Manfaat film boneka santo santa produksi SAV PUSKAT dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu Jawa Barat
MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU
JAWA BARAT S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yohannes Pandu Putra Sagala NIM : 121124055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendengar dan mengabulkan doa-doaku.
Kedua orang tuaku, Bapak Mardhenus Sagala dan Ibu Maria Iko Sartika untuk doa, cinta, kasih sayang, dukungan dalam bentuk apapun yang aku terima.
Kakakku Batsun Sagala dan adikku Gamas Sagala, terimakasih untuk dukungan serta doanya.
Keuskupan Bandung dan Paroki Santo Mikail Indramayu yang sudah memberi dukungan baik dari moril maupun materiil.
Teman dekat Ratna Natalia Wardhani terimakasih atas dukungan motivasi dan doa.
Sahabat dan teman seperjuangan terimakasih untuk segalanya. Teman-teman yang selalu menanyakan “kapan skripsi selesai”
Serta orang-orang yang sudah membantu baik dari segi material dan spiritual dalam penyusunan skripsi ini.
(5)
v MOTTO
“Rasa malas adalah musuh terbesar dalam diri kita, bukan bagaimana cara kita melawannya, tetapi bagaimana cara kita mengubahnya”.
(Pandu Sagala)
“Terang sudah terbit untuk orang benar, Dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati”.
(6)
(7)
(8)
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap proses pembelajaran yang masih kurang dalam penggunaan media di sekolah.
Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah bagaimana membantu para guru-guru di sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan sebuah media pembelajaran dan melihat manfaat dari media yang dipakai dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik atau Katekese di sekolah. Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu penulis terjun langsung untuk melihat manfaat Film Boneka Santo-Santa yang digunakan dalam proses pembelajaran di SD Santo Mikail Indramayu dan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada manfaat penggunaan media Film Boneka Santo-Santa dengan meningkatnya minat dan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran atau katekese di sekolah. Media pembelajaran khususnya film sangat membantu siswa untuk lebih fokus dan minat dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat film bagi siswa yaitu lebih mudah diingat dan siswa semakin berimajinasi berdasarkan film yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.
(9)
ix ABSTRACT
This thesis is entitled: THE BENEFITS OF PUPPET FILMS ON THE STORY OF SAINTS PRODUCED BY SAV PUSKAT IN THE PROCESS OF CATECHISM AT THE ELEMENTARY SCHOOL OF SAINT MICHAEL, INDRAMAYU WEST JAVA. The selection of this title is based on the author’s concern about the learning process in schools which is still lacking of the using of media.
The fundamental problem of this thesis is how to help teachers in schools to improve student of learning achievement by using a medium of learning and see the benefits of using media in the learning process of Catholic Religious Education or catechesis in schools. The author reviewed this problem using the analytical description method and this study was conducted in two steps: the author went directly to see the benefits of Puppet Film used in the learning process at Saint Michael Indramayu Elementary School and the data were obtained by using questionnaires and interviews.
The results of the study show that there is a benefit of using Puppet on the story of Saints Film to improve the interest and concentration of students in the learning process or catechesis at school. Learning media especially film is very helpful for students to focus more and interest on the learning process. One of the benefits of film for students is easier to remember and the imagination of the students increases based on the film used during the process of learning.
(10)
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai saya. Banyak pengalaman yang muncul selama penulisan skripsi ini, pengalaman gembira, sedih, cemas maupun kecewa. Meskipun demikian berkat perhatian, dukungan dan doa-doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV Puskat Dalam Proses Katekese Di SD Santo Mikail Indramayu Jawa Barat”
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir, banyak pihak yang terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan yang tidak terhingga dari:
1. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama yang telah setia, sabar, peduli, serta meluangkan waktu membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing II, atas segala bimbingan, kepercayaan, kebaikan dan pengarahan dari awal penulisan hingga akhir penulisan skripsi ini.
(11)
xi
3. Bapak Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
5. Keuskupan Bandung dan Paroki Santo Mikail Indramayu yang sudah membantu dan memberi dukungan baik dalam bentuk moril maupun materiil.
6. Bapak Mardhenus Sagala dan Ibu Maria Lia Iko Sartika sebagai orang tua yang selalu memberi kasih sayang, perhatian, semangat dan doa serta dukungan yang telah diberikan selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Kakak Emmanuel Mahesa Batsun Sagala dan Adik Gregorius Gamas Milenza Sagala yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa.
8. Bapak Yohanes Heriono dan Ibu Christiana Sumarni, Mas Dedan Hertanto serta Yericho Trinugroho selaku keluarga angkat yang sudah memberi semangat, dukungan, dan doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman Kost V-Man yang selalu mengingatkan dengan cara yang unik
dan mengesalkan, tetapi sangat memotivasi untuk terselsaikannya skripsi ini. 10.Semua teman-teman Prodi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2012 dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan semangat dan bantuan hingga selesainya skripsi ini.
(12)
(13)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR SINGKATAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penulisan... 4
D. Manfaat Penulisan... 4
E. Metode Penulisan... 5
F. Sistematika Penulisan... 6
BAB II. MEDIA FILM SANTO-SANTA DALAM KATEKESE 8 A. Gambaran Umum Media dan Film...
Pengertian Media... 1. Fungsi Media... 2. Media Audio Visual... 3. Film... 4. Pengertian tentang Boneka... 5. Film Boneka Santo-Santa SAV Puskat... B. Katekese Audio Visual... 1. Pengertian Katekese Audio Visual... 2. Isi Katekese Audio Visual... a. Tujuan Katekese... b. Pengertian Audio Visual...
8 8 9 13 14 17 20 22 22 24 24 25
(14)
xiii
c. Katekese Audio Visual dan Group Media... d. Katekese Audio Visual di Sekolah (PAK)... e. Kekuatan dan Keterbatasan Katekese Audio Visual... C. Sinopsis Film dan Kekuatannya...
27 32 33 34
BAB III. PENELITIAN TENTANG MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT... A. Latar Belakang Sekolah... 1. Sejarah Singkat Yayasan Salib Suci... 2. Visi Keuskupan dalam Bidang Pendidikan... 3. Visi dan Misi Yayasan Salib Suci... 4. Latar Belakang SD Santo Mikail Indramayu... 5. Kegiataan Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler... 6. Visi dan Misi Santo Mikail... 7. Nilai-nilai dalam Bidang Pendidikan Yayasan Salib Suci... B. Metodologi Penelitian... 1. Latar Belakang Penelitian... 2. Rumusan Masalah... 3. Tujuan Penelitian... 4. Manfaat Penelitian... 5. Jenis Penelitian... 6. Responden Penelitian... 7. Metode Penelitian... 8. Subyek Penelitian ... 9. Tempat dan Waktu Penelitian... 10. Teknik Pengumpulan Data... 11. Kisi-kisi Instrumen... a. Tabel 1. Kisi-Kisi Penelitian... b. Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Variabel... c. Tabel 3. Kuesioner Penelitian... d. Tabel 4. Variabel Penelitian Wawancara...
