bahan

(1)

KANDUNGAN KADAR SENG ( Zn ) DAN BESI ( Fe )

DALAM AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI

ULANG AIR PEGUNUNGAN SIBOLANGIT

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

KUMPULAN KACARIBU

067006017/KM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KANDUNGAN KADAR SENG ( Zn ) DAN BESI ( Fe ) DALAM

AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

AIR PEGUNUNGAN SIBOLANGIT

DI KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Kimia

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

KUMPULAN KACARIBU 067006017/KM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

Telah diuji pada

Tanggal 20 J u n i 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Zul Alfian, MSc Anggota : 1. Prof. Dr. Harlem Marpaung

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D 3. Dr. Marpongahtun, MSc


(4)

PERNYATAAN

KANDUNGAN KADAR SENG ( Zn ) DAN BESI ( Fe ) DALAM

AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

AIR PEGUNUNGAN SIBOLANGIT

DI KOTA MEDAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, J u n i 2008 Penulis


(5)

Judul Tesis : KANDUNGAN KADAR SENG ( Zn ) DAN BESI

( Fe ) DALAM AIR MINUM DARI DEPOT AIR

MINUM ISI ULANG AIR PEGUNUNGAN

SIBOLANGIT DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Kumpulan Kacaribu

Nomor Pokok

: 067006017

Program Studi

: Ilmu Kimia

Menyetujui

Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Zul Alfian, MSc ) ( Prof. Dr. Harlem Marpaung )

Ketua Anggota

Ketua Program Studi , Direktur,

( Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D ) ( Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., MSc )


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar seng ( Zn ) dan kadar besi ( Fe ) dari sampel air baku dari tempat pengisian air di pegunungan Sibolangit, air baku dari tangki mobil pengangkut air minum dan air minum dari Depot air minum isi ulang di Kota Medan. Penelitian ini membandingkan pula antara destruksi dengan menggunakan HNO3 pekat dengan destruksi dengan menggunakan aqua regia. Besarnya kandungan

seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) yang terdapat dalam sampel dianalisa dengan menggunakan Spektrosfotometri Serapan Atom ( SSA ) dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Hasil analisa Air Minum Isi Ulang ( AMIU ) akan kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) menunjukkan hasil yang bervariasi dan memenuhi syarat air baku menurut PERMENKES no. 416 tahun 1990 serta syarat air minum menurut KEPMENKES no 907 tahun 2002. Melalui uji statistik memperlihatkan tidak ada perbedaan signifikan hasil antara air baku dari tempat pengisian air di pegunungan Sibolangit, air baku dari tangki mobil pengangkutan air minum dan air minum dari Depot air minum di Kota Medan.

Kata Kunci : air minum isi ulang, kadar seng, kadar besi, spektrofotometer serapan atom.


(7)

ABSTRACT

Zinc ( Zn ) and iron ( Fe ) elements analysis from Depot water sampling in Sibolangit, drinking water from carrier car and Depot drinking water in Medan, they have done with wet distruction methode. The research compares between distruction with using HNO3 and distruction with using aqua regia. The zinc ( Zn ) and iron ( Fe

) contens in sampling analyze with using atomic absorption spectroscopy ( AAS ) in dioptimasi condition based on prosedur.

The result analysis drinking water from refill (AMIU) above zinc ( Zn ) and iron ( Fe ) to point out the variation and fulfil water condition accordingly PERMENKES number 416 year 1990 along with KEPMENKES number 907 year 2002. Based on statistic test point outs nothing significant different between water from Depot water in Sibolangit, drinking water from carrier car and Depot drinking water ini Medan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat mengajukan usulan penelitian ini yang berjudul “Kandungan Kadar Seng ( Zn ) dan Besi ( Fe ) dalam Air Minum dari DEPOT Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit di Kota MEDAN”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sehingga menyelesaikan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp.Ak atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister.

Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan Ketua Program Studi Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Prof. Dr. Zul Alfian, MSc dan


(9)

Prof. Dr. Harlem Marpaung, selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran sehingga penulis dapat meraih predikat magister .

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh para dosen S-1 sampai S-2 di UNIMED dan USU yang telah banyak memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan serta penyusunan skripsi dan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Muhammaddiyah 02 Medan Bapak Drs. Wasmin berikut Kepala Sekolah SMA Dharma Pancasila Medan yang telah memberi kesempatan dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium Analitik FMIPA Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada saudara Boby cahyadi dan adik Umri yang banyak membantu penulis selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa Program Magister Kimia angkatan 2006 dan teman lainnya yang telah memberikan membantu dan dukungan serta do’anya selama ini.

Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua, Ibu penulis N br Tarigan yang telah mengasuh, mendidik dengan penuh kasih sayang dan ayah penulis (Alm) P.S.A. Kacaribu yang telah meninggal 33 tahun yang lalu. Tidak ada kata terima kasih yang tepat untuk mereka, kecuali terima kasih yang tidak habis-habisnya. Mereka adalah segalanya.


(10)

Kepada istri penulis yang tercinta Inayah Hestuwibawani yang penuh kesabaran merapikan hamparan buku dimana-mana, mendampingi dalam pengambilan sampel dan terus memberi do’anya. Kepadamu abang mohon maaf dan terima kasih atas pengertian serta kesetiaannya mendampingi. Kepada anak-anak penulis Firman Utama Kacaribu, Rahmah Zamzami M Kacaribu dan Safira Nurul Sakinah Kacaribu, ayah mengucapkan terima kasih atas seluruh pengertiannya dan do’a hingga ayah dapat menyelesaikan pendidikan .

Penulis menyadari bahwa masih memiliki kekurangan sehingga tidak dapat mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian studi penulis untuk itu penulis mohon maaf, semoga amalan saudara diterima Nya

Medan , J u n i 2008 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Kumpulan Kacaribu dilahirkan di Medan. Pada tanggal 21 Maret 1967, merupakan putra dari pasangan P.S.A. Kacaribu dan Nasibah br Tarigan.

Mengawali pendidikan dasarnya di SD Negeri 060870 di Kecamatan Medan Timur Kota Medan, Kemudian melanjutkan ke SMP Swasta Yos Sudarso Medan, SMA Negeri 3 Medan dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED Medan. Pada 25 Januari 1992, penulis berhasil mendapatkan gelar dokterandus (Drs). Pada tahun 2006 , ayah 3 anak ini mengambil Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana Universitas sumatera Utara.

Karier sebagai staf pengajar di awali di SMA Swasta Muhammadiyah 02 Tanjung Sari Medan pada tahun 1990 hingga 1995, SMK Muhammadiyah 08 Tanjung Sari Medan tahun 1992 hingga 2000, SMA Muhammadiyah 03 tahun 1992 hingga 1994, kemudian di SMA Swasta Dharma Pancasila Medan tahun 1995 dan SMA Negeri 19 Medan 2007 hingga sekarang.

Selain menjalankan profesi sebagai staf pengajar, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah sebagai anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kampung Dadap Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ….……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………...………... iii

RIWAYAT HIDUP ………. vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I. PENDAHULUAN ………...……… 1

1.1. Latar Belakang ……….... 1

1.2. Permasalahan ………... 4

1.3. Pembatasan Masalah ………..… 4

1.4. Tujuan Penelitian ……….... 5

1.5. Manfaat Penelitian ……… 6

1.6. Lokasi Penelitian ……….. 6

1.7. Metodologi Penelitian ……… 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

2.1. Air ………... 8


(13)

2.1.2. Elektrolisis Air ……….... 10

2.1.3. Kelarutan ……...……….... 11

2.1.4. Kohesi dan Adesi ……….... 12

2.2. Air Minum Isi Ulang ( AMIU ) Air Pegunungan ……….. 12

2.2.1. Depot Air Minum ……….. 13

2.2.2. Proses Produksi Depot Air Minum Air Pegunungan ……. 15

2.3. Angkutan Air Minum Pegunungan ...……… 16

2.4. Korosi ………... 18

2.5. Seng ( Zn ) ……… 20

2.5.1. Fungsi Seng ( Zn ) ……….… 22

2.5.2. Absorbsi dan Metabolisme ……… 23

2.5.3. Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn ) ……….. 23

2.5.4. Akibat Defisiensi Seng ( Zn ) ……… 25

2.5.5. Akibat Kelebihan Seng ( Zn ) ……… 26

2.6. Besi ( Fe ) ………. 26

2.6.1. Peranan Biologi Besi ( Fe ) ……….... 26

2.6.2. Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi ( Fe ) ……… 27

2.6.2.1. Kekurangan Zat Besi ( Fe ) ……… 28

2.6.2.2. Kelebihan Zat Besi ( Fe ) ……… 29

2.6.3. Besi ( Fe ) dalam Air ………. 30

2.7. Metode Destruksi ………... 32


(14)

