Interaksi Sosial dan Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial antara Masyarakat Sekitar dengan Para Penghuni Asrama Putri PJTKI

C. Interaksi Sosial dan Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial antara Masyarakat Sekitar dengan Para Penghuni Asrama Putri PJTKI

Pada bab ini akan diungkapkan tentang proses interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan para penghuni asrama putri PJTKI, serta keuntungan dan kerugian dari proses interaksi sosial.

hubungan yang terjadi serta yang terjalin diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Dimana kelompok masyarakat yang pertama adalah masyarakat sekitar dan yang kedua adalah parang penghuni asrama putri PJTKI, khususnya para calon TKI. Yang dimaksud dengan masyarakat sekitar ini adalah mereka yang tinggal sudah lama di sekitar wilayah Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan terutama yang tinggal dekat dengan PJTKI PT. Graha Indra Wahana Perkasa. Sedangkan para penghuni asrama putri PJTKI disini adalah mereka yang bermukim sementara waktu di wilayah Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan, yang meliputi para calon TKI dan para pegawai/pengurus PJTKI.

1. Tahap Interaksi Sosial

Proses interaksi yang terjadi diantara kedua kelompok masyarakat ini terjadi dimulai semenjak diresmikannya Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT. Graha Indra Wahana Perkasa pada tahun 2002 di Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan. Hal ini membuat wilayah disekitar PJTKI menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendirikan ruko maupun warung- warung, yang mana bangunan tersebut digunakan sebagai penunjang kebutuhan para calon TKI selama mereka tinggal di asrama guna menjalankan pelatihan sebelum di kirim ke luar negeri.

Proses interaksi sosial tersebut diawali dengan adanya perbedaan adat-istiadat, budaya, dan norma-norma dianta kedua kelompok masyarakat tersebut. Yang mana pada tahap selanjutnya karena adanya perbedaan- perbedaan tersebut diantara kedua kelompok masyarakat tersebut berusaha Proses interaksi sosial tersebut diawali dengan adanya perbedaan adat-istiadat, budaya, dan norma-norma dianta kedua kelompok masyarakat tersebut. Yang mana pada tahap selanjutnya karena adanya perbedaan- perbedaan tersebut diantara kedua kelompok masyarakat tersebut berusaha

“Prosesnya ya dimulai dari cara beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan masyarakat setempat.”

Proses interaksi yang terjadi antara masyarakat setempat dengan para calon TKI melalui berbagai tahap yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Pertama (Kondisi Awal terjadinya proses interaksi)

Pada awalnya proses interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan para penghuni PJTKI khususnya para calon TKI tidak begitu mulus, sehingga dapat menyebabkan suatu konflik dan perbedaan yang dapat merusak kondisi adaptif yang mulai terbangun diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Biasanya perbedaan-perbedaan tersebut timbul karena adanya perbedaan adat-istiadat, budaya, norma sosial, status sosial, status ekonomi dan tingkat pendidikan serta timbulnya suatu kesenjangan sosial antara masyarakat sekitar dengan para penghuni PJTKI.

Kesenjangan sosial semakin diperparah dengan adanya sikap para calon TKI yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebiasaan-kebiasaan dari masyarakat sekitar. Sikap masa bodoh dari para calon TKI yang kurang dapat memahami keadaan dan kebiasaan- kebiasaan masyarakat sekitar terkadang dapat menimbulkan konflik dan Kesenjangan sosial semakin diperparah dengan adanya sikap para calon TKI yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebiasaan-kebiasaan dari masyarakat sekitar. Sikap masa bodoh dari para calon TKI yang kurang dapat memahami keadaan dan kebiasaan- kebiasaan masyarakat sekitar terkadang dapat menimbulkan konflik dan

“Beberapa dari para calon TKI yang ada disini kadang mereka kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Mungkin mereka merasa lebih pintar atau sok cuek sehingga mereka dapat berbuat sesuka hatinya di lingkungan tersebut. Sikap seperti inilah yang dapat menimbulkan suatu masalah di dalam kampung ini. Cara penyelasaiannya ya dengan memberikan pengarahan atau pengertian kepada para calon TKI tersebut mengenai kondisi dan keadaan masyarakat kampung ini. Jadi lambat laun para calon TKI dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan keadaan yang sekarang ini.”

Proses adaptasi yang dilakukan oleh kedua kelompok masyarakat ini sangat memerlukan waktu yang tidak begitu sebentar. Interaksi antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI ini dapat saling memahami, saling pengertian dan saling mengisi satu sama lain dapat terjadi setelah mengalami proses suatu adaptasi sekitar 1 hingga 3 bulan. Proses adaptasi ini memerlukan waktu yang relatif lama , karena mengingat para calon TKI sudah terbiasa melakukan interaksi dan berhubungan dengan masyarakat setempat.

Ketidaklancaran berkomunikasi dalam berinteraksi sosial disebabkan karena adanya perbedaan status sosial, ekonomi, dan budaya sehingga dapat menimbulkan suatu kesenjangan. Perbedaan status sosial, ekonomi, dan budaya tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat menciptakan jurang pemisah dan dapat menimbulkan sikap kurang

Proses interaksi sosial ini tidak hanya dengan melalui satu arah saja , tetapi dengan melalui dua arah yaitu dari masyarakat sekitar dengan para calon TKI. Disatu pihak banyak yang melihat bahwa para calon TKI merupakan kelompok orang yang kurang berpendidikan, karena hanya mampu bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan masyarakat sekitar jarang atau enggan atau bercakap- cakap dengan para calon TKI, begitupun juga sebaliknya, para calon TKI merasa minder bila harus berbicara dengan masyarakat sekitar.