36 36 36 37 37 38 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 44 45 45 46 46 46 47 48 xiv
(15)
xiii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian Kuesioner... 1. Manfaat Film... 2. Proses Katekese... B. Pembahasan Hasil Penelitian... 1. Pembahasan Kuesioner...
a. Manfaat Film dalam Proses Pembelajaran... b. Proses Pendidikan Agama Katolik atau Katekese di Sekolah... 2. Pembahasan melalui Wawancara... C. Kesimpulan Hasil Wawancara... D. Refleksi Kateketis... E. Pedoman Pembelajaran dengan Menggunakan Film...
49 49 49 55 61 61 62 63 64 66 67 69
BAB V. PENUTUP... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN ... 74
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ... (1)
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Sekolah... (2)
Lampiran 3 : Rencana Pelakasanaan Pembelajaran... (3)
Lampiran 4 : Proses Pembelajaran dan Katekese... (7)
Lampiran 5 : Proses Pelaksanaan dan Katekese... (9)
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian... (14)
Lampiran 7 : Hasil Kuesioner Peserta... (18)
Lampiran 8 : Dokumentasi Proses Pembelajaran ... (30) Lampiran 9 : Wawancara Bersama Guru Agama (32)
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Penelitian
Tabel 2 : Skor Alternatif Jawaban Variabel
Tabel 3 : Kuisioner Penelitian Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV Puskat dalam Proses Katekese di SD Santo Mikail Indramayu Jawa Barat
Tabel 4 : Variabel Penelitian Melalui Wawancara Tabel 5 : Manfaat Film
(17)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Mrk. : Markus
Mzm. : Mazmur
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae
KGK : Katekismus Gereja Katolik
C. Singkatan Lain
AVA : Audio Visual Aids
CB : Carolus Borromeus
CD : Compact Disk
DLL : Dan lain-lain
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
(18)
xviii N : Netral
OSC : Ordo Sanctae Crucis (Ordo Salib Suci)
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PUSKAT : Pusat Kateketik
R : Ragu-ragu
RPP : Rencana Proses Pembelajaran
S : Setuju
SAV : Studio Audio Visual
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SJ : Serikat Jesus
SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus Yesus)
TK : Taman Kanak-kanak
TS : Tidak Setuju
USD : Universitas Sanata Dharma
WACC : World Association for Christian Communication
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia telah berubah seturut perkembangan zaman. Berbagai macam kemajuan pola pikir telah membawa manusia pada situasi baru. Kemajuan dan perubahan ini secara nyata terwujud dalam bentuk penemuan teknologi, seperti penemuan alat komunikasi (mesin cetak, mesin ketik, komputer, internet, film).
Perubahan zaman ini secara jelas telah memengaruhi pola kehidupan anak-anak baik yang sekolah maupun yang tidak sekolah. Perubahan juga memengaruhi dunia pendidikan yang memang merupakan salah satu kebutuhan sangat penting untuk perkembangan diri anak, karena memang pendidikan sejak dini diharapkan mampu membentuk anak yang berpengetahuan luas. Banyak macam metode yang ditawarkan dalam dunia pendidikan seperti metode ceramah, metode dengan menggunakan media, juga metode belejar sambil bermain. Metode yang ditawarkan dalam pendidikan tersebut dimaksudkan agar anak-anak tidak merasa cepat bosan saat belajar. Salah satu metode yang ditawarkan bisa menggunakan media film. Dengan menggunakan media berupa film anak-anak dapat mengingat lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model atau metode ceramah dan tanya jawab saja. Selain mampu mempermudah anak untuk mengingat, media film juga memiliki manfaat untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas. Dalam pemanfaatan media guru harus melihat tujuan yang akan dicapai, materi
(20)
pembelajaran yang mendukung teracapainya tujuan itu, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan.
Sekolah diharapkan tidak tinggal diam dengan adanya perkembangan ini melainkan sekolah lebih aktif lagi untuk turut mengembangkan metode pendidikan dengan menggunakan media film ini. Melihat perkembangan zaman ini penulis juga ingin memanfaatkan metode menggunakan film boneka Santo-Santa yang diproduksi oleh Studio Audio Visual (SAV) Puskat untuk berkatekese di SD Santo Mikail Indramayu dengan mengharapkan manfaat dari metode ini. Katekese merupakan salah satu bentuk evangelisasi atau pewartaan, maka katekese selalu mendapat perhatian yang penting dalam pengembangan metode penelitian di sekolah. Banyak anggapan bahwa pelajaran agama di sekolah lebih mementingkan segi pengetahuan saja. Anak hanya mendengarkan dan kurang aktif, sehingga kebutuhan-kebutuhan konkrit anak kurang terpenuhi. Pelajaran di sekolah kurang memperhatikan pembinaan sikap kritis dan kreatif. Anak lebih pandai dalam bidang ilmu pengetahuan tetapi kurang cakap menghadapi kehidupan yang semakin ganas. Di lain pihak muncul keprihatinan bahwa para orangtua dirasa tidak mampu menjamin iman anak-anaknya karena kesibukannya, sehingga mereka melepaskan tanggung jawab dan memercayakan pendidikan iman anaknya kepada sekolah. Katekismus Gereja Katolik, art. 2226 mengatakan pendidikan iman oleh orangtua harus mulai sejak usia anak-anak. Ia mulai dengan kebiasaan bahwa anggota-anggota keluarga saling membantu, supaya dapat tumbuh di dalam iman melalui kesaksian hidup yang sesuai dengan injil. Katekese keluarga mendahului semua bentuk pelajaran iman yang lain, menyertainya dan
(21)
memperkayanya. Orangtua menerima perutusan untuk mengajar anak-anaknya berdoa dan mengajak mereka menemukan panggilan mereka sebagai anak-anak Allah.
Seorang anak tidak dapat langsung berkembang dengan sendirinya, baik jasmani maupun rohani tanpa peran serta orang di sekitarnya. Orangtua atau orang yang ada di sekitarnya sangat berperan dalam hidupnya, karena pada dasarnya anak membutuhkan sentuhan, bimbingan dan membutuhkan komunikasi dengan orang lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Dengan alat-alat yang canggih seperti halnya kamera video, gadget, internet, serta hal lainnya anak-anak akan sangat terbantu dalam mengembangkan baik segi jasmani, rohani maupun segi mentalitasnya selama dengan cara penggunaan yang positif, sehingga anak tumbuh dan berkembang ke arah suatu kepribadian yang harmonis dan matang diimbangi dengan perkembangan iman yang semakin mantap dan kokoh.
