Burnout pada staf layanan sirkulasi di perpustakaan universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta

(1)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Muhammad Zihan Saragih NIM: 208025000001

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

Muhammad Zihan Saragih

Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi burnout, dan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi dan angket. Hasil dari penelitian menujukan bahwa tingkat burnout yang menonjol pada staf layanan mayoritas pada dimensi kejenuhan fisik. Kondisi burnout staf layanan sirkulasi UIN Jakarta tidak menujukan gejala-gejala burnout seperti emosi negatif, frustasi, depresi dan masalah kesehatan yang menurun, sesuai skor MBI yang menujukan skor rendah. Hasil penelitian juga menujukan factor-faktor demografis yang menonjol yaitu faktor jenis kelamin perempuan, usia 30 tahun ke bawah, status perkawinan belum menikah, pendidikan non sarjana, bidang pendidikan sarjana non ilmu perpustakaan, dan masa kerja 10 tahun ke atas.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas anugerah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.”. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik doa, semangat, maupun donasi dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada:

1. Ayah dan Mama yang memberikan segalanya untuk perjuangan ini. Terima kasih atas setiap doa dan dukungan yang tiada hentinya sehingga begitu sempurna untukku. Ridho Allah ada pada ridhonya orangtua.

2. Keluarga besar baik dari keluarga ayah (Saragih) maupun keluarga ibu (Ateng Kusman), terima kasih atas dukungan dan doa untukku.

3. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan.

5. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan. Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan. 6. Ibu Lilik Istiqoriyah, M. Hum selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

atas bimbingan, saran, serta perhatian yang telah ibu berikan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

ii

7. Bapak dan Ibu Kepala Perpustakaan di lingkungan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

8. My Brother, Muhammad Zerra Haqsah Saragih

9. Sahabat-sahabat BAPUKFC, DOS-Q 8, FAKTA, GRAGASFC, RAIS. 10.Kawan seperjuangan semasa kuliah keluarga besar JIPERS 2008 khusus

Bapuk seperti Arif, Lanna, Mifta, Danang, Irfan, Idub, Kibed Saleh, Radit, Amet, Ex, Agus, Aldiaz, Dewi, Juneni dan banyak lagi yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Perjuangan bersama kalian takkan pernah saya lupakan kalian sudah menjadi bagian dari tangga-tangga perjuangan. Tak lupa JIPERS angkatan 1999-2014.

11.Pa Syam sebagai guru ngaji. Serta semua tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis terbuka dan bersedia menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk kebaikan pembuatan laporan penelitian selanjutnya. Penulis juga memohon maaf apabila ada kekeliruaan atau ada hal yang tidak berkenan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi Penulis dan setiap pembacanya.

Tangsel, 20 September 2014


(8)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Penelitian Sebelumnya ... 9

F. Sistematika Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 13

A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 13

B. Pengertian dan Fungsi Layanan Sirkulasi ... 21

C. Sistem Layanan Sirkulasi ……… .24

D. Peraturan dan Tata Tertib ... 26

E. Pengertian Burnot ... 27

F. Penyebab Burnot ... 28

G. Gejala-Gejala Burnot ...34

H. Pengkuran Burnout...37

BAB III GAMBARAN UMUM ... 43


(9)

iv

B. Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) ... 56

C. Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ... 58

D. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ... 61

E. Perpustakaan Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF) ... 63

F. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) ... 64

G. Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) ... 64

H. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi( FST) ... 66

I. Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ... 68

J. Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) 70

K. Perpustakaan Fakultas Psikologi ... 72

L. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana ... 73

BAB IV HASIL PENELITAN ... 77

A. Penyajian Data ... 77

B. Hasil Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ... 77

Tabel 2 Usia Responden ... 78

Tabel 3 Status Perkawinan ... 79

Tabel 4 Pendidikan Terakhir ... 79

Tabel 5 Bidang Pendidikan Terakhir ... 80


(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Lembar Izin Penelitian 2. Lampiran Kuesioner


(12)

1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat. Para pengelola dan pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam menemukan informasi yang kita butuhkan, dimana perpustakaan merupakan pusat informasi yang mengumpulkan, mengolah, mengemas dan kemudian menyebarluaskan bahan-bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh penggunanya.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi. Tujuan perpustakaan di perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan kepada seluruh sivitas akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti, guru besar, pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik. Layanan perpustakaan harus menunjang tri dharma perguruan tinggi.1

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga

1

Karmidi Martoatmojo, Pelayanan Bahan Pustaka (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999), h. 3


(13)

induk pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu dalam Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2007 tentang Perguruan Tinggi dimuat dalam ketentuan mengenai perpustakaaan pasal 3 menyatakan bahwa perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, seta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2

Layanan sirkulasi di perpustakaan dapat dikatakan sebagai hal terpenting dari kegiatan pelayanan pengguna karena sirkulasi merupakan area layanan yang banyak berinteraksi langsung dengan pengguna dari pada layanan lain yang ada di perpustakaan. Aktivitas bagian layanan menyangkut masalah citra perpustakaan. Interaksi adalah hubungan timbal balik antara 1 orang dengan yang lainnya.3 Dengan adanya pelayanan sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif untuk memimjam dan mengembalikan bahan pustaka, serta pengawasan terhadap bahan pustaka akan lebih mudah dilakukan.

Pustakawan yang berada di bagian layanan sirkulasi harus bisa mengatasi suatu kondisi psikologis saat mengatasi stress waktu bekerja seperti kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental, atau rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Hal ini untuk menghindari burnout yang tejadi pada petugas bagian sirkulasi. Menurut Zasyatin Rizka burnout adalah kondisi dimana seseorang kehilangan energy psikis

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan diakses pada 18 September 2014 dari http://wwwfiles.Perpusnas.Go.id/homepage

folders/activities/highlight/ruu

3


(14)

maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan4.

Beban kerja pustakawan perguruan tinggi secara kuantitatif meliputi jam kerja yang panjang karena banyaknya jumlah pemustaka yang harus dilayani, pelayanan meliputi seluruh sivitas akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti, guru besar, pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik. Hal tersebut merupakan faktor-faktor pemicu stress yang potensial menjadi penyebab kondisi burnout pada pustakawan perguruan tinggi.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui burnout pada staf bagian layanan sirkulasi perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis layanan sebagai objek penelitian adalah layanan sirkulasi. Dari hasil observasi langsung diketahui bahwa pustakawan mudah mengalami kelelahan fisik dan kelelahan emosional disebabkan oleh banyaknya jumlah pengunjung kurang lebih berjumlah 1000 pengunjung setiap harinya di Perpustkaan UIN Jakarta. Mengingat demikian pentingnya sikap staf layanan di bagian sirkulasi yang harus berkualitas saat berhadapan langsung kepada pemustaka atau pengunjung perpustakaan. Alasan lain belum adanya penelitian yang berhubungan dengan burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

4 Zasyatin Rizka, “Sikap Terhadap Pengembangan Karir dengan Burnout Pada


(15)

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti merasa penting untuk menulis skripsi dengan judul Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, dan mendapatkan hasil yang tepat, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada kondisi burnout dan faktor-faktor individual demografis apakah yang mempengaruhi burnout pada petugas perpustakaan bagian layanan sirkulasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kondisi burnout pada petugas bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta ?

b. Bagaimana tingkat burnout berdasarkan faktor demografis pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta ?


(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada permasalahan penelitian tersebut, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian adalah :

a. Mengetahui kondisi burnout pada petugas bagian sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

b. Untuk mengetahui karakteristik demografis yang mempengaruhi terjadinya burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

1). Manfaat akademis

a. Untuk menambah khazanah pengetahuan dalam bidang ilmu perpustakaan khususnya psikologi perpustakaan terkait dengan burnout yang terjadi pada petugas bagian sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

b. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait.

2). Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi di Perpustakaan UIN Jakarta dalam mengetahui kondisi burnout dan faktor-faktor penyebab burnout.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi para penentu kebijakan di Perpustakaan UIN


(17)

Jakarta dalam mengevaluasi kebijakan, khususnya di bidang sumber daya manusia.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.5

Dalam konteks penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan burnout dan kondisi faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data yang berbentuk angka, baik angka yang merupakan presentasi dari suatu kuantitas murni maupun angka yang merupakan hasil dari konversi data kualitatif (yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan).6 Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan terhadap petugas bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

5 Prasetya Irawan, Logika dan prosedur penelitian (Jakarta : STIA-LAN), h. 60.


(18)

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau manusia.7 Dalam penelitian ini, data primer yang langsung ditemui adalah staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku, literatur, dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Populasi dan Sampel

Populasi atau “universe” adalah keseluruhan elemen yang akan dijelaskan oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya.8 Menurut Koentjaraningrat populasi adalah jumlah total dari subjek yang akan diteliti, dan sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang menjadi subjek dari penelitian. Dalam melakukan penelitian dapat dilakukan terhadap sebagian dari populasi tersebut dan hasilnya dapat digeneralisasikan.9 Populasi dalam penelitian ini adalah staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta yang berjumlah 20 orang.

5. Teknik Pengumpulan Data

7 Ibid., h. 86. 8Ibid., h. 72.


(19)

Adapun metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi atau data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

c. Riset Perpustakaan (Library Research). Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku, literatur, artikel dan dokumen dengan maksud untuk mendapatkan gambaran kerangka teori yang sesuai dengan pembahasan dalam skripsi ini.

d. Riset Lapangan (Field Research). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara langsung dari objek yang diteliti, yaitu dengan mengunakan beberapa cara : 1) Observasi : yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap lokasi yang hendak diteliti10. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti yang sesuai dengan penulisan skripsi ini.

2) Kuesioner : yaitu dengan membagikan kuesioner (angket) yang berisi beberapa pertanyaan kepada responden (orang yang diberi kuesioner) yang ditemui secara langsung di lapangan. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat burnout dan berdasarkan faktor demografis pada staf burnout pada staf bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

6. Pengolahan dan Analisis Data


(20)

Data yang diperoleh pada tempat penelitian tersebut, diolah dengan beberapa teknik pengolahan data. Tujuan dari tahap ini adalah untuk lebih menyederhanakan formatnya atau strukturnya, sehingga nantinya memudahkan dan mempercepat analisis data. Tahap-tahapnya sebagai berikut :

a. Tahap editing data, yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehinga secara keseluruhan berkas tersebut dapat diketahui dan dinyatakan baik, sehinga dapat disiapkan untuk proses berikutnya.

b. Tahap tabulasi (tabulating) kedalam tabulasi atau tabel yang kemudian dicari persentasenya untuk dianalisa.11 Adapun untuk memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan prosentase digunakan rumus:

P = f/n X 100 % Dimana :

P : Angka prosentase untuk setiap kategori F : Frekuensi jawaban responden

Adapun parameter untuk penafsiran nilai presentase adalah :

Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah), Skor angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI, Skor angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI, Skor


(21)

angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati sinyal merah pada alat ukur MBI.12

E. Penelitian Sebelumnya

Berikut sebeberapa judul skripsi dengan topik yang sama dengan penelitian ini:

1. “Burnout Staf Perpustakaan Bagian Layanan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta”. Tesis ini diajukan oleh Ria Fatmawati, Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Universitas Indonesia.

a. Persamaan

Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau pustakawan di bagian layanan.

b. Perbedaan

Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian tesis tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di perpustakaan perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat burnout dan faktor apakah yang mempengaruhi burnout khusus pada staf bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

2. “Hubungan Burnout Dengan Kepuasan Kerja Pustakawan di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional Republik

12Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks


(22)

Indonesia”. Skripsi ini diajukan oleh Mizmir, Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Indonesia.

a. Persamaan

Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau pustakawan.

b. Perbedaan

Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian skripsi tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di perpustakaan perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat burnout dan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab, dan masing–masing bab berisi beberapa bagian seperi yang digambarkan di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas dasar pemikiran yang menjadi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian sebelumnya dan sistematika penelitian.


(23)

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pengertian perpustakaan perguruan tinggi, tujuan perpustakaan perguruan tinggi, fungsi dan tugas perpustakaan perguruan tinggi, pengertian dan fungsi layanan sirkulasi, sistem layanan sirkulasi, peratura dan tata tertib, pengertian burnout, penyebab burnout, gejala-gejala burnout.

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

Berisi tentang sejarah, struktur organisasi, profil, visi dan misi, koleksi, anggota, peraturan dan tata tertib perpustakaan yang berada di Perpustakaan UIN Jakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian tentang bagaimana kondisi tingkat burnout dan factor apakah yang mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi di perpustakaan Perpustakaan UIN Jakarta.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini penulis menyimpulkan isi untuk menjawab rumusan masalah dari keseluruhan pembahasan dan memberikan saran-saran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.


(24)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan merupakan sebuah tempat atau sarana untuk menyimpan, mengolah serta menyebarluaskan informasi, dan juga sebagai salah satu pusat informasi yang menyajikan sumber-sumber informasi baik yang berbentuk koleksi buku cetak atau koleksi digital sesuai dengan kebutuhan pemustakanya. Jenis perpustakaan ada berbagai macam salah satunya adalah perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai sebuah institusi, tentunya memiliki tujuan untuk berkembang ke arah yang lebih baik, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat akademik yang dilayaninya.1Senada dengan hal tersebut perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia jasa pelayanan informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi2.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademik, dan pendidikan

1 Paulus, Suparmo. “Menggagas Kualitas Perpustakaan Perguruan Tinggi” Artikel diakses pada 14 Januari 2014 dari http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=256

2“Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standarisasi.” Artikel diakses pada 20 Mei 2014 dari http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/


(25)

tinggi lainnya yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi.3

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi. Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung, serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi aspek– aspek pengumpulan Informasi, pengolahan Informasi, pemanfaatan Informasi penyebaran Informasi.4

Adapun definisi lain perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang didirikan di lingkungan lembaga pendidikan tinggi untuk mendukung proses belajar mengajar mahasiswa dan tenaga akademis yang koleksinya terdiri dari buku-buku pelajaran atau buku teks dan bahan pustaka dan informasi yang mendukung proses belajar mengajar para mahasiswa dan tenaga akademis.5

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang memberikan layanan kepada seluruh civitas akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen peneliti, guru besar, pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademika.6 Atau bisa disebut sebagai user atau pemustaka.7

Atau secara sederhana menurut Sulistyo Basuki perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi,

3 Abdul Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpsutakaan Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 17.

4 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), h. 22.

5 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 18.


(26)

badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya.8

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induk pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.9 Seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 pasal 24 ayat 1 tentang keberadaaan perpustakaan perguruan tinggi yang berbunyi “Setiap perguruan tinggi menyelengarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan”.10

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.11

Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau sekolah tinggi serta lembaga

8 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 42.

9 Qalyubi Syihabuddin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan informasi, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2003), h. 10.

10“Undang – undang Republik Indonesia Nomor43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,” artikel diakses pada tanggal 10 juni 2011 dari http://wwwfiles.Perpusnas. Go.id/homepage folders/activities/highlight/ruu

11“Standar Nasional Pendidikan” Artikel diakses pada 20 Mei 2014 dari


(27)

pendidikan tinggi lainnya untuk mendukung proses belajar mengajar mahasiswa dan tenaga akademis serta turut mendukung tri dharma perguruan tinggi yaitu untuk bertujuan mendukung pendidikan, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Koleksinya pun sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dari pemustakanya, khusus mahasiswa dan tenaga akademis. 2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung, mempelancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi aspek – aspek:

a. Pengumpulan Informasi b. Pengolahan Informasi

c. Pemanfaatan Informasi Penyebaran Informasi12

Menurut Sulistyo-Basuki tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staff pengajar, mahasiswa, tetapi sering termasuk tenaga administrasi. b. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkatan akademisi

(S1, S2, S3 dan pengajar).

c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi setiap pemakai perpustakaan

12 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), hal. 2.