Masyarakat sekitar merasa bahwa mereka tidak setara dalam hal edukasi, status sosial ekonomi dan pengalaman pribadi dengan para calon TKI. Sehingga tidak sedikit dari para calon TKI merasa minder dan sungkan untuk bergaul akrab dengan masyarakat sekitar. Kesenjangan dalam hal pendidikan/edukasi bisa dilihat dari jarangnya para calon TKI yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya falsafah hidup orang jaman dulu yang menitik beratkan pada keuntungan yang ditimbulkan karena kepemilikan material bukan karena keuntungan kepemilikan pengetahuan. Kesenjangan lain yang jelas terlihat adalah kesenjangan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat sekitar yang mempunyai kendaraan pribadi atau handphone yang canggih sedangkan pada para calon TKI biasanya mereka dari golongan orang yang tidak mampu dan berasal dari desa.

Berbagai kesenjangan sosial ekonomi, dan kesenjangan edukasi, Berbagai kesenjangan sosial ekonomi, dan kesenjangan edukasi,

“Sudah hampir 5 tahun lebih saya membuka warung makan di tempat ini, dan hampir 5 tahun lebih pula saya berinteraksi dengan mereka. Hubungan sosial dengan para calon TKI yang ada di sini saya rasa baik-baik saja. Keberadaan mereka sangat memberikan pengaruh yang baik buat kita, meskipun banyak perbedaan.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Lestari (pemilik counter HP) berikut ini : “Hubungan saya maupun keluarga saya dengan para calon TKI

yang ada di sini baik-baik saja, layaknya seorang teman akrab.”

Karena berbagai hal yang tidak terlepas dari adanya keuntungan dan kerugian yang diperoleh kedua belah pihak, maka proses interaksi sosial yang terjadi pun akan mengalami berbagai proses dan tahapan dalam hal adaptasi serta sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma moral.

Pada awalnya adaptasi dan sosialisai nilai-nilai dan norma-norma tersebut agak sulit dipahami oleh para calon TKI, tetapi seiring berjalannya waktu maka proses tersebut dapat berjalan dengan baik, malah sekarang ini dapat mencapai tahap yang lebih baik yaitu bisa saling memahami dan tidak canggung lagi dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dan Pada awalnya adaptasi dan sosialisai nilai-nilai dan norma-norma tersebut agak sulit dipahami oleh para calon TKI, tetapi seiring berjalannya waktu maka proses tersebut dapat berjalan dengan baik, malah sekarang ini dapat mencapai tahap yang lebih baik yaitu bisa saling memahami dan tidak canggung lagi dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dan

“Semakin lama kita bergaul dengan masyarakat yang ada disini, maka lama kelamaan kita dapat mengerti norma-norma dan nilai- nilai moral yang ada, serta budaya mereka. Bahkan kita mulai terbiasa dengan budaya mereka.”

Lain halnya yang dikatakan oleh Dewi (Calon TKI) berikut ini :

“Menurut saya pribadi sih kehidupan antar warga di kampung sini lumayan baik. Karena ada sebagian warga masyarakat yang baik yaitu sikap toleransinya yang tinggi dan ada juga yang kurang baik karena kurangnya kesadaran dari masing-masing individu.”

Hal seperti diatas senada yang dikemukankan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Roni sebagai berikut : “Kurang baik, karena banyak para calon TKI yang tidak mau

berhubungan dengan masyarakat sekitar, dan kadang melanggar peraturan-peraturan yang ada di kampung ini.”

Demikian proses interaksi yang terjalin antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI, dari kondisi yang kurang adaptif sejalan dengan beriringnya waktu maka kondisi yang kurang adaptif tersebut dapat berkembang menjadi kondisi yang adaptif, yaitu suatu kondisi yang saling memahami, saling bertoleransi dan selanjutnya dapat tercipta interaksi atau hubungan yang baik diantara kedua kelompok masyarakat tersebut.

b. Tahap Kedua (Kondisi terakhir atau hingga saat ini) Sejalan dengan beriringnya waktu, maka proses interaksi sosial b. Tahap Kedua (Kondisi terakhir atau hingga saat ini) Sejalan dengan beriringnya waktu, maka proses interaksi sosial

Sikap toleransi yang biasa masyarakat sekitar gunakan yaitu dengan cara tidak terlalu menuntut para calon TKI untuk dapat beriteraksi secara aktif dengan masyarakat sekitar. Menurut masyarakat sekitar, para calon TKI yang kurang aktif dalam berinteraksi dapat ditolerir sebab mereka hanya tinggal untuk sementara waktu di daerah sini dan keterbatasan waktu mereka dalam menyelesaikan proses pelatihan sebelum dikirim ke luar negeri. Kondisi yang seperti inilah yang menyebabkan masyarakat sekitar tidak terlalu menuntut mereka untuk bergaul atau saling mengenal dengan masyarakat sekitar dan bahkan untuk mengikuti segala kegiatan yang ada di kampung tersebut. Kalau pun terjadi percakapan atau obrolan itupun hanya berada pada di jalan saat berpapasan atau pada saat membeli makanan atau pulsa.

Tindakan-tindakan seperti diatas itu dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk membantu para calon TKI untuk dapat berkonsentrasi atau terhindar dari permasalahan selama menjalani proses pelatihan di PJTKI. Dengan diberikannya kemudahan dan kelonggaran yang diberikan kepada Tindakan-tindakan seperti diatas itu dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk membantu para calon TKI untuk dapat berkonsentrasi atau terhindar dari permasalahan selama menjalani proses pelatihan di PJTKI. Dengan diberikannya kemudahan dan kelonggaran yang diberikan kepada

“Para calon TKI yang tidak mau kumpul atau mengobrol dengan masyarakat sini menurut saya sih ngga ada masalah, karena kan mereka di sini mempunyai waktu yang terbatas dan mempunyai banyak tugas/pelatihan yang banyak. Jadi mana mungkin untuk ngobrol yang tidak penting, kalaupun ada kesempatan untuk mengobrol itupun hanya obrolan biasa.”

