Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI RSIA SALAM MEDAN TAHUN 2014

MURYANI 135102040

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014

ABSTRAK Muryani

Latar belakang : Rasa nyeri pada saat persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan melakukan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan perubahan kemampuannya untuk berkoping.

Tujuan penelitian : Untuk mengidentifikasi hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi crosecsional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSIA Salam Medan. Analisis data menggunakan uji sperman rank.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden penelitian ini menunjukkan bahwa responden lebih sering menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah (Mean= 7.71 SD= 1.467) dari pada mekanisme koping berfokus pada emosi (Mean= 7.65 SD= 1.323). Uji statistik diperoleh adanya hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan dengan nilai r=0,730 dan p-value= 0,000.

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan ada hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif, maka disarankan bagi pelayanan kebidanan untuk meningkatkan upaya mengurangi nyeri persalinan kepada ibu kala 1 fase aktif.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas dan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di RSIA Salam Medan”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Nur Asnah Sitohang, S.Kp. Ns. M.Kep selaku ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Ikhsanuddin A. harahap, SKp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat dan saran yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan dalam penyelesaiaan karya tulis ilmiah di Program studi D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

4. Ibu Erniyati, Skp, MNS selaku penguji 1. 5. Hj. Idau Ginting, SST, MKes selaku penguji 2. 6. Dr. Tommy, selaku pimpinan di RSIA Salam.

7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

8. Kedua orang tua dan saudara saya tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman – teman D – IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan. Semoga mendapat anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK --- i

KATA PENGANTAR --- ii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- viii

DAFTAR SKEMA --- ix

DAFTAR LAMPIRAN --- x

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 4

2. Untuk Pendidikan Kebidanan ... 5

3. Untuk Penelitian Kebidanan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Nyeri ... 6


(8)

2. Sifat Nyeri ... 7

3. Teori- Teori Nyeri ... 7

4. Klasifikasi Nyeri ... 8

5. Pengukuran Intensitas Nyeri ... 11

6. Manajemen Penatalaksanaan Nyeri ... 14

B. Nyeri Persalinan ... 15

1. Pengeretian Nyeri Persalinan ... 15

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan ... 16

3. Penyebab Nyeri Persainan ... 18

4. Mekanisme Nyeri Persalinan ... 19

5. Fisiologi Nyeri Persalinan Kala I ... 20

6. Mengatasi Nyeri Secara Nonfarmakologi ... 21

C. Manajemen Koping ... 21

1. Pengertian Mekanisme Koping ... 21

2. Karakteristi Mekanisme Koping ... 22

3. Sumber Mekanisme Koping ... 23

4. Klasifikasi Mekanisme Koping ... 25

5. Komponen Dalam Mekanisme Koping ... 27

6. Bentuk- Bentuk Strategi Coping ... 27

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Koping ... 30

D. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif ... 32

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 34


(9)

B. Defenisi Operasional ... 34

C. Hipotesa ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 36

C. Tempat Penelitian ... 37

D. Waktu Penelitian ... 37

E. Etika Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

1. Kuesioner Data Demografi ... 38

2. Skala Intensitas Nyeri ... 38

3. Kuesioner Koping Mekanisme Koping ... 38

G. Uji Validitas Dan Uji Reabilitas ... 39

1. Validasi ... 39

2. Uji Reabilitas ... 39

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

I. Pengolahan Dan Analisa Data ... 41

1. Pengolahan Data ... 41

2. Analisis Data ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43


(10)

2. Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif ... 44

3. Mekanisme Koping Kala 1 Fase Aktif ... 45

4. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif ... 47

B. Pembahasan ... 48

1. Karakteristik Demografi Responden ... 48

2. Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif ... 48

3. Mekanisme Koping Kala 1 Fase Aktif ... 50

4. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skala Intensitas Nyeri Dari FLACC ... 13 Tabel 2 Defenisi Operasional ... 34 Tabel 3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 42 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Karakteristik Demogravi

Responden Di RSIA Salam Medan Tahun 2014…… ... 43 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Nyeri Persalinan Kala 1

Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014 ... 49 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Mekanisme Koping

Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun

2014 ... 45 Tabel 7 Mean dan Standar Deviasi Mekanisme Koping Di RSIA

Salam Medan Tahun 2014 ... 46 Tabel 8 Hubungan Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase


(12)

DAFTAR SKEMA


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 3 : Surat Content validity Lampiran 4 : Surat Izin Uji Reabilitas

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Uji Reabilitas

Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7 : Instrumen Penelitian

Lampiran 8 : Out Put Data Penelitian Lampiran 9 : Master Tabel


(14)

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014

ABSTRAK Muryani

Latar belakang : Rasa nyeri pada saat persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan melakukan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan perubahan kemampuannya untuk berkoping.

Tujuan penelitian : Untuk mengidentifikasi hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi crosecsional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan consecutif sampling. Penelitian ini dilakukan di RSIA Salam Medan. Analisis data menggunakan uji sperman rank.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden penelitian ini menunjukkan bahwa responden lebih sering menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah (Mean= 7.71 SD= 1.467) dari pada mekanisme koping berfokus pada emosi (Mean= 7.65 SD= 1.323). Uji statistik diperoleh adanya hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan dengan nilai r=0,730 dan p-value= 0,000.

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan ada hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif, maka disarankan bagi pelayanan kebidanan untuk meningkatkan upaya mengurangi nyeri persalinan kepada ibu kala 1 fase aktif.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 40 minggu, pada letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran tersebut berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan/ pertolongan dalam waktu kurang dari 24 jam (Maryunani, 2010).

Tanda-tanda persalinan akan berlangsung apabila his/kontraksi yang semakin sering dan akhirnya teratur, lama kelamaan semakin sering seiring mendekatnya waktu bersalin (Maryunani, 2010). Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim serviks. Dengan adanya pembukaan serviks inilah, akan terjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu, yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, budaya akut cemas/kekuatan, pengalaman persalinan sebelumnya dan dukungan (Sulistyo, 2013).

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri (Potter, 2006). Menurut teori Rosemary Mander (2004), menyebutkan bahwa nyeri yang paling dominan dirasakan pada saat persalinan terutama selama kala I persalinan. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini


(16)

menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik inilah akan menjadi persalinan.

Secara fisiologis nyeri selama persalinan disebabkan dua hal yaitu kontraksi rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan servik dan iskemia rahim yaitu penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi miometrium (Bobak, 2004).

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses fisiologis. Menjelang persalinan, wanita atau calon ibu akan merasakan nyeri yang timbul secara perlahan. Rasa nyeri ini akan datang dan pergi, kemuadian akan semakin sering terasa dan mencapai klimaks pada saat persalinan hampir terjadi (Maryunani, 2010).

Sebahagian besar ibu menganggap dan membayangkan bahwa nyeri persalinan itu sebagai suatu hal pengalaman yang menakutkan. Banyak ibu yang belum siap memiliki anak hanya karna membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat melahirkan.