(28)

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi setempat, tetapi juga ke lembaga lain (industri lokal).13

3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada prinsipnya fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat.14

Fungsi perpustakaan yang lain disebutkan oleh Abdur Rahman Saleh adalahsebagai sumber belajar, walaupun bukan satu-satunya sumber nelajar karena masih ada sumber belajar lain seperti dosen dan lain-lain.15

Fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang lain menyebutkan terbagi menjadi lima bagian, berdasarkan dengan standard nasional Indonesia fungsi perpustakaan perguruan tinggi terbagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)

5. Lembaga pelestari khasanah budaya bangsa. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981 menyatakan perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai pusat kegiatan

13Sulistyo-basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 40.

14 Hernandono, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), hal. 189

15 Abdul Rahman Saleh, Percikan Pemikiran di Bidang Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), hal. 46


(29)

belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.16

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka fungsi perpustakaan perguruan tinggi dikembangkan lebih rinci sebagai berikut :

1. Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan

2. Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan di fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. Undang-undang No 2 tentang pendidikan Tahun 1989 Pasal 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar.

3. Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian. 4. Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui

perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi.

5. Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan

16 Yuniwati, Yuventia,Standarisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Artikel,” diakses pada 6 Maret 2014 dari http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-


(30)

standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur

6. Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan informasi.

7. Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping

menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru)17. Namun fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang peneliti simpulkan dari beberapa buku yang peneliti baca, bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam rangka menunjang kegiatan tri dharma tersebut, maka perpustakaan diberi beberapa fungsi di antaranya :

a. Edukasi, perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi pembelajaran.

b. Informasi, perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

17 Yuniwati Yuventia,Standarisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi,” artikel diakses pada 6 maret 2014 dari http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-


(31)

standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-c. Riset, perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Rekreasi, perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

e. Publikasi, perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni civitas akademika dan staf non-akademik.

f. Deposit perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

g. Interpretasi perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.18

Untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang telah disebutkan di atas maka perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

a. Menyediakan dan mengolah bahan pustaka untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat perguruan tinggi seperti mahasiswa, staff pengajar, dan mungkin juga pegawai perguruan tinggi lainnya. b. Memberikan layanan penguna seperti yang suah dilakukan dan

pendayagunaan bahan pustaka bagi masyarakat perguruan tinggi.

18 Rismayati, “Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standarisasi,” artikel diakses pada 3 Juni 2014 dari http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/


(32)

c. Menyediakan bahan pustaka dan layanan referensi pada semua tingkatan akademis dari mahasiswa yang baru masuk hingga mahaiswa pasca sarjana hingga para pengajar.

d. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan.

e. Menyediakan jasa peminjaman bagi seluruh pemakai perpustakaan (pemustaka/ anggota perpustakaan)

f. Menyediakan jasa informasi aktif baik kepada para pemakai di lingkungan perguruan tinggi maupun kepada masyarakat di luar perguruan tinggi seperti kepada masyarakat industri dan lainnya.19 Selain itu perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tugas untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri dharma pendidikan.20

B. Pengertian dan Fungsi layanan Sirkulasi

Layanan merupakan semua jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan melakukan hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pemakai perpustakaan. Layanan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh setiap perpustakaan.21

Menurut Lasa layanan sirkulasi merupakan suatu pekerjaan tugas, seksi maupun bagian di perpustakaan yang berhubungan dengan pemanfaatan koleksi.22

19 Abdur Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1995), h. 18.

20 Mudjito, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h. 8. 21 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006), h. 121 – 122

22 H.S Lasa, Kamus istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 75.


(33)

Pelayanan sirkulasi atau pelayanan peminjaman bahan pustaka merupakan unsur penting dalam kegiatan perpustakaan. Robert menyebutkan bahwa bagian sirkulasi merupakan inti utama dari pelayanan publik yang ada di perpustakaan. 23 Betapapun besar koleksi yang dimiliki sebuah perpustakaan kalau sirkulasi dan pemakainya tidak lancar atau sedikit saja yang memanfaatkannya, maka kecil atau sedikit arti dari perpustakaan tersebut. Tetapi sebaliknya jika kegiatan yang dilakukan oleh bagian sirkulasi aktif dan lancar, maka perpustakaan tersebut boleh dikatakan baik.24

Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa memberikan bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.25 Di sini bisa dikatakan terdapat adanya kegiatan yang berhubungan dengan sistem peminjaman, pengembalian dan tata tertib. Untuk memberikan itu semua petugas layanan harus bias bersikap professional. Untuk layanan perpustakaan dituntut adanya sikap professional dari petugas perpustakaan atau pustakawan.26

Fungsi pelayanan sirkulasi adalah sebagai berikut : a. Pengawasan pintu masuk dan keluar perpustakaan.

b. Pendaftaran anggota, perpanjangan keangotaan, dan pengunduran diri anggota perpustakaan.

c. Peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan waktu peminjaman.

23 Robert ad. Laeigh, Chairman, Columbia University in Library Service, (New York: Columbia University Press, 1956) hal. 219

24 Karmidi Martoadmodjo, Pelayanan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 37.

25 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakaan dan pustakawan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 138.


(34)

d. Pengurus keterlambatan pengembalian koleksi yang dipinjam seperti denda.

e. Pengeluaran surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada waktunya dan surat bebas pustaka.

f. Penugasan yang berkaitan dengan peminjaman buku, khusus buku hilang atau rusak.

g. Pertanggung jawaban atas segala berkas peminjaman.

h. Pembuatan statistik pemijaman berupa statistik anggota yang memperbaharui keangotaanya, anggota baru, anggota yang mengundurkan diri, pengunjung perpustakaan, statistik, peminjaman, statistik jumlah buku yang dipinjam, statistik peminjaman buku berdasarkan subyek, dan jumlah buku yang masuk daftar tandon. i. Peminjaman antar perpustakaan.

j. Pengawasan urusan penitipan tas, jas atau mantel milik pengunjung perpustakaan.

k. Penugasan lainya terutama yang berkaitan dengan pemijaman. 27

Bisa diambil kesimpulan pelayanan sirkulasi merupakan satu dari pelayanan pemakai perpustakaan yang aktivitasnya berhubungan dengan transaksi yaitu peminjaman dan pengembalian bahan pustaka baik tercetak atau berbentuk lainnya yang dimiliki oleh perpustakaan, di mana aktivitasnya tidak sendiri, melainkan kesatuan dari pelayanan perpustakaan secara keseluruhan melalui beberapa fungsi dari pelayanan sirkulasi seperti dijelaskan di atas. Seperti yang

27 Qalyubi Syihabuddin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan informasi, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2003), h. 221.


(35)

dikatakan Kosam Rimbarawa bahwa pelayanan dalam perpustakaan adalah merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan.28

Kegunaan beberapa teori di atas untuk memahami pengertian dan fungsi layanan sirkulasi yang baik di bagian layanan sirkulasi.

C. Sistem Layanan Sirkulasi

Ada dua macam sistem layanan sirkulasi yang dilakukan oleh perpustakaan yaitu

1. Sistem terbuka (Open Access)

Sistem ini memberikan kebebasan kepada pemakai untuk memasuki ruangan koleksi dan memilih sendiri buku dari rak sesuai selera dan kebutuhan pemakai. Petugas hanya mengawasi dari kejauhan dan mencatat peminjaman dan pengembalian.29

Kelebihan dari sistem terbuka adalah adalah sebagai berikut :

a. Pemakai memperoleh kebebasan dalam memilih bahan pustaka yang ada di rak.

b. Dengan melihat dan memeriksa buku secara bebas dapat menimbulkan daya rangsang untuk membaca.

c. Jika buku yang diinginkan tidak ada, maka dapat langsung memilih yang lain.

d. Lebih menyenangkan melihat-lihat buku secara langsung dalam bentuk fisik buku dari pada langsung menuju katalog/OPAC.30

Kelemahan dari sistem terbuka adalah sebagai berikut :

28 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, h. 32.