Hal diatas juga ditambahkan oleh Ketua RT 02 RW X yaitu Bapak Bambang DH, sebagai berikut : “Sebagai ketua RT dikampung ini, saya tidak tega untuk

memberikan tugas atau menyuruh mereka untuk ambil bagian dalam segala kegiatan yang ada disini. Karena mengingat para calon TKI yang ada di PJTKI ini merupakan orang-orang yang menjalani pelatihan untuk memperoleh pekerjaan yang ada di luar negeri, jadi rasanya saya secara pribadi tidak mewajibkan mereka untuk ikut ambil bagian di kampung ini. Namun jika ada para calon TKI yang mau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kami, pasti kami perbolehkan dengan senang hati.”

Dengan adanya sikap saling memahami, saling menghormati dan saling mengerti satu sama lain sangatlah membantu dalam proses berlangsungnya hubungan atau interaksi yang terjadi diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Kegiatan sosialisasi nilai-nilai dan norma- norma dari masyarakat tetap dilakukan oleh masing-masing ketua RT dan RW serta pemuka masyarakat lainnya yang ada di wilayah tersebut.

supaya para calon TKI yang bermukim di wilayah ini dapat mengembangkan dan memupuk sikap saling menghormati, saling memahami, saling pengertian satu sama lain. Sikap masyarakat setempat yang toleran tersebut sangatlah membantu dan menguntungkan bagi mereka. Hal ini yang dikemukan oleh Susi (calon TKI) sebagai berikut :

“Asalkan kita tidak sombong sama mereka dan mau bersikap ramah kepada mereka, saya rasa tidak ada masalah. Malah mereka disini sangat membantu dan menguntungkan bagi kita (misal : ketika kita memerlukan kendaraan untuk pergi ke suatu tempat sebentar, kadang salah satu dari mereka dengan senang hati mau meminjamkan kendaraan maupun mau mengantarkan kita).”

Pemberian sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkan oleh masyarakat setempat kepada para calon TKI yaitu pada saat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pada waktu pengajian di rumah-rumah warga. Hal ini dilakukan karena mengingat sebagian besar masyarakat yang ada di sekitar memeluk agama Islam, sehingga dengan persamaan kepercayaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk memberikan sosialisasi atau pengarahan kepada para calon TKI baik norma-norma maupun nilai-nilai moral yang ada di lingkungan setempat. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Atik (calon TKI) sebagai berikut :

“Saya di kampung ini sebagai warga pendatang, jadi saya harus mengikuti tata cara dan aturan yang ada di kampung ini. Dengan demikian saya juga dapat di hormati oleh masyarakat setempat dan selain itu saya juga harus menjunjung tinggi sikap toleransi “Saya di kampung ini sebagai warga pendatang, jadi saya harus mengikuti tata cara dan aturan yang ada di kampung ini. Dengan demikian saya juga dapat di hormati oleh masyarakat setempat dan selain itu saya juga harus menjunjung tinggi sikap toleransi

“Ya menurut saya sih para calon TKI yang tinggal sementara di lingkungan ini orangnya ga neko-neko, dan mereka itu orangnya lumayan alim. Walaupun tidak semua, tapi beberapa bagian dari mereka orangnya cukup sopan dan santun dalam berbicara, karena biasanya mereka berasal dari desa. Dan hal ini sangat berdampak positif untuk hubungan kami.”

Demikianlah proses interaksi atau hubungan yang terjalin diantara masyarakat sekitar dengan para calon TKI, yang mana dimulai dari tahap awal yaitu kondisi yang kurang adaptif sehingga dapat menimbulkan suatu konflik diantara mereka. Namun dengan berjalannya waktu (tahap akhir) kondisi yang kurang adaptif tersebut dapat berubah menjadi kondisi yang adaptif yaitu sikap yang saling memahami, saling pengertian dan saling hormat-menghormati satu sama lain serta saling bertoleransi. Maka dengan demikian mulai timbul dalam interaksi atau hubungan diantara kedua kelompok masyarakat tersebut.

Akan tetapi, proses Interaksi sosial tersebut tidak akan mungkin terjadi apabila tidak menjalankan dua syarat interaksi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui dibawah ini :

1). Kontak Sosial Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya

asrama putri PJTKI. Secara fisik kontak sosial baru akan terjadi apabila ada hubungan badaniah, tetapi sebagai gejala sosial hal tersebut tidak harus diartikan dengan suatu hubungan badaniah. Kontak sosial tidak tergantung dari tindakan yang dilakukan, akan tetapi juga mengenai tindakan apa yang telah dilakukan. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak sosial yang bersifat primer ialah apabila seseorang bertemu secara langsung dan bertatap muka tanpa melalui suatu perantara. Sedangkan kontak sosial yang bersifat sekunder ialah apabila seseorang bertemu secara tidak langsung, tetapi melalui suatu perantara.

Kontak sosial yang bersifat primer dilakukan dalam sebuah kelompok atau komunitas yang mana dilakukan dengan cara perkenalan. Perkenalan merupakan tahapan yang terpenting dalam membentuk suatu interaksi sosial terutama bagi para calon TKI dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Atik (calon TKI) sebagai berikut :

“Pada awalnya ketika saya tinggal di asrama ini saya tidak mengenal siapapun, apalagi dengan masyarakat sekitar PJTKI. Tapi lama kelamaan berada disini dan sering bertemu, membuat saya bisa saling kenal dengan mereka, dan bahkan ada beberapa warga yang sudah akrab dengan saya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Siti (calon TKI) sebagai berikut : Hal senada juga diungkapkan oleh Siti (calon TKI) sebagai berikut :

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa dalam memulai suatu interaksi sosial itu perlu adanya kontak sosial yaitu saling mengenal antara orang yang satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk dapat menjalin suatu hubungan yang baik, erat diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Dengan saling mengenal satu sama lain bisa lebih memudahkan dalam menjalin hubungan yang baik dan erat, sehingga dapat dirasakan manfaatnya dari adanya sikap saling mengenal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Susi (calon TKI) sebagai berikut :

“Manfaatnya banyak banget mas, seperti kita merasa mempunyai teman baru di lingkungan ini, dengan sapaan dari masyarakat sekitar kita merasa seperti diperhatikan, dan kita bisa lebih mengerti mengenai budaya mereka. Dan jika hubungan kita dengan masyarakat sekitarsudah terjalin dengan baik, maka kita tidak segan-segan jika memerlukan bantuan mereka bila membutuhkan.”