Dengan uraian di atas yaitu dengan melihat keprihatinan-keperihatinan, kebutuhan-kebutuhan dalam Pendidikan Iman Siswa-siswi di sekolah maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul “MANFAAT FILM BONEKA SANTO -SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
(22)
1. Apa itu Film Boneka?
2. Apa yang dimaksud dengan Katekese?
3. Seberapa besar Film Boneka Santo-Santa berperan bagi anak dalam proses katekese?
4. Sejauh mana manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT dapat memengaruhi minat belajar anak di SD Santo Mikail Indramayu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat penulisan ini adalah sebagai berikut yaitu:
1. Menyampaikan pengertian Film Boneka dengan benar. 2. Menyampaikan pengertian yang benar mengenai Katekese.
3. Mengetahui seberapa besar peranan Film Boneka Santo-Santa bagi anak dalam proses katekese di sekolah.
4. Mengetahui sejauh mana manfaat Film Boneka Santo-Santa memengaruhi minat belajar anak di SD Santo Mikail Indramayu.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan skripsi dengan judul “Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT dalam Proses Katekese di SD Santo Mikail Indramayu Jawa Barat” ini yaitu:
(23)
Bagi Penulis:
Memberikan wawasan serta pemahaman kepada penulis mengenai manfaat Film Boneka Santo-Santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu.
Bagi Sekolah:
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu guru-guru lain untuk lebih memanfaatkan penggunaan media berupa film dalam pendidikan, sehingga anak lebih tertarik dalam belajar.
Bagi Siswa:
Membantu siswa semakin memiliki semangat dalam belajar khususnya dalam proses Katekese di sekolah.
E. Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dengan metode ini penulis menggambarkan sejauh mana manfaat media Film Boneka Santo-Santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu. Penulis juga mencoba memahami manfaat Film Boneka Santo-Santa dengan melihat realita yang terjadi saat di sekolah dan akan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Untuk proses penelitian ini, penulis menayangkan sebuah Film Boneka Santo-Santa dan melihat proses katekese yang terjadi. Setelah menayangkan film penulis membagikan kuisioner kepada siswa-siswi tentang pemahaman Film Boneka Santo-Santa dan proses katekesenya. Metode ini didukung dengan menggunakan metode penelitian
(24)
kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif, melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang. Metode penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Dalam metode ini penulis juga memaparkan temuan-temuan dari studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok-pokok sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II: Penulis menjelaskan gambaran umum media Film Boneka Santo- Santa, pengertian media, gambaran umum tentang media, audio visual dalam proses katekese di sekolah.
BAB III: Penulis menjelaskan situasi sekolah serta penjelasan mengenai penelitian yang dilaksanakan dan pemahaman tentang film santo- santa dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu. BAB IV: Penulis menjelaskan dan memaparkan hasil penelitian yang sudah
dilaksanakan di SD Santo Mikail Indramayu dan menuliskan refleksi pastoral kateketik tentang hasil penelitian.
(25)
BAB V: Penulis menyampaikan kesimpulan dan saran mengenai manfaat Film Boneka Santo-Santa di SD Santo Mikail Indramayu dan
(26)
BAB II
MEDIA FILM BONEKA SANTO SANTA DALAM KATEKESE
Manfaat film dalam proses pembelajaran dapat membantu para siswa semakin memahami materi yang diberikan. Media yang dapat digunakan yaitu salah satunya media Film Boneka Santo-Santa. Para siswa dapat semakin mengetahui sejarah dan nama-nama santo-santa dan semakin memahami atau meningkatkan dasar-dasar proses Katekese atau Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
A. Gambaran Umum Media dan Film Pengertian Media
Media memiliki banyak makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya. Kata “media” berasal dari bahasa Latin yaitu medium yang secara harafiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Oleh karena itu media dimengerti sebagai wadah atau sarana. Istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Media komunikasi mempunyai peran dalam memengaruhi perubahan hidup sosial manusia di masyarakat. Media dimengerti oleh banyak orang sebagai sarana atau alat untuk mengantarkan sesuatu yang hendak dicapai bagi orang yang menggunakan media tersebut. Media sendiri dapat digolongkan menjadi empat kategori. Menurut Manuel Olivera, dalam bukunya yang berjudul Group Media (1989: 7-8) empat kategori tersebut adalah:
(27)
a) Media raksasa yaitu gabungan antara satelit, televisi, telepon dan komputer. Alat-alat ini sudah sampai ke rumah kita, misalnya kalau kita menikmati acara-acara khusus secara langsung.
b) Media massa ukuran besar yang sudah menjadi umum, ini terdiri dari bioskop, radio dan televisi.
c) Media massa ukuran sedang, media yang berukuran sedang. Misalnya: Surat kabar lokal, majalah dan pemancar radio yang berfrekuensi rendah. d) Media massa ukuran kecil. Media kecil ini seperti kaset, piringan hitam,
foto, slide, fotocopy dan komputer pribadi.
Media adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau sebuah informasi pendidikan yang biasanya dapat disajikan dengan mempergunakan sebuah peralatan. Sedangkan perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan sesuatu pesan yang terkandung dalam media tersebut.
1. Fungsi Media
Media komunikasi sosial dengan berbagai macam inovasi dan kecanggihannya sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia di zaman sekarang ini. Kecanggihan ini dapat dirasakan dimana pun dan kapan pun jika sedang dibutuhkan, baik dari segi hiburan dan berbagai informasi terkini serta dalam bidang pendidikan. Media komunikasi menjadi sumber utama informasi dan pendidikan yang diperlukan oleh masyarakat (Iswarahadi, 2000:2).
Menurut Iswarahadi, dalam bukunya yang berjudul Beriman Dengan Bermedia (2003: 115-117) terdapat empat fungsi media yang penting untuk diketahui.
1) Media berfungsi korelatif: yakni jika media tersebut dapat menimbulkan rasa bangga dan memperteguh identitas suatu kelompok serta mampu meningkatkan “sense of belonging” seseorang.
2) Media dikatakan memenuhi fungsinya, jika mampu menggali nilai-nilai spiritualitas, tradisi serta nilai-nilai dasar kehidupan. Media mampu
(28)
menciptakan solidaritas, menggugah nilai-nilai kemanusiaan seseorang serta mampu mendorong seseorang untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Fungsi ini disebut sebagai fungsi kontinyuitas.
3) Ketika media mampu menggerakkan massa sehingga mereka terdorong untuk melakukan sesuatu, media tersebut memenuhi fungsinya untuk memobilisasi. Dengan fungsi mobilisasi ini media mengambil peran dalam menggerakkan masyarakat untuk peduli terhadap kehidupan.
