Pengukuran Burnout TINJAUAN LITERATUR

Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 15 Saya benar-benar tidak peduli pada apa yang terjadi terhadap klien saya EED Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 16 Menghadapi dan bekerja secara langsung dengan orang menyebabkan saya stress EED Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 17 Saya dengan mudah bisa menciptakan suasana yang santairelaks dengan para klien PA Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 18 Saya merasa gembira setelah melakukan tugas saya untuk para klien secara langsung PA Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 19 Saya telah mendapatkan dan mengalami banyak hal yang berharga dalam pekerjaan ini PA Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 20 Saya merasa seakan akan hidup dan karir saya tidak akan berubah EED Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 21 Saya menghadapi masalah-masalah emosional dalam pekerjaan saya dengan tenang dan “kepala dingin” PA Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju 22 Saya merasa para pengguna menyalahkan saya atas masalah-masalah yang mereka alami Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju Pengukuran tingkat burnout dibagi menjadi empat kategori berdasarkan jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas sebagai berikut : Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level Mashlac Burnout Inventory MBI dimana jawaban 1 Tidak Pernah berati pada tingkatan 0-2 yang berati tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan merasa cukup bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus, yang menujukan staf perpustakaan dapat mengatasi stress dengan baik. Walaupun staf perpustakaan mengalami stress, tetapi dia dapat mengelola stress dengan baik dan dapat membuat hidupnya berimbang. Staf perpustakaan pada tingkatan ini tidak akan mudah naik pitam, dan dapat menerima stress yang dialami dalam perjalanan hidup. Skor angka 2 kadang-kadang, berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI. Skor ini menujukan perlunya memonitor situasi yang dihadapi dan pengambilan tindakan jika keadaan yang dihadapi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi peringatan, namun staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu untuk merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan penyebab stress yang dihadapi, apakah semakin mudah atau semakin sukar untuk ditangani. Skor angka 3 sering, skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI. Dimana skor ini dinamakan dengan skor kuning. Staf perpustakaan pada tingkatan ini cenderung panas. Ia sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya untuk menentukan prioritas kegiatan dan menghilangkan beberapa penyebab stress. Staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu pula memeriksa kesehatan, meninjau kembali tujuan hidup, keseimbangan antara kerja dan hiburan, dan system dukungan sosial yang dimilikinya keluarga, teman dan jaringan sosial lainnya. Skor angka 4 selalu, skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati sinyal merah pada alat ukur MBI. Staf perpustakaan yang mendapat skor pada tingkatan ini sebaiknya segera berhenti untuk beristirahat dengan pekerjaannya. Mereka membutuhkan konsultasi dan nasihat, baik medis maupun psikologis agar terhindar dari kondisi kehilangan kendali. Perolehan skor tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan sedang dalam tekanan stress berlebihan dalam waktu yang terus menerus dan sudah cukup lama. Skor ini memerlukan tindakan penanganan yang lebih serius. 58 58 Maslach, C. and Jakson, S. E, “The Measurement of Experienced Burnout.” Journal of Occupational Behavior 2, 1981: h. 99-113.

