Hasil Pengujian Model Multimedia Interaktif Adaptif
C. Hasil Pengujian Model Multimedia Interaktif Adaptif
Pengujian model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) dilakukan melalui ujicoba pada skala yang lebih luas dengan melibatkan 71 mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen 37 mahasiswa dan kelompok kontrol 36 mahasiswa. Pengujian dilakukan pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat untuk mahasiswa semester V sebuah LPTK Negeri di Sumatera Selatan dari tanggal 5 September 2011 sampai dengan 4 Nopember 2011. Penelitian didahului dengan mengadakan tes awal Pengujian model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) dilakukan melalui ujicoba pada skala yang lebih luas dengan melibatkan 71 mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen 37 mahasiswa dan kelompok kontrol 36 mahasiswa. Pengujian dilakukan pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat untuk mahasiswa semester V sebuah LPTK Negeri di Sumatera Selatan dari tanggal 5 September 2011 sampai dengan 4 Nopember 2011. Penelitian didahului dengan mengadakan tes awal
Pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian pengembangan model pembelajaran multimedia interaktif adaptif dan model pembelajaran dengan bahan ajar lain untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada mata kuliah pendahuluan fisika zat padat yang meliputi data (1) profil gaya belajar mahasiswa, (2) hasil belajar pendahuluan fisika zat padat secara umum, (3) hasil tes penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat, (4) hasil tes keterampilan berpikir kritis, (5) hubungan pokok bahasan dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa, (6) hasil observasi keterlaksanaan RPP perkuliahan pendahuluan fisika zat padat (7) tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MMI adaptif yang dikembangkan.
1. Profil Gaya Belajar Mahasiswa
Implementasi perkuliahan didahului dengan menjaring gaya belajar mahasiswa. Multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan berdasarkan gaya belajar mahasiswa yang meliputi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Instrumen gaya belajar yang dipakai berjumlah 25 pertanyaan yang diadaptasi dari Rose (1987). Hasil tes gaya belajar mahasiswa dapat dilihat seperti Gambar 4.4.
Kelas Eksperimen
Kelas
Eksperi
men, Auditorial Auditori
al, … Kinestetik
Gambar 4.4. Profil gaya belajar mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 27% Visual
Kelas
Eksperi Berdasarkan Gambar 4.4. persentase gaya belajar terbanyak kelas eksperimen pada
Kelas gaya belajar visual 43% dan kelas kontrol juga pada gaya belajar visual 50%. Untuk gaya men, Kontrol,
Kelas Kontrol
belajar terendah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu gaya belajar kinestetik Visual, Auditori masing-masing 27% dan 19%. Profil gaya belajar tiap gaya belajar pada kelas eksperimen dan Auditorial al, 31%, kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Kelas Kontrol, Visual, 50%,
Tes Akhir, Kelas Eksperimen V, 87.3 N-gain, Kelas
Tes Akhir, Kelas Tes Akhir, Kelas
Eksperimen V, 82
Eksperimen A, 77.8 N-gain, Kelas Eksperimen K, 75.8 Eksperimen A, 69.6
N-gain, Kelas
Tes Akhir, Kelas
Eksperimen K, 66.3
Kontrol K, 66.8
Tes Akhir, Kelas
Tes Akhir, Kelas
Kontrol V, 63.5
Kontrol A, 56.5
N-gain, Kelas Kontrol N-gain, Kelas Kontrol Tes Awal
e V, 49.9 T
K, 49.1
ro
N-gain, Kelas Kontrol
Tes Akhir
A, 39.7
Tes Awal, Kelas S Tes Awal, Kelas Tes Awal, Kelas
Tes Awal, Kelas
N-gain
Eksperimen V, 29.8 Tes Awal, Kelas
Kontrol K, 31.2
Tes Awal, Kelas
Eksperimen A, 25.8 Eksperimen K, 27.6
Kontrol A, 26.1
Kontrol V, 27.2
Gambar 4.5. Grafik perbandingan persentase tes awal, tes akhir dan N-gain tiap gaya belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Berdasarkan Gambar 4.5. menunjukkan bahwa persentase N-gain tertinggi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada gaya belajar visual masing-masing 82% dan 49,9%. Persentase N-gain terendah kelas eksperimen pada gaya belajar kinestetik 66,3% dan pada kelas kontrol pada gaya belajar auditorial 39,7%. Dari data tersebut terlihat bahwa eningkatan tertinggi terjadi pada gaya belajar visual baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Jika dilihat berdasarkan kriteria N-gain, peningkatan dengan kategori tinggi terjadi pada gaya belajar visual pada kelas eksperimen yang menggunakan MIA-PIZA. Dapat disimpulkan bahwa multimedia intraktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) yang dikembangkan memberikan peningkatan terbesar pada mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual yaitu dengan N-gain sebesar 82,0% (kategori tinggi).