4) Fungsi media untuk memberikan hiburan merupakan fungsi yang paling menonjol. Kejenuhan terhadap pekerjaan dan aktivitas kehidupan menuntut seseorang untuk beristirahat dan melakukan relaksasi untuk dirinya. Saat inilah masyarakat membutuhkan media komunikasi untuk menikmati hiburan dan melepaskan kelelahan mereka. Melalui televisi, internet, video dan berbagai media lainnya kebutuhan mereka akan hiburan dapat teratasi.
Media juga merupakan komunikasi ataupun interaksi yang dapat dilakukan oleh semua orang. Selain itu menurut Iswarahadi dalam bukunya yang berjudul Media dan Pewartaan Iman (2013:10-11). Orang kristiani mempunyai prinsip-prinsip dalam komunikasi. Tujuan dari proses komunikasi adalah memberi kemuliaan kepada Allah dan suka cita kepada manusia. Selain itu juga prinsip komunikasi bukan untuk menggalakkan teknologi komunikasi melainkan untuk menyelamatkan hubungan antara manusia. Dalam konteks ini ada lima hal yang menjadi keprihatinan WACC (World Association for Christian Communication), yaitu sebagai berikut:
a) Komunitas: komunitas di sini bukan komunitas Kristiani saja, melainkan persatuan bersama tanpa menghiraukan keyakinan agama. Hanya komunikasi yang insklusif mampu memuliakan Allah sebagai Bapa seluruh umat manusia dan membawa suka cita kepada semua orang.
b) Partisipasi: pernyataan itu mengecam “tradisi profesional” di dalam media. Menurut tradisi ini orang kecil tidak bisa ambil bagian, karena
(29)
media dikuasai oleh kalangan tertentu saja. Situasi ini harus diubah. Tidak boleh dengan alasan “profesionalisme” sebagian masyarakat dikucilkan dari proses komunikasi.
c) Kebebasan: komunikasi yang membebaskan itu mampu membuat orang mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhannya. Jadi tidak ada dominasi sepihak dari kalangan yang kebetulan menguasai media.
d) Kebudayaan: sistem komunikasi yang semakin canggih cenderung menciptakan sebuah dunia media yang asing. Perkembangan kebudayaan setempat diabaikan. Komunikasi yang sesuai dengan visi Kristiani akan terjadi apabila kebudayaan rakyat diperkembangan.
e) Profetis: komunikasi profetis merangsang kesadaran kritis akan realitas yang diciptakan oleh media dan menolong orang untuk membedakan kebenaran dari kebohongan.
Perkembangan media pendidikan, kalau melihat lagi perkembangannya pada awal mula media hanya dianggap sebagai salah satu alat bantu mengajar oleh guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai dalam mengajar adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, obyek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan sesuatu pengalaman yang konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan minat belajar setiap siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain, pekembangan pembelajaran dalam sebuah produksi dan evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio, alat visual
(30)
mengkonkritkan perkembangan media pendidikan dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita mengenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA). Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan dari kata bahasa Inggris intruction. Kata intruction mempunyai pengertian yang lebih kuas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru dan murid di kelas dalam ruang formal, pembelajaran atau intruction mencakup pula kegiataan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Dalam intruction yang ditekankan adalah sebuah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadinya sebuah proses belajar dalam diri siswa yang disebut pembelajaran.
2. Media Audio Visual
Media audio dan audio - visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau contoh saja seperti video atau musik. Menggunakan media audio juga dapat membantu dan menyesuaikan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Contoh media audio yang dipakai yaitu tape atau radio, karena mudah dibawa kemana saja. Menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran (2011:149), selain dapat memotivasi siswa, media audio memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar.
2) Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat.
(31)
3) Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
4) Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.
Media audio dapat digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Selain itu proses pembelajaran menggunakan media audio visual dapat membantu siswa yang bekerja lamban, karena dapat memutar kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasai. Siswa yang dapat belajar dengan cepat bisa maju terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya.
3. Film
Film merupakan media yang sangat berkembang pesat kecanggihannya. Perkembangan film dari zaman ke zaman memang sangat jauh perbedaannya. Menurut Iswarahadi dalam buku Media dan Pewartaan Iman (2013:37) film mendahului radio dan televisi sebagai satu sarana komunikasi untuk tujuan hiburan di samping untuk menyebarluaskan ideologi. Para ahli mulai memusatkan perhatian pada gambar bergerak setelah pada tahun 1824 Mark Roger mengembangkan teorinya tentang persistence of vision. Jadi satu seri gambar mati dalam pita film celluloid bila diproyeksikan pada 16-24 bingkai per detik akan menciptakan ilusi tentang satu gerak gambar yang kontinyu. Pada tahun 1895 Louis dan August Lumiere mempersembahkan kepada publik film gerak pertama
(32)
yang dibayar di Grand Cafe Paris. Film memiliki narasi tetap seputar masalah yang diangkat ke layar perak dan harus diselesaikan pada akhir film tersebut. Selama menonton film bisa terjadi proses identifikasi psikologis. Oleh sebab itu ada pengaruh positif dan negatif.
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai suatu media, ada keunggulan-keunggulan film menurut Sardiman Arif dalam buku yang berjudul Media Pendidikan (1989:70-71), antara lain:
1) Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. Contohnya: Film merupakan media yang sangat membantu guru untuk memberikan sebuah materi, bukan hanya menjelaskan secara teori saja. Film sangat membantu anak-anak untuk fokus pada materi yang diberikan dan dengan menggunakan media film proses pembelajaran tidak terasa membosankan.
2) Film dapat memikat perhatian anak. Contohnya: Pada zaman sekarang banyak anak yang kurang tertarik saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Media film sangat membantu untuk mengajak anak-anak bisa fokus dalam proses pembelajaran, karena anak-anak akan lebih tertarik dengan melihat gambar/film dibandingkan harus terus-menerus mendengarkan guru berbicara. Film yang digunakan merupakan film yang bersangkutan dengan materi pembelajaran.
(33)
3) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Contohnya: Selain dapat membuat anak-anak fokus pada proses pembelajaran, film juga mampu mengajak anak-anak untuk berpikir dan mengikuti alur dari cerita film tersebut. Anak-anak mudah mengingat apa yang mereka lihat. Jadi anak-anak akan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Media film memiliki beberapa keunggulan, seperti dituliskan oleh Sadiman Arif S (1989) dalam bukunya yang berjudul Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan P emanfaatan), yaitu:
1) Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca dan penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan menggunakan film.
2) Film sangat bagus untuk menerangkan sesuatu proses. Gerak-gerakan lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.
