95120731 PENGEMBANGAN MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS M
PENGEMBANGAN MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU DISERTASI
Oleh:
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru. Karakteristik MIA-PIZA terdiri dari teks, audio, simulasi, animasi dengan mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif; 2) tahap pengembangan desain model multimedia interaktif adaptif yang dilengkapi dengan validasi 3 orang ahli, ujicoba terbatas terhadap
7 mahasiswa, dan revisi, serta evaluasi akhir; 3) tahap implementasi model dengan menggunakan penelitian kuantitatif eksperimen kuasi terhadap 37 mahasiswa LPTK di Sumatera Selatan sebagai kelas eksperimen dan 36 mahasiswa sebagai kelas kontrol. Instrumen untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis berupa tes pilihan ganda, lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model dan angket untuk mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa. Uji beda rerata N-gain digunakan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Persentase rerata N-gain penguasaan konsep kelas yang menggunakan MIA-PIZA 74% (kategori tinggi) dan kelas kontrol 47% (kategori sedang). Keterampilan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen meningkat signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan tertinggi pada indikator melaporkan berdasarkan pengamatan 77% (kategori tinggi) dan terendah pada indikator menjawab pertanyaan tentang fakta 55% (kategori sedang). Persentase keterlaksanaan perkuliahan di kelas sebesar 93,6% (kategori tinggi). Mahasiswa dan dosen memberikan tanggapan positif terhadap model yang dikembangkan. Disimpulkan MIA- PIZA secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru dibandingkan dengan model pembelajaran dengan bahan ajar lain.
ABSTRACT
The aim of this study to develop an adaptive-interactive multimedia model on Introductory Solid-State Physics course to improve students’ critical thinking skills and mastery of solid-state physics concepts. The model covers materials such as texts, audios, simulations, and animations that had been designed to adapt with students’ learning styles. The research using a Research and Development method that consist of three phases: 1) preliminary study using qualitative descriptive approach, 2) development of learning-software through activities that included expert judgment by three relevant experts, revision of the software based on a limited try out involving 7 students, and final evaluation, 3) justifications of the effectiveness of the final model using quasi-experimental method with 37 students of experimental class and 36 students of control class, conducted at an LPTK in South Sumatra Province. Instruments used in this study included a multiple-choice test to measure students’ mastery of concepts and critical thinking skills, observation sheet to assess the implementation of the model, and questionaires to gather responses of students and other relevant faculty members. A mean difference test was used to justify the statistical significance of the students’ concept mastery and critical thinking skills. The average normalized gain (N-gain) of students’ concept mastery was 74% (high category) for experimental class and 47% (medium category) for control class. The increas of students’ critical thinking in the experimental class was significantly higher than that of control class. In the experiment class, the highest achievement occurred in the indicator of ‘making report based on observation’ (N-gain = 77%, in high category) and the lowest achievement was in indicator of ‘answering a question of fact’ (N-gain = 55%, in medium category). The model has been implemented well in the classroom with implementation level of 93.6% (high category). Students and other faculty members gave positive responses to the model. In conclusion, the adaptive-interactive multimedia learning model is more effective than model of learning using other common teaching method in improving both critical thinking skills and concept mastery of solid-stated physics for the prospective physics teacher students.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendahuluan fisika zat padat adalah salah satu mata kuliah yang diajarkan pada program studi pendidikan fisika di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Tujuan mata kuliah adalah agar mahasiswa mampu memahami struktur kristal, difraksi sinar- x oleh kristal, ikatan kristal, elektron bebas dalam kristal, teori pita energi, serta dapat mengaplikasikannya sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi serta relevan dengan tuntutan kompetensi dalam standar nasional pendidikan. Secara umum mahasiswa perlu mempelajari fisika zat padat karena fisika zat padat menjadi dasar pengembangan teknologi saat ini. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika zat padat seperti penemuan piranti mikroelektronik yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Penggunaan Physics Education Technology (PhET) saat ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran fisika (Finkelstein, 2006).
Berbagai produk teknologi berbasis fisika material dan elektronik yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti komputer, laser, GPS (global positioning system), jaringan serat optik pita lebar, tomografi komputer dan lain sebagainya merupakan produk teknologi nyata dari kegiatan riset dasar fisika dalam kurun waktu 40-50 tahun terakhir. Laju lompatan yang spektakuler di bidang teknologi informasi dan komunikasi modern saat ini tidak terlepas dari gencarnya riset dibidang fisika zat padat seperti penemuan metode-metode baru dan pembuatan material semikonduktor, berbagai jenis transistor dengan kinerja tinggi, integrasi komponen menjadi chip tunggal, laser semikonduktor, media penyimpan data dengan densitas tinggi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, teknologi menjadi tenaga penggerak (driving force) dalam perubahan perilaku manusia dari masyarakat industri menjadi masyarakat berbasis pengetahuan dan informasi (knowledge and information based society). Tidak dipungkiri bahwa riset dasar fisika khususnya fisika material telah banyak memberikan kontribusi nyata dalam kemajuan teknologi suatu negara yang pada gilirannya akan bermuara pada kemajuan di bidang ekonomi sekaligus menjadi bangsa yang disegani di kancah internasional (Sembiring, 2008).