2. Hasil Belajar Pendahuluan Fisika Zat Padat
Data skor rerata tes awal dan tes akhir serta gain (peningkatan) baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. Persentase pencapaian skor rerata tes awal, tes akhir dan N-gain hasil belajar pendahuluan fisika zat padat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.6. Berdasarkan analisis diperoleh skor rerata tes awal mahasiswa kelas eksperimen sebesar 28,0% dari skor ideal, sementara skor rerata tes awal mahasiswa kelas kontrol sebesar 27,6% dari skor ideal. Selanjutnya berdasarkan perolehan data skor rerata tes akhir pada kedua kelas diketahui bahwa skor rerata tes akhir kelas eksperimen sebesar 81,4% dari skor ideal, sementara perolehan rerata skor tes akhir kelas kontrol sebesar 61,8% dari skor ideal.
Kelas Eksperimen,
Tes Akhir, 81.4
Kelas Eksperimen,
Kelas Kontrol, Tes
Kelas Kontrol, N-
Kelas Eksperimen gain, 47
te
Kelas Eksperimen, Kelas Kontrol, Tes
Kelas Kontrol Tes Awal, 28.0 Awal, 27.6
Gambar 4.6. Perbandingan persentase skor rerata tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
Perolehan persentase rerata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 74% dan kelas kontrol sebesar 47%. Rerata persentase N-gain untuk kelas eksperimen termasuk kategori tinggi sedangkan rerata persentase N-gain untuk kelas kontrol termasuk kategori sedang. Dengan demikian Rerata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rerata N-gain kelas kontrol.
Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol secara statistik yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda rerata (uji-t) seperti pada Tabel 4.5. Setelah diperoleh data peningkatan hasil belajar berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik (uji t
dengan α = 0,05). Didapatkan taraf signifikansi 0,000 yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara rerata N-gain hasil belajar kelas eksperimen dengan rerata N-gain hasil
belajar kelas kontrol. Hasil lengkap uji-t dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 4.5. Analisis statistik hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Aspek Tes
awal akhir gain awal akhir gain N (Jumlah mahasiswa) 37 36 Rerata (%) 28,0 81,4 74 27,6 61,8 47 Standar Deviasi 3,3 4,6 17 3,9 4,6 17
Uji Normalitas data N-gain 0,241 (Normal) 0,511 (Normal)
Uji Homogenitas 0,627 (Homogen)
Uji-t (α = 0,05) taraf signifikansi = 0,000 (signifikan)
t-hitung =5,897
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat secara signifikan dapat lebih meningkatkan hasil belajar mahasiswa dibanding dengan penggunaan model pembelajaran dengan bahan ajar lain berdasarkan nilai t hitung = 5,897 yang lebih besar dari t tabel = 1,676. Disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada peningkatan hasil belajar kelas kontrol, yang berarti model MIA-PIZA yang dikembangkan memberikan pengaruh yang signifikan untuk peningkatan hasil belajar.