3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah pada masa lampau.
4) Film dapat mengembara dengan lincah dari satu negara ke negara yang lainnya, horizon menjadi amat lebar, dan dunia luar dapat dibawa masuk kelas.
5) Film dapat juga menyajikan baik dari segi teori maupun segi praktik yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya.
(34)
6) Film dapat menghadirkan seseorang ahli dan memperdengarkan suaranya di dalam kelas.
7) Film dapat menggunakan teknik seperti warna gerak lambat animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8) Film juga dapat memikat perhatian anak.
9) Film lebih realistis dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak dapat menjadi lebih jelas.
10)Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera seperti halnya pengelihatan.
11)Film juga dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
Selain adanya keunggulan media film, media film juga memiliki dampak positif sebagai integral pembelajaran di dalam kelas. Menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pendidikan (2011:21), dampak-dampak dari film yaitu sebagai berikut:
1) Peyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
Cara mengajar setiap guru memang berbeda-beda, namun dengan penggunaan media para guru mampu memberikan informasi yang akan diberikan kepada siswa lebih efisien.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik.
Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap memperhatikan. Isi cerita yang membuat para siswa menimbulkan keingintahuan yang lebih mendalam.
3) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
Peran guru sangat dibutuhkan untuk tetap melihat apakah media yang digunakan sesuai atau tidak, media pembelajaran dapat didalami untuk menambah pengetahuan para siswa yang lebih baik, spesifik dan jelas.
(35)
4. Pengertian tentang Boneka
Daryanto (2013: 33) mengungkapkan bahwa boneka merupakan benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sebuah pertunjukan. Penggunaan boneka sebagai media pendidikan dapat dilihat di berbagai wilayah di Indonesia. Di Jawa Barat, penggunaan boneka tongkat yang disebut “wayang golek” digunakan untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah digunakan dua boneka tongkat dalam dua dimensi yang dibuat dari kayu yang disebut “wayang krucil” dan boneka bayang-bayang yang disebut “wayang kulit.” Penggunaan media boneka sebagai media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan perkembangan zaman, tujuan penggunaan dan keadaan sosio-kultural masing-masing.
Daryanto (2013: 33) mengklasifikasikan boneka menjadi lima jenis sebagai berikut.
1) Boneka jari, dimainkan dengan jari tangan. Contoh: dengan menggunakan jari tangan, pergerakan boneka jari lebih mudah dimainkan dan mudah untuk digerakkan. Jadi hasilnya akan lebih baik dan menarik untuk dilihat.
2) Boneka tangan, satu tangan memainkan satu boneka. Contoh: jika satu tangan memainkan lebih dari satu boneka, hasil yang digerakkan tidak akan baik. Sebaiknya satu tangan memainkan satu boneka saja, agar lebih fokus pada satu boneka tangan saja.
(36)
3) Boneka tongkat seperti wayang-wayangan. Contoh: wayang biasanya dilengkapi oleh kayu untuk memainkan wayang tersebut. Biasanya dimainkan oleh dalang dan wayang biasanya menceritakan sebuah kisah kerajaan atau cerita rakyat.
4) Boneka tali (marionet): cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki. Contohnya: biasanya boneka tali dimainkan oleh seseorang dari atas. Jadi para penonton biasanya melihat boneka bergerak-gerak, karena orang yang memainkan boneka tali harus berkonsentrasi menghubungkan kepala, tangan dan kaki agar bisa seimbang pada saat dimainkan.
5) Boneka bayang-bayang (shadow puppet): dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Contohnya: boneka bayang-bayang ini sama dengan boneka wayang, karena boneka ini memakai tongkat kayu untuk memainkannya. Dan boneka bayang-bayang ini dimainkan di balik kain putih yang diberikan cahaya agar terlihat bayang-bayang dari boneka tersebut.
Boneka tangan dipilih sebagai media pembelajaran karena dapat menarik perhatian, minat siswa, dan stimulus yang baik dalam kegiatan pembelajaran. Media boneka berfungsi membantu mempermudah pemahaman isi cerita dan penokohan dalam dongeng. Film merupakan media komunikasi yang paling efektif untuk mencapai tujuan proses pembelajaran di sekolah. Dengan
(37)
menggunakan media film proses pembelajaran akan semakin baik dan mengajak anak-anak untuk tetap fokus dan konsentrasi dalam proses pembelajaran.
Kelebihan menggunakan boneka sebagai media pembelajaran menurut Daryanto (2013: 33) adalah sebagai berikut.
1) Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan. 2) Tidak memerlukan keterampilan yang rumit.
3) Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira.
Melalui penggunaan media film boneka dalam pembelajaran, isi cerita yang ingin disampaikan oleh film tersebut dapat mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, siswa dapat tertarik melihat melalui media film boneka yang menarik perhatiannya. Berdasarkan ulasan di atas, media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media film boneka. Media film boneka dipilih karena bersifat komunikatif dan sesuai untuk memvisualkan tokoh dan penokohan dalam dongeng.
Sudarmadji (2010: 21) mengungkapkan berdasarkan pemanfaatan alat peraga, bercerita dapat dibedakan dengan alat peraga dan bercerita tanpa alat peraga. Bercerita dengan alat peraga yaitu menggunakan boneka tangan, boneka jari, flannel, wayang, dan lain-lain. Bercerita tanpa menggunakan alat peraga lebih mengoptimalkan seluruh anggota tubuh, mimik muka, ekspresi, suara, dll.
Media boneka dapat membantu siswa mengenal segala aspek yang berkaitan dengan benda dan memberikan pengalaman tentang tokoh dalam dongeng. Isi cerita dan situasi yang diajarkan kepada anak lebih mudah dipahami bila objek tersebut ada di hadapan mereka. Penggunaan media boneka menolong anak untuk bernalar, berimajinasi dan membentuk konsep tentang sesuatu yang
(38)
berhubungan dengan objek. Menggunakan boneka tangan sebagai alat bantu akan membuat suasana kelas lebih berkonsentrasi pada cerita yang disampaikan.
5. Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV PUSKAT
Film Boneka Santo-Santa yang diproduksi oleh SAV PUSKAT ini dibuat sekitar tahun 2005. Hal yang melatarbelakangi pembuatan Film Boneka Santo-Santa ini adalah bahwa pentingnya peranan katekese pendidikan iman untuk anak di zaman yang serba modern ini, dimana anak-anak lebih tertarik duduk manis di depan televisi dibandingan mengikuti pelajaran agama. Hal inilah yang menyebabkan banyak Sekolah Minggu yang sudah tidak aktif lagi karena anak lebih memilih program-program televisi yang lebih menarik seperti halnya film Upin dan Ipin atau film animasi lainnya. Gereja harusnya bisa bertindak untuk menyediakan sarana-sarana yang menarik agar anak tertarik untuk datang mengikuti sekolah minggu. Oleh sebab itu SAV PUSKAT membuat dan menerbitkan Cerita Boneka Santo-Santa dengan media film supaya dijadikan salah satu sarananya, dan tidak hanya untuk Sekolah Minggu saja, kemungkinan juga bisa dipakai untuk pengajaran di sekolah dan di tengah keluarga.