29 Daryanto. Pengetahuan Praktis Bagi Pustakawan ( Malang: Bina Cipta, 1985), h. 35.


(36)

a. Pemakai sering salah mengembalikkan buku ke rak, karena tidak tahu cara menyusunnya sehingga susunan buku sering banyak yang rusak.

b. Kebebasan sering disalahgunakan sehingga banyak buku yang hilang.

c. Pengawas atau petugas perpustakaan harus sering-sering mengawasi atau mengontrol para pemakai31

2. Sistem pelayanan tertutup (close accsess)

Dengan sistem tertutup pemakai tidak diperbolehkan memasuki ruang koleksi bahan pustaka, jika pemakai ingin meminjam bahan pustaka maka dapat melalui katalog dengan menulis nomor panggil buku, judul, dan pengarang terlebih dahulu lalu petugas yang mencarikan atau dapat memesan lewat petugas. Pada sistem ini susunan buku terpisah dengan ruang baca sehingga diperlukan petugas yang mengambil dan mengembalikan buku.32

Kelebihan sistem tertutup adalah sebagai berikut :

a. Susunan/letak buku dalam rak dapat terpelihara dan rapi karena ada petugas yang mengerjakannya.

b. Kehilangan buku dari rak dapat ditekan sekecil mungkin dengan memberi slip-slip bagi buku yang sedang dipinjam.

c. Pengontrolan buku lebih mudah dilakukan oleh petugas.

d. Tidak diperlukan petugas khusus yang mengawasi pengunjung yang masuk dan keluar ruang koleksi.33

31 Ibid., h. 35. 32Ibid., 27.


(37)

Kelemahan sistem tertutup sebagai berikut :

a. Kebebasan melihat dan memilih buku tidak ada, memilih harus lewat katalog.

b. Memilih lewat katalog kurang memberi kesenangan dan kepuasan. c. Memilih katalog terkadang mengecewakan/tidak mengenai sasaran

sesuai kebutuhan atau terkadang buku yang dipinjam tidak ada karena sudah dipinjam.

d. Katalog kartu secara tidak langsung cepat rusak karena sering dipegang dan digunakan.

e. Banyak buku yang kurang dikenal oleh pemakai sehingga tidak pernah dipinjam.34

Kegunaan dari beberapa teori di atas untuk mengetahui sistem apa yang sebaiknya digunakan untuk perpustakaan perguruan tinggi.

D. Peraturan dan Tata Tertib

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah tatanan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur, sedangkan tata tertib adalah aturan.35 Peraturan dan tata tertib suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena dibuat untuk mengatur kegiatan pelayanan perpustakaan. Peraturan ataupun tata tertib harus dibuat secara tertulis dan disosialisasikan agar dapat diketahui oleh penguna perpustakaan.

Peraturan dan tata tertib pengunaan perpustakaan disusun secara singkat dan jelas, sehinga para penguna yang terdiri dari civitas akademik dapat dengan mudah membacanya.

34Ibid., h. 27.

35 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.56.


(38)

Ketentuan-ketentuan yang dapat dicantumkan dalam peraturan pengunaan perpustakaan meliputi sebagai berikut :

1. Jam dan hari layanan 2. Keangotaan

3. Jumlah buku yang dipinjam 4. Lama waktu pinjam

5. Sanksi terhadap pelangaran 6. Ketentuan lainnya.36

E. Pengertian Burnout

Pengertian burnout menurut Jonathon R.B. Halbesleben burnout adalah respon psikologis saat bekerja, stres yang ditandai dengan emosional, depersonalisasi, dan perasaan penurunan prestasi pribadi.37 Maksud dari pengertian di atas adalah burnout bisa terjadi saat psikologis atau keadaan seseorang merespon stres yang ditandai dengan emosi, mengalami depersonalisasi hingga penurunan prestasi atas pribadinya sendiri. Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan individu. Hal ini bias berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena penderitanya menggangap bahwa dengan berperilaku

36 Pawit M. Yusuf, et al, Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kencana, 2007), h.85-88.

37 Jonathon R.B. Halbesleben, Journal of Management 30(6) 859–879 (Oklahoma:

University of Oklahoma,2004)

http://www.uk.sagepub.com/greenhaus4e/study/chapters/articles/Chapter09_Article01.pdf di akses pada tanggal 30/3/2014 hari minggu 11:55


(39)

seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.38

Sedangkan menurut Kamus Psikologi yang ditulis Andrew M. Colman burnout an acuate stress disorder or reaction characterized by exhaustion resulting from overworks, with anxiety, fatigue, insomnia, depression, and impairment in work performance. Maksud dari pengertian di atas, burnout adalah gangguan stres atau reaksi ditandai dengan kelelahan akibat bekerja, dengan kecemasan, kelelahan, insomnia, depresi, dan penurunan kinerja.39

Burnout adalah adalah sindrom kelelahan emosional dan sinisme saat melakukan pekerjaan, sering terjadi pada individu-individu yang melakukan beberapa jenis pekerjaan.40 Sedangkan menurut Yunan burnout secara esensial adalah hasil dari interaksi yang tidak menguntungkan antara pemberi layanan jasa dengan penerima layanan yang membutuhkan.41

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan dengan burnout adalah suatu kondisi atau keadaan seseorang yang mengalami ganguan stres hingga berupa kelelahan, kecemasan, hingga mengalami penurunan kinerja.

38Zasyatin Rizka, “Sikap Terhadap Pengembangan Karir dengan BurnoutPada Karyawan” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, (Agustus 2013): h. 265.

39 Andrew M. Colman, Dictionary of Psychology (New York: Oxford University Press, 2001), h. 105.

40 Christina Maslach, The measurement of experienced: Journal of Occupational Behavior Vol. 2, (November 1981) h. 99.

41 Yunan, Strategi menghindar burnout di tempat kerja. http://www.shalimow.com/sosial-budaya/strategi-menghindari-burnout-di-tempat-kerja.Html/2008/12 di akses pada tanggal 30/03/2014 hari minggu 11;50


(40)

F. Penyebab Burnout

Penyebab burnout dapat terjadi karena 2 faktor yaitu faktor situasional dan faktor individual. Di dalam faktor situasional terdapat karakteristik pekerjaan, karakteristik jabatan, dan karakteristik organisasi. Sedangkan di dalam faktor individual terdapat karakteristik demografis, karakteristik kepribadian, dan sikap kerja.42 Demografis menurut Hudson Horizon merupakan informasi statistik dan karakteristik yang membedakan sekelompok orang.43

Selain itu menurut Maslach sumber utama timbulnya burnout adalah karnea adanya stress yang berkembang secara akumulatif akibat keterlibatan pemberi dan penerima layanan dalam jangka panjang44 .

Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut : a. Faktor Lingkungan Perpustakaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout di perpustakaan, di antaranya adalah :

1. Interaksi dengan pengguna

Petugas dituntut untuk membantu dan memandu pengguna dalam proses temu kembali informasi. Petugas dituntut untuk tetap bersikap sabar, serta tetap tenang dan efektif ketika dihadapkan pada permintaan informasi yang sulit tetapi harus segera disajikan kepada pengguna. 45

2. Konflik Peran

42 Ranny Hardiyanti, Burnout Ditinjau Dari Big Five Personality Pada Karyawan Kantor Pos Malang: Journal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 01, No.02, (Agustus 2013) h. 230.

43 Shinta Larashati Dewi, “Tingkat Burnout ditinjau dari karakteristik Demografis Usia,

Jenis kelamin dan Masa Kerja” Artikel di akses pada 13 Juni 2014 dari

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Shinta%20Larashati%20110810062_ringkasancorel.pdf 44Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 38

45Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 41.


(41)

Faktor penting dari konflik peran merupakan pemicu terhadap burnout. Pertama adalah karena staf perpustakaan merasa kurang cocok dengan pekerjaanya dan yang kedua adalah konflik antara nilai-nilai individu dan tuntutan pekerjaan.46

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik peran terjadi pada staf perpustakaan yang bekerja dengan multi pekerjaan, tidak hanya satu jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya melainkan banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Hal ini menyebabkan staf perpustakaan merasa terbebani yang mengakibatkan staf perpustakaan mengalami stress yang berujung pada burnout.

