commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Media KKM penulis tidak pernah terlepas dari proses belajar. Menurut penulis, belajar itu tidak hanya di dalam
bangku formalitas atau perkuliahan saja. Keberadaan ilmu akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan dari manusia. Dengan melihat
kenyataan tersebut, maka penulis serlalu berusaha mendapatkan sumber-sumber untuk pengembangan guna menunjang dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media
KKM dan sebagai pegangan bagi Penulis sendiri. Mengikuti Kuliah Kerja Media ini, bagi Penulis merupakan langkah untuk
mengenal dunia kerja yang sebenarnya sekaligus untuk mempraktekan ilmu yang sudah Penulis dapatkan selama di bangku perkuliahan. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa ilmu yang Penulis dapatkan dari bangku perkuliahan ternyata tidak semua mampu menjawab persoalan-persoalan yang Penulis temui selama
menjalani Kuliah Kerja Media KKM. Oleh karena itu, untuk menjawab semua tantangan itu, Penulis mencoba untuk mendapatkan berbagai literatur sebagai bahan
referensi.
A. Pemahaman Film
Secara sederhana, prinsip membuat sebuah karya film hampir serupa dengan metode bercerita kepada orang banyak. Hanya ada beberapa perbedaan yang
mendasar. Saat
bercerita, hanya
dibutuhkan media
suara dan
keleluasaan audience untuk berimajinasi sesuai rekaan mereka yang tentu
commit to user 7
saja tidak membutuhkan waktu yang lama.
1
Sementara dalam sebuah karya film, cerita disampaikan dengan media bahasa, gambar, dan suara. Dan disadari atau
tidak, film sebenarnya mendikte penonton untuk meyakini imajinasi film yang dikemas dalam bahasa film tersebut, yang tentu saja membutuhkan waktu yang
lama.
2
Bahasa film adalah kombinasi antara bahasa suara adan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa
diterima dengan baik oleh orang yang menonton. Keberhasilan seseorang memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut
terhadap aspek naratif serta aspek sinematik sebuah film. Jika, sebuah film dianggap buruk kurang memadai bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun
mungkin memang belum ada kemampuan secara utuh untuk memahami film tersebut.
3
Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya Penulis akan memberikan lebih banyak lagi pengetahuan bahwa pilihan-pilihan seorang sineas dalam aspek naratif
serta sinematik sangat tak terbatas.
B. Unsur-Unsur Film
Untuk memahami sebuah film tidak lepas dengan unsur-unsur pembentuk film. Pemahaman terhadap unsur-unsur pembentuk film tentu akan banyak
membantu untuk memahami film dengan lebih baik.
1
Catatan Kuliah. Sinematografi.
2
Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka, Halaman 3.
3
M. Bayu Widagdo, 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah. Yogyakarta: Andi Offset.
commit to user 8
Mise en scene Sinematografi
Editing Suara
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik.
4
Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat
membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan materi yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara
gaya untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.
Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-
unsur seperti tokoh, maslah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen
4
Himawan Pratista, Op. Cit. Halaman 1-2. Unsur Naratif
Unsur Sinematik
FILM
commit to user 9
tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan dan sebuah jalinan peristiwa. Selruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yaitu hukum kausalitas
logika sebab-akibat. Namun, dalam pembahasan berikutnya juga akan dijelaskan bahwa beberapa jenis film dapat dibentuk tanpa elemen cerita non-naratif. Unsur
sinematik merupakan aspek teknis dalam memproduksi suatu film. Mise en scene, sinematografi, editing, suara, seluruh unsur tersebut saling terkait dan mengisi, serta
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan.
Dalam beberapa kasus, sebuah film bisa saja tanpa menggunakan unsur suara sama sekali seperti dalam film era bisu, namun hal ini lebih disebabkan karena
keterbatasan teknologi dan bukan akibat penyelesaian sinematik kesengajaan. Beberapa film juga terbukti telah mampu sangat minim atau bahkan meniadakan
teknik editing namun jumlahnya masih sangat terbatas.
5
C. Jenis-jenis Film