Film Boneka Santo-Santa ini memiliki 5 seri, dimana setiap serinya terdiri dari 2-3 judul cerita yang berbeda. Seri 1: Santa Elisabeth, Santa Maria Goretti, Santo Vincentius de Paulo. Seri 2: Santa Bernadetta, Santa Maria Magdalena, Santa Martinus. Seri 3: Uskup Romero, Santa Fransiskus Asisi. Seri 4: Santa Angela, Pater Damian. Seri 5: Santa Antoine Daniel, Santa Rosa de Lima. Produksi Film Boneka Santo-Santa ini memakan waktu yang cukup lama yaitu
(39)
hampir sekitar 2 tahun. Kendala terutama yang dialami dalam pembuatan film boneka Santo-Santa ini adalah bagaimana membuat film ini lebih menarik dibandingkan dengan cerita Santo-Santa dalam bentuk buku. Selain itu, Film Boneka Santo-Santa yang diproduksi SAV PUSKAT merupakan salah satu film boneka yang dapat membantu pengembangan iman anak. Dengan latar belakang sederhana dan bentuk boneka yang sederhana pula, film boneka mampu merangsang anak untuk berimajinasi.
Film boneka bukan film animasi, melainkan film yang menampilkan suatu cerita dalam layar kaca dengan menggunakan sarana boneka. Dalam proses pembuatannya tidak ada trik-trik kamera melainkan trik yang dirancang khusus lewat seperangkat program animasi komputer. Proses pembuatan film boneka sama persis dengan pagelaran wayang golek atau wayang kulit. Ketrampilan tangan dan setting background menjadi hal yang paling penting diperhatikan. Melalui cerita penonton berhadapan dengan suatu realita hidup yang dialaminya sendiri, sehingga mampu membawa penonton pada suatu kesadaran diri yang mendalam. Selain itu melalui media film, imajinasi anak-anak mampu menyusun suatu hal seperti yang dikehendakinya. Dengan berbekal ingatan akan pengalaman anak-anak siap membangun imajinasi dalam otaknya sampai mereka memiliki sesuatu pemahaman, prinsip, dan nilai hidup yang sifatnya personal. Cerita yang disampaikan melalui media audio visual jauh lebih menarik dan mendorong anak-anak utuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pristiwa, pesan dan nasihat.
(40)
B. Katekese Audio Visual
1. Pengertian Katekese Audio Visual
Jakob Papo dalam buku Memahami Katekese (1987: 11) menguraikan beberapa pengertian katekese, yaitu :
1) Asal Kata
Kateketik berasal dari kata Yunani: Katechein. Bentukan dari kata Kat yang berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau menyuarakan ke luar. Kata ini mengandung dua pengertian. Pertama, katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau ditawarkan. Kedua: katechein berarti ajaran dari para pemimpin.
2) Pengertian
Istilah katechein yang digunakan oleh umum lama-kelamaan diambilalih oleh orang Kristen menjadi istilah khusus dalam bidang pewartaan Gereja. Kata katechein menjadi istilah teknik untuk pelbagai aspek ajaran Gereja kepada manusia dalam hidup konkritnya. Sedangkan segala macam usaha penyampaian ajaran, pendidikan agama atau ajaran Gereja disebut katekese.
Katekese mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan memiliki kekhususan pada setiap zaman dan tempat tertentu. Pada zaman dan tempat tertentu katekese dijelmakan dalam suatu pola atau rumusan yang merupakan pemikiran dasar dan inti daya gerakan untuk segala kegiatan katekese pada zaman
(41)
dan tempat tertentu itu. Menurut Jakob Papo (1987:12) terdapat tiga pola pemikiran katekese.
a) Pola pemikiran katekese dalam Gereja purba: katekese ialah penyampaian ajaran Yesus oleh umat bagi calon-calon permandian. Keseluruhan kegiatan katekese terlibat dalam usaha ini. Maksudnya usaha ini adalah para calon-calon permandian mampu menyerap dan menerima ajaran-ajaran Yesus di dalam hidup mereka.
b) Pola pemikiran katekese dalam Konsili Trente: Katekese ialah penyampaian segala macam pengetahuan tentang ajaran Gereja yang sifatnya ilmiah dan moralitas, penuh semangat kebaktian dan bersifat tertutup. Keseluruhan warna kegiatan katekese dipengaruhi oleh pola pemikiran ini. Contohnya: kegiataan katekese dapat berjalan dengan baik karena adanya pemikiran yang bersifat ilmiah yang berati bahwa pemikiran yang logis, masuk akal dan nyata. Selain itu adanya moralitas yang saling berhubungan dengan pemikiran ilmiah karena moralitas ialah perbuataan yang benar. Jadi seseorang melakukan perbuataan itu karena sudah tahu bahwa itu benar. Oleh karena itu katekese model ini berjalan dengan baik dengan adanya pemikiran ini.
c) Pola pemikiran katekese dalam Konsili Vatikan II: Katekese ialah usaha pewartaan Sabda Allah untuk membina penghayatan iman perorangan dan iman jemaat dalam kenyataan hidup sehari-hari. Contohnya: penghayatan hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana iman mereka berkembang di dalam kehidupan menggereja dan melihat keterlibatan mereka di dalam
(42)
kehidupan sehari-hari, yaitu seperti mengikuti doa lingkungan dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2. Isi katekese Audio Visual
Isi katekese tidak lain adalah Kristus dan ajaran-Nya. Katekese berpusat pada pribadi Kristus. Pelaku katekese bukan menyampaikan ajarannya sendiri, melainkan kebenaran dan ajaran Kristus. Berbicara mengenai Yesus Kristus tentu tidak bisa dilepaskan dari pembahansan mengenai Allah Tritunggal. Misteri Allah Tritunggal merupakan pusat iman dan hidup Kristiani. Pokok katekese yang utama dan hakikinya yaitu untuk menggunakan ungkapan yang disukai oleh Santo Paulus oleh teologi masakini. Misteri Kristus, katekese mencakup arti mengajak sesama mendalami misteri dalam segala dimensinya untuk menunjukkan kepada semua orang makna rencana yang terkandung dalam misteri dengan kata lain, maksudnya ialah menampilkan dalam pribadi Kristus seluruh rencana kekal Allah, yang mencapai kepenuhannya dalam pribadi itu.
a. Tujuan katekese
Tujuan utama katekese adalah membawa orang dalam kesatuan dengan Yesus Kristus (CT 5). Melalui katekese orang diharapkan dapat mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam terang sabda Allah. Menjadi pengikut Kristus berarti menyatakan “Ya” kepada Kristus, setia mengikutinya, dan mengandalkanNya dalam hidup sehari-hari.