Dengan semakin banyaknya suatu pertemuan antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI dapat terjalin suatu keakraban atau pertemanan yang terjadi diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Yang mana pada akhirnya akan menyebabkan kedua kelompok masyarakat tersebut menganggap sebagai bagian dari keluarganya. Hal ini seperti yang diungkapakn oleh Ema (calon TKI) sebagai berikut : Dengan semakin banyaknya suatu pertemuan antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI dapat terjalin suatu keakraban atau pertemanan yang terjadi diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Yang mana pada akhirnya akan menyebabkan kedua kelompok masyarakat tersebut menganggap sebagai bagian dari keluarganya. Hal ini seperti yang diungkapakn oleh Ema (calon TKI) sebagai berikut :

Dengan adanya hubungan diatas, maka memungkinkan terjadinya interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI dan tanpa didasari oleh rasa sungkan dalm hal bantu membantu atau meminta bantuan kepada mereka.

2). Komunikasi Proses komunikasi merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dimana terdapat suatu perasaan simpati untuk memahami pihak lain dan melakukan kerjasama dengan pihak tersebut. Dan selanjutnya dapat memudahkan untuk saling bertukar pikiran, pandangan bahkan bisa terjalin suatu kerjasama. Arti penting dari berkomunikasi adalah bahwa seseorang dapat memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan berkomunikasi menggunakan bahasa-bahasa yang mereka gunakan tersebut biasanya bahasa yang ringan, mudah diapahami satu sama lain dan yang harus dilakukan pertama kali adalah harus mengenal karakter orang yang diajak berbicara sehingga dalam berkomunikasi tidak menyinggung perasaan orang yang diajak bicara. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Siti (calon TKI) berikut ini :

“Saya disinikan sebagai warga pendatang di kampung ini, jadi saya harus paham betul bagaimana watak masyarakat “Saya disinikan sebagai warga pendatang di kampung ini, jadi saya harus paham betul bagaimana watak masyarakat

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam melakukan suatu komunikasi dengan orang lain, maka harus membutuhkan suatu pemahaman karakter atau watak dari orang yang akan diajak bicara, sehingga dalam melakukan komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain mengetahui karakter atau watak lawan bicaranya harus membutuhkan suatu pembawaan sikap, perilaku yang baik dalam melakukan suatu komunikasi tersebut. Dengan adanya pembawaan sikap dan perilaku yang baik, maka lawan bicara tersebut dapat merespon apa yang dibicarakannya dan dapat membalasnya dengan baik pula. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Paryadi (Security PJTKI) sebagai berikut :

“Pakai bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh para calon TKI yang berada disini, sehingga dapat mengerti dan merespon apa yang dibicarakan. Karena kan para calon TKI yang tinggal di kos ini tidak cuma dari satu daerah saja, tetapi berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah (misal : Kendal, Demak, Pati, Purwodadi, dll).”

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Lestari (pemilik counter hp) berikut ini :

“Dengan menggunakan bahasa yang baik dan dapat dimengerti oleh para calon TKI yang bersangkutan.”

melakukan komunikasi dengan sesama warga kampung harus mampu menjaga perasaan orang lain, baik itu anak muda maupun orang yang lebih tua, sehingga tidak menimbulkan salah paham diantara kedua belah pihak. Maka dalam menjalin suatu hubungan atau interaksi antar sesama warga kampung hatus bisa menunjukan komunikasi yang tepat dan memakai bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain sehingga dapat direspon oleh orang lain dan dapat digunakan sebagai sarana untuk menjalin hubungan yang erat diantara kedua kelompok masyarakat tersebut. Adapun manfaat yang diperoleh dari berkomunikasi tersebut, seperti yang diungkapkan Bapak Arifin (Masyarakat Sekitar) sebagai berikut :

“Dengan bahasa yang baik dan sopan. Dengan begitu kan dapat membuat hubungan kita dengan para calon TKI yang ada di PJTKI akan menjadi lebih erat dan akrab.”

Dengan melakukan suatu komunikasi dengan kedua belah pihak dapat menjadikan hubungan antara sesama warga (baik itu masyarakat setempat maupun warga pendatang/calon TKI) menjadi lebih baik, dan dapat mempererat hubungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara saling bertukar pikiran, pandangan dan informasi dengan pihak yang lain, baik itu informasi dari ketua RT maupun RW setempat, instansi pemerintah setempat maupun dari informasi-informasi lainnya seperti dari brosur-brosur yang

Berdasarkan dari uraian diatas mengenai proses interaksi atau hubungan diantara kedua kelompok masyarakat tersebut dapat dipahami bahwa pada awalnya proses interaksi sosial yang terjadi diantara mereka tidak begitu berjalan mulus. Dalam perkembangan yang ada mengenai proses interaksi antara kedua kelompok masyarakat tersebut sekarang ini mulai menjadi kondisi yang adaptif yaitu sikap saling memahami, sikap saling pengertian dan sikap saling menghormati satu sama lain. Kondisi yang seperti ini dapat terjadi karena mereka menyadari akan peran mereka masing- masing.