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyebab reaksi stres. Ibu yang mengalami stres selama persalinan dapat mempengaruhi perkembagan fisiologis dan psikologis bayinya (Pieter, 2011). Saat persalinan ibu harus mampu menangani atau menaggulangi diri (melakukan koping) agar selama persalinan tetap merasa nyaman (Budihastuti, 2012).

Perasaan cemas seringkali menyertai kehamilan terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Kecemasan ini mencapai klimaks nantinya pada saat persalinan. Rasa nyeri padawaktu persalinan sudah sejak dahulu menjadi


(17)

pokok pembicaraan pada wanita. Oleh karena itu banyak calon ibu yang muda belia menghadapi kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa wanita- wanita yang mengalami kecemasan sewaktu hamil lebih banyak mengalami persalinan normal.

Angka kematian ibu (AKI) di indonesia tertinggi di ASEAN yaitu 248 per 100.00 kelahiran hidup (SDKI, 2007). WHO memperkirakan 500.000 ibu dengan usia produktif meninggal setiap tahun karna kehamilan maupun persalinan yang sebenarnya dapat di cegah penyebabnya, dan 99% kematian terjadi di negara berkembang (Stephenson, 2006). Pada tahun 2008 terdapat 4629 ibu meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian tersebut akibat perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5% (Depkes, 2009).

Menurut Folkman (1984) strategi coping didefenisikan secara terperinci sebagai bentuk usaha kognitif atau perilaku seseorang untuk mengatur tuntutan internal dan eksternal yang timbul dari hubungan individu dengan lingkungan. Usaha untuk mengatur tuntutan tersebut meliputi usaha menurunkan, meminimalkan dan juga menahan. Lebih lanjut Foklman mengemukanan bahwa melalui coping dapat diketahui bagaimana individu beradaptasi dengan stress dan bagaimana cara individu tersebut mengendalikan dirinya sendiri.


(18)

Mekanisme koping merupakan usaha pemecahan masalah yang lebih dilaksanakan secara sadar, menyangkut mekanisme pengaruh psikis dan sistem ilmu (Budihastuti, 2012).

Berdasarkan pengetahuan yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan mekanisme coping terhadap nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan mekanisme koping dengan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif di RSIA SALAM Medan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan antara mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala1 fase aktif.

2. Tujuan Khusus

• Mengidentifikasi intensitas nyeri pada persalinan kala 1 fase aktif. • Mengidentifikasi mekanisme koping pada persalinan kala 1 fase aktif.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan terutama bagi ibu bersalin dalam upaya mengurangi nyeri pada saat persalinan kala I fase aktif.


(19)

2. Untuk Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan terutama dalam mata kuliah asuhan kebidanan II ( persalinan ).

3. Untuk penelitian kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode dalam peneltian yang telah di pelajari intuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi tentang hubungan mekanisme koping dengan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).

Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012).


(21)

2. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mahon (1994), menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013, hal.17). Menurut Caffery (1980), nyeri dalah segala sesuatu yang dikatakn seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah (Potter, 2006).

3. Teori- Teori Nyeri

a. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)

Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013).

Teori spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

b. Teori Pola (Pattern theory)

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini


(22)

merupakan akibat dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo, 2013).

Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan berkembangnya gaung secara terus menerus pada spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam Andarmoyo, 2013).

c. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)

Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).

d. Endogenous Opiat Theory

Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).

Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter maupun neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).


(23)

4. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi 1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005).

b. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal 1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).


(24)

2) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi 1) Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

2) Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

3)Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan


(25)

dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

4) Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

5. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013).


(26)

Beberapa skala intensitas nyeri :

a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz.)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif


(27)

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz.)

Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).

d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha, 2012).

Tabel 1

Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Kategori Skor

0 1 2

Muka Tidak ada ekspresi atau senyuman tertentu, tidak mencari perhatian. Wajah cemberut, dahi mengkerut, menyendiri.

Sering dahi tidak konstan, rahang menegang, dagu gemetar.

Kaki Tidak ada posisi atau rileks.

Gelisah, resah dan menegang Menendang Aktivitas Berbaring, posisi normal, mudah bergerak. Menggeliat, menaikkan

punggung dan maju, menegang.

Menekuk, kaku atau menghentak.


(28)

Menangis Tidak menangis. Merintih atau merengek, kadang-kadang mengeluh.

Menangis keras, sedu sedan, sering mengeluh.

Hiburan Rileks. Kadang-kadang hati tentram dengan sentuhan, memeluk, berbicara untuk mengalihkan perhatian. Kesulitan untuk menghibur atau kenyamanan.

Total Skor 0-10

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri 2. 1-2 : Nyeri Ringan 3. 3-5 : Nyeri Sedang 4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012). 6. Manajemen penatalaksanaan nyeri

a. Manajemen NonFarmakologi

Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen nonfarmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013). Banyak metode dalam kelas persiapan melahirkan, yang meliputi hypnosis, acupressure, yoga, umpan balik biologis (biofeedback), sentuhan terapeutik (Lindberg, Lawis, 1988; Nichols, Humenick, 1988; Kerschner, Scherck, 1991). Teori aroma, seperti penggunaan teh jamu-jamuan atau uap, dengan memberikan efek yang bermanfaat bagi beberapa wanita (Valnet, 1990;Tesserand, 1990). Dapat juga dengan tehnik Vokalisasi atau


(29)

mendengarkan bunyi-bunyian untuk menurunkan ketegangan, relaksasi dengan menggunakan imajiner (imagenery-assisted relakxation), kompres panas, pijatan di perineum, mandi siram hangat atau mendengarkan musik santai serta cahaya yang tentram (Bobak, 2005).

b. Manajemen Farmakologi

Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan analgesia maupun anastesi.

Manajemen nyeri persalianan dengan penggunaan analgesia merupakan penggunaan atau penghilangan sensasi nyeri (Anderson, 1994, dalam Mander, 2003), penghilangan sensasi nyeri ini tanpa disertai dengan hilangnya perasaan total sehingga seseorang yang mengkonsumsi analgesik tetap ada dalam keadaan sadar. Manajemen nyeri persalinan dengan pengunaan anastesia merupakan menghilangkan sensasi normal (Anderson, 1994, dalam Mander, 2003), yang di capai dengan memberikan obat-obatan anastesi baik secara regional maupun umum (Sulistyo, 2013). B. Nyeri Persalinan

1. Pengertian Nyeri persalinan

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan


(30)

adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik inilah akan menjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu (Perry & B0bak, 2004 dalam Andarmoyo, 2013).

Pendapat Mahdi, A (2009) dalam Maryunani, (2010) yang menjelaskan bahwa nyeri pada kala 1 terutama ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada iterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat/berat.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan a. Faktor Internal

1)Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu mengatasi nyeri, karna ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu primipara dan multipara kemugkinan akan merespon secara berbeda terhadap nyeri walaupun mengahadapi kondisi yang sama, yaitu persalinan. Hal ini disebabkan ibu multipara telah telah memiliki pengalaman pada persalinan sebelumnya (Andarmoyo, 2013)

2) Usia

Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologi yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu


(31)

faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan menigkatkan seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013).