2.8.1. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) …… 34

2.8.2. Kegunaan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) …… 35

2.8.3. Faktor – Faktor Gangguan dalam SSA ……… 35

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 37

3.1. Alat dan Bahan ………. 37

3.1.1. Alat – Alat Yang Digunakan ………. 37

3.1.2. Bahan – Bahan Yang Digunakan ……….. 37

3.2. Cara Pengambilan Sampel ……… 38

3.3. Prosedur Kerja ………. 39

3.3.1. Persiapan Pengujian ……….………. 39

3.3.2. Persiapan contoh uji / preparasi sampel dengan HNO3 pekat 39

3.3.3. Persiapan dan pengawetan contoh uji dengan larutan aqua Regia ……..……… 40

3.3.4 Persiapan contoh uji / preparasi sampel dengan larutan aqua regia ……… 40

3.3.5. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 100 mg/l .……. 41

3.3.6. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 10 mg/l .……… 41

3.3.7. Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ) ………….. 41

3.3.8. Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA ... 41

3.3.9. Pembuatan larutan baku logam besi, Fe 100 mg/l ……….. 42

3.3.10. Pembuatan larutan standar logam besi, ( Fe ) 10 mg/l …. 43

3.3.11. Pengukuran konsentrasi logam besi ( Fe ) dengan SSA … 43 3.4. Analisis Data ……….. 44


(15)

3.4.1. Persamaan Garis Regresi Kandungan seng ( Zn ) dan besi

( Fe ) ……….. 44

3.5. Flow shett / Bagan Penelitian ……….. 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 50

4.1. Hasil Penelitian ………. 50

4.1.1. Pengukuran Kandungan seng ( Zn ) ……….. 50

4.1.1.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi ………. 50

4.1.1.2. Penentuan Kandungan seng ( Zn ) dari Sampel Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit 52

4.1.2. Pengukuran Kandungan besi ( Fe ) ………. 53

4.1.2.1. Penentuan Kandungan besi ( Fe ) dari Sampel Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit 55

4.1.3. Rancangan Acak Lengkap untuk Hasil Pengukuran Kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) dalam Air Minum Isi Ulang …...…………..……… 57

4.2. Pembahasan ……… 58

4.2.1. Kandungan seng ( Zn ) dalam Air Minum Isi Ulang …….. 58

4.2.2. Kandungan besi ( Fe ) dalam Air Minum Isi Ulang ……… 64

4.2.3. Perbandingan Hasil Perhitungan Kandungan Kadar seng ( Zn ) antara Cara Destruksi dengan HNO3 pekat dengan Cara Destruksi dengan Aqua regia ……….…. 71

4.2.4. Perbandingan Hasil Perhitungan Kandungan Kadar besi ( Fe ) antara Cara Destruksi dengan HNO3 pekat dengan Cara Destruksi dengan Aqua regia ……… 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 76


(16)

5.2. Saran ………. 77 DAFTAR PUSTAKA ……… 78


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

2.1. Sifat-Sifat Fisika Air Minum ……….…….………... 9 3.1. Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn ) ………... 42 3.2. Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe ) ………... 43 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar seng ( Zn ) …... 50 4.2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar besi ( Fe ) ….… 54 4.3. Absorbansi Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Kandungan seng ( Zn )

didalam Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit Destrusi

dengan HNO3 pekat ……… 59

4.4. Absorbansi Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Kandungan seng ( Zn ) didalam Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit Destruksi

dengan aqua regia ………...…… 61 4.5. Rata – Rata Kandungan seng ( Zn ) dalam Air Minum Isi Ulang Air

Pegunungan Sibolangit melalui Destruksi dengan HNO3 pekat dan

Destruksi dengan aqua regia ………...………… 63 4.6. Absorbansi Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Kandungan besi ( Fe )

didalam Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit Destrusi

dengan HNO3 pekat ………...… 65

4.7. Absorbansi Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Kandungan besi ( Fe ) didalam Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit Destrusi

dengan aqua regia ……….… 67 4.8. Rata – Rata Kandungan besi ( Fe ) dalam Air Minum Isi Ulang Air

Pegunungan Sibolangit melalui Destruksi dengan HNO3 pekat dan

Destruksi dengan aqua regia ……….. 69 4.9. Rata – Rata Kandungan seng ( Zn ) dalam Air Minum Isi Ulang ….. 72 4.10. Rata – Rata Kandungan besi ( Fe ) dalam Air Minum Isi Ulang …… 74


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Bagan Alur Depot Air Minum Isi Ulang ………. 16

2. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) ……….. 34

3. Flow Shett Persiapan Sampel HNO3 pekat ……….. 46

4. Flow Shett Persiapan Sampel Aqua regia ………. 47

5. Flow Shett Pengukuran Kadar seng ( Zn ) pada Sampel ……… 48

6. Flow Shett Pengukuran Kadar besi ( Fe ) pada Sampel ……… 49

7. Kurva Kalibrasi Larutan Standar seng ( Zn ) ……….. 51

8. Kurva Kalibrasi Larutan Standar besi ( Fe ) ………... 54

9. Fluktuasi Kandungan seng ( Zn ) desruksi dengan HNO3 pekat ………… 60

10.Fluktuasi Kandungan seng ( Zn ) destruksi dengan aqua regia ………... 62

11.Fluktuasi Kandungan besi ( Fe ) destruksi dengan HNO3 pekat ………… 66


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907 / MENKES / SK / VII / 2002 TANGGAL : 29 Juli 2002. DAFTAR PERSYARATAN

KUALITAS AIR MINUM ………... 81 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907 / MENKES / SK /

VII / 2002 TANGGAL : 29 Juli 2002. DAFTAR PERSYARATAN

KUALITAS AIR MINUM ………... 83 3. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

seng ( Zn ) ………... 85 4. Data hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

besi ( Fe ) ……… 85 5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Baku

dari tempat pengisian air ke Tangki Mobil Pengangkut Air Minum

Pegunungan Sibolangit di Kota Medan dengan destruksi HNO3 pekat …. 86

6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Baku dari Tangki Mobil Pengangkut Air Minum Pegunungan Sibolangit di

Kota Medan dengan destruksi HNO3 pekat ……….. 86

7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Hasil Olahan Depot Air Minum Pegunungan Sibolangit di Kota Medan,

dengan destruksi HNO3 pekat ……… 87

8. Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Baku dari tempat pengisian air ke Tangki Mobil Pengangkut Air Minum

Pegunungan Sibolangit di Kota Medan dengan destruksi HNO3 pekat ….. 87

9. Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Baku dari Tangki Mobil Pengangkut Air Minum Pegunungan Sibolangit di

Kota Medan dengan destruksi HNO3 pekat ………..…… 87

10.Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Hasil Olahan Depot Air Minum Pegunungan Sibolangit di Kota Medan,


(20)

dengan destruksi HNO3 pekat ……… 88

11.Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Baku dari tempat pengisian air ke Tangki Mobil Pengangkut Air Minum

Pegunungan Sibolangit di Kota Medan dengan destruksi aqua regia ….. 88 12.Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Baku

dari Tangki Mobil Pengangkut Air Minum Pegunungan Sibolangit di

Kota Medan dengan destruksi aqua regia ………. 88 13.Data Hasil Pengukuran Absorbansi seng ( Zn ) pada Sampel Air Hasil

Olahan Depot Air Minum Pegunungan Sibolangit di Kota Medan

dengan destruksi aqua regia ………. 89 14.Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Baku

dari tempat pengisian air ke Tangki Mobil Pengangkut Air Minum

Pegunungan Sibolangit di Kota Medan dengan destruksi aqua regia …. 89 15.Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Baku

dari Tangki Mobil Pengangkut Air Minum Pegunungan Sibolangit di

Kota Medan dengan destruksi aqua regia ………. 89 16.Data Hasil Pengukuran Absorbansi besi ( Fe ) pada Sampel Air Hasil

Olahan Depot Air Minum Pegunungan Sibolangit di Kota Medan

dengan destruksi aqua regia ……….. 90 17.Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi seng ( Zn ) dalam sample Air

Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan asam nitrat (HNO3) pekat … 90

18.Daftar Sidik Ragam ……… 91

19.Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ………. 91 20.Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi seng ( Zn ) dalam sample Air

Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan aqua regia ……….……….. 91

21.Daftar Sidik Ragam ……… 92

22.Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ……….. 92 23.Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi besi ( Fe ) dalam sample Air


(21)

24.Daftar Sidik Ragam ………. 93 25.Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ………. 93 26.Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi besi ( Fe ) dalam sample Air

Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan aqua regia ………. 93

27.Daftar Sidik Ragam ……….. 94

28.Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ……… 94 29.Rancangan Acak Lengkap Rata – Rata Kandungan seng ( Zn ) dalam

Sampel Air Minum Isi Ulang ………. 94

30.Daftar Sidik Ragam ……… 95

31.Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ………. 95 32.Rancangan Acak Lengkap Rata – Rata Kandungan besi ( Fe ) dalam

Sampel Air Minum Isi Ulang ……….. 95

33.Daftar Sidik Ragam ………. 96


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi,H., 2007 )

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan untuk kepentingan lainnya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Dalam hal ini persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang, di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/SK/VII/2002 , dimana setiap komponen yang dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan . Air minum dapat membuat orang menjadi sehat, tetapi juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, keracunan dan sebagainya


(23)

Karena air minum sangat dibutuhkan, memotivasi munculnya berbagai usaha air minum baik air minum dalam kemasan maupun air minum isi ulang. Air minum dalam kemasan dari Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan ( PAMDK ) umumnya telah mendapat rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tentunya harus menerapkan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) dalam pengelolaan air agar tidak terkontaminasi, karena air minum haruslah memiliki kadar mineral yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia dengan jumlah tertentu pula, dalam kadar yang berlebih dapat merugikan bagi kesehatan manusia . Sebagai contoh “kandungan Seng ( Zn ) dalam jumlah kecil merupakan unsur penting dalam metabolisme sehingga kalau anak kekurangan seng, pertumbuhannya bisa terhambat. Namun, terlalu banyak seng akan menyebabkan rasa pahit dan sepet pada air minum” ( Wibisono, L dan Yudana, I M.A., 2007 ). Lain halnya bila kekurangan zat besi (Fe) dari air minum, tubuh manusia akan lemah, mengalami kekurangan darah ( anemia ), mual, nyeri di daerah lambung, muntah dan kadang – kadang terjadi diare serta sulit buang air besar ( LIPI, 2007 ). Namun apabila kelebihan bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus.