Selama ini sebagian dosen mengajarkan materi pendahuluan fisika zat padat dengan metode ceramah, diskusi, penugasan dan jarang sekali menggunakan media dalam perkuliahan. Hal ini menyebabkan kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan submikroskopik. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa hasil belajar fisika zat padat pada suatu LPTK dalam enam tahun terakhir masih tergolong rendah yaitu sebesar 58 (2005), 56 (2006), 53 (2007), 56 (2008)
55 (2009) dan 61(2010) pada skala 1-100. Rendahnya hasil belajar fisika zat padat tersebut salah satunya disebabkan kecenderungan dosen lebih menekankan pada aspek matematis dalam perkuliahan. Agar konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat mudah dipahami oleh mahasiswa perlu adanya inovasi dalam perkuliahan. Salah satu inovasi dalam perkuliahan dengan pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk multimedia interaktif (Wiyono, 2009).
Berbagai penelitian pemanfaatan multimedia interaktif (MMI) dalam perkuliahan fisika telah dilakukan. MMI dalam perkuliahan fisika dasar dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika dasar (Dori dan Belcher, 2005) meningkatkan penguasaan konsep calon guru fisika (Darmadi dkk, 2007; Gunawan dkk, 2008), mengatasi miskonsepsi fisika dasar mahasiswa (Muller & Sharma, 2007), meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan generik sains (Budiman dkk, 2008; Yahya dkk, 2008, Wiyono dkk, 2009). Keberhasilan MMI dalam perkuliahan fisika dasar disebabkan mahasiswa lebih aktif dan mandiri (Darmadi dkk, 2007), animasi komputer dalam MMI dapat memvisualisasikan proses-proses abstrak yang multahil dilihat atau dibayangkan (Burke, 1998), mampu menayangkan kembali informasi-informasi yang diperlukan.
Penggunaan multimedia interaktif pembelajaran pada fisika lanjut sangat membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Menurut McKagan (2007) mahasiswa akan lebih mudah memahami konsep mekanika kuantum yang bersifat abstrak dengan bantuan software interaktif. Wiyono (2009) menyatakan bahwa konsep-konsep relativitas khusus yang bersifat abstrak dapat dipahami oleh mahasiswa dengan bantuan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Berbagai penelitian lain tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran fisika dalam membantu memahami konsep-konsep fisika dapat diringkas dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif
Finkelstein, N.D. et al. (2005). When Simulasi komputer Penggunakan simulasi learning about the real world is better menggantikan
komputer dapat
done virtually: A study of substituting peralatan nyata
menggantikan
computer simulations for laboratory peralatan nyata pada equipment.
Physics Education
rangkaian listrik
Research 1, 010103: 1-8
sederhana
Dancy, M.H. and Robert Beichner
Model asesmen
Asesmen animasi
(2006). Impact of animation on animasi untuk dapat meningkatkan assessment of conceptual pemahaman
hasil penilaian
understanding in physics. Physics konsep Education Research 2, 010104: 1-7. Thaden-Koch, T. C., Robert J. Dufresne Model animasi dan
Terdapat perbedaan and Jose P. Mestre . (2006).
penilian mahasiswa Coordination of knowledge in judging
pengaruhnya
fisika dan mahasiswa animated motion. Physics Education
koordinasi
pengetahuan
psikologi dalam
Research 2, 020107: 1-11.
mendeskripsikan animasi gerak bola
Finkelstein, N.D. et al. (2006). HighTech Penggunaan PhET Pada kondisi yang Tools for Teaching Physics: The dapat
tepat simulasi PhET Physics Education Technology Project. menggantikan
lebih produktif
MERLOT Journal of Online Learning peralatan nyata dibandingkan dengan and Teaching Vol. 2, No. 3, September
metode tradisional
2006. Department of Physics University of Colorado at Boulder Boulder, Colorado, USA.
Damirci, N. (2007). A Study About Penggunaan Penggunaan program Student’ Misconceptions In Force And program
fisika yang berbasis Motion Concept By Incorporating A pembelajaran
web meningkatkan Web-Assisted Physics Program. The berbasis web
prestasi siswa dalam Turkish Online Journal of Educational meningkatkan
memahami konsep Technology-TOJET Vol. 4
penguasaan
gaya dan gerak
konsep
Sarantos, P. and Fotini Paraskeva. AHS berpengaruh
Penggunaan AHS
(2007). Enhance Learning Based on pada komponen
berdasarkan pada
Psychological Indexes and Individual metakognitif
klasifikasi variabel
Preferences for a Physics Course Using kognitif FD/FI memiliki An Adaptive Hypermedia Learning
dampak kuat terhadap Enviro. The International Journal of
peningkatan
Learning. 14, (6) : 69-76. komponen-komponen metakognitif
Buffler, A, et.al. (2008). A model-based Pandangan model
Fisika teori, fisika
view of physics for computational berbasis fisika dan model dan fenomena activities in the introductory physics model konseptual
dunia nyata dapat
course. American Journal of Physics. yang relevan untuk
meningkatkan
76, (4&5): 431-437.
tugas komputasi
pemahaman sistem fisika pemecahan masalah numerik
Kortemeyer, G. et.al. (2007). Pengembangan
Model pekerjaan
Experiences using the open-source model PR LON- rumah dengan LON- learning content management and CAPA
CAPA dapat menjadi assessment system LON-CAPA in alat bantu belajar yang
introductory physics courses. American
efektif.
Journal of Physics. 76 (4&5): 438-444. McKagan, S. B., et. al. (2007). Penggunaan PhET
Simulasi PhET untuk Developing and Researching PhET membantu
mekanika kuantum simulations for Teaching Quantum mahasiswa
membantu kesulitan Mechanics.