3) Aktivitas fisik

Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini justru akan memicu nyeri lebih berat (Andarmoyo, 2013).

b. Faktor Eksternal 1) Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin membaik karena berkaitan dengan kondisi psikologi yang relative stabil (Andarmoyo, 2013).

2) Lingkungan fisik

Lingkungan yang terlalu ekstern, seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai, bising, memicu stimulus terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri (Andarmoyo, 2013).

3) Budaya

Budaya tertentu akan memengaruhi respon seseorang terhadap nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas dan ada pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak perlu diekspresikan secara berlebihan (Andarmoyo, 2013).


(32)

4) Sosial ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi rangsangan nyeri yang dialami. Sering status ekonomi mengikuti keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah dan sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang dialaminya dan masalah ekonomi yang berkaitan dengan biaya persalinan sehingga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan (Andarmoyo, 2013).

5) Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya, cara mengatasi. Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan juka mengalami nyeri saat persalinan (Andarmoyo, 2013). 3. Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Khasanah, (2005), Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi yang meliputi :

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang di maksud adalah kontraksi. Gerakan otot atau kontraksi ini menimbulkan rasa nyeri karna saat itu otot-otot rahim memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan melunak, menipis, dan mendatar, kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin


(33)

menekan mulut rahim dan kemudian membukanya. Jadi, kontraksi ini merupakan upaya membuka jalan lahir.

Intensitas nyeri dari awal pembukaan sampai pembukaan 10 akan bertambah tinggi dan tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir bagaian bawah. Semakin lama, intensistas dan frekwensi nyeri semakin sering maka semakin mendekati proses persaliannya.

b. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri. Setiap ibu memiliki persi tersendiri tentang nyeri persalinan dan melahirkan. Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang tersa kencang. Ada pula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam respon tersebut merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang di rasakan.

4. Mekanisme Nyeri Persalinan

Mekanisme nyeri persalinan menurut Muhiman (1996), sebagai berikut : a. Membukanya mulut rahim

Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh membukanya mulut rahim, misalnya perengangan otot polos merupakan rangsangan yang cukup menimbulkan nyeri, terdapat hubungan erat antara besar pembukaan mulut rahimdengan intensitas nyeri (makin mebuka makin nyeri), dan diantara timbulnya rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi


(34)

rahim (rasa nyeri terasa ± 15-30 detik setelah mulainya kontraksi) (Muhuman, 1996 dalam Sulistyo, 2013).

b. Kontraksi dan peregangan rahim rangsangan nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf sewaktu rahim berkontraksi dan teregangnya bagian bawah (Muhuman, 1996 dalam Sulistyo, 2013).

c. Kontraksi mulut rahim teori ini kurang dapat terima, oleh karena jaringan mulut rahim hanya sedikit mengandung jaringan otot (Muhuman , 1996 dalam Sulistyo, 2013).

d. Peregangan jalan lahir bagian bawah perengan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan selam kala I pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam proses persalinan (Muhuman, 1996 dalam Sulistyo, 2013).

5. Fisiologi Nyeri Persalinan Kala I

Menurut Mahdi, A (2009) dalam Maryunani, (2010), menjelaskan bahwa fisiologi terjadinya nyeri persalinan: Nyeri pada kala 1 di timbulkan oleh stimulus yang di hantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan Nyeri viseral yang berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum. Apabila serviks uteri/leher rahim dilatasi sangat lambat atau bilamana posisi fetus (jsnin) abnormal maka dapat menimbulkkan distosia sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan nyeri yang hebat, hal ini karna uterus berkontraksi isometrik melawan


(35)

obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat (Sulistyo, 2013).

6. Mengatasi Nyeri Secara Nonfarmakologi

Berbagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Memang, metode pengelolaan nyeri persalinan secara farmakologis lebih efektif dibandingkan dengan nonfarmakologis namun metode farmakologis lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik bagi ibu maupun janin. Sedangkan nonfarmakologis bersifat murah, simpel, efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya. Beberapa metode nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi dan teknik pernapasan dalam persalinan (Maryunani, 2010).

Menurut Melzack (1991), metode penggurangan rasa nyeri pada saat persalinan memfokuskan pada area pemberian informasi (untuk mengurangi kecemasan), latihan relaksasi (untuk mengurangi ketegangan), strategi koping (untuk memberikan distraksi), latihan pernapasan (untuk mempermudah relaksasi dan distraksi) (Mander, 2003).

C. Manajemen Koping

1. Pengertian Mekanisme Koping

Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dalam menyelesaikan masalah dapat berupa


(36)

perubahan cara berfikir (kognitif), perubahan prilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi (Keliat, 1999).

Koping dapat didefenisikan melelui respon, menifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek baik fisiologi dan psikologi sosial (Keliat, 1999).

Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang menganggu ekuilibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dengan harapnnya terhadap diri sendiri dengan cara negatif. Munculnya ketergantungan dalam kehidupan mengakibatkan prilaku pemecahan masalah (Mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut (Suliswati, 2005). 2. Karakteristi mekanisme koping

a. Koping jangka pendek

Karakteristik koping jangka pendek

1) Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis. Misalnya, menonton televisi, kerja keras, olahraga berat (Suliswati, 2005).

2) Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut kegiatan sosial, politikn, agama (Suliswati, 2005).

3) Aktifitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri misalnya aktifitas yang berkopetensi yaitu pencapaian akademik atau olahraga (Suliswati, 2005).


(37)

4) Aktifitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat (Suliswati, 2005).

b. Jangka Panjang

1) Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu

2) Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan masyarakat.

3. Sumber Mekanisme Koping

Menurut Folkman dan Lazarus, 1989 dalam Yundahari, 2007 mengidentifikasi ada 6 sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stesor.

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan sumber koping yang paling besar, karna seseorang yang menderita sakit akan mengurangi energi atau untuk menghasilkan koping dari orang yg sehat. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting karna dalam usaha mengatasi stres setiap individu dituntut mendarahkan tenaga yang cukup besar (Muhtadin, 2002 dalam Yundahari, 2007).

b. Keyakinan Atau Pandangan Yang Positif

Keyakinan merupakan sumber koping psikososial yang merupakan dasar dari pengharapan dan merupakan sumber kekuatan untuk


(38)

bergikir lebih baik dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Keyakinan individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan termasuk kesehatan dan penyakit (Potter & Perry, 1993 dalam Yundahari, 2007). Ketika tubuh sakit emosi berada diluar kontrol, keyakinan atau sifat ini menjadi sebuah sumber kekuatan untuk beradaptasi terhadap kondisi-kondisi yang dialaminya (Perry & Potter, 1983 dalam Yundahari, 2007).

c. Keterampilan Dan Pemecahan Masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah dan tujuan untuk mengahasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbagkan alternatif tersebut sampai dengan hasil yang diinginkan tercapai, dan pada akhirnya melaksanankan rencana dengan melakukan sesuatu tindakan yang tepat. Perencanaan penyelesaian masalah merupakan salah satu respon koping yang di gunakan oleh wanita (Schmidt, 2006 dalam Yundahari, 2007). d. Dukungan Sosial

Dukungan ini meliputi dukungan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga, saudara, teman dan lingkungan masyarakat (Kuntjoro, 2002 dalam Yundahari, 2007).