Terbukanya peluang pasar industri air minum tanpa kemasan yang sering disebut air minum isi ulang ( AMIU ) membuat banyak pelaku bisnis tergiur menangguk keuntungan di bisnis ini. Seperti perusahaan air minum yang menjual produknya tanpa kemasan, konsumen datang ke depot mereka dengan membawa botol kemasan bekas dari merek apa saja, untuk isi ulang. Jenis usaha ini sangat menguntungkan, karena banyak menghapuskan ongkos yang semestinya, mencakup


(24)

75 – 85 % dari seluruh biaya produksi “ (Wibisono, L dan Yudana, I M.A., 2007). Tapi apakah pengemasan dengan cara demikian bisa terjaga sterilitasnya dan memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan nomor : 907 tahun 2002 .

Seperti hasil penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengingatkan masyarakat untuk hati – hati mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot AMIU. Karena tidak semua Depot AMIU bebas dari bakteri ekoli, yakni jenis bibit penyakit diare ( Waspada, 2007 ).

Khusus untuk memenuhi kebutuhan air baku di Depot Air Minum Isi Ulang ( AMIU ) air pegunungan, air baku didistribusikan melalui pengusaha pengangkutan air minum pegunungan yang memiliki peluang terkontaminasinya air baku selama dalam perjalanan dengan tangki pengangkutnya, serta tidak tertutup kemungkinan pula dengan semua bahan logam yang ada pada alat pengolahan air di Depot AMIU. Berkaitan hal ini perlu dilakukan penelitian akan kemungkinan hal diatas terjadi dan dipublikasikan pada masyarakat. Informasi yang jelas terutama tentang memenuhi syaratnya air minum AMIU air pegunungan tersebut akan menambah kenyamanan masyarakat untuk mengkonsumsinya .

Pada penelitian sebelumnya yang diteliti berkaitan masalah bakteriologik air minum isi ulang oleh Pracoyo, N.E.,dkk , (2004) dan kandungan cadmium ( Cd ), lead ( Pb ), dan mercury ( Hg ) dalam air minum dari Depot air minum isi ulang oleh Athena dkk (2003). Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian akan kandungan kadar seng ( Zn ) dan kadar besi (Fe) pada air minum isi ulang dari Depot AMIU air


(25)

pegunungan di daerah Kota Medan yang di distribusikan oleh pengusaha pengangkutan air minum dari daerah pengunungan Sibolangit kabupaten Deli Serdang .

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah ;

1. Apakah kandungan kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada air baku yang digunakan Depot air minum pegunungan sudah memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 tentang kualitas air .

2. Apakah kandungan kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada air minum yang diproduksi Depot air minum pegunungan sudah memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan no. 907 tahun 2002 tentang kualitas air minum.

3. Apakah hasil pengolahan air dari awal pengangkutan hingga diproduksi Depot air minum pegunungan dapat meningkatkan kandungan kadar seng ( Zn ) dan kadar besi ( Fe ) pada AMIU.

1.3. Pembatasan Masalah


(26)

1. Air baku yang digunakan hanya diambil dari tempat pengisian air daerah pegunungan Sibolangit dari mata air tikungan Amoy Kabupaten Deli Serdang. 2. Pengusaha angkutan air pegunungan yang mendistribusikan air baku untuk

wilayah Kota Medan .

3. Depot air minum pegunungan yang berada di wilayah Kota Medan .

4. Mengetahui adanya kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada bahan baku air pegunungan dan hasil pengolahan Depot air minum dilakukan menggunakan destruksi basah dengan HNO3 pekat dan dengan aqua regia serta penggunaan

alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) .

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ;

1. Mendapatkan data kandungan kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada air baku yang didistribusikan oleh pengusaha angkutan air minum pegunungan Sibolangit dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) .

2. Mendapatkan data kandungan kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada Depot air minum air pegunungan di kota Medan, dilakukan destruksi basah dengan HNO3 pekat dan aqua regia selanjutnya menggunakan Spektrofotometer


(27)

3. Untuk mengetahui apakah dari hasil pengolahan air dari awal pengangkutan hingga diproduksi Depot air minum pegunungan dapat meningkatkan kandungan kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) pada AMIU di Kota Medan .

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ;

1. Diketahui bahwa Depot AMIU air pegunungan yang memproduksi air minum mengandung kadar seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) yang dikategorikan aman dan memenuhi syarat yang ditetapkan dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002.

2. Sebagai sumbang saran kepada pengusaha angkutan air minum pegunungan dan Depot air minum pegunungan di Kota Medan .

3. Sebagai informasi tambahan bagi yang meneliti lanjutan akan AMIU air pegunungan di kota Medan.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA – USU Medan .

1.7. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium. Populasi, sampel berupa air dari tempat pengisian air di daerah Sibolangit dan depot AMIU air pegunungan


(28)

yang menerima pasokan air dari pengusaha angkutan air pegunungan Sibolangit di Kota Medan dengan satu kali pengambilan sampel secara acak. Untuk kebutuhan pemeriksaan air baku dilakukan penentuan 3 titik dari 5 titik tempat pengisian air yang berasal dari mata air kawasan tikungan amoy daerah pegunungan Sibolangit .

Untuk pemeriksaan sampel air baku dari pengusaha angkutan air pegunungan diambil dari 3 unit usaha angkutan air dari 6 unit usaha angkutan yang khusus mengambil di tempat pengisian air yang berasal dari mata air kawasan tikungan amoy daerah pegunungan Sibolangit . Sementara untuk pemeriksaan sampel air minum dari unit usaha Depot air minum di ambil 3 sampel, yaitu unit usaha Depot air minum di kota Medan yang menerima air dari unit usaha angkutan air yang khusus mengambil di tempat pengisian air yang berasal dari mata air kawasan tikungan amoy daerah pegunungan Sibolangit. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dilakukan pengulangan 3 kali dan dilaksanakan pengulangan yang sama sebanyak 4 kali dalam jangka waktu satu minggu sekali

Sampel air baku dan air minum isi ulang diawetkan terlebih dahulu dengan dua perlakuan antara lain dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH kurang dari 2.

Selanjutnya seluruh sampel di preparasi dengan berpedoman pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 06 – 6989.4 – 2004 dan dianalisis kadar seng ( Zn ) dan kadar besi ( Fe ) dengan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) – nyala, type Buck Scientific seri 205.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air adalah suatu zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air menutupi hampir 71 % permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik ( 330 juta mil3 ) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut ( air asin ) dan pada lapisan – lapisan es ( di kutub dan puncak – puncak gunung ), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air dan lautan es . Air dalam obyek – obyek tersebut bergerak mengikuti siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan dan aliran air di atas permukaan tanah ( runoff, meliputi mata air, sungai, muara ) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan ( es ), cairan ( air ) dan gas ( uap air ). Air merupakan satu – satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut . Air ditemukan baik dipermukaan bumi maupun di atmosfir bumi. Sekitar 65 % berat tubuh manusia terdiri dari air. Air terdapat pula dalam jumlah yang besar dalam tumbuhan dan hewan. (Suroso., dkk, 2002 )

2.1.1. Sifat – Sifat Kimia dan Fisika Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O ; satu molekul air


(30)

Air secara fisik bersifat tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa ( 1 bar ) dan temperatur 273,15 ° K (0°C). ( http:/id.wikipedia.org/ , 2007)

Tabel. 2.1. Sifat- sifat fisika air minum

Parameter Satuan Kadar Maksimum

Yang diperbolehkan Keterangan

Warna TCU 15

Rasa dan Bau - - Tidak berasa dan berbau Temperatur ° C Suhu udara + 3 °C

Kekeruhan NTU 5

pH - - 6,5 - 8,5

Sumber : Kep MENKES RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam – garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida – hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur – unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur dan klour.

Semua elemen – elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen


(31)

berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen – elemen lain tersebut ( kecuali flour ). Tarikan atom oksigen pada elektron – elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap – tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki momen dipol. Gaya tarik – menarik listrik antara molekul – molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing – masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik – menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen .

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen ( H+ ) yang berasosiasi ( berikatan ) dengan sebuah ion hidroksida ( OH- ).

2.1.2. Elektrolisis Air

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur – unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion


(32)

gas oksigen ( O2 ), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda . Ion

H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.

2 H2O (l) 2 H2(g) + O2 (g)

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan gas hidrogen dan hidrogen peroksida ( H2O2 ).

