diameter 40 cm. Pohon diambil dari pekarangan rumah warga
Kampung Nggaro Kumbe, Kelurahan Rabadompu Timur, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pohon tersebut ditebang pada
ketinggian 10-15 cm di atas permukaan tanah. Kemudian batang bebas cabang ± tiga meter dipotong menjadi 3 bagian pangkal, tengah dan ujung, masing-
masing sepanjang satu meter Gambar 1. Dari masing-masing potongan tersebut dibuat balok berukuran 7cm x 7cm x 50cm dan 5cm x 5cm x50 cm masing-
masing enam buah. Seluruh balok di bawa ke Bogor untuk bahan pembuatan contoh uji.