(39)

e. Sumber materi

Meliputi sumberdaya berupa uang, barang-barang membantu pekerjaan sehari-hari menjaga anak, menyelesaikan pesan, menyediakan trasfortasi, memberikan hadiah atau layanan yang biasanya dapat dibeli oleh individu untuk mengatasi masalah dan memecahkan masalah (Custrono, 1994 dalam Yundahari, 2007). 4. Klasifikasi Mekanisme Koping

a. Mekanisme Koping Adaptif

Penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi untuk menghadapi keseimbagan. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi intergarasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan (Suryani & Widyasih, 2008).

Kompromi merupakan tindakan adaptif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Mekanisme koping adaptif yang lain adalah berbicara dengan orang lain tentang masalah yang di hadapi, berdoa, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk menguasai situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu (Suryani & Widyasih, 2008).

Kriteria mekanisme koping adaptif

1) Masih mampu mengontrol emosi dan dirinya.

2) Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhataian pada masalah.


(40)

3) Dapat menerima dukungan dari orang lain.

Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar untuk mencapai tujuan seperti memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan yang seimbang, dan aktifitas konstruktif (kecemasan yang di anggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima kecemasan itu untuk di terima sebagai tantangan).

b. Mekanisme Koping Maladaktif

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan (Stuart & Sundeen, 1995).

Penggunaan mekanisme koping yang maladaptif dapat menimbulkan respon negatif dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh dan mekanisme verbal. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan. Prilaku mekanisme koping maladaptif antara lain adalah Prilaku agresi atau menyerang terhadap sasaran suatu objek dapat berupa benda, barang atau orang lain atau bahkan terhadap dirinya sendiri dan prilaku menarik diri, dimana prilaku yang menunjukkan pengasingan dari lingkungan dan orang lain.

Karakteristik mekanisme koping maladaptif : 1) Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi, 2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.


(41)

3) Prilaku cendrung merusak.

Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme yang menghambat fungsi integrasi dan cendrung menguasai lingkungan.

5. Komponen Dalam Mekanisme Koping

a. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus objektif yang jelas dan presfektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung (Rasmun, 2001).

b. Pengolahan informasi : Suatu pendekatan yang mengharuskan anda mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat di redam. Pengolahan informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah (Rasmun, 2001). c. Perubahan prilaku : tindakan yang di pilih secara sadar yang di lakukan

bersama sikap yang positif, dapat meringankan meminimalkan atau menghilangkan stesor (Rasmun, 2001).

d. Resolusi damai : suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi. 6. Bentuk- bentuk Strategi Coping

Lazarus dan Folkman ( 1984) mengklasifikasikan strategi coping yang digunakan menjadi dua, yaitu :

a. Problem focused coping (PFC)

Problem focused coping (PFC) yaitu usaha mengatasi stress dengan cara mengatur atau mengubah masah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya menyebabkan terjadinya tekanan. Problem focused coping ditunjukan dengan mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh dengan stress atau memperluas sumber untuk


(42)

mengatasinya. Seseorang cendrung menggunakan metode Problem focused coping apabila mereka percaya bahwa sumber dari situasinya dapat diubah. Strategi yang dapat dipakai dalam Problem focused coping antara lain sebagai berikut (Nasir, 2011).

1) Countiousness (kehati-hatian) individu berfikir dan mampu mempertimbangkan beberapa pemecahan masalah serta mengevaluasi strategi-strategi yang pernah dilakukan sebelumnya atau meminta pendapat orang lain.

2) Instrumental action yaitu usaha- usaha langsung individu dalam menemukan soluisi permasalahannya serta menyusun langkah- langkah yang akan dilakukan.

3) Negosiasi : merupakan salah satu tehnik dalam PFC yang diarahkan langsung kepada orang lain atau mengubah pikiran orang lain demi mendapatkan hal yang positif dari situasi yang problematik tersebut.

4) Confrontative coping : usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko.

5) Seeking social support : usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain .

6) Planful problem solving : usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menakan dengan cara yang bertahap dan analitis.


(43)

b. Emotion focused coping

Emotion focused coping, yaitu usaha mengatsi stress dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditunjukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi stress. Seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Strategi yang digunakan dalam emotional focused coping antara lain sebagai berikut.

1) Self-control : usaha mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.

2) Distancing : usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa- apa atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.

3) Positive reappraisal : usaha mencarik makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga mengakibatkan hal-hal yang bersifat religus.

4) Accepting responsibility : usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.

5) Escape / avoidance : usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan


(44)

beralih pada hal lain seperti makanan,minuman, merokok, ataupun menggunakan obat- obatan.

Individu cendrung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut mereka dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus dan Flokman,1984 dalam Nasir, 2011). Terkadang individu dapat menguunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namaun tidak semua streategi koping pasti di gunakan setiap individu (Taylor, 1991 dalam Nasir, 2011).

7. Faktor- faktor yang mempengaruhi strategi coping

Menurut pendapat pendapat McCrae( 1984) dalam jurnal yang di buat oleh Wyllistik noerma sijingga (2010) menyatakan bahwa perilaku menghadapi tekanan adalah suatu proses yang dinamis ketika individu bebas menentukan bentuk perilaku yang sesuai dengan keadaan diri dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi. Hal ini member pengertian bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga individu menentukan bentuk perilaku tertentu. Faktor- faktor tersebut adalah :

a. Kepribadian

Carver, dkk ( 1989) dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga (2010) menyatakan bahwa mengkarateristik kepribadian berdasarkan tipenya. Tipe A dengan cirri-ciri ambisius, kritis terhadap diri sendiri, tidak sabran, melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang sama, mudah marah dan agresif, akan cendrung menggunakan stategi coping yang berorientasi


(45)

emosi (EFC). Sebaliknya seseorang yang berkepribadian tipe B, dengan cirri- cirri suka rileks, tidak terburu-buru, tidak mudah terpancing untuk marah, berbicarabdan bersikap dengan tenang, serta lebih suka untuk memperluas pengalaman hidup, cendrung menggunakan stategi coping yang berorientasi pada masalah ( PFC)

b. Jenis Kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan foklman dan Lazarus ( 1985 ) dalam jurnal ditemukan bahwa laki- laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk Wyllistik noerma sijingga (2010) mnyatakan bahwa coping yaitu EFCdan PEC. Namun menurut pendapat Billings dan Moos (1984) wanita lebih cendrung berorientasi pada emosi sedangkan pria lebih beririentasi pada tugas dalam mengatasi masalah, sehingga wanita diprediksi akan lebih sering menggunakan EFC.

c. Tingkat Pendidikan

Menurut Flokman dan Lazarus ( 1985) dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga (2010). dalam penelitianya menyimpulkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cendrung menggunakan PFC dalam mengatasi masalah mereka. Seseorang yang semakin tinggi pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya, hal ini memiliki efek besar terhadap sikap,konsepsi caraberfikir dan tingkah laku individu yang selanjutnya berpengaruh kepada terhadap strategi copingnya.