Masyarakat di sepanjang Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan ini terdiri dari berbagai individu-individu yang memiliki persamaan dan perbedaan. Dari satu kondisi yang berbeda dan sisi yang lain memiliki kesamaan, hal inilah yang seringkali menciptakan interaksi sosial yang bersifat positif dan negatif. Kejadian yang demikian tersebut karena masing- masing individu yang saling berinteraksi menyadari akan persamaan- persamaan dan perbedaan-perbedaan yang pada akhirnya akan menyebabkan munculnya kekerabatan dan kebersamaan. Hal ini yang diungkapakan oleh Bapak Paryadi (security PJTKI) berikut ini :

“Yang namanya orang hidup itu semua tidak bisa sama antara yang satu dengan yang lain. Antara yang satu dengan yang lain itu kan memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Adanya kepentingan yang berbeda-beda inilah yang terkadang dapat menyebabkan suatu persaingan atau konflik antara individu yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi biasanya konflik tersebut tidak sampai membuat rusuh.” “Yang namanya orang hidup itu semua tidak bisa sama antara yang satu dengan yang lain. Antara yang satu dengan yang lain itu kan memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Adanya kepentingan yang berbeda-beda inilah yang terkadang dapat menyebabkan suatu persaingan atau konflik antara individu yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi biasanya konflik tersebut tidak sampai membuat rusuh.”

tujuan untuk hidup warga sehingga sedapat mungkin hal itu dapat diwujudkan dengan melalui sikap toleransi, maka hal tersebut dapat terwujud”

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, antara individu dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu (misal : saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling bercakap- cakap), maka secara tidak sadar proses interaksi sosial dimulai pada saat itu. Walaupun individu-individu tersebut tidak saling bertegur sapa, tidak berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda interaksi sosial, maka interaksi sosial pun telah terjadi. Oleh karena itu, masing-masing individu sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan dalam perasaan orang yang bersangkutan sehingga dapat menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang kemudian dapat menemukan tindakan apa yang akan dilakukannya.

Interaksi sosial menjadi kunci utama dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa interaksi sosial maka tidak akan tercipta suatu kehidupan bersama. Dengan bertemunya orang-perorangan secara badaniah belakang tidak akan menghasilkan suatu pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu akan terjadi apabila orang- perorangan atau kelompok-kelompok manusia mau melakukan kerjasama, Interaksi sosial menjadi kunci utama dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa interaksi sosial maka tidak akan tercipta suatu kehidupan bersama. Dengan bertemunya orang-perorangan secara badaniah belakang tidak akan menghasilkan suatu pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu akan terjadi apabila orang- perorangan atau kelompok-kelompok manusia mau melakukan kerjasama,

Interaksi sosial yang dijalankan oleh anggota masyarakat (masyarakat sekitar dengan para penghuni asrama putri PJTKI) tersebut diartikan sebagai suatu hubungan dalam sistem sosial yang melibatkan antara dua orang atau lebih individu, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya. Dengan sistem sosial tersebut akan mengarahkan pada penciptaan pranata sosial yang mencakup cara-cara bertingkah laku dan bertindak baik yang telah ditentukan maupun yang tidak ditentukan didalam menjalankan interaksi sosial, yang kemudian dia menjadi bagian dari kelompok masyarakat.

a. Kerjasama Kerjasama merupakan proses interaksi sosial yang paling pokok. Kerjasama yang dilakukan di kampung ini dapat berjalan karena adanya rasa saling membutuhkan sama lain dalam interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan para penghuni asrama putri PJTKI yang bermukim di wilayah Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan, membuat interaksi diantara kedua kelompok masyarakat ini mengarah pada suatu a. Kerjasama Kerjasama merupakan proses interaksi sosial yang paling pokok. Kerjasama yang dilakukan di kampung ini dapat berjalan karena adanya rasa saling membutuhkan sama lain dalam interaksi sosial antara masyarakat sekitar dengan para penghuni asrama putri PJTKI yang bermukim di wilayah Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan, membuat interaksi diantara kedua kelompok masyarakat ini mengarah pada suatu

“Biasanya dalam bentuk kerjasama dalam hal menciptakan masyarakat tentram dan nyaman, masyarakat yang utuh ini serta masyarakat yang harmonis karena inikan keinginan semua warga kampung sini. Bagaimana caranya supaya ketentraman dan kenyamanan itu dapat terwujud di kampung ini.”

Lain halnya yang diungkapkan oleh Bapak Rony (tokoh masyarakat) berikut ini : “Kalau sudah saling kenal sih, sudah dianggap seperti saudara

sendiri, maka diibaratkan kalau salah satu merasa sakit, maka yang lainnya pun merasakannya. Atau sebaliknya kalau tidak saling kenal, ya sikapnya masa bodoh dan nggak mau tahu.”

Selain itu, tujuan dari diadakannya kerjasama diantara kedua kelompok masyarakat tersebut karena untuk memperoleh keuntungan yang didapatkan oleh kedua belah pihak. Dimana keuntungan yang diperoleh oleh para calon TKI yaitu mereka dapat menyelesaikan proses pelatihan selama di PJTKI dengan baik dan lancar dengan bantuan adanya sarana dan prasarana yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Kerjasama yang dilakukan diantara kedua kelompok masyarakat Kerjasama yang dilakukan diantara kedua kelompok masyarakat

Kondisi ini dapat dilihat dimana setelah terjadinya proses interaksi dan lancar dalam melakukan komunikasi maupun kontak sosial juga dapat mempengaruhi perkembangan pemukiman mereka. Dimana masyarakat setempat yang pada mulanya merupakan masyarakat terbuka, kini dengan adanya para calon TKI sikap masyarakat setempat bisa lebih toleran. Hal ini tentunya bisa dengan mudah dapat menerima pemikiran- pemikiran baru yang mana selanjutnya dapat digunakan untuk pengembangan wilayah tempat tinggal mereka. Keuntungan lain yang diperoleh dari adanya kerjasama diantara kedua kelompok masyarakat tersebut yaitu dapat meningkatkan kualitas dalam berinteraksi sosial. Suatu kerjasama dapat berjalan baik apabila mereka lancar dalam berkomunikasi. Kerjasama yang terjalin antara masyarakat setempat sekitar dengan para calon TKI di Kelurahan Krobokan ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1). Kerjasama dalam kegiatan Ekonomi

Kerjasama dalam kegiatan ekonomi yang terjalin antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI biasanya berupa kerjasama Kerjasama dalam kegiatan ekonomi yang terjalin antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI biasanya berupa kerjasama

Kerjasama Ekonomi dalam penyediaan keperluan sehari-hari atau di sektor perdagangan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari para calon TKI (misal warung makan, counter hp, wartel, warnet, dll). Kesempatan kerja dalam sektor perdagangan dan pemenuhan kebutuhan yang dimaksudkan dalam sektor perdagangan yaitu terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat untuk mendirikan warung makan, warung kelontong, counter hp, wartel/warnet yang berguna bagi para calon TKI untuk menunjang kebutuhan mereka sehari-hari.