Physics Education memahami konsep mahasiswa memahami Research 1, 0709 : 4503.
mekanika kuantum
mekanika kuantum
yang abstrak
yang menurut mahasiswa sulit karena abstrak
Zacharia, Z.C. and Constantinos P. Perbandingan lab
Penggunaan
Constantinou. (2008). Comparing the fisik dan virtual lab manipulasi fisik dan influence of physical and virtual dalam
virtual manipulasi
manipulatives in the context of the meningkatkan
dalam kurikulum
Physics by Inquiry curriculum: The case pemahaman
Physics by Inquiry
of undergraduate students’ conceptual konsep dan
dapat memberikan
understanding of heat and temperature. pengalaman belajar pengalaman yang American Journal of Physics. 76 (4&5):
sama dalam
425-430.
meningkatkan pemahaman konsep yang berkaitan dengan suhu dan perubahan suhu
Kortemeyer, G. (2009). Gender Perbedaan gender
Perbedaan gender
differences in the use of an online mempengaruhi efektif pada PR online homework system in an introductory hasil PR online
untuk kelas besar
physics course. Physics Education (CAPA)
pada kuliah fisika
Research 5, 010107: 1-8. dasar, mahasiswa laki- laki dan perempuan berinteraksi berbeda dengan sistem PR online pada setting yang sama. Hanya ada perbedaan sedikit dalam tes FCI
Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model
Penggunaan multimedia interaktif selain dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pada materi relativitas khusus yang bersifat abstrak penggunaan multimedia interaktif secara signifikan dapat meningkatkan Penggunaan multimedia interaktif selain dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Pada materi relativitas khusus yang bersifat abstrak penggunaan multimedia interaktif secara signifikan dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian pemanfaatan MMI pada pembelajaran fisika, MMI umumnya memberikan tampilan materi pembelajaran yang sama untuk setiap pengguna, karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu, seorang pengguna multimedia interaktif ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat, akibatnya efektivitas pembelajaran tidak optimal. Seharusnya suatu sistem multimedia interaktif dapat memberikan materi pembelajaran yang tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan pengguna, dan cara mempresentasikan materi pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar pengguna. Dengan kata lain sistem multimedia interaktif seharusnya dapat mengadaptasikan tampilannya terhadap berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga mempunyai efektivitas pembelajaran yang tinggi.
Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian tentang pengembangan model multimedia interaktif adaptif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru pada mata kuliah pendahuluan fisika zat padat.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah pengembangan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru? “ Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Bagaimanakah karakter model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat?
2. Bagaimanakah profil gaya belajar mahasiswa dan pola kaitan materi subyek calon guru yang menempuh mata kuliah fisika zat padat?
3. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat terhadap peningkatan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat?
4. Bagaimanakah pengaruh model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa?
5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penggunaan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dalam pembelajaran?
6. Bagaimana keunggulan dan kelemahan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dan menganalisis pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa calon guru.
D. Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini antara lain:
1. Memberikan alternatif model pembelajaran pendahuluan fisika zat padat dalam 1. Memberikan alternatif model pembelajaran pendahuluan fisika zat padat dalam
2. Memberikan kerangka pemikiran dalam perbaikan pendidikan guru fisika di LPTK
dalam kegiatan perkuliahan dan penguasaan materi subyek pendahuluan fisika zat padat serta keterampilan berpikir mahasiswa calon guru dalam rangka peningkatan mutu guru fisika di lapangan.
3. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan memuat beberapa simulasi yang dapat dilakukan untuk mendukung pembelajaran yang selama ini jarang dilakukan karena keterbatasan alat dan bahan.
4. Pengembangan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dilengkapi tes adaptif yang dapat mengungkapkan gaya belajar mahasiswa sehingga memberikan pilihan kepada mahasiswa dalam mempelajari bahan ajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka dibuat pembatasan permasalahan sebagai berikut:
1. Multimedia interaktif adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah multimedia interaktif yang terdiri dari presentasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa pada kuliah pendahuluan fisika zat padat sehingga mereka belajar dalam lingkungan yang menyenangkan.
2. Model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat yang dikembangkan terdiri dari pada pokok bahasan struktur kristal, difraksi sinar- x oleh kristal, ikatan kristal, elektron bebas dalam kristal, teori pita energi.
3. Penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat adalah kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat setelah perkuliahan. Penguasaan konsep diukur dengan tes pilhan ganda yang dibuat berdasarkan analisis konsep materi subyek pendahuluan fisika zat padat. Analisis penguasaan konsep disusun berdasarkan pokok bahasan pendahuluan fisika zat padat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah lima pokok bahasan.
4. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan menyelesaikan masalah, berpikir reflektif dan masuk akal yang difokuskan pada pengambilan keputusan yang dilakukan atau diyakini. Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) melaporkan berdasarkan pengamatan, (2) menemukan persamaan dan perbedaan, (3) menentukan definisi materi subyek, (4) menerapkan prinsip yang dapat diterima, (5) menggeneralisasi, (6) mengidentifikasi alasan yang dikemukakan, (7) menjawab pertanyaan tentang fakta.
BAB II MULTIMEDIA INTERAKTIF ADAPTIF, KONSEP PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
A. Multimedia Interaktif Adaptif
Menurut Arsyad (2006) multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Multimedia dapat berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video, yang mana perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan pada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media itu. Munir (2008) menyatakan multimedia sebagai suatu sistem komputer yang terdiri dan hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk menggabungkan berbagai komponen seperti gambar, video, grafik, animasi, suara, teks, dan data yang dikendalikan dengan program komputer. Dengan kata, teknologi multimedia mencakup berbagai media dalam sofware pembelajaran yang interaktif. Sajian multimedia dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai media yang menampilkan teks, suara, grafik, video, animasi dalam sebuah tampilan yang terintegrasi dan interaktif.