(46)

Foklman dan Lazarus (1985) dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga (2010) yaitu sumber-sumber individu seseorang: pengalaman,persepsi,kemampuan intelektual, kesehatan, kepribadian, pendidikan, dan situasi yang dihadapi sangat menentukan proses penerimaan suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atauancaman.

e. Status sosial

Menurut Westbook( dalam Billing dan Moss,1984) dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga (2010) . seseorang dengan situasi ekonomi rendah akan menanpilkan coping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menempilkan respon menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.

D. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif

Fase aktif dimulai dengan kontraksi yang teratur . Ibu-ibu dalam fase ini yang mengalami peningkatan kemampuan untuk berkoping terhadap nyeri yang tidak tertahankan/berat (Maryunani, 2010).

Ketika ibu memasuki kala 1 fase aktif, kecemasan ibu cendrung menigkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan melakukan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan perubahan kemampuannya untuk berkoping (Maryunani,2010).


(47)

Respon fisiologis terhadap nyeri berhubungan dengan respon prilaku yang dapat diamati misalnya vokalisasi (suara mengerang, merintih atau menjerit), gerakan tubuh/imobilisasi (menghindari gerak yg berlebihan,


(48)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi hubungan mekanisme koping terhadap nyeri persalinan kala 1 fase aktif dengan mengarah kepada konsep dan teori.Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

B. Defenisi Operasional

Tabel 2

Defenisi Operasional No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

1 2 Independen Mekanisme koping Dependen Nyeri persalinan kala I fase aktif

Upaya/ tindakan responden dalam menghilangkan atau menyesuaikan diri dengan nyeri persalinan. Rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan mulai berlangsung yang dimulai dari fase aktif pembukaan 4-10 cm dan adanya kontraksi sehingga terjadi nyeri ringan sampai berat. - PNRS Koesioner Wawancara Koping berfokus pada masalah(item soal 1-10) Koping berfokus pada emosi(item soal 11-20) Nyeri Ringan(0-3) Nyeri Sedang(3-7) Nyeri Berat(8-10) Ordinal Ordinal

Mekanisme Koping Nyeri Persalinan Kala I


(49)

C. Hipotesa

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan mekanisme koping terhadap nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan Tahun 2014.


(50)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional yang bertujuan untuk memperoleh hubungan mekanisme koping dengan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif di RSIA Salam Medan. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu inpartu yang berada di RSIA SALAM Medan.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara consecutif sampling artinya setiap ibu-ibu yang inpartu di RSIA SALAM Medan yang memenuhi kriteria penelitian dan secara kebetulan dijumpai selama proses pengumpulan data akan dilibatkan sebagai subjek penelitian dan terlebih dahulu ditetapkan kriteria responden yang dapat mengikuti penelitian yaitu :

Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah kriteria inkluisi yaitu: a. Ibu bersalin tanpa komplikasi dalam persalinan fisiologis


(51)

c. Ibu bersalin normal tanpa mendapatkan obat-obatan untuk mengurangi intensitas nyeri.

Jumlah sampel yang didapat dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSIA SALAM Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah peneliti sebelumnya telah melakukan survey awal dan ditemukan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, lokasi ini juga belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan February- April 2014 E. Etika Penelitian

Penelitian akan dilakukan setelah peneliti mendapat surat rekomendasi dari program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin dilakukan penelitian di RSIA SALAM Medan. Satelah mendapatkan izin dari pemilik RSIA SALAM Medan, peneliti memulai dengan pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang akan diteliti RSIA SALAM Medan. Sebelum responden mengisi dan menandatangi lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan dan proses dilakukannya penelitian tersebut. Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa responden.


(52)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama pasien dengan nama aslinya melainkan dengan inisial. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Yang terdiri dari 3 bagian yaitu : 1. Kuesioner data demografi, 2. Skala Intensitas Nyeri, 3. Kuesioner koping nyeri persalinan kala I fase aktif.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi nama, usia, status, pendidikan, dan pekerjaan. 2. Skala Intensitas nyeri

Skala Intensitas nyeri digunakan untuk mengkaji tingkat intensitas nyeri pada ibu

kala 1 fase aktif yaitu nyeri ringan (0-3), nyeri sedeang (4-7), nyeri berat (8-10).

3. Kuesioner mekanisme koping

Kuesioner ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka menurut Lazarus dan Folkom (1994). Bagian instrumen ini terdiri dari 2 pertanyaan yaitu pertanyaan yang berfokus pada masalah yang terdapat pada no : 1-10 dimana pertanyaan positif (+) terdapat pada no 1, 2, 3, 5, 6 , 9 dan


(53)

pertanyaan negatif terdapat pada no 4, 7, 8 dan 10 dan pertanyaan berfokus pada emosi terdapat pada no 11-20 dimana pertanyaan positif terdapat pada no. 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 , 18 dan pertanyaan negatif terdapat pada no. 19, 20 . Dengan menggunakan skala gutman yang disajikan dalam 2 pilihan alternatif yang terdiri dari Ya (1) dan Tidak (0) untuk jawaban yang positif dan Ya (0) dan Tidak (1) untuk jawaban negatif.

Penilaiaan mekanisme koping terhadap nyeri persalinan ini akan di kategorikan sebagai berfokus pada masalah, berfokus pada emosi. Jawaban- jawaban responden apabila nilai tertinggi dari item soal no 1-10 berfokus pada masalah, nilai tertinggi dari item soal 11-20 berfokus pada emosi,

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Validasi

Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti kehandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Intrumen penelitian harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Conten Validation (validasi isi) untuk mengukur kevaliditasan instrumen penelitian yaitu kuesioner. Koesioner ini telah divaliditas oleh ibu Mahnum Lailan Nasution, S.kep, Ns, M.Kep. Instrumen ini dibuat sesuai dengan rumusan-rumusan yang ditetapkan yaitu untuk mendapatkan hubungan antara mekanisme koping dengan nyeri persalinan di RSIA Salam Medan.