2.1.3. Kelarutan ( Solvasi )

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat – zat

yang bercampur dan larut dengan baik dalam air ( misalnya garam – garam ) disebut

sebagai zat – zat “ hidrofilik “ ( pecinta air ), dan zat – zat yang tidak mudah

tercampur dengan air ( misalnya lemak dan minyak ), disebut sebagai zat – zat “

hidrofobik “ (takut air ). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya

zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik – menarik listrik ( gaya intermolekul

dipol – dipol ) antara molekul – molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi

gaya tari – menarik antar molekul air, molekul – molekul zat tersebut tidak larut dan


(33)

2.1.4. Kohesi dan Adesi

Air menempel pada sesamanya ( kohesi ) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial negative ( σ- ) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang ( hampir ) tidak digunakan bersama dan sejumlah muatan parsial positif ( σ+ ) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hydrogen yang berarti, ia ( atom oksigen ) memiliki lebih kekuatan tarik pada elektron – elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron – elektron lebih dekat kearahnya ( juga berarti menarik muatan negatif elektron – elektron tersebut ) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah – daerah di sekitar kedua atom hidrogen. Air memiliki pula sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.

Air meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Air sangat penting dalam aktivitas kehidupan, seperti dalam pengembangan teknologi pangan, transportasi, energi listrik sehingga aktivitas rumah tangga , dan sebagai air minum .

2.2. Air Minum Isi Ulang ( AMIU ) Air Pegunungan

Air minum isi ulang adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah melewati beberapa proses tertentu. Merebaknya peluang usaha yang umumnya disebut sebagai depot air minum


(34)

isi ulang tidak terlepas dari krisis yang dialami masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat mencari alternatif – alternatif dalam membangun suatu usaha dengan biaya relatif ringan tetapi cepat kembali modalnya, ataupun para konsumen air minum yang mengurangi biaya kebutuhan sehari – hari . Air minum isi ulang saat ini menjadi salah satu pilihan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, karena selain lebih praktis ( tidak perlu memasaknya terlebih dahulu ) air minum ini juga dianggap lebih higienis.

Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi air minum dalam kemasan ( AMDK ) dan mahalnya harga air minum dalam kemasan yang diproduksi industri besar mendorong tumbuhnya depot AMIU di berbagai tempat terutama kota – kota besar. Hal tersebut disebabkan antara lain, dari segi harganya AMIU ini lebih murah yaitu 1/3 dari harga air minum dalam kemasan yang diproduksi resmi industri besar, akan tetapi beberapa anggota masyarakat masih ragu akan hal kualitas-nya sehingga dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi.

2.2.1. Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan ( Kep – Menperindag ) nomor : 651 / MPP / Kep / I0 / 2004 tertanggal 18 Oktober 2004, pasal 1 yang dikatakan depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Adapun air minum yang dimaksud merupakan air baku yang telah diproses dan aman


(35)

untuk diminum . Sementara air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan mutu sesuai peraturan Menteri Kesehatan untuk diolah menjadi produk air minum .

Setiap depot air minum menurut keputusan Menperindag no 651 tahun 2004 harus berpedoman pada cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen, seperti terinci dalam bagian – bagian berikut ;

a. Desain dan Konstruksi Depot

b. Bahan baku, Mesin dan Peralatan Produksi c. Proses Produksi

d. Produk Air Minum

e. Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi f. Karyawan dan

g. Penyimpanan Air Baku dan Penjualan

Untuk depot – depot yang memproduksi AMIU di Kota Medan, pembinaan dan pengawasan peredaran air minum dilakukan oleh Dinkes Kota Medan. Sebelum depot beroperasi harus mendapat izin operasional dari Deperindag Kota Medan dan membawa sampelnya untuk diperiksa terlebih dahulu oleh Dinkes Kota Medan. Apabila depot AMIU tidak mendapat izin dari ke dua instansi diatas maka dilarang memasarkan air minum ( Medan Bisnis, 2007 )


(36)

Untuk wilayah Kota Medan berdasarkan data dari Disperindag Kota Medan, saat ini tercatat 200 usaha depot AMIU. Namun hanya sekitar 75 depot yang mendaftarkan usahanya selebihnya tidak memiliki izin ( Medan Bisnis, 2007 ).

2.2.2. Proses Produksi Depot Air Minum air pegunungan

Proses produksi AMIU air pegunungan, merupakan suatu proses dalam usaha menjadikan air pegunungan yang belum layak dikonsumsi menjadi air yang layak dikonsumsi masyarakat. Pada dasarnya proses pengolahan air yang terjadi di alam tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada instalasi pengolahan air . Hingga dapat dikatakan bahwa pengolahan air yang dilakukan sekarang ini merupakan miniature proses pemurnian yang ada di alam.

Mata air yang muncul di pegunungan pada kondisinya yang masih alami tanpa campur tangan manusia, umumnya adalah sebuah bentuk air yang bisa dikatakan mendekati sifat air murni ( air yang layak diminum ).

Air yang berasal dari mata air pegunungan yang dapat dijadikan bahan baku ( air baku ) ditampung kemudian diangkut dengan mobil tangki air. Air tersebut ditampung dalam suatu wadah, kemudian dialirkan melalui pipa dan disaring menggunakan alat filter (Pracoyo, N.E.,dkk , 2004 )

Kemudian destilisasi dengan ozon ( ozon sterilization ). Air yang telah steril dialirkan ke tangki ( finished tank ). Lalu disaring lagi melalui penyaringan halus kemudian diinjeksikan dengan sinar ultratraviolet, saring sekali lagi melalui


(37)

penyaring halus. Air melalui pengisian ( filling ) dimasukkan ke dalam botol dan ditutup (Gray, 1994 )

Desinfeksi Micro Filter Tandon Air Tersaring Tabung Filtrasi Pencucian dengan

Air Minum dan Desinfeksi Operator Pengangkut Air Keran Pencucian Botol Keran Pengisian Air Minum Curah Pompa & Pipa Penyaluran Air Tandon Air Baku Keran dan Pipa

Pengeluaran Air pada mobil Tangki Kendaraan

Tangki Air Sumber Air

Baku

Gambar. 1. BAGAN ALUR DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

2.3. Angkutan Air Minum Pegunungan

Kebutuhan air bersih yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, bertambahnya usaha air minum isi ulang, yang juga diiringi penurunan kualitas air permukaan dan air dalam tanah secara tidak langsung juga berpengaruh positif pada terbukanya usaha jual beli air minum dalam tangki. Secara fakta air tanah yang diambil dari daerah pegunungan kualitas airnya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan air tanah yang ada di lingkungan perkotaan. Atas dasar ini timbullah usaha angkutan air minum pegunungan .


(38)

Adapun karakteristik tangki air untuk angkutan air minum yang di jual PT. Hibaindo Armada Motor adalah ; ( http:// hinotruk.indonetwork.or.id/ )

a. Kapasitas standar ; 5000 Liter

b. Model ; Square

c. Boddy ; plat 3,2 mm

d. Bottom ; plat 4,0 mm

e. Baffle ; 4,0 mm

f. Kran ; Ø 2’

g. Selang ; panjang 8 meter

h. Terra metorology i. Mesin Pompa

j. Anti Karat ; Standar Karoseri Ditegaskan oleh pemerintah melalui keputusan Menkes No : 907 tahun 2002 bahwa transportasi air baku dari lokasi sumber air baku ke depot air minum harus menggunakan tangki pengangkut air yang tara pangan ( food grade ). Dengan persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyai mainhole


(39)

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, kran, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air .

Dengan kata lain pengusaha angkutan air minum pegunungan harus menggunakan tangki air yang telah memenuhi standar yang di tetapkan pihak yang berkompeten .

2.4. Korosi

Korosi merupakan degradasi atau kerusakan logam akibat interaksi kimianya dengan lingkungan. Definisi ini dapat dijelaskan dengan sekeping plat baja atau besi dalam larutan asam. Logam dalam lingkungan berair tidak stabil dan cenderung langsung teroksidasi. Oksidasi besi dalam larutan air – asam :

Fe Fe++ + 2e- ( 1 )

Setiap atom logam kehilangan dua elektron. Ion muatan positif atau kation ( Fe++ ) dikeluarkan dari logam ke larutan, sementara kedua elektron tetap dalam logam. Mengakibatkan pemisahan muatan elektrik. Kation meninggalkan logam, sementara elektron tetap di logam. Kation membentuk lapisan muatan positif dalam larutan sementara elektron dalam logam membentuk lapisan negatif.

Dalam larutan, adanya ion H+ dan oksigen terlarut membatasi penimbunan elektron dari reaksi ( 1 ) karena reaksi :


(40)

2 H+ + 2 e- H2 ( 2 )

Reaksi oksidasi dan reduksi spontan terjadi pada antarmuka logam – larutan mencegah penimbunan berlebih muatan sehingga terjadi oksidasi atau kerusakan logam ( Piron, D.L, 1991).

Korosi logam dalam lingkungan berair merupakan reaksi elektrokimia. Menyebabkan beberapa unsur logam atau alloy ( campuran logam ) berubah dari keadaan metalik menjadi bukan metalik dengan hasil korosi berupa spesies terlarut atau padatan .

Korosi logam di atmosfir, dalam air, atau bawah tanah disebabkan oleh aliran muatan dari logam satu ke lainnya atau satu bagian permukaan sebuah logam ke bagian lain. Adanya konduktor lembab atau elektrolit akan mengalirkan energi sehingga terjadi korosi. Karena proses korosi mengembalikan logam ke keadaan semula, perubahan tersebut dianggap sebagai degenerasi ( Schweitzer, P.A., 1989 ).