3. Kurangnya Imbalan

Imbalan akan mempengaruhi pemberian layanan47. b. Faktor Personal

Ada lima penyebab dalam individu yang dapat menyebabkan burnout, di antaranya adalah:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik demografis yang berhubungan dengan burnout.48

2. Status Perkawinan

Status perkawinan juga berpengaruh terhadap timbulnya burnout. Profesional yang berstatus lajang lebih banyak mengalami burnout daripada

46Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 41.

47Zasyatin Rizka, “Sikap Terhadap Pengembangan Karir Dengan Burnout Pada Karyawan,”

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, no. 02 (Agustus 2013): h. 265.

48 Shinta Larashati Dewi, “Tingkat Burnout Ditinjau dari Karakteristik Demografis (Usia, Jenis Kelamin dan Masa Kerja) Guru SDN Inklusi di Surabaya,” Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, no. 01 (Februari 2013): h. 02.


(42)

yang telah menikah. Jika dibandingkan antara seseorang yang memiliki anak dan yang tidak memiliki anak, maka seseorang yang memiliki anak cenderung mengalami tingkat burnout yang lebih rendah. Alasannya adalah: 1) seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya cenderung berusia lebih tua, stabil, dan matang secara psikologis,

2) keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat mempersiapkan mental seseorang dalam menghadapi masalah pribadi dan konflik emosional, 3) kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga dapat membantu seseorang dalam mengatasi tuntutan emosional dalam pekerjaan, dan 4) seseorang yang telah berkeluarga memiliki pandangan yang lebih realistis.49

3. Usia

Maslach, dalam Caputo, menemukan hubungan yang jelas antara usia dan burnout. Orang yang berusia muda memiliki kemungkinan lebih besar dari pada orang yang berusia lebih tua. Lamanya seseorang bekerja di tempat kerja juga merupakan faktor yang menentukan kerentanan terhadap burnout. orang-orang dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit rentan terhadap burnout, tetapi usia seseorang menjadi faktor yang lebih penting dari pada senioritas di tempat kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pengalaman hidup membuat individu memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengatasi tekanan yang mengarah pada burnout.50

49Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 60.


(43)

4. Pendidikan

Maslach dalam Caputo menemukan bahwa orang dengan empat tahun kuliah (sarjana) merupakan yang paling beresiko burnout, diikuti oleh individu dengan tingkat pendidikan pasca sarjana. Mereka yang berpendidikan di bawah sarjana memiliki resiko terkena burnout lebih sedikit. Hal ini dikarenakan beban kerja yang diemban juga tidak sama. Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo menemukan bahwa staf perpustakaan yang berpotensi terkena burnout adalah mereka yang memiliki pendidikan pascasarjana. Orang yang memiliki pendidikan pascasarjana dituntut untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam berbagai hal, dan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik dalam sebuah perpustakaan.51 5. Jam Kerja

Berdasarkan penelitian Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo staf perpustakaan yang bekerja penuh waktu jauh lebih beresiko untuk burnout. Penelitian ini menemukan hanya 4 sampai 14 persen dari staf perpustakaan yang bekerja penuh waktu yang menghindari burnout sementara 23 sampai 25 persen dari staf perpustakaan yang bekerja penuh waktu mengalami burnout. Maslach dalam Hariyadi berpendapat bahwa timbulnya burnout adalah karena stress yang dialami secara akumulatif akibat keterlibatan staf perpustakaan dengan pengguna perpustakaan dalam jangka panjang.52

51Ibid., h. 26.


(44)

Menurut Nathan M. Smith dan David T. Palmer pustakawan penuh waktu ditemukan sedikit lebih berisiko untuk kelelahan emosional dan depersonalisasi dibandingkan dengan mereka yang bekerja paruh waktu.53

Selain itu menurut Freuddenberg menerangkan burnout sebagai keletihan fisik dan emosi disebabkan oleh permintaan yang berlebihan kepada tenaga seorang individu.54

Berdasarkan definisi tersebut, burnout adalah kelelahan fisik, mental dan emosional yang nantinya akan berdampak pada munculnya depersonalisasi dan penurunan prestasi pada diri seseorang yang disebabkan karena pekerjaan. Menurut Maslach, burnout mempunyai tiga dimensi yaitu : a. Kelelahan

Kelelahan merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia, dan lain-lain), mental (merasa tidak bahagia, tidak berharga, rasa gagal, dan lain-lain-lain), dan emosional (bosan, sedih, tertekan, dan lain-lain). Ketika mengalami kelelahan, mereka akan merasakan energinya seperti terkuras habis dan ada perasaan kosong yang tidak dapat diatasi lagi.

b. Depersonalisasi/Cynicism

Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan individu. Hal ini bisa berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut

53 Nathan M. Smith dan David T. Palmer, Reference Services Today: From Interview to Burnout (New York: The Haworth Press, 1978), h. 274.

54 Zulkarnain “Dampak Burnout Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja Pada Pekerja Public

Service” Prosiding Seminar Ilmiah Dies Natalis USU ke-59 ( Medan: Departemen Psikologi Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi 2011), h. 342.


(45)

diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.

c. Rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri

Biasanya ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan, bahkan terhadap kehidupan. Selain itu, mereka juga merasa belum melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya, sehingga pada akhirnya memicu timbulnya penilaian yang rendah terhadap kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan diri. Perasaan tidak berdaya, tidak lagi mampu melakukan tugas dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru pun muncul. Mereka merasa bahwa dunia di luar dirinya menentang upaya untuk melakukan perbaikan dan kemajuan sehingga kondisi tersebut akhirnya membuat mereka merasa kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat perilakunya.55 G. Gejala-Gejala Burnout

Secara rinci chemis disebut gejala-gejala burnout sebagai : 1. Resistensi kerja yang tinggi untuk pergi kerja setiap hari, 2. cepat marah dan sering kesal,

3. terdapat perasaan gagal dalam diri, 4. rasa bersalah dan menyalahkan, 5. keengganan dan ketidak berdayaan, 6. negatifisme,

55 Maslach, C., Leiter, “Burnout Ditinjau Dari Big Five Personality” diakses pada 24 April 2014 dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1587/1694


(46)

7. isolasi dan penarikan diri,

8. perasaan capek dan lelah setiap hari, 9. sering memperhatikan jama saat bekerja, 10.sangat pegal setelah bekerja,

11.hilang perasaan positif terhadap klien,

12.menunda kontak dengan klien, (memutus kontak telepon dan kunjungan kantor),

13.menyamaratakan klien,

14.tidak mampu menyimak apa yang dibicarakan klien, 15.merasa tidak mobile,

16.sinisme terhadap klien dan sikap saling menyalahkan, 17.gangguan sulit tidur,

18.menghindari diskusi mengenai pekerjaan bersama dengan rekan kerja, 19.asyik dengan diri sendiri,

20.mendukung perilaku mengontrol perilaku dengan menggunakan bantuan medis (obat-obatan),

21.sering demam dan flu,

22.sering sakit kepala dan gangguan pencernaan,

23.kaku dalam berpikir dan resisten terhadap perubahan, 24.rasa curiga yang berlebihan dan paranoid,

25.penggunaan obat-obatan yang berlebihan, 26.konflik perkawinanan dan keluarga,


(47)

27.sangat sering membolos.56

Menurut Audrey L. Canafi gejala burnout terbagi menjadi lima gejala, yaitu :

1. Rekan kerja terasa mengganggu

Jika Anda menjadi rewel dan mudah marah saat menghadapi rekan kerja yang biasanya memiliki hubungan akrab, kondisi tersebut barang kali lebih dari sekadar dinamika antar pribadi yang terjadi.

2. Datang terlambat, pulang lebih awal

Anda biasanya selalu bangun pagi dengan perasaan cerah ceria dan bersemangat menghadapi hari. Akan tetapi, saat ini setiap hari Anda merasa enggan melangkahkan kaki menuju kantor. Di kantor pun, usai makan siang Anda tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik jam tangan setiap beberapa menit, menghitung detik demi detik yang terasa bergulir terlampau lamban hingga akhir hari.