(54)

2. Uji Reabilitas

Untuk mengetahuai kekuatan instrumen dilakukan uji reabilitas sehingga dapat digunakan peneliti berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan uji reabilitas konsistensi internal karna memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya 1 kali dengan satu bentuk istrumen kepada satu subjek studi (Azwar, 2003 dalam Yundahari, 2007). Dimana hasil uji reabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha adalah 0.936.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan telah mendapat izin dari RSIA SALAM Medan.

Pada saat pengumpulan data peneliti telah menjelaskan tujuan, manfaat penelitian, prosedur penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada calon responden. Kemudian peneliti meminta kesedian responden untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian, bagi yang bersedia dan memenuhi kriteria penelitian diminta untuk menanda tangani lembar persetujuan (Infoemed Consent) taupun memneri persetujuan secara lisan. Selanjutnya responden di minta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan di berikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti, setelah semua responden menjawab semua koesioner yang diberikan, maka peneliti mengumpulkan data untuk dianalisi.


(55)

I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisa data dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). 2. Analisis data

Metode statistik untuk analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah :

a. Statistik Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen yaitu nyeri persalinan kala 1 fase aktif dan variabel dependen yaitu mekanisme koping.

b. Statistik Bivariat

Analisis ini digunakan mengetahui hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan


(56)

Tahun 2014. Dalam menganalisis data secara bivarian Korelasi Spearman Rank, Uji ini digunakan untuk mencari korelasi (r) atau kekuatan hubungan. Untuk menginpretasikan koefisien korelasi (r) yang diperoleh menggunakan tabel kekuatan hubungan berdasarkan besarnya koefisien korelasi antara variabel. Adapun tabel interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009):

Tabel 3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi (r) Kekuatan Hubungan 0,00 - 0,199 Tidak ada hubungan (sangat

lemah)

0,20 – 0,399 Ada hubungan (lemah) 0,40 -0,599 Ada hubungan (sedang) 0,60 – 0,799 Ada hubungan (kuat)

0,80 – 1,00 Ada hubungan (sangat kuat)

Korelasi dapat bernilai positif dan negatif. Korelasi bernilai positif menunjukkan arah yg sama pada hubungan antara variabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi bernilai negatif menunjukkan arah yang berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil. Taraf signifikasi 95% (a=0,05) dengan pedoman:

- Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima Ho ditolak. - Jika probabilitas > 0,05 Ha ditolak Ho diterima.


(57)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, deskripsi intensitas nyeri kala 1 fase aktif, deskripsi mekanisme koping kala 1 fase aktif, dan analisis hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan.

1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik responden ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (52,9%) berusia remaja akhir dengan rentang 17-25 tahun, diikuti dengan masa dewasa awal (47,1%) dengan rentang 26-35 tahun. Dilihat dari segi pendidikan terakhir, setengah responden tingkat pendidikannya adalah pendidikan tinggi (44,1%), sepertiga responden (38,2%) dengan tingkat pendidikan menengah, kurang dari seperempat (17,6%) dengan tingkat pendidikan dasar. Distribusi karakteristik demografi responden dapat dilihat pada table 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Karakteristik Demografi

Responden (n=34)

Karakteristik Demografi F %

1. Usia (Depkes RI, 2009)

17-25 tahun (Remaja Akhir) 18 52.9

26-35 tahun (Dewasa awal) 16 47.1

(Mean=25,12 Median=25 SD=4,312 Max=35 th Min=19 th) 2. Pendidikan terakhir (Sisdiknas, 2003)

Pendidikan Dasar 6 17.6

Pendidikan Menegah 13 38.2


(58)

2. Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif

Nyeri merupakan perasaan ketidaknyamanan yang dialami oleh setiap orang, dalam keadaan ringan, maupun akut. Rasa nyeri pada persalinan merupakan manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik inilah akan menjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu (Perry & B0bak, 2004 dalam Andarmoyo, 2013).

Intensitas nyeri kala 1 fase aktif diidentifikasi dengan menggunakan lembar intensitas nyeri. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah (61,8%) responden mengalami intensitas nyeri yang berat, kurang dari seperempat (20,6%) responden mengalami intensitas nyeri sedang di ikuti dengan (17,6%) responden mengalami intensitas nyeri ringan. Distribusi intensitas nyeri kala 1 fase aktif dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014 (n=34).

Intensitas Nyeri F %

1 2 3

Intensitas Nyeri Ringan (0-3) Intensitas nyeri Sedang (4-7) Intensitas nyeri Berat (8-10)

(Mean= 7.03 Median= 8, SD=2.110, Max=9,Min=3)

6 7 21 17.6 20.6 61.8


(59)

3. Mekanisme Koping Kala 1 Fase Aktif

Mekanisme koping pada kala 1 diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner dimana setiap pernyataan ditanyakan langsung kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh koping berfokus pada emosi (Mean=7.65, SD=1.323) dan koping berfokus pada masalah (Mean= 7.71, SD= 1.467).

Menurut Lazarus dan Flokman,1984 dalam Nasir (2011), Individu cendrung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut mereka dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol. Mean dan standar deviasi mekanisme koping kala 1 fase aktif dapat dilihat ditable 6.

Tabel 6. Mean, standar deviasi Mekanisme koping nyeri persalinan kala 1 fase aktif

Mekanisme koping Mean Standar

Deviasi 1

2

Koping berfokus pada masalah (item soal 1-10 ) Koping berfokus pada emosi (item soal 11-20)

7.71 7.65

1.467 1.323

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur koping nyeri terdiri dari 20 item. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi berada pada pernyataan no 3 yaitu saya berdoa kepada Tuhan agar saya kuat menjalani nyeri persalinan yang saya rasakan, pernyataan no 5 yaitu saya percaya dokter/ bidan dapat membantu saya dalam proses persalinan nanti dan pernyataan no 9 yaitu


(60)

dukungan keluarga membuat persasaan saya menjadi lebih tenang ketika menghadapi proses persalinan.yaitu dan nilai terendah terdapat pada pernyataan no 7 yaitu saya mudah marah ketika nyeri persalinan muncul, pernyataan no 9 yaitu saya mudah marah ketika nyeri persalinan muncul, pernyataan no 13 yaitu saya berusaha untuk mengalihkan perhatian dengan bercanda pada saat proses persalinan, no 20 yaitu saya meminta kepada dokter/bidan agar memberikan obat untuk menghilangkan nyeri persalinan saya. Distribusi mekanisme koping kala 1 fase aktif dapat dilihat ditable 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Koesioner Mekanisme Koping Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Tahun 2014 (N=34)

No

Item Pernyataan Mekanisme koping Ya (f) (%) Tidak (f) % 3 Saya berdoa kepada Tuhan agar saya kuat

menjalani nyeri persalinan yang saya rasakan.

