Beberapa peneliti menyatakan nyeri dalam persalinan disebabkan karena: 2.2.1.2.3 Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ internal
maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih. pada persalinan
nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanya ibu akan mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada
interval antara kontraksi. 2.2.1.2.4
Regangan Otot Dasar Panggul Jenis nyeri ini timbul pada saat kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini
terlokaliris di daerah vagina, rectum dan perineum, dan disekitar anus. Nyeri klinis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah
akibat penurunan bagian bawah janin. Judha,2012
2.2.3 Tingkat Nyeri Dalam Persalinan
Menurut Bustan 1997 yang di kuti oleh Judha, nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif akibat timbulnya perubahan fungsi organ tubuh yang terlihat
dalam menentukan kemajuan persalinan melalui jalan lahir. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa detentukan dengan cara menanyakan tingkat intensitas atau merajuk
pada skala nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri,
Universitas Sumatra Utara
misannya skala 0-10 skala numeric, skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan gambar
kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas nyeri rata-rata ibu bersalin kala I digambarkan dengan skala VAS sebesar 6-7 sejajar dengan intensitas berat pada skala
deskriptif. Tingkat nyeri saat melahirkan juga di pengaruhi oleh pengalan- pengalaman sebelumnya. Ibu-ibu yang sudah pernah mengalami proses melahirkan
lebih terbimbing dan lebih terkontrol dalam menghadapi nyeri saat persalinan di bandingkan dengan ibu-ibu yang belum pernah mengalami proses melahirkan, ibu
teresebut tidak mampu mentolerir rasa cemasnya sehingga mereka tidak mampu mengatasi rasa nyerinya.
2.2.4 Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau di ukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri menit, jam, hari, atau bulan, iramaperiodenya terus menerus, hilang timbul,
periode bertambah atau berkurangnya intensitas dan kualitas nyeri seperti ditusuk,terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet.
Karakteristik nyeri juga dapat dilihat berdasarkan metode PQRST yaitu: 22.4.1
P : Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada penderita, bagian-bagian tubuh mana yang mengalami nyri
termasuk menghubungkan dengan factor psikolgisnya.
Universitas Sumatra Utara
2.2.4.2 Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang objektif yang di ungkapkan oleh klien, seringkali pasien mendeskripsikan nyeri seperti ditusuk
atau dibakar. 2.2.4.3
R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta kepada pasien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
2.2.4.4 S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang di
rasakan oleh penderita, karena akan diminta bagian mana kualitas nyeri harus bisa di gambarkan dengan menggunakan skala yang bersifat kuantitas.
2.2.4.5 T : time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian
nyeri. Perlu ditanyakan kapan munculnya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh Judha,2012.
2.3 Penatalaksanaan Nyeri
Nyeri harus di tangani secara efektif untuk meminimalkan efek pada wanita saat kritis serta pada janin. Nyeri yang tidak teratasi atau terkontrol secara adekuat
sering menimbulkan sters fisiologis dan psikologis mayor. Respon system saraf dapat memperburuk tanda dan gejala proses penyakit yang sudah ada serta kondisi fisik
wanita. Nyeri yang tidak terkontrol juga mencetus respon sters yang meningkatkan resiko komplikasi dan menghambat proses penyembuhan. Oleh karena itu
penanganan efektif di perlukan untuk menjamin wanita tetap bebas dari nyeri sehingga mengurangi efek yang di timbulkan akibat nyeri. Bilington
Universitas Sumatra Utara