90
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen F- hitung F-tabel.
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi Uji R
2
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Dari hasil regresi pengaruh PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap
kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2008 pada Tabel 4.9 diperoleh nilai R
2
sebesar 0,968. Hal ini berarti sebesar 96,8 persen variasi kemiskinan kabupatenkota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel
independennya yakni PDRB PDRB, MH Melek hurufPendidikan, PG Pengangguran. Sedangkan sisanya sebesar 3,2 persen dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.
91
4.5 Interpretasi Hasil dan Pembahasan
4.5.1 Pengaruh
PDRB, Pendidikan
dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2008
Dalam regresi pengaruh jumlah penduduk, PDRB, pendidikan dan
pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2008, dengan menggunakan metode FEM, diperoleh nilai koefisien regresi untuk setiap variabel
dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut : LOGKM
= 8,867
- 0.076LOGPDRB
– 1,267LOGMH
- 0.089LOGPG........................................................... 4.1
Interpretasi hasil regresi pengaruh PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di KabupatenKota Jawa Tengah tahun 2005 – 2008 adalah
sebagai berikut:
4.5.1.1 PDRB dan Kemiskinan
Variabel PDRB menunjukkan tanda negatif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Yang mana menurut Kuznet dalam Tulus Tambunan 2001,
pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat
mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Selanjutnya menurut Hermanto S. dan Dwi W. 2006 mengungkapkan
pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan jumlah