3. Hasil Tes Penguasaan Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat Tiap Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 5 pokok bahasan yaitu struktur kristal, difraksi sinar-x oleh kristal, ikatan dalam kristal, elektron bebas dalam kristal dan teori pita energi. Data lengkap skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran C. Perolehan skor tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6.Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap
pokok bahasan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pokok Bahasan %Tes %Tes
N-
%Tes %Tes N-
awal Akhir gain awal Akhir gain Struktur kristal 39,4 84,2 73 43,1 79,2 59 Difraksi sinar-x 38,5 90,5 82 34,0 68,1 38 Ikatan dalam kristal 23,0 78,7 71 17,7 54,2 42 Elektron bebas 15,1 83,8 80 21,1 48,9 34 Teori pita energi 22,3 83,8 77 18,8 55,9 44
Keterangan: N kelas eksperimen 37 dan N kelas kontrol 36 Berdasarkan persentase perolehan skor penguasaan konsep tes awal pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 39,4% dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal sebesar 15,1% sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes awal tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 43,1% dan terendah terjadi pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebesar 17,2%. Persentase perolehan skor penguasaan konsep tes akhir pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-x oleh kristal sebesar 90,5% dan terendah terjadi pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebesar 78,7% sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes akhir tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 79,1% dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal sebesar 48,9%. Dengan demikian persentase pencapaian penguasaan konsep setiap pokok bahasan setelah dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Perolehan N-gain untuk tiap pokok bahasan dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Eksperimen, PB
Eksperimen, PB
Eksperimen, PB
Eksperimen, PB
Eksperimen, PB
) Kontrol, PB 1, 59
Eksperimen
a in
Kontrol, PB 3, 42
Kontrol, PB 5, 44
-g
Kontrol, PB 2, 38
Kontrol
Kontrol, PB 4, 34
Keterangan :
PB 1 = struktur kristal; PB 2 = difraksi sinar-X oleh kristal; PB 3 = ikatan dalam kristal; PB 4 = elektron bebas dalam kristal; PB 5 = teori pita energi
Gambar 4.7. Perbandingan N-gain penguasaan konsep untuk setiap pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Berdasarkan Gambar 4.7. menunjukkan bahwa N-gain tertinggi kelas eksperimen terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-X oleh kristal sebesar 82% dengan kategori tinggi dan terendah terjadi pada pokok bahasan sebesar 71% dengan kategori tinggi. Perolehan N-gain kelas kontrol tertinggi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 59% dengan kategori sedang dan terendah pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal sebesar 34% dengan kategori sedang.
Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep tiap pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data lengkap hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berdasarkan analisis statistik dapat terlihat bahwa semua data terdistribusi normal kecuali pada pokok bahasan elektron bebas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta semua data homogen.
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Uji Normalitas (α = 0,05) Uji-t atau uji Mann-Whitney Pokok
Taraf
Uji Homo- Nilai U
No Bahasa
Taraf n
Signifi Ket
1. 0,147 Normal (Homogen t=2,087 0,040 Signifikan kristal
2. 0,060 Normal (Homogen t=2,416 0,018 Signifikan sinar-x
3. 0,554 Normal (Homogen t=3,066 0,003 Signifikan kristal
0,000 Signifikan bebas
Norma Normal (Homogen
5. pita 0,573 Normal (Homogen t=3,870 0,000 Signifikan
energi
Selanjutnya dilakukan uji- t pada taraf signifikasi (α = 0,05) untuk pokok bahasan struktur kristal, difraksi sinar-x, ikatan kristal, teori pita energi dan uji Mann-Whitney pada pokok bahasan elektron bebas dengan hasil berbeda secara signifikan pada taraf signifikasi antara 0,000 sampai dengan 0,040 yang berarti terdapat perbedaan signifikan rerata N-gain pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep secara signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaaan MIA-PIZA dapat lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan model perkuliahan dengan bahan ajar lain.
4. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pendahuluan Fisika Zat Padat Tiap Indikator
Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dinilai dari jawaban tes awal dan tes akhir setelah mengikuti perkuliahan. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi: (1) melaporkan berdasarkan pengamatan, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3) menentukan definisi materi subyek, (4) menerapkan prinsip yang dapat diterima, (5) Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dinilai dari jawaban tes awal dan tes akhir setelah mengikuti perkuliahan. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi: (1) melaporkan berdasarkan pengamatan, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3) menentukan definisi materi subyek, (4) menerapkan prinsip yang dapat diterima, (5)
Tabel 4.8. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap indikator KBK
Kelas Kontrol Pokok Bahasan
Kelas Eksperimen
%Tes %Tes
N- awal Akhir gain awal Akhir gain
N-
%Tes %Tes
30 pengamatan Menemukan persamaan dan
Melaporkan berdasarkan
41 perbedaan Menentukan definisi materi
41 subyek Menerapkan prinsip yang dapat
51 diterima Menggeneralisasi
28 Mengidentifikasi alasan yang
33 dikemukakan Menjawab pertanyaan tentang
27 fakta Keterangan: N kelas eksperimen 37 dan N kelas kontrol 36
Persentase perolehan skor indikator keterampilan berpikir kritis tes akhir pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator menerapkan prinsip yang dapat diterima sebesar 86,9% dan terendah terjadi pada indikator menjawab pertanyaan tentang fakta sebesar 75,1% sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes akhir tertinggi terjadi pada indikator menerapka prinsip yang dapat diterima sebesar 69,9% dan terendah terjadi pada indikator menemukan persamaan dan perbedaan sebesar 43,5%. Dengan demikian persentase pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap indikator setelah dilakukan tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan.
Perbandingan persentase N-gain keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap indikator ditunjukkan pada Gambar 4.8. Perolehan N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator melaporkan berdasarkan pengamatan yaitu sebesar 77% dengan kategori tinggi dan terendah terjadi pada indikator menjawab pertanyaan tentang fakta sebesar 55% dengan kategori sedang, sementara pada kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi pada indikator menerapkan prinsip yang dapat diterima yaitu sebesar 51% dengan kategori sedang dan terendah terjadi pada indikator menjawab pertanyaan tentang fakta sebesar 27% dengan kategori rendah. Dari analisis dapat diketahui peningkatan N-gain keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Eksperimen,
Eksperimen, Eksperimen,
KBK1, 77 Eksperimen, KBK3, 76
KBK4, 76 Eksperimen, Eksperimen,
Kontrol, KBK4, 51
Eksperimen
a in
Kontrol, KBK2, 41 Kontrol, KBK3, 41
-g
Kontrol
Kontrol, KBK1, 30 N
Kontrol, KBK6, 33
Kontrol, KBK5, 28
Kontrol, KBK7, 27
Keterangan :
KBK 1= melaporkan berdasarkan pengamatan, KBK2=menemukan persamaan dan perbedaan, KBK3= menentukan definisi materi subyek, KBK4= menerapkan prinsip yang dapat diterima, KBK5= menggeneralisasi, KBK6= mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, KBK7= menjawab pertanyaan tentang fakta
Gambar 4.8. Grafik perbandingan N-gain tiap indikator KBK
Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan antara penguasaan konsep tiap pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data lengkap hasil analisis statistik keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran C. Rekapitulasi hasil uji statisik keterampilan berpikir kritis untuk tiap indikator dapat dilhat pada Tabel 4.9. Berdasarkan analisis statistik dapat terlihat bahwa semua data terdistribusi normal, dan homogen baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kecuali pada indikator KBK5 data kelas eksperimen tidak terdistribusi normal dan data pada KBK6 data tidak homogen. Selanjutnya dilakukan uji- t pada taraf signifikasi (α = 0,05) untuk indikator KBK1, KBK2, KBK3, KBK4, KBK7 dan uji Mann-Whitney untuk KBK5 dan KBK6.
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Statistik Keterampilan Berpikir Kristis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Uji Normalitas (α = 0,05) Uji-t atau uji Mann-Whitney (α = 0,05) N Indikato
Taraf
Uji Homo- Nilai U
Signifi Ket
1 0,22 0,08 Norma Norma
KBK1 (Homogen t=3,497 0,001 Signifikan .