34 100 - -

5 Saya percaya dokter/ bidan dapat membantu saya dalam proses persalinan nanti.

32 94,1 2 5,9

9 Dukungan keluarga membuat persasaan saya menjadi lebih tenang ketika menghadapi proses persalinan.

33 97,1 1 2,9

7 Saya mudah marah ketika nyeri persalinan muncul.

17 50 17 50

13 Saya berusaha untuk mengalihkan perhatian dengan bercanda pada saat proses persalinan.

17 50 17 50

20 Saya meminta kepada dokter/bidan agar memberikan obat untuk menghilangkan nyeri persalinan saya.


(61)

4. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Sebelum menentukan uji korelasi untuk mengidentifikasi hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan metode analitis Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji, didapat bahwa variable nyeri tidak terdistribusi normal dengan nilai p=0.2 dan mekanisme koping terdistribusi tidak normal dengan nilai p=0.000.

Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua variable adalah uji non-parametrik Spearman Rank. Hasil penelitian dari 34 responden di RSIA Salam Medan pada tahun 2014 di peroleh rata-rata mekanisme koping berfokus pada masalah adalah 7,71 dengan standart deviasi 1.476 dan rata-rata intensitas nyeri 7.03 dengan standart deviasi 2.110, dari hasil uji sperman rank diperoleh nilai p-value 0,000. Karna nilai p= <0,05 maka Ha dalam penelitian ini diterima dengan nilai korelasi 0,730, berarti ada hubungan yang signifikan antara mekanisme koping berfokus pada masalah dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif dengan derajat kesetaraan tingkat kuat positif. Hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif dapat dilihat pada table 8.

Tabel 8. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014 (n=34)

Variable Korelasi

Koping Nyeri Intensitas Nyeri

Mekanisme Koping - r= 0.730 (p= 0.00)

- Intensitas Nyeri r= 0.730 (p= 0.00)


(62)

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai karakteristik demodrafi, mekanisme koping, intensitas nyeri dan hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan.

1. Karakteristik Demografi Responden

Pada penelitian ini lebih dari setangah responden (52,9%) berada pada golongan usia remaja akhir dengan rentang umur 17-25 tahun. Keadaan ini sesuai dengan usia muda cendrung dikaitkan dengan kondisi psikologi yang masih labil, yang memicu terjadi terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor yang menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut Potter & Perry (2006) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara nyeri dengan seiring bertambahnya usia, yaitu pada tingkat perkembangan. Perbedaan tingkat perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok anak-anak dan lanjut usia dapat mempengaruhi bagaimana cara bereaksi terhadap nyeri. Orang dewasa akan mengalami perubahan neurofisiologis dan mungkin mengalami penurunan persepsi sensorik stimulus serta peningkatan ambang nyeri.

Dilihat dari segi tingkat pendidikan terakhir, setengah responden tingkat pendidikannya adalah pendidikan tinggi (44,1%), sepertiga responden (38,2%) dengan tingkat pendidikan menengah, kurang dari seperempat (17,6%) dengan tingkat pendidikan dasar..


(63)

Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak bahan, materi, atau pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik.

Hal ini dapat disebabkan responden dengan pendidikan perguruan tinggi mempunyai pengetahuan tentang kesehatan, cara berfikir lebih baik dibandingkan dengan responden berpendidikan SD. Sehingga responden dengan pendidikan tinggi lebih memiliki mekanisme koping berfokus pada masalah.

Hasil penelitian ini sesjalan dengan pendapat Flokman dan Lazarus ( 1985) dalam jurnal Wyllistik noerma sijingga (2010), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cendrung menggunakan PFC dalam mengatasi masalah mereka. Seseorang yang semakin tinggi pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya, hal ini memiliki efek besar terhadap sikap,konsepsi cara berfikir dan tingkah laku individu yang selanjutnya berpengaruh terhadap strategi copingnya.

2. Nyeri Pada Kala 1 Fase Aktif

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik inilah akan menjadi persalinan. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu (Perry & B0bak, 2004 dalam Andarmoyo, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah (61,8%) responden mengalami intensitas nyeri yang berat, kurang dari seperempat (20,6%)


(64)

responden mengalami intensitas nyeri sedang diikuti dengan (17,6%) responden mengalami intensitas nyeri ringan.

Menurut Muhiman (1996), terdapat hubungan yang sangat erat antara besar pembukaan mulut rahim dengan intensitas nyeri (semakin membuka semakin nyeri).

Hal ini sesuai dengan pendapat Mahdi, A (2009) dalam Maryunani, (2010) yang menjelaskan bahwa nyeri pada kala 1 terutama ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada iterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat/berat.

3. Mekanisme Koping Kala 1 Fase Aktif

Menurut Keliat (1999), Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dalam menyelesaikan masalah dapat berupa perubahan cara berfikir (kognitif), perubahan prilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi.

Hal ini sesuai dengan penelian (Ebata&Moons, 1989 dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa seseorang dalam kondisi tertekan lebih sering menggunkan koping berfokus pada masalah untuk mengatasi masalah.


(65)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden lebih sering menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah dengan mean 7.71 dan SD 1.467 dari pada berfokus pada emosi walaupun dengan perbedaan yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengatasi nyeri persalinan kala 1 fase aktif dengan countiousness (kehati-hatian), action, negosiasi, confrontative coping, seeking social support, planfull problem solving. Hal ini merupakan bentuk strategi koping berfokus pada masalah.

Responden yang memiliki mekanisme koping berfokus pada emosi dengan mean 7.65 dan SD 1.323. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengatasi nyeri persalinan kala 1fase aktif dengan self-control, positive reapprasial, accepting responsibillity, escape/avoidance. Hal ini merupakan bentuk strategi koping berfokus pada emosi.

Menurut Lazarus dan Flokman,1984 dalam Nasir (2011), Individu cendrung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut mereka dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol.

4. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Hasil penelitian dari 34 responden di RSIA Salam Medan pada tahun 2014 diperoleh rata-rata mekanisme koping adalah 15,35 dengan standart deviasi 2.268 dan rata-rata intensitas nyeri 7.03 dengan standart deviasi 2.110, dari hasil uji sperman rank diperoleh nilai p-value 0,000. Karna nilai p= <0,05 maka Ha dalam penelitian ini diterima dengan nilai korelasi 0,730 berarti ada hubungan


(66)

yang signifikan antara mekanisme koping berfokus pada masalah dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif dengan derajat kesetaraan tingkat kuat positif artinya apabila intensitas nyeri ibu menigkat maka mekanisme koping ibu juga semakin menigkat sebaliknya apabila intensitas nyeri ibu menurun maka mekanisme koping ibu juga menurun.

Faktor kognitif dan perilaku efektif mengurangi intensitas nyeri (Ersek et al, 2004). Peningkatan koping nyeri individu terhadap stimulus nyeri akan meningkatkan kemampuan individu mengatasi intensitas nyeri sehingga individu menunjukkan intensitas nyeri berat.

Fase aktif dimulai dengan kontraksi yang teratur . Ibu-ibu dalam fase ini yang mengalami peningkatan kemampuan untuk berkoping terhadap nyeri yang tidak tertahankan/berat (Maryunani, 2010).