BAB III PERPUSTAKAAN UIN JAKARTA

A. Perpustakaan Pusat UIN Jakarta

Pusat Perpustakaan UIN Jakarta merupakan peralihan nama dari Perpustakaan Utama sesuai dengan ORTAKER Organisasi Tata Kerja baru di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Sedangkan Perpustakaan Utama itu sendiri dahulu juga merupakan peralihan nama dari Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA Akademi Dinas Ilmu Agama pada tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000 eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai. Pada tahun 1960-1964 perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A. Syadali beliau adalah Rektor IAIN tahun 1984-1993. Di bawah kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai dikelola secara lebih sistematis. Pada periode tersebut, koleksi buku diklasifikasi menurut DDC Dewey Decimal Classification. Di samping itu sistem peminjaman juga sudah mulai tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang. Tahun 1964-1971 perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah Lubis, beliau adalah sarjana muda ilmu perpustakaan Universitas Cairo, Mesir. Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku dari berbagai lembaga, khusunya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku, 43 23 skripsi, dan 310 eks majalah. Prof. Dr. Nabillah Lubis saat ini adalah guru besar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 1971-1983 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Ny. Dra. Hj. Halimah Madjid. Di bawah kepemimpinannya perpustakaan ditata lebih teratur dan menepati ruang yang lebih luas gedung Aula Madya saat ini. Pda masa inilah puncak prestasi perpustakaan berhasil diraih, tepatnya pada tahun 1980 Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan tinggi terbaik se-DKI Jakarta. Berikutnya pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M. Kailani Eryono, alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan dari Universitas Indonesia menggantikan posisi Ny. Hj. Halimah Madjid. Pada masanya Perpustakaan IAIN berkembang dengan cukup pesat. Selanjutnya pada tahun 1984-1998 Drs. Zaenal Arifin Toy MLIS, alumni Jurusan Bahasa Inggris dari IAIN Jakarta dan Master di bidang Ilmu Perpustakaan dari Univesity of Illinois, Urbana-Champaign, menjadi kepala Perpustakaan IAIN hingga tahun 1998. Pada masanya perpustakaan sempat pindah ke gedung baru berlantai tiga di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat. Saat ini gedung tersebut menjadi Fakultas Psikologi. Di bawah kepemimpinan beliau telah dibentuk Sekretariat Kerja Sama Perpustakaan SKP yang anggotanya terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di Indonesia. Selanjutnya SKP ini diubah namanya menjadi Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam JPPTI yang deklarasikan di Surabaya pada tahun 2003. Periode berikutnya 1998 hingga 2000 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M. Djuhro S. Beliau juga seorang sarjana ilmu perpustakaan dari Universitas Indonesia. Pada masa kepemimpinannya perpustakaan kembali pindah ke gedung yang baru dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar Pravitasari. Dengan demikian lokasi perpustakaan dan kampus menjadi lebih dekat. Sejak tahun 2001 hingga akhir tahun 2006, Perpustakaan Utama UIN Jakarta dikepalai oleh DR H. Udjang Tholib, MA. Beliau pernah bekerja di perpustakan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun 1984 mengikuti Program Sertifikat Tenaga Asisten Perpustakaan selama 8 bulan di Universitas Indonesia. Berbagai upaya perbaikan telah dilaksanakan, antara lain perbaikan gedung dan perlengkapannya, penerapan sistem otomasi, penerapan sistem keamanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis layanan seperti warnet, audio visual, dan lain sebagainya. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2004 bekerjasama dengan Kedutaan Amerika Serikat Perpustakaan Utama UIN Jakarta telah membuka American Corner Amcor hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi para sivitas akademika, terutama berbagai informasi yang terkait dengan Amerika. Berbagai sumber informasi yang disediakan oleh amcor adalah buku-buku, majalah, jurnal tercetak, online journal EBSCO, dll. Disamping itu Amcor juga secara reguler mengadakan berbagai kegiatan seperti pemutaran film, teleconference, diskusi, dll. Hingga tahun 2009 Perpustakaan utama telah melakukan upaya perubahan sistem otomasi berbasis web dengan nama TULIS The Technology of UIN for Library Information System. Pada tahun ini juga telah dilakukan perubahan layout perpustakaan, khusunya pada lantai 2 untuk ruang koleksi dan ruang baca. Saat ini Perpustakaan Utama UIN dipimpin oleh Dr. Muhmmad Zuhdi hingga 2011, 2011 - 2013 oleh Nuryudi, MLIS, 2013 - sekarang oleh Amrullah Hasbana, S.Ag., SS., MA. Selain dari pusat perpustakaan, maka ada beberapa perpustakaan fakultas yang tersebar dilingkungan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Perpustakaan Fakultas ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran, yang berfungsi sebagai Library and Learning Resources Center LLRC. LLRC merupakan bentuk implementasi dari kebijakan universitas dalam rangka menjadikan perpustakaan-perpustakaan fakultas sehingga kedekatan koleksi akan lebih dirasakan oleh pengguna di samping kebutuhan akan kedalaman informasi pengguna pada masing-masing fakultas akan dapat diakses dan diperoleh dengan mudah. Selain didesain sebagai sarana yang menyediakan resource atau sumber-sumber informasi dalam bentuk tercetak maupun non tercetak, LLRC juga didesain dengan mengintergrasikan resource tersebut dalam konteks pembelajaran sehingga para pengguna mendapatkan kedekatan dan pilihan terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk keperluan studinya. Hal penting lainnya adalah bahwa LLRC berupaya mensinergikan partisipasi tiga komponen penting dari proses pembelajaran, yaitu dosen, mahasiswa, dan perpustakaan. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk learning resources. Pengembangan perpustakaan Fakultas ini sekali lagi merupakan kebijakan strategis Rektor IAIN Syahid Jakarta tahun 1998 tentang konsep