Multimedia interaktif yang terdiri dari presentasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi dan simulasi interaktif dapat mengadaptasi perbedaan cara belajar siswa sehingga mereka belajar dalam lingkungan yang menyenangkan. Visualisasi yang disajikan memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menggunakan panca indera mereka dengan optimal sehingga informasi yang masuk ke bank memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk dipanggil pada saat informasi tersebut digunakan. Pemrosesan informasi dalam pembentukan konsep akan mudah dipanggil apabila tersimpan dalam memori jangka panjang terutama dalam bentuk gambar (Matlin, 1994).
Berdasarkan berbagai hasil penelitian pemanfaatan MMI pada pembelajaran fisika seperti pada latar belakang, MMI selalu mengasumsikan bahwa mahasiswa sebagai pengguna memiliki kemampuan dan latar belakang yang sama. Pada perkembangannya multimedia interaktif diharapkan mampu mengadaptasi perbedaan individu penggunanya. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem multimedia interaktif yang adaptif. Menurut M. Odritscher (2004), sistem adaptif merupakan sistem yang mengadaptasi pengetahaun (knowledge) dari konten materi pembelajaran kepada mahasiswa secara adaptif. Sedangkan menurut Oxford advanced learner’s dictionary (2005), adaptif dapat didefinisikan sebagai “adaptive adj: (technical) concerned with changing; able to change when necessary in order to deal with different situations”. Untuk mengembangkan sistem adaptif ada beberapa model yang telah dikembangkan. Model sistem adaptif merupakan bentuk rancangan arsitektur yang dapat dijadikan pedoman dasar dalam pengembangan sistem multimedia adaptif. Menurut De Bra et. al., (1999), model sistem adaptif dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu: adaption model, domain model dan user model, seperti Gambar 2.1.
Adaptation model
Storage layer Domain model
User model
Gambar 2.1. Model sistem adaptif menurut De Bra et. al., (1999) Berdasarkan model sistem adaptif Gambar 2.1., model adaptasi (adaptation model) ditempatkan diantara model domain (domain model) dan model pengguna (user model) didalam lapisan penyimpanan data (storage layer). Sedangkan Brusilovsky dan Maybury (2002), menjelaskan model sistem adaptif, seperti Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Model sistem adaptif menurut Brusilovsky dan Maybury (2002)
Berdasarkan Gambar 2.2. maka dapat dikatakan bahwa proses dari model sistem adaptif terdiri atas tiga tahap, yaitu: proses pengumpulan data tentang profil pengguna (user profile), proses membangun model pengguna (user model) dan proses model adaptasi (adaptation model).
Profil pengguna (user profile) merupakan proses untuk mendapatkan informasi awal tentang pengguna. Informasi yang didapatkan akan disimpan pada model pengguna dengan tidak melakukan perubahan. Keadaan informasi tersebut akan dapat mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu. Informasi profil pengguna yang terdapat pada model pengguna dapat dikategorikan menurut Brusilavsky (2001), sebagai berikut:
1) Student’s behavior, merupakan informasi tentang perilaku mahasiswa, seperti keadaan motivasi, gaya belajar dan sebagainya.
2) Student’s knowledge, merupakan informasi pengetahuan mahasiswa dalam memahami suatu materi pembelajaran. Pengetahuan mahasiswa dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: baru (novice), pemula (beginner), sedang (means), lanjut (advance), dan pakar (expert). Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkatan pengetahuan tersebut adalah dengan cara tes secara otomatis (auto evaluation) melalui sistem adaptif.
3) Student’s achievement, merupakan informasi hasil pencapaian mahasiswa dalam proses pembelajaran pada sistem multimedia adaptif. Hasil pencapaian tersebut dapat dilihat dari indikator perolehan nilai kuis atau latihan yang diberikan oleh sistem multimedia interaktif adaptif kepada mahasiswa.
4) Student's preferences, merupakan informasi suatu konsep struktur tentang preferensi mahasiswa dalam sistem multimedia adaptif. Preferensi tersebut bertujuan untuk mempresentasikan materi pembelajaran (konten, latihan, kuis,) dengan menggunakan dukungan komponen sistem multimedia interaktif adaptif.
B. Gaya Belajar
Terdapat banyak definisi tentang gaya belajar atau learning style. Menurut James dan Blank (1993), gaya belajar didefinisikan sebagai kebiasaan belajar dimana seseorang merasa paling efisien dan efektif dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan sesuatu yang dipelajari. Mc Loughlin (1999) menyimpulkan bahwa istilah gaya belajar merujuk pada kebiasaan dalam memperoleh pengetahuan. Honey dan Mumford (1992) mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai. Rita Dunn (DePorter, 2006) menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara Terdapat banyak definisi tentang gaya belajar atau learning style. Menurut James dan Blank (1993), gaya belajar didefinisikan sebagai kebiasaan belajar dimana seseorang merasa paling efisien dan efektif dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan sesuatu yang dipelajari. Mc Loughlin (1999) menyimpulkan bahwa istilah gaya belajar merujuk pada kebiasaan dalam memperoleh pengetahuan. Honey dan Mumford (1992) mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai. Rita Dunn (DePorter, 2006) menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara
Beberapa penelitian mengenai gaya belajar menunjukkan bahwa (1) beberapa pelajar mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lainnya, (2) beberapa pelajar belajar lebih efektif bila diajar dengan metode yang paling disukai, dan (3) prestasi pelajar berkaitan dengan bagaimana caranya belajar (Riding & Rayner, 1998). Gaya belajar mempengaruhi efektivitas pelatihan, tidak peduli apakah pelatihan tersebut dilakukan secara tatap muka atau secara on-line (Surjono, 2008). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar. Gaya belajar sering diukur dengan menggunakan kuesioner atau tes psikometrik (McLoughlin, 1999).