2 0,13 0,22 Norma Norma
KBK2 (Homogen t=3,800 0,000 Signifikan .
3 0,16 0,13 Norma Norma
KBK3 (Homogen t=3,673 0,000 Signifikan .
4 0,52 0,35 Norma Norma
KBK4 (Homogen t=2,624 0,011 Signifikan .
6 0,07 0,29 Norma Norma
7 0,06 0,39 Norma Norma
Hasil uji-t dan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa semua indikator keterampilan berpikir kritis berbeda secara signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Disimpulkan bahwa penggunaan MIA-PIZA lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan dengan model perkuliahan dengan bahan ajar lain.
5. Hubungan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen
Hubungan penguasaan konsep setiap pokok bahasan dengan indikator keterampilan berpikir kritis mahasiswa dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran C. Hasil perhitungan hubungan pokok bahasan dan indikator keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil rekapitulasi hubungan pokok bahasan dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa
Indikator KBK *r **kategori Bahasan
Pokok
Struktur Menentukan definisi materi subyek 0,23 rendah kristal Menjawab pertanyaan tentang fakta 0,06 sangat rendah Melaporkan berdasarkan pengamatan 0,60 sedang
Menemukan persamaan dan
0,20 sangat rendah
perbedaan Mengidentifikasi alasan yang
0,30 rendah
dikemukakan Menerapkan prinsip yang dapat
0,53 Sedang
diterima
Difraksi
Menerapkan prinsip yang dapat
0,53 sedang
sinar-x diterima Menggeneralisasi
0,22 rendah Ikatan
Menentukan definisi materi subyek 0,59 sedang
kristal Menemukan persamaan dan
0,77 kuat
perbedaan Mengidentifikasi alasan yang
0,56 sedang
dikemukakan
Menjawab pertanyaan tentang fakta 0,82 sangat kuat
Indikator KBK *r **kategori Bahasan
Pokok
Elektron
Mengidentifikasi alasan yang
0,72 kuat bebas Tabel 4.10. Hasil rekapitulasi hubungan pokok bahasan dan keterampilan berpikir dikemukakan Menggeneralisasi kritis mahasiswa (lanjutan) 0,73 kuat Melaporkan berdasarkan pengamatan 0,24 Rendah
Teori pita Menentukan definisi materi subyek 0,58 sedang energi Menjawab pertanyaan tentang fakta 0,47 sedang
Menemukan persamaan dan
0,48 sedang
perbedaan Mengidentifikasi alasan yang
0,49 sedang
dikemukakan Menggeneralisasi
0,58 sedang
Keterangan : *r = koefisien korelasi **kategori = (0,00-0,20=sangat rendah), (0,21-0,40=rendah), (0,41-0,60=sedang),
(0,61-0,80=kuat) dan (0,81-1,00=sangat kuat)
Hubungan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir jika dilihat dari korelasi tiap pokok bahasan dengan indikator keterampilan berpikir kritis bervariasi dari yang sangat rendah sampai dengan yang sangat kuat. Dengan melihat hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa bervariasi.