Umumnya logam membentuk film pelindung pada permukaan logam setelah dipaparkan pada udara untuk jangka waktu tertentu. Hal ini merupakan korosi tetapi setelah terbentuk, film ini mencegah korosi lanjut selama film tetap ada. Pasivasi merupakan nama perlakuan kimia untuk mempercepat pembentukan film ini ( Schweitzer, P.A., 1987 ).

Lapisan pelindung atau film yang terbentuk dipermukaan logam dapat berupa film oksida, lapisan penyerap oksigen, serta endapan kompleks yang menyebabkan pasivasi. Film produk korosi cenderung mencegah logam dari media korosif. Sehingga logam tidak cepat menghilang apabila bereaksi dengan oksigen atau air.


(41)

Perusakan cepat kemungkinan terjadi apabila produk korosi cepat larut dalam larutannya ( Uhlig, H.H., 1948 ).

2.5.Seng ( Zn )

Seng (zinc) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.

Dalam industri seng mempunyai arti penting:

a. melapisi besi atau baja untuk mencegah proses karat b. digunakan untuk bahan batere

c. seng dan alinasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk

d. seng dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat dan tinta

e. seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung televisi dan lampu pendar


(42)

Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan sebagai bahan bangunan.

Seng telah diketahui sejak tahun 1934 sebagai elemen penting bagi kehidupan hewan (tikus) dan defisiensi seng pada manusia baru diketahui sekitar tahun 1961. Pada waktu itu diketahui adanya keterkaitan antara kekurangan seng dalam konsumsi sehari-hari dengan gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Gangguan lainnya yang berkaitan dengan defisiensi seng, adanya hambatan penyembuhan luka, gangguan fungsi pengecap dan gangguan nafsu makan. Gejala ini berangsur-angsur hilang bila dalam menu sehari-hari diberikan makanan yang mengandung seng.

Meski di Indonesia penelitian penelitian tentang seng ( Zn ) belum banyak dilakukan, hal ini bukan berarti defisiensi seng tidak ada. Justru peluang terjadinya defisiensi seng di Indonesia diperkirakan lebih besar mengingat menu masyarakat Indonesia, terutama pada golongan sosial ekonomi rendah, umumnya rendah protein hewani padahal jenis protein ini banyak mengandung seng. Sebaliknya menu masyarakat Indonesia relatif tinggi fitat dan serat yang menghambat absorbsi seng, seperti kebiasaan minum teh setiap hari, bahkan pada golongan masyarakat tertentu mengkonsumsi teh kental. Selain itu juga banyak mengkonsumsi kacang-kacangan dan serelia, termasuk hasil olahannya. Bahan makanan ini banyak mengandung fitat dan atau tannin . Sehingga potensi kekurangan zat seng ( Zn ) ini pada masyarakat Indonesia cukup tinggi karena penyerapan zat seng ( Zn ) akan terganggu.


(43)

2.5.1. Fungsi Seng ( Zn )

Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.

Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya denga metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain. Pengaruh yang

paling nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-organ reproduksi pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif. Dalam pankreas, seng ada hubungannya dengan banyaknya sekresi protease yang dibutuhkan untuk pencernaan . Juga ada hubungannya dengan insulin, walaupun tidak memegang peranan secara langsung terhadap aktivitas insulin.


(44)

2.5.2. Absorbsi dan Metabolisme

Proses absorbsi seng menyerupai absorbsi besi dalam tubuh, dimana untuk absorbsi membutuhkan alat angkut, proses ini terjadi dalam usus halus (duodenum), seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan seng disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh yang lain. Di dalam pancreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas.

Absorbsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang. Banyaknya seng yang diabsorbsi berkisar antara 15-40%. Absorbsi seng dipengaruhi oleh status seng tubuh. Jika lebih banyak seng yang dibutuhkan, lebih banyak pula jumlah seng yang diabsorbsi. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Disamping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel dinding usus halus, cairan haid dan sperma.

2.5.3.Kebutuhan dan Sumber Seng( Zn )

Kebutuhan seng sangat bervariasi tergantung fisiologik, patologik, dan menu sehari-hari. Pada orang dewasa sehat, jumlah seng yang hilang melalui urin, feses,


(45)

kulit, semen, rambut dan kuku adalah 2,6 mg/hari. Dengan asumsi bahwa daya serap usus terhadap seng hanya sekitar 25% dan adanya variasi individual, maka jumlah kecukupan seng yang dianjurkan adalah 15 mg/hari. Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan seng untuk Indonesia sebagai berikut:

a. Bayi : 3 – 5 mg.

b. 1 – 9 tahun : 8 – 10 mg.

c. 10 - > 60 tahun : 15 mg ( baik pria maupun wanita )

d. Ibu hamil : + 5 mg

e. Ibu menyusui : + 10 mg

Umumnya seng diperoleh dari bahan makanan asal hewani seperti daging, hati, dan ayam. Bahan makanan asal hewani yang diperoleh dari laut seperti tiram, kerang dan ikan haring mengandung seng dalam jumlah sangat tinggi. Sebaliknya kadar seng dalam bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan padi-padian selain ditemukan rendah, juga mengandung zat fitat yang menghambat absorbsi seng ( Zn ). Kadar seng ( Zn ) pada buah-buahan juga rendah. Data dari berbagai negara menunjukan bahwa kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari sangat rendah. Meskipun di Indonesia belum mencantumkan kadar seng ( Zn ) dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI, namun bila dilihat dari pola menu masyarakat pada umumnya , diperkirakan kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari juga rendah. Apabila masukan makanan rendah


(46)

seng tersebut berkurang, maka masukan seng ( Zn ) makin berkurang dan ada kemungkinan tidak mencukupi kebutuhan.

2.5.4. Akibat Defisiensi Seng ( Zn )

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan terganggu. Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia, dapat terlihat sebagai berikut :

a. Kecepatan pertumbuhan menurun

b. Nafsu makan dan masukan makanan menurun c. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan d. Gangguan sistem kekebalan tubuh

e. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi f. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap g. Hambatan penyembuhan luka, dekubitus, lukabakar h. Perubahan tingkah laku


(47)

i. Gangguan perkembangan fetus

2.5.5. Akibat Kelebihan Seng ( Zn )

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng ( Zn ) ( Almatsier, 2001 ).

2.6. Besi ( Fe )

Besi ( Fe ) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas. Untuk mendapatkan unsur besi ( Fe ), campuran lain mesti dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy ( campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon ).

2.6.1. Peranan Biologi Besi ( Fe )

Besi dalam bentuk zat besi ( Fe ) amat penting bagi semua organisme, kecuali bagi sebahagian kecil bakteri. Ia kebanyakan disisipkan dengan stabil dalam logam


(48)

protein ( metalloprotein ), karena sekiranya terlepas atau dalam keadaan bebas dapat menyebabkan terbentuk radikal bebas yang biasanya bersifat racun terhadap sel. Mengatakan bahwa besi ( Fe ) bergerak bebas tidaklah dimaksudkan ia diangkut secara bebas dalam aliran darah, sebaliknya besi ( Fe ) berikatan dengan hampir seluruh biomolekul – biomolekul seperti membrane sel, asam nukleat, protein dan sebagainya ( http.//ms.wikipedia, 2008 ).

2.6.2. Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi ( Fe )

Zat besi ( Fe ) adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh. Besi ( Fe ) juga merupakan komponen dari hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh.

Makanan mengandung 2 jenis zat besi ( Fe ), yaitu :

a. Zat besi ( Fe ) heme, yang terutama ditemukan dalam makanan produk hewani b. Zat besi ( Fe ) non – heme, yang merupakan lebih dari 85 % zat besi ( Fe )

dalam makanan sehari – hari .

Heme diserap lebih baik daripada non – heme. Tetapi penyerapan zat besi ( Fe ) non heme akan meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan protein hewani dan vitamin C. Kekurangan zat besi ( Fe ) merupakan kekurangan zat makanan yang


(49)

paling banyak ditemukan di dunia, menyebabkan anemia pada laki – laki, wanita, dan anak – anak .

2.6.2.1 Kekurangan zat besi ( Fe ).

Perdarahan yang mengakibatkan hilangnya zat besi ( Fe ) dari tubuh menyebabkan kekurangan zat besi ( Fe ) yang harus diobati dengan pemberian zat besi tambahan . Kekurangan zat besi ( Fe ) juga bisa merupakan akibat dari asupan makanan yang tidak mencukupi. Kekurangan seperti ini sering terjadi selama kehamilan karena sejumlah besar zat besi ( Fe ) harus disediakan ibu untuk pertumbuhan janin . Anemia karena kekurangan zat besi ( Fe ) juga bisa terjadi pada remaja putri yang sedang tumbuh dan mulai mengalami siklus menstruasi, jika mereka mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung daging.