(43)
Selain tujuan katekese juga memiliki tugas yaitu katekese merupakan tindakan Gerejawi, menurut B.A. Rukiyanto dalam bukunya yang berjudul Pewartaan Di Zaman Global (2012:63) tugas katekese adalah mendukung pertumbuhan Gereja dengan:
1) Mengembangkan pengetahuan iman. 2) Pendidikan liturgis.
3) Pembinaan moral.
4) Mengajar berdoa, di samping itu katekese juga.
5) Membawa orang masuk kedalam hidup jemaat (pendidikan hidup berjemaat).
6) Perutusannya, termasuk menjalin relasi dengan Umat dari Gereja lain (dimensi ekumenis) dan dialog dengan umat beragama lain.
Keenam tugas itu merupakan tugas yang penting dan saling berhubungan. Karena tugas itu dapat dikategorikan menjadi dua hal pokok, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Gereja dan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat. Tugas pengembangan iman, pendidik liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan kegiatan hidup Gereja, sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat di dalam masyarakat.
b. Pengertian Audio Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau dapat disebut media pandang-dengar. Dewasa ini bahasa audio visual sangatlah berguna. Bahasa audio visual bukan pertama-tama memberikan kesempatan pada kita untuk menyampaikan kata-kata yang teliti, tetapi untuk menyampaikan pengalaman secara menyeluruh. Audio visual tidak banyak menyampaikan doktrin atau ide-ide, melainkan hanya ingin merangsang perasaan
(44)
seorang pribadi. Misalkan, suara yang disampaikan melalui mic dan amplifier yang baik dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Sehingga ketika penggunaan media atau audio visual dalam proses pembelajaran sudah tentu akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi, tetapi penyajian materi dapat digantikan oleh media. Peran guru dapat beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Salahudin Anas, dalam buku yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas (2015:125) contoh media audio visual di antaranya: program video/televisi, video/televisi intruksional dan program slide suara. Beberapa fungsi media adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen lain untuk menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melibatkan pada tujuan dan bahan ajar.
(45)
c. Katekese Audio-Visual di Group Media
Audio visual merupakan perpanjangan elektronik seluruh pengalaman seseorang. Katekese audio visual merupakan pesan sejauh pesan menyeluruh pancaindera, perasaan, badan, dan gagasanku. Namun katekese audio visual lebih dari pada hanya bahasa audio visual. Sehubungan hal itu menurut FX. Adisusanto SJ dan Sr. Ernestine dalam bukunya yang berjudul Katekese Audio Visual (1980:12-14) ada dua hal yang perlu diingat sebelum memasuki dunia katekese audio visual, yaitu:
1) Iman.
a) Katekese audio visual berasal dari seseorang yang beriman, seorang yang merasa terdorong untuk memaklumkan rahmat yang tersembunyi dalam injil. Kalau orangnya tidak beriman, audio visual hanya sebagai alat saja yang dipergunakan untuk membicarakan Kristus dengan tidak menarik dan membosankan.
b) Libatkan diri anda dalam dunia audio visual. Pilihlah kaset atau piringan hitam yang bermutu. Carilah pengalaman audio visual secara mendalam dan intensif, karena kedalaman dan intensitasnya membawa anda ke perasaan yang spirituil.
c) Berdoalah dengan media audio visual. Jangan ragu-ragu untuk berdoa dengan sebuah gambar yang indah dan mempergunakan waktu cukup lama untuk merenung dengan gambar-gambar yang indah.
d) Carilah gambar, suara atau lagu-lagu yang memupuk perasaan kagum, damai dan keterbukaan.
(46)
e) Komunikasi kelompok, hidup berkelompok membantu hubungan semakin erat karena dengan adanya semangat keterbukaan dan sharing antar anggota kelompok. Karena dalam sharing seseorang melihat dan mendengar sesuatu intensitas yang besar.
2) Evaluasi kritis.
Bagi seseorang yang tidak dididik dalam bahasa audio visual, untuk menguasai medium ini dituntut lebih dari pada suatu introduksi sederhana tentang macam-macam unsur bahasa audio visual. Demikian juga untuk dapat mengenal bahasa audio visual dengan baik, orang harus menceburkan diri ke dalamnya, harus melibatkan diri dalam dunia audio visual dan sekaligus secara teratur mengadakan refleksi, membandingkan dan memandang dunia audio visual dari perspektif yang berbeda-beda.
Katekese audio visual dalam bentuk pewartaan iman merupakan salah satu cara menggunakan media dalam berkatekese. Penggunaan film dan televisi untuk pewartaan iman sudah direkomendasi oleh Gereja Katolik melalui dokumen Aetatis Novae (1992). Melalui surat gembala pada hari komunikasi sosial sedunia, setiap tahun kita diingatkan oleh Paus agar mempergunakan media komunikasi untuk meningkatkan pewartaan iman. Menurut Iswarahadi dalam buku yang berjudul Pewartaan Di Zaman Global (2012:63), katekese audio visual kegiatan pewartaan iman yang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau proses yaitu:
(47)
1) Bentuk pertama ialah, katekese audio visual dalam pertemuan reguler seminggu dalam kesempatan katekese.
2) Bentuk kedua ialah pertemuan periodik dalam kesempatan rekoleksi. 3) Bentuk ketiga adalah dalam bentuk retret audio visual.
4) Bentuk keempat adalah penayangan film di bioskop dan siaran program religius lewat televisi bentuk ini dapat ditindak lanjuti dengan perjumpaan antara pemirsa atau pendengar.
5) Bentuk kelima ialah pendalaman iman melalui khotbah audio visual di Gereja.
Dalam era kemajuan teknologi dan cara pandang ini, katekese memerlukan orang-orang yang kompeten secara akademis dan kreatif memikirkan pola-pola pemikiran garda depan. Pemikiran yang mampu membawa katekese melakukan bentuk-bentuk kombinasi, elaborasi, kolaborasi, modifikasi, dan diversifikasi karya katekese dan di dalam bidang-bidang keilmuan dan juga seni.
Metode yang di pakai dalam katekese audio visual adalah group media. Yang mendasari pemikiran group media ini adalah metode lama: melihat-menilai-bertindak, yang diperkaya dengan bahasa audio visual dan teknik belajar kelompok. Metode tersebut cukup memadai. Kekuatannya telah diakui. Penyajian audio visual menyediakan cara baru dan menarik untuk melihat kenyataan dengan hasil yang tidak hanya terdiri dari aspek intelektual, melaikan juga emosional. Kelompok belajar cenderung mengarah pada kehidupan sosial.