6. Hasil Observasi Keterlaksanaan Model MIA-PIZA
Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan perkuliahan pendahuluan fisika zat padat dengan menggunakan MIA-PIZA. Aspek yang diamati dalam observasi meliputi kegiatan awal meliputi motivasi, brainstorming dan penyampaian tujuan perkuliahan sesuai dengan silabus dan SAP. Aspek kegiatan dosen meliputi menyajikan materi melalui multimedia interaktif adaptif, menjawab pertanyaan mahasiswa, mengawasi dan membantu kesulitan mahasiswa. Aspek kegiatan mahasiswa meliputi: mempelajari materi melalui multimedia interaktif adaptif, mengikuti aktifitas belajar sesuai dengan tuntunan program dalam multimedia interaktif adaptif, menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan materi yang dipelajari, mencatat hal-hal yang dianggap perlu, mengerjakan latihan soal yang ada, mengulang kembali pembelajaran tentang materi yang dipelajari jika diperlukan. Aspek kegiatan penutup meliputi: merangkum, refleksi, tugas terstruktur. Data lengkap hasil observasi dapat dilihat pada lampiran C. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dapat dilihat dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran
No Kegiatan %keterlaksanaan
1 Kegiatan awal 95,6
2 Kegiatan dosen 93,3
3 Kegiatan mahasiswa 92,2
4 Kegiatan akhir 93,3
Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat rerata sebesar 93,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keterlaksanaan model MIA-PIZA pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat tergolong tinggi Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat rerata sebesar 93,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keterlaksanaan model MIA-PIZA pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat tergolong tinggi
7. Tanggapan Mahasiswa terhadap Model MIA-PIZA
Tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dijaring dengan angket tertutup yang terdiri 24 pernyataan yang terdiri dari 3 aspek yaitu aspek isi, aspek teknis dan aspek penyajian. Data lengkap hasil angket mahasiswa dapat dilhat pada lampiran C. Rekapitulasi persentase tanggapan mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Rekapitulasi tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat
No Aspek Kriteria
Rerata
1 Isi kebenaran konsep 84 kedalaman konsep 82 keluasan konsep 83
melatihkan cara pemecahan
masalah 83 struktur penyajian 85 aliran penyajian 86 kabahasaan tulis 86 kebahasaan narasi 88
2 Teknis tautan (link) menu dan sub-menu 89 navigasi tautan (link) 93 bantuan 89 pilihan jawaban pada soal 93 elemen-elemen media 91 keinteraktifan 85 keadaptifan 87 kemudahan bagi pengguna 85
3 Penyajian kejelasan 84 relevansi 87 pengorganisasian 84 kemenarikan 87 keyakinan 86 kepuasan 86 hasil 86 tindak lanjut 91
Hasil analisis diperoleh persentase tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat baik/tinggi. Rerata persentase untuk rubrik isi 85%, rubrik teknis 89% dan rubrik penyajian 87%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan yang baik terhadap model yang dikembangkan sehingga dapat disimpulkan bahwa model MIA-PIZA memberikan motivasi yang baik pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat.
8. Tanggapan Dosen terhadap Model MIA-PIZA
Tanggapan dosen terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dijaring dengan angket tertutup yang terdiri 24 pernyataan yang terdiri dari 3 aspek yaitu aspek isi, aspek teknis dan aspek penyajian. Terdapat 2 orang dosen Tanggapan dosen terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dijaring dengan angket tertutup yang terdiri 24 pernyataan yang terdiri dari 3 aspek yaitu aspek isi, aspek teknis dan aspek penyajian. Terdapat 2 orang dosen
Tabel 4.13. Rekapitulasi tanggapan dosen terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat
No Aspek Kriteria
Rerata
1 Isi kebenaran konsep 100 kedalaman konsep 100 keluasan konsep 100
melatihkan cara pemecahan
masalah 88 struktur penyajian 100
aliran penyajian 100 kabahasaan tulis 100
kebahasaan narasi 88
2 Teknis tautan (link) menu dan sub-menu 100 navigasi tautan (link) 100
bantuan 88 pilihan jawaban pada soal 100 elemen-elemen media 100
keinteraktifan 88 keadaptifan 100 kemudahan bagi pengguna 100
3 Penyajian kejelasan 88 relevansi 100 pengorganisasian 88 kemenarikan 100 keyakinan 100 kepuasan 100
hasil 88 tindak lanjut 100 Dari hasil analisis diperoleh persentase tanggapan dosen terhadap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat baik/tinggi. Rerata persentase untuk rubrik isi 97%, rubrik teknis 97% dan rubrik penyajian 95%. Hal ini menunjukkan bahwa model
MIA-PIZA memberikan alternatif dalam perkuliahan pendahuluan fisika zat padat dalam keterbatasan laboratorium fisika zat padat.