Dengan mendirikan warung-warung tersebut yaitu supaya para calon TKI yang bermukim di wilayah ini bisa lebih mudah untuk memenuhi kebuthan sehari-hari mereka.

Namun, dalam perkembanganya faktor ekonomi turut membantu masyarakat sekitar dalam pengembangan usaha mereka. Pada mulanya warung-warung tersebut didirikan hanya seadanya saja dan sangat sederhana. Tetapi dengan berjalannya waktu, warung-warung yang dulunya sederhana kini menjadi lebih bagus. Selain itu karena usaha yang dirintis oleh masyarakat pendatang pun mulai berkembang dengan pesat dan dapat memperoleh keuntungan yang relatif besar. Yang mana keuntungan- keuntungan tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan Namun, dalam perkembanganya faktor ekonomi turut membantu masyarakat sekitar dalam pengembangan usaha mereka. Pada mulanya warung-warung tersebut didirikan hanya seadanya saja dan sangat sederhana. Tetapi dengan berjalannya waktu, warung-warung yang dulunya sederhana kini menjadi lebih bagus. Selain itu karena usaha yang dirintis oleh masyarakat pendatang pun mulai berkembang dengan pesat dan dapat memperoleh keuntungan yang relatif besar. Yang mana keuntungan- keuntungan tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan

“Dengan adanya warung makan dan toko-toko penyedia kebutuhan sehari-hari yang ada di kampung ini banyak membantu kita-kita selama tinggal di asrama ini. Selain itu buat penduduk sekitar sini kan juga lumayan banget bisa dapat penghasilan tambahan.”

2). Kerjasama dalam kegiatan Sosial Kerjasama dalam kegiatan sosial yang terjalin antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI secara jelas nampak pada waktu ada kegiatan kebersihan di kampung ini atau kerja bakti. Mereka secara spontan ikut membantu ibu-ibu yang sedang melakukan kerja bakti pada sore hari tanpa diberi perintah atau pemberitahuan. Kondisi seperti inilah yang sangat membantu dalam proses interaksi sosial terutama dalam kegiatan sosial. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu Lestari :

“Kalau pas ada kegiatan kebersihan di wilayah kampung ini, biasanya beberapa dari anak-anak calon TKI ikut membantu secara otomatis, walaupun tidak semua ikut membantu. Tapi sikap mereka patut ditiru.”

Hal diatas seperti yang dikatakan oleh Ema (calon TKI) berikut ini :

“Ikut bantu-bantu aja bila ada kegiatan kerja bakti, walaupun tidak disuruh oleh warga sekitar, Daripada tidak ada kegiatan yang kita lakukan.”

Persaingan adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan juga dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu/kelompok manusia yang bersaing, untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu dapat menjadi pusat perhatian umum. Suatu ciri persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak lawan itu dilakukan secara damai. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan yang bersifat tidak pribadi. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, misalnya bidang ekonomi dan perdagangan, kedudukan, kekuasaan, percintaan, dan sebagainya.

Dalam masyarakat di Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan, persaingan yang tidak serta merta terlihat dengan jelas bagaimanakah manifestasi dari persaingan tersebut. Kompetisi yang terjadi di dalam masyarakat wilayah ini tidak berbentuk kompetisi yang riil atau nyata. Namun, hanya berbentuk kompetisi semu yang hanya muncul pada saat tertentu dan bukanlah hal yang mendominasi dalam kehidupan masyarakat.

Simbol status merupakan sesuatu yang sangat dihargai dalam setiap bentuk masyarakat. Hal ini terjadi karena simbol status ini biasanya sangat sulit untuk diperoleh sehingga memiliki nilai lebih dalam masyarakat. Simbol status ini bisa menjadi pemicu timbulnya persaingan Simbol status merupakan sesuatu yang sangat dihargai dalam setiap bentuk masyarakat. Hal ini terjadi karena simbol status ini biasanya sangat sulit untuk diperoleh sehingga memiliki nilai lebih dalam masyarakat. Simbol status ini bisa menjadi pemicu timbulnya persaingan

Akan tetapi persaingan dengan jenis diatas jarang sekali berlaku di dalam masyarakat di Kelurahan Krobokan. Hal ini karena sebagian besar penduduk yang tinggal di Jl. Sawojajar II Kelurahan Krobokan sudah memiliki pendidikan yang cukup dan mempunyai ketrampilan dan keahlian. Maka persaingan tersebut jarang sekali berlaku di Kelurahan Krobokan karena masyarakat ini berprofesi sebagai pedagang.