Bila cadangan besi ( Fe ) dalam tubuh berkurang, dapat terjadi anemia, gejalanya berupa:

a. Pucat

b. Kuku sendok ( spoon nails, suatu kelainan bentuk dimana kuku – kuku tampak tipis dan membentuk cekung / berlekuk )

c. Kelemahan yang disertai dengan berkurannya kekuatan otot d. Perubahan dalam tingkah laku kognitif


(50)

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala – gejala dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya anemia dan kadar zat besi ( Fe ) dan feritin yang rendah (feritin adalah protein yang mengandung / menyimpan zat besi ( Fe )).

2.6.2.2. Kelebihan Zat Besi ( Fe )

Kelebihan zat besi ( Fe ) bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus. Zat besi ( Fe ) dapat terkumpul di dalam tubuh jika seseorang:

a. mendapatkan terapi zat besi ( Fe ) dalam jumlah yang berlebihan atau dalam waktu yang terlalu lama .

b. Menerima beberapa transfusi darah c. Menderita alkoholisme menahun .

Hemokromatis merupakan penyakit kelebihan zat besi ( Fe ) yang diturunkan, yang bisa berakibat fatal tetapi mudah diobati, dimana terlalu banyak zat besi ( Fe ) yang diserap, menyerang lebih dari 1 juta orang AS (Nurcahyo , 2007).

Biasanya gejala – gejalannya timbul sampai usia pertengahan dan berkembang secara tersembunyi, berupa : (Sinaga, E., 2003 )

a. kulit menjadi berwarna merah tembaga b. sirosis


(51)

c. kanker hati d. diabetes

e. gagal jantung, yang bisa berkembang menyebabkan kematian mendadak.

Gejala – gejala lainnya adalah :

a. arthritis b. impotensi c. kemandulan d. hipotiroid

e. kelelahan menahun

Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kelebihan zat besi ( Fe ). Blooddietting merupakan pengobatan pilihan. Diagnosa dan pengobatan dini memungkinkan penderita hidup sehat dan berumur panjang (Nurcahyo,2007).

2.6.3. Besi ( Fe ) dalam air

Besi dan mangan sering menjadi masalah dalam penyediaan air untuk kebutuhan rumah tangga terutama kalau sumbernya adalah air tanah. Dalam tanah besi ( Fe ) terdapat sebagai Fe2O3 atau sebagai FeS2 yang sifatnya sukar larut.

Adakalanya terdapat sebagai FeCO3 yang sukar larut . Namun karena air tanah


(52)

peruraian bahan organik, maka sebagian FeCO3 yang terdapat pada lapisan tanah

menjadi larut melalui reaksi sebagai berikut ;

FeCO3 + CO2 + H2O → Fe2+ + 2HCO3- ( 3 )

Air yang tinggi kandungan besi ( Fe ) –nya bila bersentuhan dengan udara menjadi keruh, berbau dan tidak menyenangkan untuk dikonsumsi tentunya dengan alasan estetika . Kekeruhan dan warna kuning terbentuk karena oksidasi besi (II) menjadi besi ( III ) berupa endapan koloid berwarna kuning. Karena oksidasinya berlangsung perlahan terutama pada pH < 6 maka pembentukan dan pengendapan Fe(OH)3 atau Fe2O3 berlangsung sangat lambat. Selain penampilan yang tidak

menyenangkan, air yang tinggi kandungan besi – nya mempunyai rasa tidak enak. Berdasarkan alasan ini ditetapkan bahwa air untuk kebutuhan rumah tangga tidak mengandung lebih dari 0,3 mg/l besi ( Fe ).

Adanya unsur – unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi ( Fe ) adalah unsur yang penting untuk metabolisme tubuh dan pembentukan hemoglobin. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7 – 35 mg unsur tersebut per hari. Konsentrasi unsur besi ( Fe ) dalam air yang melebihi ± 2 mg / l akan menimbulkan noda – noda pada peralatan dan bahan – bahan yang berwarna putih. Adanya besi dapat pula menimbulkan bau dan warna dan kekeruhan pada air minum .


(53)

2.7. Metode Destruksi

Metode destruksi merupakan suatu metode yang sangat penting di dalam menganalisis suatu materi atau bahan. Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat diukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna di dalam melakukan teknik destruksi, maka hasil analisa yang diharapkan tidak akan akurat (Mulyani,O., 2007 ). Metode destruksi materi organik dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain ;

a. Metode destruksi kering ( dry ashing )

b. Metode destruksi basah ( wet digestion )

Pada umumnya destruksi materi organik adalah merubah bentuk organik dari

logam menjadi bentuk logam anorganik. Berdasarkan kedua metode destruksi ini,

sudah tentu memiliki teknik pengerjaan yang berbeda pula. Penguraian sampel

dengan asam – asam kuat baik tunggal maupun campuran dikenal dengan metode

destruksi basah, sedangkan penguraian sampel dengan cara pengabuan sampel dalam

tanur ( muffle furnance ) dikenal sebagai metode destruksi kering ( Raimon, 1992 )

Asam – asam kuat yang dapat digunakan untuk mendestruksi sampel organik adalah asam nitrat ( HNO3 ), asam sulfat ( H2SO4 ), asam perklorat ( HClO4 ), asam

klorida ( HCl ) dan dapat digunakan secara tunggal maupun campuran. ( Raimon, 1992., Egan, 1981 )


(54)

2.8. Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )

Teknik analisis spektroskopi termasuk salah satu teknik analisis instrumental disamping teknik kromatografi dan elektroanalisis kimia. Teknik tersebut memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar – X , ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah . Fenomena interaksi bersifat spesifik baik absorpsi maupun emisi. Interaksi tersebut menghasilkan signal – signal yang disadap sebagai alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Contoh teknik absorpsi atom ( SSA ) yang merupakan alat ampuh dalam analisis logam ( LIPI,Publisher, mail.kimia.lipi.go.id/, 2007 ).

Spektrofotometer Serapan Atom adalah metoda analisis yang berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap atom bebas . Analisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat peka, teliti dan cepat, pengerjaannya relative sederhana serta tidak perlu dilakukan pemisahan unsur logam dalam pelaksanaannya.

Analisis Spektrofotometer Serapan Atom yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom – atom yang berada pada tingkat energi dasar. Komponen – komponen utama yang menyusun Spektrofotometer Serapan Atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detector, dan penampilan data ( Anderson, 1987 ).


(55)

2.8.1. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

A B C D E F Gambar. 2. Sistematis ringkas dari alat SSA

A : lampu katoda berongga B : chopper

C : tungku

D : monokromator E : detector

F : meter bacaan nilai absorbansi ( Harris, 1978 )

Keterangan :

A : lampu katoda berongga merupakan sumber sinar yang memancarkan spectrum dari unsur logam yang akan dianalisa ( setiap logam mempunyai lampu khusus untuk logam tersebut ).

B : mengatur sinar yang dipancarkan C ; tempat pembakaran.

Tujuan : untuk memecahkan larutan sampel pada tetesan halus dan meleburkannya ke dalam nyala untuk diatomkan.


(56)

E : mengukur sinar yang ditransmisikan dan memberikan signal sebagai respon terhadap sinar yang diterima.

F : gunanya untuk membaca nilai absorbansi .

2.8.2. Kegunaan Spektrofotometer Serapan Atom

Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh ( 1955 ) metode spektrofotometer serapan atom ( SSA ) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah digunakan untuk mendeteksi ( menganalisa ) hampir keseluruhan unsur – unsur logam yang terdapat di dalam jadwal berkala unsur ( sistem periodik unsur ). Metode SSA digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan – bahan biologi, pertanian, makanan dan minuman, air tanah, pupuk, besi baja dan juga bahan – bahan pencemar lingkungan. Pada tahun terakhir ini alat SSA semakin sensitive dan canggih dan dapat digabungkan dengan computer dalam pengolahan datanya . Investasi besar dalam peralatan – peralatan seperti SSA amat penting dalam menunjang misi laboratorium. Maka pemanfaatannya bergantung pada kemampuan sumber daya manusia, seperti kemampuan pemahaman teori dasar, spectrum aplikasi, ketertelusuran metode analisis yang disyaratkan pada SNI 19 – 17025 – 2000 .

2.8.3. Faktor – Faktor Gangguan dalam SSA

Gangguan diartikan sebagai suatu factor kimia atau fisika yang akan mempengaruhi jumlah atom untuk analit pada keadaan dasar ( ground state )


(57)

sehingga akan menyebabkan bertamnbah atau berkurangnya bacaan nilai serapan atom unsur yang dianalisis.

Ada beberapa faktor gangguan dalam menggunakan SSA ;

a. Suhu yang sesuai, suhu gas pembakar harus sesuai dengan suhu unsur yang akan dianalisis.

b. Konsentrasi sampel tidak boleh melebihi kesensitifan dari alat detector SSA. Ini akan menyebabkan gangguan terhadap garis spectrum dan mengakibatkan kerusakan pada alat detector SSA.

c. Pengaruh penguapan pelarut dan bahan larutan jangan sampai menurunkan suhu nyala gas pembakar, ini akan menyebabkan bacaan nilai serapan atom menjadi rendah .