Ketika ibu memasuki kala 1 fase aktif, kecemasan ibu cendrung menigkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan melakukan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan perubahan kemampuannya untuk berkoping (Maryunani,2010)

Menurut Andarmoyo (2013), respon fisiologis terhadap nyeri berhubungan dengan respon prilaku yang dapat diamati misalnya vokalisasi (suara mengerang, merintih atau menjerit), gerakan tubuh/imobilisasi (menghindari gerak yg berlebihan, kegelisahan, berjalan untuk mengurangi nyeri, berbaring).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan Hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif, dimana mekanisme koping tinggi memiliki intensitas nyeri yang berat dan sebaliknya mekanisme


(67)

koping rendah memiliki intensitas nyeri yang ringan. Hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif.


(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan mekanisme koping dengan nyeri persalinan kala 1 fase aktif di RSIA Salam Medan tahun 2014.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki mekanisme koping berfokus pada masalah. Lebih dari setengah responden mengalami intensitas nyeri yang berat. Untuk menentukan hubungan kedua variabel, diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan nilai korelasi 0,730 (p=0.000). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara mekanisme koping berfokus pada masalah dengan nyeri persalinan. Arah korelasi penelitian ini positif atau mempunyai arah pergerakan yang sama. Individu yang memiliki mekanisme koping rendah, intensitas nyeri yang ditunjukkan rendah, dan sebaliknya, jika individu memiiki mekanisme koping tinggi, intensitas nyeri yang ditunjukkan tinggi.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan baik di Rumah Sakit maupun di Bidan Praktek Swasta, dalam upaya mengurangi nyeri persalinan kepada ibu kala 1 fase aktif.


(69)

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan terutama dalam mata kuliah asuhan kebidanan II (persalinan), untuk dapat memehami dan mengerti tentang mekanisme koping yang dilakukan ibu dalam persalinan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam lingkup yang lebih luas.


(70)

Daftar Pustaka

Anarmoyo, S. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Andarmoyo, S. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Andriyani, N. (2006). Stres Dan Koping Yang Di Berikan Pengobatan Krioterapi Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Universitas sumatra utara: Tidak di publikasikan.

Budihartuti, dkk. (2012). Konsling dan Mekanisme Ibu bersalin. Yogyakarta : Educational health and community psykologi.

Chomaria, N. (2012). Fine In One The Series Of Pregnancy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Folkom, S., & Lazarus, R. (1998). Way of coping questionnaire manual. Dibuka pada tanggal 29 februari 2014 http://syque.com/index.htm

Hidayat, A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Dan Keperawatan Dan Tehnik Analisi Data. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B. A. (1998). Penata Laksanaan Stres. Jakarta: EGC.

Maryunani, A. (2010). Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Tras Info Media.

Maryunani, A. (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta: CV. Tras Info Media. Mander, R. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


(71)

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pasputy, R. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Penny, S. (2007). Kehamilan Melahirkan Dan Bayi. Jakarta: Arcan.

Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik (Fundamental of nursing: concept, process, and practice). Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jokjakarta: Graha Ilmu.

Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: Katalaog Dalam Terbitan (KDT).

Simkim, P & Ancheta, R (2005). Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta: EGC. Sahara, Heppy. (2006). Skripsi. Koping lansia terhadap penyakit kronis yang diderita

lansia di kelurahan kedai durian kecamatan medan johor medan. Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari

tanggal 23 februari 2014


(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Muryani (135102040) mahasiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Mekanisme KopingDengan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya, saya mohon kesediaan saudara dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika saudara bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.Terima kasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.

Medan, 2014 Peneliti Responden


(78)

Instrumen Penelitian

Judul : Hubungan Mekanisme Koping Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014.

Petunjuk pengisian :

1. Semua pertanyaan harus dijawab

2. Berilah tanda checklist pada kotak yang telah disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu. I. Kuesioner Data Demografi

Hari / Tanggal :

No. Responden : (Diisi oleh peneliti) 1.. Usia : …….. Tahun

2. Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Budha ( ) Hindu 3. Tingkat Pendidikan : ( ) SD

( ) SLTP ( ) SMU


(79)

2. Kuesioner Intensitas Nyeri

INTENSITAS NYERI

Keterangan :

- 0-3 : ringan/ tidak nyeri - 4-7 : sedang

- 7-10 : berat/ hebat

3. Kuesioner Mekanisme Koping Petunjuk Pengisian :

- Beri tanda (V) pada setiap kolom yang terdapat di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang di alami responden.

- Untuk pertanyaan yang di seratai dengan jawaban yang benar dengan kriteria Ya dan Tidak


(1)

Uji Coba Validitas Reabilitas

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Rsia Salam Medan Tahun 2014

NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20

1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1

7 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1

9 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0

10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

12 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

14 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

15 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1

16 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

17 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

r 0.613 0.575 0.541 0.772 0.540 0.651 0488 0.613 0.572 0.540 0.631 0,651 0.613 0.558 0.683 0.853 0.721 0.853 0.577 0.588 r

tabel

0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444


(2)

Master Tabel

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di RSIA Salam Medan Tahun 2014

No No. Res

Umur Pendidik Intensitas Nyeri

Pengetahuan Skore

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 22 PT Berat 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 17 2 2 27 PT Sedang 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 15 3 3 21 SMA Sedang 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 14 4 4 20 SMA Ringan 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 12 5 5 30 PT Berat 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 6 6 20 SMA Berat 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 7 7 28 PT Berat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 16 8 8 35 PT Berat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 18 9 9 29 PT Berat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 10 10 21 SMA Ringan 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 13 11 11 25 SMA Ringan 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 13 12 12 23 SMP Ringan 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 13 13 25 SMP Sedang 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 13 14 14 25 SD Berat 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 15 15 19 SMA Sedang 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14 16 16 20 SMA Berat 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 17 17 24 SMA Ringan 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 13 18 18 21 SMA Berat 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16 19 19 30 PT Berat 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16


(3)

26 26 24 PT Berat 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 27 27 20 SMA Sedang 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 14 28 28 26 SMP Sedang 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 12 29 29 31 PT Sedang 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 14 30 30 29 PT Berat 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 31 31 31 PT Berat 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 32 32 32 SMP Berat 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 33 33 22 SMA Berat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 34 34 29 PT Ringan 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 14


(4)

Daftar Riwayat Hidup Data Pribadi Nama Jenis kelamin TTL Kewarganegaraan Status perkawinan Tinggi, berat Kondisi Badan Agama Alamat lengkap Telepon, HP : Muryani : Perempuan

: Kabanjahe, 24 november 1991 : Indonesia

: Belum Menikah : 152 cm, 53 kg : Sangat Baik : Islam

Jln. Jamin Ginting GG. Garuda No. 3 Kabanjahe : 082364963939

Pendidikan Formal


(5)

2009 – 2012 : Program D III Kebidanan Takasima Kabanjahe


(6)