Namun, persaingan yang ada di dalam lingkungan warga kampung di Kelurahan Krobokan, terutama mereka yang tinggal di sekitar asrama putri PJTKI PT. Graha Indra Wahana Perkasa ini biasanya berupa persaingan yang berbentuk persaingan ekonomi. Persaingan ekonomi ini biasanya ditimbulkan oleh terbatasnya persedian barang bila di bandingkan dengan jumlah konsumen yang ada. Persaingan ekonomi adalah salah satu cara memilih produsen-produsen yang baik. Bagi sebagian masyarakat hal yang demikian ini dianggap sangat menguntungkan karena produsen yang baik inilah yang memenangkan suatu persaingan dengan cara

lebih murah. Akan tetapi persaingan ini tidak terlihat secara jelas bagaimakah bentuk persaingan tersebut atau dengan kata lain persaingan ini berupa persaingan semu. Dimana persaingan ini sebenarnya ada dalam masyarakat di Jl. Sawojajar II Keluraha Krobokan (terutama yang berada di dekat asrama putri PJTKI), namun warga kampung yang bersangkutan tidak mau mengakui keberadaan persaingan tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Lestari (pemilik counter HP) berikut ini :

“Kayaknya dalam berhubungan sosial dengan mereka baik-baik saja dan ngga ada persaingan sama sekali.”

Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Susi (calon TKI) berikut ini : “Tidak pernah, karena saya sudah menganggap masyarakat yang

ada di sini sebagai keluarga sendiri yang harus saya sayangi dan saya jaga perasaanya.”

Hal seperti diatas juga ditambahkan oleh salah satu masyarakat sekitar yaitu Ibu Yayuk berikut ini : “sepengetahuan saya di kampung ini tidak ada persaingan, karena

masing-masing individu sudah sadar sepenuhnya bahwa lebih baik menjaga kerukunan dan kebersamaan dengan sesama warga kampung. Ibaratnya kalau ada tetangga yang mendapatkan kebahagian sebagai tetangga yang baik ya kami turut senang dan bersyukur tanpa rasa iri maupun dengki.”

Berdasarkan pengamatan pengamatan yang telah dilakukan

dengan tingkat harga yang bervariasi dan tergantung fasilitas-fasilitas yang disediakan. Persaingan yang terjadi dalam bidang ekonomi ini tidak selalu menimbulkan suatu berakibat negatif saja tetapi juga dapat menimbulkan sesuatu yang berakibat negatif saja tetapi juga berakibat positif. Akibat negatif dari persaingan seperti timbulnya suatu kecemburuan ekonomi yang akan menimbulkan sikap dan keinginan untuk selalu meraih tingkat ekonomi yang lebih tinggi dan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara bekerja keras dan lebih membentuk relasi ekonomi.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Joko (masyarakat sekitar ) berikut ini : “Biasanya persaingan dalam hal menentukan tarif atau harga

suatu barang yang ditawarkan. Perbedaan harga tersebut didasarkan pada kualitas dan kuantitas barang tersebut’”

Dengan adanya kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri bagi setiap para calon TKI. Hanya demi mencapai suatu kepuasan tersebut, mereka rela bersaingan dengan individu-individu yang lain sehingga mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Persaingan ini bisa sebagai jalan, dimana keinginan, kepentingan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dapat tersalurkan dengan baik bagi mereka yang saling bersaing. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Wuryanto (pemilik warung makan) berikut ini : Dengan adanya kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri bagi setiap para calon TKI. Hanya demi mencapai suatu kepuasan tersebut, mereka rela bersaingan dengan individu-individu yang lain sehingga mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Persaingan ini bisa sebagai jalan, dimana keinginan, kepentingan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dapat tersalurkan dengan baik bagi mereka yang saling bersaing. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Wuryanto (pemilik warung makan) berikut ini :

Hal diatas senada yang dikatakan oleh Siti (calon TKI) berikut ini : “Tidak pernah, kalau dengan para calon TKI disini kemungkinan

ada persaingan. Misalnya persaingan dalam ketrampilan yang mereka peroleh selama pelatihan di asrama, mereka berusaha menjadi yang terbaik.”

Lain halnya yang diungkapkan oleh Arum (calon TKI ) berikut ini : “Ya. Tapi persaingan sesama penghuni asrama putri dalam hal

ketrampilan atau pengetahuan yang didapat. Mereka saling berlomba-lomba menampilkan yang terbaik.”

Hasil dari persaingan seperti diatas akan bersifat assosiatif dan positif. Persaingan yang dilakukan dengan jujur akan mengembangkan rasa sosial dalam diri individu. Dengan mengetahui sifat-sifat, cara kerja, dan perilaku orang yang menjadi lawan bersaing, maka akan menumbuhkan sikap saling menghargai lawan. Oleh karena itu, persaingan dapat memperkuat pandangan, pengertian, serta pengetahuan dan juga perassn simpati seseorang.

c. Pertentangan (Konflik) Pertentangan merupakan proses dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lain atau lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan yang dapat menimbulkan c. Pertentangan (Konflik) Pertentangan merupakan proses dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lain atau lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan yang dapat menimbulkan

Perbedaan perasaan atau pandang akan melahirkan pertentangan, kadangkala dalam hubungan sosial yang terjadi diantara masyarakat, bisa terjadi perasaan tidak suka dengan orang lain, keadaan seperti ini terjadi karena rasa iri yang diarasakan seseorang terhadap yang lain yang menimbulkan rasa tidak suka karena rasa ini tersimpan dalam waktu yang lama dan orang tersebut tidak bisa menahannya. Yang terjadi dalam masyarakat sekitar dengan adanya para calon TKI pertentangan semacam ini muncul karena adanya rasa tidak suka antara masyarakat setempat terhadap para calon TKI di wilayah mereka. Rasa tidak simpati ini sebenarnya muncul dari perorangan yang mencoba membangun kekuatan untuk bersatu. Hal ini sperti yang diungkapkan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu bapak Bambang DH (ketua RT 02 RW X) berikut ini :

“Kalau pun saya ada masalah atau pertengkaran dengan para calon TKI, ya urusan di selesaikan antara saya dengan calon TKI tersebut. Sehingga tidak sampai mencari teman untuk membantu menyelasaikan masalah tersebut dan nati takutnya masalah tersebut malah menjadi semakin besar dan mungkin tidak dapat terselesaikan.”