Salah satu gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya adalah visual, auditorial dan kinestetik (VAK). Gaya belajar VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan kinestetic dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik dilihat dari gaya belajar yang dominan (Rose, 1987). Gaya belajar VAK ini didasarkan atas teori modalitas yaitu meskipun dalam setiap proses pembelajaran peserta didik menerima informasi dari ketiga sensori tersebut, akan tetapi ada salah satu atau dua sensori yang dominan. Beberapa ciri dari masing-masing gaya belajar menurut DePorter (2006):
a. Gaya belajar visual: (1) rapi dan teratur, (2) berbicara dengan tepat, (3) perencana dan
pengatur jangka panjang yang baik, (4) teliti terhadap detail, (5) mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, (6) pengeja yang baik dan dapat melihat kata- kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (7) mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (8) mengingat dengan asosiasi visual, (9) biasanya tidak terganggu dengan keributan, (10) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya, (11) pembaca cepat dan tekun, (12) lebih suka membaca daripada dibacakan, (13) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah, (14) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat, (15) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, (16) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, (17) lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato, (18) lebih suka seni daripada musik, (19) sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata, (20) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika ingin diperhatikan.
b. Gaya belajar auditorial: (1) berbicara pada diri sendiri saat bekerja, (2) mudah terganggu oleh
keributan, (3) menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, (4) senang membaca dengan keras dan mendengarkannya, (5) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, (6) merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (7) berbicara dalam irama yang terpola, (8) lebih suka musik daripada seni, (9) belajar dengan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (10) suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesatu panjang lebar, (11) mempunyai masalah dengan pekerjaan- pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesaui satu sama lain, (12) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, (13) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
c. Gaya belajar kinestetik: (1) berbicara dengan perlahan, (2) menanggapi perhatian fisik, (3)
menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (7) belajar melaui memanipulasi dan praktik, (8) menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (10) banyak menggunakan isyarat tubuh, (11) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, (12) tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, (7) belajar melaui memanipulasi dan praktik, (8) menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (10) banyak menggunakan isyarat tubuh, (11) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, (12) tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah
Menurut Markova (1992) seseorang biasanya cenderung pada salah satu gaya belajar yang dominan. Secara ringkas gaya belajar visual memerlukan akses citra visual seperti belajar dengan cara melihat, mengikuti instruksi, ilustrasi, tertarik dengan warna, animasi dan simulasi. Gaya belajar auditorial memerlukan akses segala jenis audio seperti belajar dengan cara mendengar baik dialog, musik, nada tertentu. Sedangkan gaya belajar kinestetik memerlukan akses berupa gerak seperti belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh, meng-klik navigasi dan lainnya.
Gaya belajar seseorang sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Teori gaya belajar berangkat dari teori modalitas belajar VAK. Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas visual, auditorial dan kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas yang berperan sebagai saringan umtuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi (Grinder, 1981). Hal ini sesuai dengan model pemrosesan informasi dari teori belajar kognitif yang menjadi dasar pembelajaran berbasis komputer. Model pemrosesan informasi dapat dilihat seperti Gambar
Short term
Gambar 2.3. Model pemrosesan informasi (Rusman,2009)
Berdasarkan model ini data masuk ke sistem memori melalui pencatat sensor (sensory register), kemudian dikirim ke penyimpanan jangka pendek (short term store) selama sekitar 0,5 sampai 2 menit untuk dianalisis pendahuluan. Dari penyimpanan ini selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek atau disebut juga dengan memori kerja (working memory). Data yang sudah dianalisis disimpan selama 20 menit, kemudian ditransformasi dan kodifikasi menjadi bagian dari sistem pengetahuan yang disimpan pada memori jangka panjang (long term memory). Teori belajar kognitif ini banyak mengalami perkembangan dan sejalan dengan itu telah berkembang pula model-model pembelajaran yang mengaplikasikan teori ini. Di antara penerapan itu adalah dalam pembelajaran berbasis komputer.
Teori gaya belajar yang mengadaptasi perbedaan individu agar mendapatkan sesuatu sesuai dengan cara dan kemampuannya sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis komputer. Menurut Rusman (2009) sistem multimedia interaktif harus memenuhi prinsip-prinsip yaitu: (1) berorientasi pada tujuan pembelajaran, (2) berorientasi pada pembelajaran individual, (3) berorientasi pada pembelajaran mandiri dan (4) berorientasi pada pembelajaran tuntas. Dalam pembelajaran berbasis komputer terdapat berbagai model diantaranya model tutorial. Model tutorial merupakan program pembelajaran yang menggunakan sofware yang berisi antara lain: (1) penyajian informasi (presentation of information), (2) pertanyaan dan respon (question of responses), (3) penilaian respon (judging of responses), (4) pemberian balikan respon (providing feedback responses), (5) pengulangan (remidiation), (6) pengaturan pelajaran (sequencing lesson).
C. Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat
Belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan umumnya diawali dengan observasi terhadap kejadian atau obyek berdasarkan konsep yang telah kita miliki. Menurut Liliasari (2002) konsep sebagai gambaran mental dari gejala alam mempunyai lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau obyek yang dinyatakan dengan suatu label. Konsep adalah dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Namun secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Amin (1987) mendefinisikan konsep sebagai berikut (1) suatu gagasan yang relatif sempurna dan bermakna; (2) suatu pengertian tentang suatu obyek; (2) produk subyektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap obyek-obyek atau benda- benda melalui pengalamannya.
