Latar Belakang PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN “Peran Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia pada umumnya. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet kini sudah dianggap sebagai sahabat. Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang pesat, maka segala macam informasi yang diinginkan oleh masyarakat bisa diperoleh melalui media massa. Sebagai bagian dari media massa, televisi adalah media yang paling dekat dengan masyarakat. Televisi mampu memberikan manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia. Manfaat-manfaat tersebut di antaranya yaitu mampu menumbuhkan aspirasi, mengembangkan dialog, mampu mengenalkan norma-norma sosial, menumbuhkan selera, dan sebagai pendidik. Kemudian, sebagai media massa, televisi juga mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi, baik berisi pengetahuan maupun pendidikan. Selain itu televisi bisa menggugah kesadaran masyarakat melalui tayangannya. Manfaat lain yang bisa didapat dari televisi diantaranya yaitu memperluas wawasan, dimana melalui televisi pemirsa bisa melihat hal baru di luar sana yang belum pernah dilihatnya. Kemudian, televisi bisa memberikan pengalaman hidup. Dengan menonton televisi, tanpa harus pergi ke tempat kejadian, pemirsa bisa langsung melihat dan merasakan apa yang terjadi di tempat lain. Dan yang terakhir adalah mampu menyediakan hiburan di dalam rumah. Hiburan jenis ini bisa didapatkan dengan menonton acara-acara di televisi untuk menghilangkan rasa bosan. commit to user Televisi menjadi sangat populer di mata masyarakat karena mempunyai pilihan acara yang menarik untuk ditonton. Dari semua program acara tersebut, ada yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa. Namun, sayangnya hingga saat ini ada sedikit sekali acara terutama pada televisi yang menyajikan tentang kebudayaan. Padahal kebudayaan adalah sesuatu yang penting di dalam kehidupan sosial manusia. Dengan adanya televisi yang mengangkat kebudayaan sebagai isi acaranya, maka televisi bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kebudayaan bangsa yang telah menjadi identitas Indonesia. Dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat, televisi menyuguhkan program-program yang bervariasi. Mulai dari program yang berisi hiburan hingga pengetahuan. Program yang berisi pengetahuan bisa didapatkan dari program yang memberikan tayangan mendidik seperti masalah kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud yaitu kebudayaan asli dari bangsa, yang merupakan kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur dalam membentuk kepribadian atau jati diri bangsa. Dengan adanya televisi, maka acara kebudayaan bisa ikut ditampilkan, selain untuk mendidik generasi bangsa, salah satu tujuannya yaitu pelestarian kebudayaan. Namun, kita mendapati bahwa salah satu tantangan terbesar dalam masalah pelestarian budaya tradisional bangsa yaitu generasi muda yang kurang tertarik terhadap hal-hal berbau tradisi karena dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Untuk menghadapi keadaan itu, maka pemerintah dan segenap kelompok masyarakat yang peduli terhadap kebudayaan tidak hanya diam saja. Mengingat kebudayaan tradisional patut dilindungi dan dilestarikan, maka media massa termasuk televisi menjadi medium yang baik untuk memulai proses pelestarian kebudayaan asli Indonesia. commit to user Melalui berbagai macam pengemasan acara, kebudayaan bisa menjadi tontonan yang menarik bagi pemirsa. Ki Manteb Soedharsono menyatakan pendapatnya tentang tantangan dalam upaya melestarikan kesenian wayang yang merupakan bagian dari kebudayaan tradisional Jawa. Salah satu tantangan terbesarnya adalah regenerasi. Dalam upaya pelestarian, seharusnya pemerintah, seniman, dan masyarakat bekerja sama. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya ruang di media massa untuk kesenian tradisional. Inilah yang dianggap oleh dalang kondang tersebut masih terbatas Reko Suroko, ”Butuh Ruang di Media Massa”, Wawasan Minggu, 27 Juli 2010, halaman 3. Sedangkan menurut Drs. Tashadi, peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta bahwa dalam budaya tradisional terkandung nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa. Ketika nilai-nilai ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda, maka mereka hanya akan memiliki nilai-nilai global dan hilanglah jati diri bangsa Indonesia ini Fachri Siradz, “Pelestarian Budaya Tradisional Melalui Layar Kaca”, www.indosiar.comprogramresensi67592pelestarian-budaya- tradisional-melalui-layar-kaca, 267201011.00. Kebudayaan Jawa sebagai salah satu dari kebudayaan tradisional Indonesia, cepat atau lambat bisa tergeser oleh arus modernisasi dan globalisasi. Namun, sebelum semua itu terjadi, maka berbagai langkah pelestarian mulai dirancang. Menurut Fachri Siradz, supaya kebudayaan tradisional tidak mudah hilang terkena arus modernisasi dan globalisasi, yang perlu dilakukan adalah pelestarian kebudayaan. Pelestrian ini akan berjalan sukses bila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Dan bisa dipastikan cepat atau lambat budaya tradisional akan kembali bergairah. Seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui TVRI, program-program acara commit to user bertema kebudayaan tradisional tetap diproduksi. Baik dengan menggunakan dana dari pemerintah pusat maupun dibiayai oleh pihak ketiga pihak yang peduli dengan kebudayaan. TVRI Yogyakarta merupakan salah satu dari banyak stasiun televisi yang masih memproduksi acara budaya. Karena TVRI Yogyakarta bervisikan budaya, pendidikan, dan kerakyatan, maka TVRI Yogyakarta berusaha untuk ikut melebur bersama dinamika kehidupan masyarakat Dokumen TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu contoh acara TVRI Yogyakarta yang memiliki tema kebudayaan, terutama kebudayaan Jawa di daerah lingkup kebudayaan Jawa yaitu Karang Tumaritis. Acara tersebut berisi dialog budayawan dan seniman yang dikemas dalam sajian nuansa Jawa dengan lesehan di depan pendopo rumah dan diselingi alunan siter. Di sela-sela obrolan diselingi sajian petuah atau nasehat dari tokoh punakawan dalam cerita perwayangan dengan menggunakan kelir Dokumen TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam mempertahankan eksistensi kebudayaan Jawa, acara seperti Karang Tumaritis baik untuk diproduksi oleh stasiun televisi yang mempunyai kepedulian terhadap pentingnya pelestarian budaya bangsa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Harun Nur, ”Mempertahankan TVRI Sebagai TV Publik”, www.metronews.fajar.co.idread9446019index.php, 290120118.28. Untuk TVRI Stasiun DIY, ada acara Karang Tumaritis yang bisa melestarikan kebudayaan dan potensi lokal di Yogyakarta. Karang Tumaritis ini adalah acara yang mengangkat commit to user kebudayaan dan disajikan sesuai dengan perkembangan jaman. Sehingga Karang Tumaritis memberikan informasi tentang unsur-unsur kebudayaan Jawa dan bagaimana eksistensinya di jaman modern. Karakteristik dari Karang Tumaritis yaitu, pertama, tema yang diangkat adalah kebudayaan Jawa yang disajikan ke dalam bentuk dialog dengan orang yang mengetahui dan berkecimpung pada budaya Jawa. Setiap tema yang ditampilkan selalu berbeda-beda, sehingga narasumbernya pun juga berganti sesuai dengan keahlian pada budaya Jawa yang dimiliki oleh narasumber. Kedua, penggunaan bahasa Jawa. Dalam sepanjang acara, bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa pengantarnya. Ketiga, adanya telepon interaktif. Dengan menggunakan teknologi telekomunikasi seperti telepon interaktif, maka penonton yang ingin menyampaikan pesan maupun pertanyaan bisa disalurkan langsung kepada narasumber yang dihadirkan. Salah satu yang paling menarik dari Karang Tumaritis yaitu penggunaan wayang kulit sebagai bagian dari acara. Nasehat atau petuah yang disampaikan menggunakan bahasa Jawa oleh semar. Wayang kulit merupakan bagian dari kesenian tradisional. Wayang sendiri sangat erat dengan kehidupan sosial, kultural, dalam religius bangsa Jawa Imam Sutardjo, 2008 : 60. Tokoh semar dalam perwayangan yang ditampilkan pada Karang Tumaritis dianggap sebagai tetua yang memberikan petuah kepada para manusia. Karang Tumaritis merupakan sebuah acara yang bernafaskan budaya Jawa. Sekarang ini budaya Jawa sudah mulai terlindas oleh budaya asing. Perkembangannya mengalami kemacetan. Acara di media elektronik khususnya televisi lebih cenderung berisikan budaya asing. Ditambah lagi masyarakat Jawa telah kehilangan rasa sebagai commit to user orang Jawa yang sesungguhnya. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, mereka lebih suka mengagung-agungkan budaya asing dari pada budaya daerah sendiri. Menurut Surya Sasangka, wartawan Newsweek dalam Sarasehan Budaya Jawa “Adilihung Budaya Jawi Kawawas Saking Mancanegari” mendapati adanya tiga sebab yang membuat budaya Jawa tidak berkembang dengan baik. Pertama, banyak orang Jawa yang merasa minder dan tidak percaya diri dengan budaya sendiri sehingga lebih suka mempelajari budaya asing. Kedua, banyak masyarakat Jawa yang berkiblat pada agama dan budaya Timur Tengah. Akibatnya mereka tidak bisa membedakan antara agama dan budaya sendiri. Ketiga, minimnya fasilitas dan sarana untuk mengembangkan budaya Jawa. Bahkan media massa sendiri sebagai wadah untuk mempromosikan budaya Jawa tidak memberikan ruang secara maksimal bagi perkembangan budaya sendiri “Surutnya Budaya Jawa Dari Ciri Khas Masyarakat Jawa”, www.gudeg.netidnews2004042382Surutnya-Budaya-Jawa-dari-Ciri-Khas- Masyarakat-Jawa.html, 272201011.00. Seharusnya media massa harus dilibatkan dalam proses pelestarian kebudayaan Jawa sebagai bagian dari kebudayaan bangsa. Gerakan pembelaan budaya bangsa hanya akan dapat mencapai hasil positif apabila “program informasi” secara umum baik melalui media cetak, radio, maupun televisi ikut mengambil bagian aktif. Pada area lokal di Yogyakarta ini, penulis mengangkat tentang bagaimana peran acara Karang Tumaritis di Televisi Republik Indonesia Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelestarian budaya Jawa di sana. Dalam acara Karang Tumaritis, dialog yang dibawakan oleh para seniman merupakan dialog yang berisikan kebudayaan Jawa. Acara ini bisa dijadikan contoh sebagai salah satu acara yang mampu menyajikan materi kebudayaan Jawa di daerah Yogyakarta. commit to user

B. Rumusan Masalah