Pertentangan (konflik) yang terjadi dan berkembang diantara kedua kelompok tersebut (masyarakat sekitar dengan para calon TKI) disini biasanya mengarah pada suatu konflik laten yaitu suatu konflik yang Pertentangan (konflik) yang terjadi dan berkembang diantara kedua kelompok tersebut (masyarakat sekitar dengan para calon TKI) disini biasanya mengarah pada suatu konflik laten yaitu suatu konflik yang

“Ya, saya pernah mengalami konflik dengan para calon TKI yang ada di PJTKI tersebut. Mereka pada biasanya melakukan aktivitas sampe tengah malam, dan mereka tidak sadar bahwa suara mereka atau kegaduhan yang mereka lakukan terdengar sampai di tempat saya, sehingga hal tersebut sangat menggangu keluarga saya. Tapi konflik ini tidak sampai meluas ke warga lain, karena masalah ini saya selesaikan secara pribadi dengan pihak PJTKI.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kalaupun terjadi suatu konflik yang melibatkan antar individu, hal tersebut tidak akan meluas yang mana akan mengacu pada suatu konflik terbuka serta tidak akan menyebabkan konflik yang melibatkan warga masyarakat secara massal.

Perbedaan lain yang menjadi sebab musabab terjadinya suatu konflik adalah adanya perbedaan kepentingan, yang mana perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok merupakan sumber lain daripada munculnya konflik. Namun, sampai saat ini perbedaan kepentingan tersebut tidak pernah terjadi saat ini di wilayah Jl. Sawojajar

II Kelurahan Krobokan. Hal demikian dapat terjadi karena adanya sikap masyarakat yang toleransi, sehingga tidak memungkinkan benih-benih pertikaian (konflik) tidak berkembang. Antara masyarakat sekitar dengan para calon TKI yang mungkin memiliki perbedaan kepentingan juga tidak menyulut adanya suatu konflik. Hal ini juga seperti yang diungkapkan oleh Ibu Tohir (masyarakat sekitar) berikut ini :

“Tidak pernah. Karena kalau ada para calon TKI yang “Tidak pernah. Karena kalau ada para calon TKI yang

Lain halnya yang diungkapkan oleh Novi (calon TKI) berikut ini : “Sebagian masyarakatnya ada yang nggak mutu mas, sukanya

bilang tentang kejengkelan orang lain, khan itu bikin kesal.”

Dalam kelompok-kelompok dimana para warganya mengadakan interaksi sosial dalam frekuensi yang tinggi, kemungkinan besar terjadinya suatu konflik dapat ditekan. Memang benih-benih pertentangan (konflik) tersebut kadang-kadang ada di dalam setiap masyarakat. Akan tetapi sudah menjadi anggapan umum bahwa dalam memelihara hubungan yang baik, sebaiknya benih-benih pertentangan (konflik) tersebut tidak dibiarkan berkembang di dalam lingkungan masyarakat. Apabila sampai benih-benih pertentangan tersebut dibiarkan berkembang, maka akan menyebabkan munculnya suatu konflik dan kemungkinan besar dapat menyebabkan perpecahan.

d. Akomodasi Dalam setiap kehidupan interaksi sosial manusia terdapat apa yang disebut akomodasi. Akomodasi adalah istilah yang mempunyai arti majemuk, yaitu suatu keadaan tertentu dan untuk menunjuk pada suatu proses yang sedang berkembang. Akomodasi yang menunjukkan pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.

usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai suatu kestabilan.

Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang-perorangan atau kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, kini mulai mengadakan penyesuaian diri untuk mangatasi ketegangan-ketegangan tersebut. Hal tersebut juga terjadi di dalam masyarakat yang tinggal disekitar PJTKI PT. Graha Indra Wahana Perkasa. Seperti yang diceritakan oleh Ibu Lestari (pemilik warung makan) berikut ini :

“Sejauh ini hubungan saya dengan para calon TKI yang ada disini jarang sekali terjadi konflik yang besar. Kalaupun ada itu pun hanya konflik kecil-kecilan yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Dengan demikian khan lebih baik kami menganggap semua para calon TKI yang makan disini adalah satu kesatuan keluarga dan tidak ada suatu perbedaan antara yang satu dengan yang lain.

Dalam suasana kehidupan bermasyarakatan selalu saja terdapat apa yang menjadi bibit-bibit timbulnya konflik. Namun, sampai sekarang ini bibit-bibit konflik tersebut tidak pernah berkembang menjadi konflik yang terbuka yang berakibat buruk. Hal ini dikarenakan adanya penyelesaian secara damai dalam bentuk toleransi oleh pihak-pihak yang berselisih. Toleransi adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal. Kadang toleransi timbul karena tidak sadar atau tanpa suatu perencanaan. Hal ini disebabkan oleh watak atau karakter orang- Dalam suasana kehidupan bermasyarakatan selalu saja terdapat apa yang menjadi bibit-bibit timbulnya konflik. Namun, sampai sekarang ini bibit-bibit konflik tersebut tidak pernah berkembang menjadi konflik yang terbuka yang berakibat buruk. Hal ini dikarenakan adanya penyelesaian secara damai dalam bentuk toleransi oleh pihak-pihak yang berselisih. Toleransi adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal. Kadang toleransi timbul karena tidak sadar atau tanpa suatu perencanaan. Hal ini disebabkan oleh watak atau karakter orang-

harus mengikuti tata cara dan aturan yang ada di kampung ini. Dengan demikian saya juga dapat dihormati oleh masyarakat sekitar dan selain itu saya juga harus menjunjung tinggi sikap toleransi dari masyarakat sekitar di kampung ini.”

Proses akomodasi dilakukan sebagai suatu proses untuk menuju tercapainya kestabilan dalam kehidupan masyarakat, dengan adanya kestabilan maka akan diperoleh kondisi yang nyaman demi terciptanya tujuan bersama. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk toleransi. Yang mana pengertian toleransi adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan formal, namun diantara mereka baik masyarakat setempat maupun para calon TKI tumbuh suatu kesadaran dari masing-masing individu.

Matrik 1