Liliasari (2002) mengemukakan konsep adalah sekumpulan atribut atau karakteristik umum terhadap contoh (orang, obyek, kejadian, ide) dari kelompok tertentu (bentuk, jenis, kategori) atau karakteristik yang menjadikan bagian tertentu sebagai contoh dari sesuatu yang membedakannya dari non-contoh. Konsep terdiri atas label konsep yang merupakan satu atau lebih istilah yang digunakan untuk menggambarkan seluruh contoh dari konsep tersebut dan karakteristik konsep yang merupakan penjelasan dari label yang bersangkutan.
Konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yang meliputi (1) atribut, yang berupa fisik ataupun fungsional, (2) struktur, yang menunjukkan keterkaitan antara atribut- atribut konsep, keterkaitan ini dapat konjungtif, disjungtif dan relasional; (3) keabstrakan, yang membedakan atas konkrit dan abstrak; (4) keinklusifan, yang menggambarkan luas atau sempitnya ruang lingkup suatu konsep; (5) keumuman, yang menggambarkan banyak (superordinat) atau sedikitnya (subordinat) hubungan suatu konsep dengan konsep lain, (6) ketepatan, yang menggambarkan kejelasan definisi suatu konsep sehingga mudah membedakan dari non-contoh; (7) kekuatan, menggambarkan pentingnya konsep berdasarkan pendapat umum
Dahar (1989) mengemukakan bahwa konsep diperoleh dengan dua cara yaitu melalui formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Formasi konsep erat kaitannya dengan perolehan ilmu melalui proses induktif. Dalam proses induktif anak dilibatkan belajar penemuan (discovery learning). Dengan melalui belajar penemuan, peserta didik akan merasakan suatu yang dipelajarinya akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara belajar klasik (hafalan). Sementara perolehan konsep melalui asimilasi erat kaitannya dengan proses deduktif. Dalam proses ini peserta didik memperoleh konsep dengan cara menghubungkan atribut konsep yang sudah dikenalnya dengan gagasan yang relevan yang sudah dalam struktur kognitifnya.
Berdasarkan atribut-atribut, konsep dapat dibagi menjadi delapan kelompok menurut Liliasari (2002) yaitu (1) konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat; (2) konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tak dapat dilihat; (3) konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat; (4) konsep yang berdasarkan suatu prinsip; (5) konsep yang melibatkan penggambaran simbol; (6) konsep yang menyatakan proses; (7) konsep yang menyatakan sifat; (8) konsep-konsep yang menunjukkan atribut ukuran. Pada umumnya konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu fisika sering dinyatakan dalam bahasa simbolik. Simbol-simbol ini merupakan manipulasi dari suatu atau beberapa penalaran proses IPA yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa komunikasi sehari-hari.
Peserta didik dalam belajar fisika dituntut memahami konsep-konsep yang ada, karena dengan menguasai dan memahami konsep akan memudahkan peserta didik dalam Peserta didik dalam belajar fisika dituntut memahami konsep-konsep yang ada, karena dengan menguasai dan memahami konsep akan memudahkan peserta didik dalam
Dahar (1989) mengemukakan bahwa manusia perlu mengetahui dan memahami sejumlah konsep, sebab konsep merupakan ide yang paling tinggi atau batu-batu pembangunan (building block) berpikir manusia.Keberhasilan proses pembelajaran fisika dipengaruhi motivasi, keterkaitan konsep baru dengan konsep yang telah dimiliki sebelumnya, hadirnya konsep baru dalam konteks yang relevan serta lingkungan belajar yang menyenangkan dan penuh antusiasme. Adanya multimedia interaktif membantu keberhasilan proses tersebut dalam hal membantu siswa menyimpan informasi baru dengan lebih mudah. Pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan, menghasilkan ingatan lebih baik terhadap konsep-konsep fisika yang dipelajari sehingga proses recall lebih efisien.