3. Bersikap apatis

Anda yang selama ini selalu bersikap penuh antusias, berubah menjadi apatis. Anda merasa kehilangan motivasi, merasa gagal, dan tidak memiliki hasrat untuk menghadapi tantangan. Seseorang yang mengalami kejenuhan biasanya kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu, serta kehilangan kepedulian terhadap kebanggaan ketika berhasil menyelasaikan suatu pekerjaan dengan baik.

4. Kehilangan hubungan dengan rekan kerja

56 Ahmad Zain, “Waspadai Serangan Burnout Saat Anda Bekerja” diakses pada 24 April 2014 dari http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/08/02/waspadai-serangan-burnout-saat-anda-bekerja-383271.html


(48)

Anda tidak lagi tertarik menjalin hubungan sosial dengan rekan kerja di perusahaan tempat bekerja. Anda yang tadinya sering makan siang bersama, hang out di waktu luang, serta berpartisipasi dalam berbagai acara kantor, sekarang kehilangan minat bersosialisasi di dalam atau pun di luar kantor.

5. Sakit fisik

Anda selalu merasa lelah, sakit kepala, otot tegang, serta mengalami kesulitan tidur di malam hari. Tanda-tanda fisik ini merupakan indikator umum stres akibat pekerjaan, dan dapat berubah menjadi masalah fisik yang serius.57

H. Pengukuran Burnout

Burnout dapat diukur dengan mengunakan Maslach Burnout Inventory (MBI). Alat ukur Maslach Burnout Inventory dapat digunakan untuk mengukur level burnout para pekerja pemberi jasa termasuk di dalamnya pustakawan dengan meminta mereka memilih jawaban yang paling mendekati dengan apa yang mereka rasakan, dengan skala 1-10 yang berisi tingkat tidak setuju (=0) sampai setuju (=10).

Rangkaian duapuluh dua pertanyaan di bawah ini diajukan kepada para responden untuk mengetahui frekuensi terjadinya tiga aspek dari sindrom “burnout” sebagaimana yang diidentifikasikan oleh maslach yaitu, kejenuhan fisik (Pshysical Exhaustion = PE), kejenuhan emosional/depersonalisasi (Emotional

57 Audrey L. Canafi “news, library, tutorial, motivation” diakses pada 24 April 2014 dari


(49)

Exhaustion/Depersonalization = EE + DP) dan pencapaian diri/personal (Personal Accomplishment = PA).

Dua puluh dua pernyataan dalam Maslach Burnout Inventory tersebut adalah sebagai berikut:

1) Saya merasakan emosi saya terkuras karena pekerjaan (PE) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

2) Saya merasakan kelelahan fisik yang amat sangat di akhir hari kerja (PE) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

3) Saya merasa lesu ketika bangun pagi karena harus menjalani hari di tempat kerja untuk menghadapi klien (PE)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

4) Saya dengan mudah dapat memahami bagaimana perasaan klien tentang hal-hal ingin mereka penuhi dan mereka peroleh dari layanan yang saya berikan (PA) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

5) Saya merasa bahwa saya memperlakukan beberapa klien seolah mereka objek impersonal (EE/D)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

6) Menghadapi orang/klien dan bekerja untuk mereka seharian penuh membuat saya “tertekan”

Tidak setuju 0


(50)

7) Saya bisa menjawab dan melayani klien saya dengan efektif. (PA) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

8) Saya merasa jenuh dan “burnout” karena pekerjaan saya (EE/D) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

8) Saya merasa memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan orang lain melalui pekerjaan saya sebagai pemberi jasa (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

9) Saya menjadi semakin “kaku” terhadap orang lain sejak saya bekerja sebagai pemberi jasa.(EE/D)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

10)Saya khawatir pekerjaan ini membuat saya “dingin” secara emosional (EE/D) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

11)Saya merasa sangat bersemangat dalam melakukan pekerjaan saya dan dalam menghadapi para klien saya (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

13) Pekerjaan sebagai pemberi jasa membuat saya merasa frustasi (EE/D) Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju


(51)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

15) Saya benar-benar tidak peduli pada apa yang terjadi terhadap klien saya (EE/D)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

16) Menghadapi dan bekerja secara langsung dengan orang menyebabkan saya stress (EE/D)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

17) Saya dengan mudah bisa menciptakan suasana yang santai/relaks dengan para klien (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

18) Saya merasa gembira setelah melakukan tugas saya untuk para klien secara langsung (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

19) Saya telah mendapatkan dan mengalami banyak hal yang berharga dalam pekerjaan ini (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

20) Saya merasa seakan akan hidup dan karir saya tidak akan berubah (EE/D) Tidak setuju

0


(52)

21) Saya menghadapi masalah-masalah emosional dalam pekerjaan saya dengan tenang dan “kepala dingin” (PA)

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

22) Saya merasa para pengguna menyalahkan saya atas masalah-masalah yang mereka alami

Tidak setuju 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

Pengukuran tingkat burnout dibagi menjadi empat kategori berdasarkan jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas sebagai berikut : Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah) berati pada tingkatan 0-2 yang berati tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan merasa cukup bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus, yang menujukan staf perpustakaan dapat mengatasi stress dengan baik. Walaupun staf perpustakaan mengalami stress, tetapi dia dapat mengelola stress dengan baik dan dapat membuat hidupnya berimbang. Staf perpustakaan pada tingkatan ini tidak akan mudah naik pitam, dan dapat menerima stress yang dialami dalam perjalanan hidup.

Skor angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI. Skor ini menujukan perlunya memonitor situasi yang dihadapi dan pengambilan tindakan jika keadaan yang dihadapi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi peringatan, namun staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu untuk merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan penyebab stress yang dihadapi, apakah semakin mudah atau semakin sukar untuk ditangani.


(53)

Skor angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI. Dimana skor ini dinamakan dengan skor kuning. Staf perpustakaan pada tingkatan ini cenderung panas. Ia sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya untuk menentukan prioritas kegiatan dan menghilangkan beberapa penyebab stress. Staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu pula memeriksa kesehatan, meninjau kembali tujuan hidup, keseimbangan antara kerja dan hiburan, dan system dukungan sosial yang dimilikinya (keluarga, teman dan jaringan sosial lainnya).

Skor angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati sinyal merah pada alat ukur MBI. Staf perpustakaan yang mendapat skor pada tingkatan ini sebaiknya segera berhenti untuk beristirahat dengan pekerjaannya. Mereka membutuhkan konsultasi dan nasihat, baik medis maupun psikologis agar terhindar dari kondisi kehilangan kendali. Perolehan skor tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan sedang dalam tekanan stress berlebihan dalam waktu yang terus menerus dan sudah cukup lama. Skor ini memerlukan tindakan penanganan yang lebih serius.58

58 Maslach, C. and Jakson, S. E, “The Measurement of Experienced Burnout.” Journal of Occupational Behavior 2, (1981): h. 99-113.


(54)

BAB III

PERPUSTAKAAN UIN JAKARTA A. Perpustakaan Pusat UIN Jakarta

Pusat Perpustakaan UIN Jakarta merupakan peralihan nama dari Perpustakaan Utama sesuai dengan ORTAKER (Organisasi Tata Kerja) baru di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Sedangkan Perpustakaan Utama itu sendiri dahulu juga merupakan peralihan nama dari Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) pada tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000 eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.

Pada tahun 1960-1964 perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A. Syadali (beliau adalah Rektor IAIN tahun 1984-1993). Di bawah kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai dikelola secara lebih sistematis. Pada periode tersebut, koleksi buku diklasifikasi menurut DDC (Dewey Decimal Classification). Di samping itu sistem peminjaman juga sudah mulai tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang.

Tahun 1964-1971 perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah Lubis, beliau adalah sarjana muda ilmu perpustakaan Universitas Cairo, Mesir. Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku dari berbagai lembaga, khusunya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku,


(55)

23 skripsi, dan 310 eks majalah. Prof. Dr. Nabillah Lubis saat ini adalah guru besar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta.