Memang selain dengan metode spetrofotometer serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm metode SSA lebih baik dari fotometri nyala (Khopkar, S.M.,1990)


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat – alat yang digunakan ;

a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu hollow katoda Zn

c. Lampu hollow katoda Fe d. Erlenmeyer 250 ml

e. Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml f. Labu ukur 100 ml

g. Corong gelas h. Pemanas listrik

i. Kertas saring whatman 40, dengan ukur pori θ 0,42 µm ; dan j. Labu semprot

3.1.2. Bahan – bahan yang digunakan ;

a. Akuadest

b. Asam nitrat ( HNO3 ) pekat

c. Larutan standar logam seng ( Zn ) d. Larutan standar logam besi ( Fe ), dan e. Gas asetilen ( C2H2 )


(59)

f. Asam klorida ( HCl ) pekat

3.2. Cara Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini sebagai populasinya adalah seluruh tempat pengisian air baku di sekitar tikungan amoy Sibolangit dan dari seluruh depot AMIU air pegunungan yang menerima pendistribusian dari pengusaha angkutan air minum pegunungan Sibolangit. Pengambilan sampel memakai teknik simple random sampling ( pengambilan sampel secara acak sederhana ). Pada metode ini anggota – anggota sampel dipilih langsung dari seluruh populasi dengan tidak membagi dahulu populasi menurut kelompok – kelompok karena dianggap memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Jadi dengan cara ini dianggap populasi tersebut sebagai satu kelompok besar, dimana sampel tersebut diambil untuk mewakili populasinya ( Tika, M. P., 1997 ). Populasi yang dimaksud disini adalah populasi tempat pengisian air pada daerah tikungan amoy di pegunungan Sibolangit. Maka dengan menentukan tempat pengisian air baku secara acak, akan diperoleh suatu sampel homogen dan telah mewakili seluruh populasi seluruh daerah tempat pengisian air baku. Dengan pengumpulan data pengusaha angkutan air minum pegunungan yang mengisi air baku pada daerah tikungan amoy selanjutnya ditentukan secara acak. Untuk unit usaha angkutan air pegunungan adalah pemilik/pengelola angkutan air yang terpilih sebagai sampel. Selanjutnya untuk sampel pengusaha depot air minum adalah


(60)

pemilik/pengelola depot AMIU air pegunungan yang menerima pasokan dari pengusaha angkutan air pegunungan yang terpilih.

Sebelum sampel air diambil, jerigen dibilas dahulu dengan air yang akan diambil sampelnya baik untuk air baku, air dari dalam tangki maupun depot air minum hasil pengolahan. Selanjutnya masing – masing jeringen yang telah dibilas dengan masing – masing sampel diteteskan larutan asam nitrat (HNO3 ) pekat. Untuk

sampel air baku diambil di lokasi tempat pengisian air di daerah Sibolangit Kabupaten Deli Serdang . Selanjutnya sampel air baku selama dalam pendistribusian mobil tangki ke Depot air minum (selama dalam tangki mobil ) diambil pada saat pengisian tangki pada Depot air minum yang dituju . Serta untuk sampel air minum olahan diambil di Depot air minum yang telah mengolah air minum yang didistribusikan 1 hari sebelumnya yang berlokasi seputar Kota Medan. Pengambilan sampel air dilakukan pengulangan 3 kali dan dilaksanakan pengulangan yang sama sebanyak 4 kali dengan interval waktu satu minggu.

3.3.Prosedur Kerja

3.3.1. Persiapan dan pengawetan contoh uji dengan asam nitrat (HNO3 ) pekat

Contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan asam nitrat (HNO3 ) pekat sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan

maksimal 6 bulan. ( SNI 06 – 6989 .7 – 2004 )


(61)

a. Sebanyak 100 ml contoh uji / sampel yang sudah dikocok sampai homogen diambil, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer.

b. Kemudian ditambahkan 5 ml HNO3 pekat.

c. Selanjutnya dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh uji hampir kering.

d. Setelah didinginkan beberapa saat lalu ditambahkan 50 ml aquadest, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml melalui kertas saring dan ditepatkan 100 ml dengan aquadest .

3.3.3. Persiapan dan pengawetan contoh uji dengan larutan aqua regia (HNO3 + HCl). Contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan

dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH kurang dari 2

3.3.4. Persiapan contoh uji / preparasi sampel dengan larutan aqua regia a. Pembuatan larutan aqua regia (HNO3 + HCl)

b. Sebanyak 100 ml contoh uji / sampel yang sudah dikocok sampai homogen diambil, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer.

c. Kemudian ditambahkan 5 ml aqua regia.

d. Selanjutnya dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh uji hampir kering.

e. Setelah didinginkan beberapa saat lalu ditambahkan 50 ml aquadest, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml melalui kertas saring dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 ml.


(62)

3.3.5. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 100 mg/l (SNI 06 – 6989.7 2004 ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 10 ml larutan induk logam seng, (Zn)

1000 mg/l ( larutan seng ( Zn ) induk dari Type Buck Scientific seri 205) ke dalam labu ukur 100 ml.

b. Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

3.3.6. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 10 mg/l ( SNI 06 – 6989.7 – 2004 ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 10 ml larutan standar seng (Zn) , 100

mg/l ke dalam labu ukur 100 ml.

b. Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

3.3.7. Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ). ( SNI 06 – 6989.7 – 2004 ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 5 ml dan 10

ml larutan baku seng ( Zn ) 10 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam seng ( Zn ) 0,0 mg/l; 0,05 mg/l; 0,1 mg/l; 0,2 mg/l; 0,5 mg/l dan 1,0 mg/l

c. Nilai absorbansinya diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) pada panjang gelombang 213,90 nm.

3.3.8. Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA


(63)

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam seng ( Zn ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.1 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

213,90 nm Asetilen / Udara

0,05 nm 5,0 mA

Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Buck Scientific seri 205

c. Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan .( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )

3.3.9. Pembuatan larutan baku logam besi, Fe 100 mg/l ( SNI 06 – 6989.4 – 2004 ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 10 ml larutan induk besi, ( Fe ) 1000

mg/l ( larutan besi ( Fe ) induk dari Type Buck Scientific seri 205) ke dalam labu ukur 100 ml.


(64)

b. Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas

3.3.10. Pembuatan larutan standar logam besi, ( Fe ) 10 mg/l .(SNI 06 – 6989.4 2004) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan

40 ml larutan baku besi ( Fe ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml .

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam seng ( Zn ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l.

3.3.11. Pengukuran konsentrasi logam besi ( Fe ) dengan SSA

a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam besi ( Fe ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

248,30 nm Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm 12 mA Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Buck Scientific seri 205

f. Kemudiian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .


(65)

g. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

c. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 – 6989.4 – 2004 ).

3.4. Analisis Data

3.4.1. Persamaan Garis Regresi Kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe )

Dari hasil yang diperoleh selama kegiatan pengukuran didapat data – data yang dimulai dari absorbansi larutan standard seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom serta kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe ) dalam bentuk konsentrasi ( mg/l ) yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama empat minggu ( ± 1 bulan ). Berdasarkan data – data yang diperoleh dibuat suatu kurva atau plot grafik antara konsentrasi ( mg/l ) versus absorbansi larutan standard seng ( Zn ) dan besi ( Fe ), sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear . Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least – Square dengan persamaan Y = a + b X

dimana : Y = menyatakan absorbansi X = konsentrasi

a = tetapan regresi dan juga disebut dengan Intersep


(66)

{

}

N

i

Y

Yi

X

Xi

)(

)

(

b =

(

2

Xi

X

)

a = Y - bX

3.4.2. Koefisien Korelasi

{

}

N

i

Y

Yi

X

Xi

)(

)

(

r =

(

)

(

)

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ −

2 N 2

i N i Y Yi X Xi

harga r ≤ +1 menggambarkan korelasi positif sempurna, yakni semua titik percobaan terletak pada satu garis lurus yang kemiringannya positif. Untuk menyatakan apakah ada korelasi yang bermakna antara kedua besaran yang diukur (Rohman, A., 2007).

Berdasarkan data – data yang diperoleh dapat pula dibuat suatu kurva atau plot grafik antara konsentrasi ( mg/l ) versus waktu ( satu minggu sekali ) selama empat minggu, yang akan menggambarkan tentang fluktuasi kandungan seng ( Zn ) dan besi ( Fe ).

Data hasil perhitungan dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% bila dalam uji F memperlihatkan pengaruh beda nyata.