Kurikulum program studi pendidikan fisika LPTK mata kuliah pendahuluan fisika zat padat adalah mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa. Mata kuliah ini berbobot
3 SKS dan di keluarkan pada semester ganjil tiap tahunnya. Mata kuliah ini termasuk dalam kelompok mata kuliah keahlian bidang studi. Deskripsi mata pendahuluan fisika zat padat secara umum adalah agar mahasiswa memperlajari pendahuluan fisika zat padat karena fisika zat padat menjadi dasar pengembangan teknologi saat ini. Perkembangan pesat di bidang TIK dewasa ini diantaranya dipicu oleh temuan di bidang fisika zat padat seperti penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Kompetensi yang diharapkan dalam mata kuliah ini agar mahasiswa memiliki wawasan yang memadai dan menguasai pengetahuan tantang pendahuluan fisika zat padat, serta sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi. Tujuan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki wawasan dan menguasai pengetahuan mengenai, struktur kristal, difraksi sinar- x oleh kristal, ikatan kristal, elektron bebas dalam kristal dan teori pita energi serta dapat mengaplikasikannya sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi. Hasil analisis konsep mata kuliah pendahuluan fisika zat padat seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Analisis konsep pendahuluan fisika zat padat
Sub ordinat
Contoh
ordinat
1 Kristal Konsep
Garam dapur, intan, Belerang konkrit
Kristal mempunyai Kristal
Jenis atom
Zat padat
Amorf
Cacat kristal
Keteraturan letak
keteraturan letak
penyusun
cesium clorida, zinc padat
atom
kristal
ruang atom
sulfida
Model susunan ruang atom-atom
2 Amorf Konsep
Belerang padat Garam konkrit
Zat padat amorf
Zat padat amorf
Jenis atom
Zat padat
Kristal
Cacat kristal
Susunan atom
yang susunan
penyusun
dapur, intan,
atomnya dalam
cesium
dalam ruang
amorf
ruang tidak Model
Tidak teratur
susunan ruang
clorida, zinc
sulfida 3 Cacat kristal
teratur
atom-atom
Kristal berdasarkan terjadi bila
Konsep
Cacat kristal
Cacat kristal
Jenis atom
Kristal
Kristal
Cacat titik
Cacat titik
Susunan atom-
atom dalam
susunan atom-
sederhana
Cacat garis
Cacat garis
Tidak sempurna
Model
atomnya tidak
susunan atom
sempurna
dalam kristal
4 Cacat titik Konsep
Kekosongan (vacancy) Kristal berdasarkan pada titik kisi
Cacat titik terjadi
Cacat titik
Posisi titik
Cacat kristal Cacat garis
Cacat Schottky
Titik kisi tertentu
sempurna prinsip
kisi
tertentu
Cacat Frenkel
Sisipan (interstitial)
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
5 Cacat garis Konsep
Dislokasi luar Kristal berdasarkan pada sederetan
Cacat garis terjadi Cacat garis
Posisi
Cacat kristal Cacat titik
Dislokasi tepi
Sederetan titik
sempurna prinsip
sederetan titik
titik kisi yang
kisi
kisi
membentuk suatu Membentuk
Tabel 2.1. Analisis konsep pendahuluan fisika zat padat (lanjutan) suatu garis
garis
6 Cacat bidang Konsep
Cacat batas butir Kristal berdasarkan terjadi akibat
Cacat bidang
Cacat bidang
Ketidak-
Cacat kristal Cacat titik
Cacat batas
Pada ketidak-
sempurna prinsip
teraturan arah
butir
arah atom dalam Arah atom kristal
7 Cacat ruang Konsep
Cacat salah susun Kristal berdasarkan terjadi akibat
Cacat ruang
Cacat ruang
Salah susunan Cacat kristal Cacat bidang
Cacat salah
Ruang berpori
sempurna prinsip
berpori/salah susunan
8 Kisi Konsep
Kisi segi panjang abstrak
Kisi mempunyai
Kisi
Pola susunan
Geometri
Basis
Kisi bujur
Susunan titik
susunan titik yang
titik
teratur dan Keteraturan
periodik dalam
Dalam ruang
kannya
ruang
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
9 Basis Konsep
Vektor basis a, b, c abstrak
Basis merupakan
Basis
Posisi atom-
Geometri
Kisi bravais
Sel satuan
Sekumpulan
sekumpulan atom
atom
Posisi pada
kristal
yang berada
atom
Disekitar titik
titik kisi
disekitar titik kisi
kisi
10 Sel primitif Konsep
Kisi bujur sangkar Intan abstrak
Sel primitif
Sel primitif
Jumlah titik
Geometri
Basis
Sel satuan
Sel satuan
merupakan sel
kristal
kisi per sel
Satu titik kisi
Besarnya
satuan dengan
per sel
volume per sel
hanya satu titik
Mempunyai
kisi per sel dan
volume terkecil
mempunyai volume yang paling kecil
11 Indeks millers Konsep
Indeks Millers
Indeks Millers
Variasi
Geometri
Kisi kristal
Indeks bidang
(h k l)
Sebuah bilangan
Indeks bidang
bilangan yang
indeks bidang digunakan untuk
menyatakan indeks bidang
12 Sinar-X Konsep
Sinar-X bremstrahlung Sinar laser konkrit
Sinar-X diperoleh
Difraksi sinar- Karakterisasi
Pengereman
dari pengereman
gelombang
Elektromag- x
sinar-X
elektron oleh
elektron
elektro-
Sinar-X karakteristik
anoda/ transisi
Transisi
Pergerakan
elektron dari kulit
elektron
alektron
luar kekulit bagian Kulit luar
Transisi
Kulit dalam
dalam
elektron
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
13 Difraksi sinar- Konsep
Difraksi sinar-X
Difraksi sinar-X
Hukum Bragg
Penyeberan
x konkrit
merupakan
penyebaran
(pemantulan) Pengerauh
gelombang oleh
kristal
permukaan kristal
14 Kisi resiprokal Konsep
Kisi resiprokal
Kisi resiprokal
Sebuah kisi
dan berdasarkan mempunyai
Difraksi
Kisi bravais
Vektor basis
Vektor basis
Vektor basis
Vektor
sinar-X
prinsip