Selanjutnya, pada tahun 1971-1983 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Ny. Dra. Hj. Halimah Madjid. Di bawah kepemimpinannya perpustakaan ditata lebih teratur dan menepati ruang yang lebih luas (gedung Aula Madya saat ini). Pda masa inilah puncak prestasi perpustakaan berhasil diraih, tepatnya pada tahun 1980 Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan tinggi terbaik se-DKI Jakarta.

Berikutnya pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M. Kailani Eryono, alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan dari Universitas Indonesia menggantikan posisi Ny. Hj. Halimah Madjid. Pada masanya Perpustakaan IAIN berkembang dengan cukup pesat. Selanjutnya pada tahun 1984-1998 Drs. Zaenal Arifin Toy MLIS, alumni Jurusan Bahasa Inggris dari IAIN Jakarta dan Master di bidang Ilmu Perpustakaan dari Univesity of Illinois, Urbana-Champaign, menjadi kepala Perpustakaan IAIN hingga tahun 1998. Pada masanya perpustakaan sempat pindah ke gedung baru berlantai tiga di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat. Saat ini gedung tersebut menjadi Fakultas Psikologi. Di bawah kepemimpinan beliau telah dibentuk Sekretariat Kerja Sama Perpustakaan (SKP) yang anggotanya terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di Indonesia. Selanjutnya SKP ini diubah namanya menjadi Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (JPPTI) yang deklarasikan di Surabaya pada tahun 2003. Periode berikutnya (1998 hingga 2000) Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M. Djuhro S.


(56)

Beliau juga seorang sarjana ilmu perpustakaan dari Universitas Indonesia. Pada masa kepemimpinannya perpustakaan kembali pindah ke gedung yang baru dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar Pravitasari. Dengan demikian lokasi perpustakaan dan kampus menjadi lebih dekat.

Sejak tahun 2001 hingga akhir tahun 2006, Perpustakaan Utama UIN Jakarta dikepalai oleh DR H. Udjang Tholib, MA. Beliau pernah bekerja di perpustakan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun 1984 mengikuti Program Sertifikat Tenaga Asisten Perpustakaan selama 8 bulan di Universitas Indonesia. Berbagai upaya perbaikan telah dilaksanakan, antara lain perbaikan gedung dan perlengkapannya, penerapan sistem otomasi, penerapan sistem keamanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis layanan seperti warnet, audio visual, dan lain sebagainya.

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2004 bekerjasama dengan Kedutaan Amerika Serikat Perpustakaan Utama UIN Jakarta telah membuka American Corner (Amcor) hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi para sivitas akademika, terutama berbagai informasi yang terkait dengan Amerika. Berbagai sumber informasi yang disediakan oleh amcor adalah buku-buku, majalah, jurnal tercetak, online journal (EBSCO, dll). Disamping itu Amcor juga secara reguler mengadakan berbagai kegiatan seperti pemutaran film, teleconference, diskusi, dll.

Hingga tahun 2009 Perpustakaan utama telah melakukan upaya perubahan sistem otomasi berbasis web dengan nama TULIS (The Technology of UIN for Library & Information System). Pada tahun ini juga telah dilakukan


(57)

perubahan layout perpustakaan, khusunya pada lantai 2 untuk ruang koleksi dan ruang baca. Saat ini Perpustakaan Utama UIN dipimpin oleh Dr. Muhmmad Zuhdi hingga 2011, 2011 - 2013 oleh Nuryudi, MLIS, 2013 - sekarang oleh Amrullah Hasbana, S.Ag., SS., MA.

Selain dari pusat perpustakaan, maka ada beberapa perpustakaan fakultas yang tersebar dilingkungan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Perpustakaan Fakultas ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran, yang berfungsi sebagai Library and Learning Resources Center (LLRC). LLRC merupakan bentuk implementasi dari kebijakan universitas dalam rangka menjadikan perpustakaan-perpustakaan fakultas sehingga kedekatan koleksi akan lebih dirasakan oleh pengguna di samping kebutuhan akan kedalaman informasi pengguna pada masing-masing fakultas akan dapat diakses dan diperoleh dengan mudah.

Selain didesain sebagai sarana yang menyediakan resource atau sumber-sumber informasi dalam bentuk tercetak maupun non tercetak, LLRC juga didesain dengan mengintergrasikan resource tersebut dalam konteks pembelajaran sehingga para pengguna mendapatkan kedekatan dan pilihan terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk keperluan studinya. Hal penting lainnya adalah bahwa LLRC berupaya mensinergikan partisipasi tiga komponen penting dari proses pembelajaran, yaitu dosen, mahasiswa, dan perpustakaan. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk learning resources.

Pengembangan perpustakaan Fakultas ini sekali lagi merupakan kebijakan strategis Rektor IAIN Syahid Jakarta tahun 1998 tentang konsep


(58)

IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with wider mandate), yakni meningkatkan standarisasi fasilitas sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program kebijakan Rektor tersebut di antaranya adalah mendirikan serta mengembangkan perpustakaan di masing-masing fakultas. Pendirian perpustakaan fakultas ini kemudian disahkan dengan SK Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 040 Tahun 1999 tentang Rencana Induk Pengembangan (RIP) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1999/2000 – 2003/2004, yang salah satunya dinyatakan bahwa pengembangan perpustakaan di lingkungan IAIN Jakarta dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Perpustakaan Utama sebagai perpustakaan riset, Perpustakaan Fakultas sebagai perpustakaan kerja, dan Perpustakaan Pasca Sarjana sebagai perpustakaan khusus.

Dalam pengembangannya terdapat beberapa perpustakaan fakultas di lingkungan UIN Jakarta yang berperan sebagai working library (perpustakaan kerja), dimana fungsinya adalah memberikan layanan kepada masing-masing sivitas akademika Fakultas.

1. Visi dan Misi a. Visi

Pusat Perpustakaan UIN sebagai pusat informasi dan sumber referensi terkemuka dalam berbagai ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kajian keislaman.


(59)

a) Menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-Islaman dan bidang-bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

b) Menyediakan berbagai layanan yang tepat, akurat dan cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh civitas akademika UIN Jakarta.

c) Mengembangkan pemanfaatan perpustakaan secara efektif oleh seluruh civitas akademika dengan melaksanakan beberapa program information literacy.

d) Mengembangkan layanan jarak jauh untuk seluruh sivitas akademika UIN dan masyarakat di luar UIN.

e) Mengembangkan kualitas SDM perpustakaan agar mampu menjalankan profesinya sesuai perkembangan zaman.

f) Mengembangkan pengadaan dan pemanfaatan koleksi non cetak dan perpustakaan online.

g) Mengembangkan layanan informasi berbasis WEB bagi civitas akademik

h) Mengembangkan sumber daya pustakawan dan pengguna perpustakaan

i) Menjalin hubungan kerja sama nasional dan internasional

j) Mendokumentasikan dan menyediakan akses karya civitas akademika 2. Tugas Layanan Sirkulasi

Layanan ini meliputi kegiatan peminjaman dan pengembalian buku-buku (koleksi umum) yang telah disediakan oleh perpustakaan untuk dapat


(60)

dipinjamkan. Adapun tata cara peminjaman dan pemanfaatan koleksi di Pusat Perpustakaan adalah sebagai berikut :

a. Carilah buku yang ingin anda pinjam pada komputer katalog online yang sudah kami sediakan. Setelah itu carilah buku tersebut pada jajaran koleksi setelah anda yakin bahwa koleksi tersebut ada di katalog kami.

b. Bawalah buku tersebut ke petugas sirkulasi dan serahkan bersama kartu anggota anda. Peminjam tidak diperkenankan untuk menggunakan kartu anggota selain miliknya.

c. Setelah proses peminjaman selesai, ambilah buku tersebut dan anda dapat membacanya selama satu minggu. Jaga baik-baik buku tersebut karena banyak yang ingin membaca selain anda.

d. Buku pinjaman dapat diperpanjang selama satu minggu, dan batas peminjaman hanya sampai dua kali perpanjangan saja.