(67)

3.5. Flow shett

a. Persiapan Sampel

Ditambah HNO3(pekat) hingga

pH lebih kecil dari 2

Ditambah 5 ml HNO3pekat

Dipanaskan hingga hampir kering Ditambahkan 50 ml aquadest

Dimasukkan ke labu ukur 100 ml dengan cara disaring ditambah aquadest hingga tanda batas

Gambar. 3. Flow Shett Persiapan Sampel HNO3pekat

Sampel Air

Sampel Air

Diambil 100 ml sampel air dikocok hingga homogen


(68)

b. Persiapan Sampel

Ditambah HNO3(pekat) hingga

pH lebih kecil dari 2

Ditambah 5 ml Aqua regia Dipanaskan hingga hampir kering

Ditambahkan 50 ml aquadest

Dimasukkan ke labu ukur 100 ml dengan cara disaring ditambah aquadest hingga tanda batas

Gambar. 4. Flow Shett Persiapan Sampel Aqua regia

c. Pembuatan Kurva Kalibrasi seng ( Zn ) ( SNI 06-6989,7-2004 ) dan

Sampel Air

Diambil 100 ml sampel air dikocok hingga homogen


(69)

Pengukuran kadar seng ( Zn ) pada sampel

Ditambahkan aquadest tepat tanda batas

Optimalkan alat SSA

Mengukur Larutan Standar seng (Zn) dengan panjang gelombang 213 nm Membuat kurva kalibrasi

Pengukuran absorbansi sampel

Gambar 5. Flow Shett Pengukuran Kadar seng ( Zn ) pada sampel d. Pembuatan Kurva Kalibrasi besi ( Fe ) ( SNI 06-6989,4-2004 ) dan

Larutan Standar Logam seng ( Zn ) 100 mg/l

Larutan Standar seng ( Zn ) konsentrasi 0,05; 0,1; 0,2; 0,5 dan 1,0; mg/l

HASIL

Larutan Standar Logam seng ( Zn ) 1000 mg/l

Sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml

Sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam labu ukur 500 ml

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 ml

0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 5 ml; 10 ml masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml


(70)

Pengukuran kadar besi ( Fe ) pada sampel

Larutan Standar Logam seng ( Zn ) 1000 mg/l

Ditambahkan aquadest tepat tanda batas Sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam

labu ukur 100 ml

Larutan Standar Logam besi ( Fe ) 100 mg/l

Optimalkan alat SSA

Mengukur Larutan Standar besi (Fe) dengan panjang gelombang 248,3 nm Membuat kurva kalibrasi

Pengukuran absorbansi sampel

Gambar 6. Flow Shett Pengukuran Kadar besi ( Fe ) pada sampel

Larutan Standar besi ( Fe ) konsentrasi 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0; mg/l

HASIL

Sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam labu ukur 500 ml

5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 500 ml


(71)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengukuran Kandungan seng ( Zn )

Pada pengukuran kandungan seng ( Zn ) pada air Depot Air Minum Isi Ulang air pegunungan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar seng ( Zn ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar seng ( Zn ) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seng ( Zn ) tertera pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Seng

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1. 2. 3. 4. 5. 6.

0,0000 0,0500 0,1000 0,2000 0,5000 1,0000

0,0000 0,0002 0,0006 0,0008 0,0033 0,0051

4.1.1.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least – Square diperoleh data yang tertera pada tabel 1 lampiran, kemudian dibuat kurva kalibarasi


(72)

antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard seng ( Zn ).

0.0000 0.0010 0.0020 0.0030 0.0040 0.0050 0.0060

0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000

Konsentrasi ( mg / l )

Ab

s

o

rb

a

ns

Absorbansi

Y = 0.00005 + 0.00528X r = 0.9906

Gambar 7. Kurva Kalibrasi Larutan Standard seng ( Zn )

dapat dilihat pada lampiran 4 untuk perlakuan dengan pelarut asam nitrat (HNO3)

Diperolehnya gambar 4.1 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,00005 + 0,00528X, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan seng ( Zn ) dalam air . Nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,9906, hasil ini menunjukkan bahwa antara kandungan seng ( Zn ) dalam konsentrasi – absorbansi berkorelasi positif dan korelasinya erat ( r2 = 0,9813 ), nilai r2 sebesar 0,9813 berarti kurva pada gambar 4.1 tersebut mempunyai keakuratan dalam menentukan konsentrasi sebesar 98,13 %. Selanjutnya untuk menentukan kandungan seng ( Zn ) dalam sample air, dilakukan pengukuran absorban. Data absorban larutan sampel


(73)

pekat berikut pada lampiran 6 dan 11 untuk perlakuan dengan pelarut aqua regia (HNO3 + HCl ; 1:3)

4.1.1.2. Penentuan Kandungan seng ( Zn ) dari Sampel Air Minum Isi Ulang Air

ta pengukuran absorbansi terhadap sampel Air Minum Isi Ulang diperol

Dengan m nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi

Maka dip le

,2746

engan demikian kandungan kadar seng ( Zn ) dari sampel air baku dari tempat

X = = = 0,2809 mg/l

Pegunungan Sibolangit

Dari da

eh serapan ( Y ) sebagai berikut ; Y1 = 0,0015

Y2 = 0,0017

Y3 = 0,0014

ensubstitusikan

Y = 0,00005 + 0,00528X ero h :

X1 = 0

X2 = 0,3125

X3 = 0,2557

D

pengisian Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan adalah

∑Xi 0,8428


(1)

Pengambilan 0,05 0,01

C 0,322 0 a a

B 0,31883 0,003175 0 a a

A 0,31303 0,008975 0,0058 0 a a

Lampiran 10. Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi seng ( Zn ) dalam sample Air Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan aqua regia

Penganbilan Sampel Ulangan

A B C Total 1 0.2557 0.2746 0.2809 0.8112 2 0.2431 0.2494 0.2494 0.7419 3 0.2809 0.2809 0.2746 0.8364 4 0.2936 0.2936 0.2683 0.8555

Total (yi.) 1.0733 1.0985 1.0732 3.245 Rata-Rata 0.268325 0.274625 0.2683 0.81125

Daftar Sidik Ragam

Sumber Jumlah Kuadrat F F Tabel Keragaman

DB

Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01 P

Lokasi Penggambilan 2 0.00011 5E-05 0.1002 3,24 5,29 > 0,05

Galat 6 0.00318 0.0005

Total 8 0.00329

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)


(2)

Pengambilan 0,05 0,01

C 0,322 0 a a

B 0,31883 0,003175 0 a a

A 0,31303 0,008975 0,0058 0 a a

Lampiran 11. Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi besi ( Fe ) dalam sample Air Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan asam nitrat (HNO3)

pekat

Waktu Penganbilan Sampel Ulangan

A B C

Total

1

0.0773 0.0780 0.0787

0.234 2

0.076 0.0787 0.0773

0.232 3

0.0719 0.0794 0.0801

0.2314 4

0.0794 0.0794 0.0821

0.2409

Total 0.3046 0.3155 0.3182 0.9383

rata-rata 0.07615 0.078875 0.07955 0.2346

Daftar Sidik Ragam

Sumber Jumlah Kuadrat F F Tabel

Keragaman DB Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01 P

Lokasi Penggambilan 2 2.6E-05 1E-05 1,7713 3,24 5,29 > 0,05

Galat 6 4.4E-05 7E-06 Total 8 7E-05

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)


(3)

Pengambilan 0,05 0,01

C 0.07955 0 a a

B 0.07888 0.000675 0 a a

A 0.07615 0.0034 0.002725 0 a a

Lampiran 12. Rancangan Acak Lengkap Konsentrasi besi ( Fe ) dalam sample Air Minum Isi Ulang dengan perlakuan larutan aqua regia

Waktu Penganbilan Sampel Ulangan

A B C

Total

1

0.0591 0.0598 0.0598

0.1787 2

0.0598 0.0604 0.0604

0.1806 3

0.0557 0.0659 0.0604

0.182 4

0.0523 0.0598 0.0598

0.1719

Total 0.2269 0.2459 0.2404 0.7132

rata-rata 0.056725 0.061475 0.0601 0.1783

Daftar Sidik Ragam

Sumber Jumlah Kuadrat F F Tabel Keragaman

DB

Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01 P

Lokasi Penggambilan 2 4.8E-05 2E-05 2.2976 3,24 5,29 > 0,05 Galat 6 6.2E-05 1E-05

Total 8 0.00011 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)


(4)

Lokasi Signifikan Pengambilan

Rataan Y1 - yi Y2 - yi Y3 - yi

0,05 0,01

B 0.0615 0 a a

C 0.0601 0.001375 0 a a

A 0.0567 0.00475 0.003375 0 a a

Lampiran 13. Rancangan Acak Lengkap Rata – Rata Kandungan seng ( Zn ) dalam Sampel Air Minum Isi Ulang

Perlakuan Ulangan

HNO aqua regia Total

1 0,2993 0,2683 0,5676

2 0,3220 0,2746 0,5966

3 0,3188 0,2683 0,5871

Total 0,9401 0,8112 1,7513 Rata-Rata 0,3134 0,2704 0,2919

Daftar Sidik Ragam

Sumber Jumlah Kuadrat F F Tabel Keragaman

DB

Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01 P

Lokasi Penggambilan 1 0,00277 0,0028 33,771 3,24 5,29 < 0,01 Galat 4 0,00033 0,00008


(5)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Lokasi Signifikan Pengambilan

Rataan Y1 - yi Y2 - yi Y3 - yi

0,05 0,01

A 0,3133 0 a a

B 0,2704 0,0429 0 b b

Lampiran 14 . Rancangan Acak Lengkap Rata – Rata Kandungan besi ( Fe ) dalam Sampel Air Minum Isi Ulang

Perlakuan Ulangan

HNO aqua regia Total

1 0,0762 0,0567 0,1329

2 0,0789 0,0615 0,1404

3 0,0796 0,0601 0,1397

Total 0,2347 0,1783 0,4130 Rata-Rata 0.0782 0.0594 0.0688

Daftar Sidik Ragam

Sumber Jumlah Kuadrat F F Tabel Keragaman

DB

Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01 P

Lokasi Penggambilan 1 0,00053 0.00053 114.01 3,24 5,29

< 0.01

Galat 4 0,000019 0,0000047


(6)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Lokasi Signifikan Pengambilan

Rataan Y1 - yi Y2 - yi Y3 - yi

0,05 0,01

A 0.0782 0 a a