a dan , b a , b c
vektor basis
dan c
15 Ikatan atom Konsep
Ikatan ionik dalam kristal
Ikatan antar
Ikatan atom
Jenis ikatan
Ikatan kimia Ikatan inti
Gaya dan
berdasarkan atom-atom dalam
dalam kristal
Terbentuk
energi ikat
prinsip
kristal yang
Dalam kristal
kristal
Ikatan kovalen
Ikatan logam
terbentuknya
kristal
Ikatan van der Waals 16 Gaya antar
kristal
Gaya tarik dan Gaya coulomb Gaya berat atom dalam
Konsep
Gaya antar atom
Gaya antar atom Jenis gaya
Ikatan kimia Energi ikat
abstrak
dalam kristal
dalam kristal
Terjadi antar
gaya tolak
Gaya tarik
kristal
merupakan gaya
atom dalam
Gaya
Gaya tolak
kristal
tarik atau tolak
gravitasi
Antar atom
antar atom-atom
dalam kristal
dalam kristal
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
17 Energi ikat Konsep
Energi ikat atom
Energi ikat atom Jenis energi
Ikatan kimia Gaya antar
Energi Tarik
E N = E A Energi kinetik + E R
Energi
Jarak antar
atom abstrak
energi minimum
atom
yang diperlukan
minimum
atom
Energi tolak
Energi
untuk Memisahkan
potensial
atom memisahkan atom Pada jarak tak
kejarak yang tak
terbatas
terbatas
18 Ikatan ion Konsep
Ikatan Na dengan Cl HCl berdasarkan terbentuk antara
Ikatan ion
Ikatan ion
Jenis ikatan
Ikatan kimia Ikatan
Elektron
Interaksi ion
kimia
prinsip ion-ion logam logam dan ion ion logam non logam Ion-
kovalen
valensi
Ion non logam
dengan non-
logam
19 Ikatan Konsep
CH 4 Nacl kovalen
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen
Jumlah
Ikatan kimia Ikatan ionik
Pemakaian
Penggunaan
berdasarkan terjadi bila
elektron yang
bersama oleh
Atom-atom
atom-atom yang
yang berikatan
berikatan
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
20 Ikatan logam Konsep
CH 4 berdasarkan terjadi bila
Ikatan logam
Ikatan logam
Jumlah
Ikatan kimia Ikatan
Elektron bebas Wolfram
Terjadi akibat
elektron bebas
kovalen
prinsip
melewati Melewati
elektron bebas
elektron bebas
seluruh logam keseluruhan
logam
21 Ikatan van der Konsep
Ikatan hidrogen Ikatan kimia Waals
Ikatan Van Der
Ikatan Van Der
Besarnya gaya Ikatan kimia Ikatan logam
Ikatan
berdasarkan Waals dihasilkan
Waals
tarik
Ikatan kimia
dari gaya tarik-
Gaya tarik
muatan positif
coulombik antara
Terjadi akibat
muatan
ujung positif dari
gaya coulomb
negatif
Interaksi ujung
Besarnya
dipol dan ujung
dipol yang
dipol
negatif dari dipol
berdekatan
yang berdekatan
Beda potensial Elektron dalam logam elektron
22 Model Konsep
Model elektron
Model elektron
bebas yang
elektron
bebas
elektron bebas bebas
Akibat beda
Beda potensial
bebas
disebabkan oleh
bebas
potensial beda potensial
23 Model Konsep
Atom Natrium (Na) elektron
Model elektron
Model elektron
Partikel gas
abstrak
bebas klasik
bebas klasik
elektron bebas bebas
elektron
ideal
Asumsi partikel
bebas klasik
menganggap
bebas modern
gas ideal elektron sebagai
partikel gas ideal
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
Isolator listrik
24 Hantaran Konsep
Hantaran listrik
Aliran Elektron
Perbedaan
Elektron
Rapat arus
berdasarkan merupakan aliran
elektron akibat
potensial
perbedaan potensial
25 Rapat arus Konsep
Rapat arus drift
Rapat arus drift
Medan listrik
Kecepatan arus
drift berdasarkan merupakan
kecepatan arus bebas
Medan listrik
medan listrik
kecepatan arus
listrik yang mengalir akibat dipengaruhi medan listrik
Konduktor listrik
26 Resistivitas Konsep
Resistivitas listrik
Konduktivitas Tumbukan
Isolator
prinsip Hambatan
berdasarkan merupakan
antar atom
arus listrik
menghambat arus
Tumbukan antar
antar atom
listrik akibat
atom
tumbukan atar atom
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
27 Kapasitas Konsep
Kapasitas panas
Kapasitas panas
Jenis energi
Energi panas
panas berdasarkan merupakan energi
panas yang
temperatur
dibutuhkan untuk
0 Sebesar 1 C
menaikkan temperatur suatu
zat sebesar 1 0 C
Tabel 2.1. Analisis konsep pendahuluan fisika zat padat (lanjutan)
28 Konduktivitas Konsep
panas berdasarkan panas merupakan
energi termis
untuk
energi termis
energi termis yang
interaksi antar
ditransfer lewat
atom-atom Ditransfer
interaksi antar
atom-atom
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
29 Teori pita Konsep
Teori pita energi
Teori pita energi Pita konduksi
Teori pita
Teori elektron Konduktor
Konduktor
energi zat abstrak
zat padat
bebas
zat padat
Pita valensi
Keadaan pita
Isolator dan
Isolator dan semi
konduktor
konduksi
keadaan pita
semi
Keadaan pita
konduksi dan pita
valensi
konduktor
valensi pada
Pada bahan
bahan
30 Rapat Konsep
Rapat keadaan
Rapat keadaan
Distribusi
Teori pita
Konduktivitas
Fungsi Fermi-
Distribusi
keadaan berdasarkan merupakan
elektron
prinsip distribusi elektron Pita konduksi
elektron pada
pita konduksi
Lubang pita
pada pita
Distribusi
valensi
konduksi dan
elektron pada
lubang pada pita
lubang pita
valensi
valensi
Dr. KETANG WIYONO, M.Pd
Contoh Label
Sub ordinat
Contoh
ordinat
Isolator listrik
31 Konduktivitas Konsep
Teori pita
Rapat
Pita energi
berdasarkan listrik merupakan
ukuran dari
bahan
kemampuan suatu Arus listrik
semikonduktor
suatu bahan
Menghantarkan
bahan untuk
arus listrik
menghantarkan arus listrik
32 Efek Hall Konsep
Efek Hall
Efek Hall
Metode
Teori pita