3. Struktur Organisasi Perpustakaan UIN Jakarta

a.. Secara organisasi kepala perpustakaan utama bertanggung jawab langsung kepada Rektor melalui Wakil Rektor Bidang Akademik. Dalam pelaksanaan tugas-tugas operasional, kepala Pusat Perpustakaan dibantu oleh wakil kepala, tigas sub bagian yaitu sub bagian umum, sub bagian layanan teknis dan sub bagian layanan umum, serta di bantu oleh kepala-kepala urusan dan kelompok pustakawan. Sub bagian layanan teknis membawahi kepala-kepala urusan (kaur) seperti kepala urusan pengadaan dan pengembangan koleksi, kepala urusan pengolahan, kepala urusan pemeliharaa. Sedangkan sub bagian layanan umum membawahi kepala


(61)

urusan sirkulasi, kepala urusan referensi, kepala urusan layanan khusus dan kerjasama serta kepala urusan otomasi, ICT dan Multimedia. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2. Di dalam struktur organisasi, perpustakaan fakultas berada di masing-masing fakultas, dan bertanggung jawab langsung kepada Dekan melalui Wakil Dekan Bidang Akademik. Dalam pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan, kaur perpustakaan fakultas dibantu staf perpustakaan bidang pengadaan, pengolahan, dan pelayanan. Hubungan antara perpustakaan fakultas dengan perpustakaan utama bersifat koordinatif.


(62)

4. Jenis Koleksi Perpustakaan di UIN Jakarta

Koleksi Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah terbagi kedalam beberapa jenis. Untuk penjelasanya adalah sebagai berikut:

a. Koleksi Buku

Koleksi buku Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara garis besar terdiri dari dua kategori yaitu buku-buku dalam bidang ke-Islaman (Islamic Studies) dan buku-buku dalam bidang umum ( Non-Islamic Studies). Buku-buku dalam bidang ke-Islaman (Islamic Studies) meliputi buku dalam disiplin (kajian):

Senat Fakultas

DEKAN

PUDEK PUDEK PUDEK

Jurusan/ Program Studi

KABAG TATA USAHA

Subbag Akademik dan Kemahasiswa an Subbag Keuangan, akutansi dan perencanaan Subbag Administrasi Umum dan kepegawaian Kepala Urusan PERPUSTAKAAN Staf Pengadaan Staf Pengolahan Staf Pelayanan Labolarorium/ Studio


(63)

a) Islam secara umum, b) Qur‟an dan tafsir, c) Hadis,

d) Aqaid dan Ilmu Kalam, e) Fikih dan Hukum Islam, f) Akhlak & Tasawuf, g) Politik Islam, h) Pendidikan Islam, i) Sosiologi Islam, j) Ekonomi Islam, k) Seni dan Sastra Islam, l) Sejarah dan Biografi Islam.

Di samping itu, Perpustakaan Utama juga mengoleksi buku-buku dalam kajian agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, Yahudi, dll. Adapun buku-buku dalam bidang umum meliputi buku-buku dalam berbagai disiplin ilmu terutama yang dibutuhkan oleh jurusan atau prodi-prodi umum, antara lain adalah buku dalam bidang:

1. Karya Umum,

2. Ekonomi dan Manajemen, 3. Pendidikan,

4. Teknologi,

5. Bahasa dan Kesusasteraan, 6. Politik, Sosial dan Budaya,


(64)

8. Ilmu Terapan (Perpustakaan, Kedokteran, dll) 9. Sejarah dan Biografi, dll.

b. Organisasi Koleksi Buku

Koleksi buku terbagai dalam dua kategori, yaitu buku koleksi referensi dan buku koleksi umum. Koleksi referens (bahan rujukan) adalah berbagai bahan yang hanya bisa digunakan atau dibaca di perpustakaan, tidak untuk dipinjamkan (dibawa pulang). Hingga saat ini Perpustakaan Utama memiliki kurang lebih 1500 judul buku rujukan (referens) yang meliputi rujukan tentang kajian Islam, tafsir, hadis, rujukan dalam ilmu-ilmu sosial seperti pendidikan, hukum, politik, ekonomi, dan berbagai biografi para tokoh.

Sedangkan kolkeksi umum adalah buku-buku yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang. Saat ini Perpustakaan Utama menyediakan tidak kurang dari 30.000 judul (40.000 eksemplar) koleksi umum yang siap dipinjamkan kepada para anggota.

c. Terbitan Berkala

Koleksi serial atau terbitan berkala tercetak ini terdiri dari Jurnal Ilmiah, Majalah Populer dan Surat Kabar. Jurnal ilmiah yang tersedia terdiri dari jurnal-jurnal dalam bidang kajian ke-Islaman dan juga dalam bidang umm (non-ke-Islaman). Sebagian besar jurnal tersebut merupakan terbitan dalam negeri dan ada beberapa yang merupakan terbitan asing. Beberapa judul terbitan berkala yang tersedia adalah:


(65)

a) Jurnal Ilmiah bidang kajian Islam, antara lain Journal of Islamic Studies, Al-Huda, Jauhar, Studia Islamika, Kultur, Al-Jami‟ah, Ahkam, Refleki, Al-Turats, dll.

b) Jurnal Ilmiah bidang kajian umum, diantaranya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal Adabiya, Archipel, International Journal of Middle East Studies, Modern Asian Studies, dll.

c) Majalah popular, antara lain Forum Keadilan, Gatra, Tempo, Amanah, Alo Indonesia(berbahasa Arab), Trubus (majalah hobi). d) Surat kabar dilanggan adalah: Republika, Media Indonesia, Tempo,

Kompas, Seputar Indonesia, dan Gatra. d. Muatan Lokal

Yang dimaksud dengan muatan atau koleksi lokal adalah koleksi yang berupa karya-karya yang dihasilkan oleh para sivitas akademika UIN Jakarta sendiri. Yang termasuk jenis koleksi ini adalah: skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian.

Sampai saat ini, jumlah koleksi skripsi telah mencapai tidak kurang dari 15.000 judul, tesis sekitar 1000 judul, dan disertasi sekitar 300 judul. Sementara koleksi laporan penelitian yang tersedia saat ini kurang lebih 500 judul dan sebagian besar adalah laporan penelitian dalam bidang keagamaan, sosial dan budaya. Saat ini perpustakaan sedang mengupayakan digitalisasi untuk koleksi lokal ini, dengan harapan agar dapat diakses secara online dari berbagai tempat. Kolesi ini hanya boleh dibaca di ruang perpustakaan, tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang.


(66)

Bagi pemustaka yang sangat membutuhkan diperbolehkan memfotokopi dengan jumlah terbatas dan ketentuan yang sangat ketat.

e. Sumber Koleksi Elektronik

Selain koleksi tercetak berupa buku dan terbitan berseri, Perpustakaan juga mengembangkan koleksi elektronik. Yang tercakup dalam koleksi jenis ini adalah:

Koleksi AV (Audio-Visual):

a. CD-ROM = 600 Judul (877 CD) b. Kaset Audio = 11 Judul ( 15 kaset) c. Kaset Video = 3 Judul (24 kaset) Koleksi Digital:

a. Digital Local Content b. E-Books

Sumber Online: a. EBSCO

b. INDEX ISLAMICUS c. JSTOR

d. OXFORD ISLAMIC STUDIES e. PROQUEST

f. ANMOL E-BOOK g. WILSON


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Zihan Saragih Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 7 Januari 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gurame Timur II RT 03/01 Bambu Apus, Pamulang Tangerang Selatan, Banten.

Riwayat Pendidikan :

SD : SDN Bambu Apus 1 : Tamat tahun 2002

SMP : SMP Puspita Bangsa : Tamat tahun 2005

SMA : SMA Muhammadiyah 8 : Tamat Tahun 2008

Pengalaman Kerja :

1. Konsultan Perpustakaan di Universitas Tama Jagakarsa. Tahun 2010-2011 2. Konsultan Perpustakaan di Bank Indonesia. Tahun 2012

3. Peneliti di Indonesia Media Monotoring Center. Tahun 2013-2014 4. Kepala Taman Baca FAKTA. Tahun 2014-Sekarang

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua Remaja Masjid Sabilul Muttaqien (RAIS). Periode 2009-2012

2. Sekertaris Jendral Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Ekstensi. Periode 2009-2010.