(48)
Selain tiga unsur tersebut (melihat-menilai-bertindak) di dalam pertemuan kelompok itu akan dikembangkan filsafat tentang manusia yang sekaligus menjadi guru dan murid terhadap manusia lain. Diskusi yang demokratis merupakan salah satu cara untuk menanamkan dasar pemikiran tersebut ke dalam praktik. Selain itu terdapat pula keinginan untuk mengubah hidup manusia khususnya yang bersangkut-paut dengan sosial politik. Tujuannya adalah untuk membuat hidup lebih manusiawi dan bermartabat.
Menurut Manuel Olivera, dalam bukunya yang berjudul Group Media (1989: 13) terdapat beberapa keberatan yang mungkin timbul sehubungan dengan sistem kelompok:
a. Sistem ini mengandaikan optimisme yang sangat besar dalam hal kemampuan manusia.
b. Sistem ini menyaring pengetahuan kita tentang realitas melalui bahasa media yang menarik.
c. Kehadiran seorang pengarah (monitor) dan pemilihan dokumen menyebabkan pertemuan jatuh ke tangan diktator-diktator cerdik yang dengan prosedur halus memaksakan cara mereka sendiri.
d. Seluruh sistem diskusi ini hanya berakhir pada konsep-konsep intelektual tanpa pernah dilaksanakan.
Berbicara tentang Media Komunikasi Sosial dan kelompok, yaitu tentang bidang yang oleh banyak orang disebut “group media”. Di antara semua Media Komunikasi Sosial yang ada, terutama yang kecil menarik perhatian. Media kecil itu mudah dibawa kemana-mana, terjangkau bagi keadaan ekonomi sosial
(49)
masyarakat dan bahkan anak-anak pun dapat menggunakannya dengan baik. Sifat kecilnya tidak mengurangi efisiensinya. Bahkan sekarang media kecil ini sudah mencapai mutu yang dua puluh tahun lalu belum tentu dimiliki oleh media profesional yang besar.
Pertemuan kelompok yang bersama-sama menyaksikan program kaset, slide, foto, dan poster. Setelah itu bertukar pikiran. Beberapa metode dan langkah-langkah yang biasa disebut SOTARAE: Situasi, Objektif, Tema-tema, Analisis, Rangkuman, Aksi, dan Evaluasi. Ada segi-segi yang menarik dari kelompok-kelompok itu. Kami mengenal adanya ide team work yang menjadi nyata, yaitu ketika ada perkampungan miskin yang harus dibersihkan atau ketika terjadi bencana. Ada pula kelompok apresiasi psikologis di mana masing-masing anggota memperhatikan kewajiban atau kemajuan-kemajuannya di dalam kelompok. Perhatian kami tidak akan mengenai hal-hal itu, kecuali kalau ada hubungannya dengan persoalan tentang “group media”. Kehidupan sekarang ini begitu ribut, sehingga cenderung melumpuhkan kemampuan kreatif seseorang. Media besar bisa membanjiri kita dengan pandangan-pandangan yang belum kita mengerti. Akibat kita terlelap dalam kepasifan, fatalisme dan sikap tak kritis terhadap apa yang disajikan kepada kita. Dalam pihak lain dalam suatu kelompok membuat kita mampu menampilkan pandangan kita sendiri, memperkaya dan membandingkannya dengan pandangan orang lain. Pertemua kelompok juga mengajar kita untuk mengembangkan serangkaian kemampuan yang sebelumnya tersembunyi.
(50)
d. Katekese Audio Visual di Sekolah (Pendidikan Agama Katolik)
Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Katekese dimengerti sebagai aktivitas gerejani yang menghantarkan umat bersama-sama atau perorangan menuju kedewasaan iman Dapiyanta (2008:3) mengatakan bahwa ada beberapa ciri-ciri mengenai kedewasaan iman, yaitu:
1) Iman menjadi pusat hidup kepribadian seseorang, yaitu dalam keseluruhan pribadi dan tingkah lakunya iman senantiasa menjadi referensi utama. 2) Iman berkembang dalam diri pribadi seseorang.
3) Iman yang tidak kekanak-kanakan (mendalam dan kritis), mampu membedakan mana yang pokok dan tambahan, mana yang dapat berubah dan mana yang tetap.
4) Iman yang dewasa ialah iman yang bermotivasi tinggi dan berani berdialog dengan iman yang lain (sharing).
5) Iman yang dewasa ialah iman yang konsisten, tidak berubah-ubah.
Melihat ciri-ciri kedewasaan iman di atas, katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda yang berupa komunikasi dan hal tersebut melihat dari pertobatan dan refleksi seseorang atas hidupnya.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung (FX. Dapiyanta, 2008:4). Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi unsur pengetahuan, saat proses
(51)
pembelajaran siswa juga diteguhkan dan penghayatan iman siswa diperkaya. Peran seorang guru memang sangat mempegaruhi bagaimana siswa dapat menghayati iman nya lebih dalam, harus ada pendampingan dan tuntunan agar siswa benar-benar merefleksikan hidup dan imannya.
e. Kekuatan dan Keterbatasan Katekese Audio Visual
Audio dan visual memang memberi banyak kemudahan dalam berkatekese, namun di sisi lain juga memiliki keterbatasan. Kemungkinan-kumungkinan tersebut perlu dipikirkan baik dalam segi kekuatan maupun keterbatasannya. Hal ini dilakukan supaya tujuan katekese dapat tercapai dengan baik.
1) Kekuatan Katekese Audio Visual
Melalui bahasa audio visual dapat dicapai komunikasi iman yang lebih mendalam. Artinya katekese audio visual mampu mengungkapkan apa yang tidak mampu diungkapkan dalam sebuah doktrin. Dengan kata lain katekese audio visual mampu melampaui batas-batas ketidakmampuan bahasa pengajaran. Melalui media ini pengalaman iman peserta dapat digali secara bebas dan mendalam (Adisusanto, 2001:6).
2) Keterbatasan Katekese Audio Visual
Keterbatasan penggunaan media audio visual dalam katekese memerlukan persiapan yang matang. Untuk dapat melaksanakan katekese audi visual dibutuhkan persiapan baik dari segi materi maupun segi sarana. Oleh karena itu, jika pendidik tidak mempersiapkan dengan baik kemungkinan
(52)
adanya kekacauan dalam pelaksanaan pengajaran. Misalnya jika akan menggunakan media film, perlu dipersiapkan tindakan antisipasi ketika listrik padam. Pendidik harus memiliki tuntutan kreativitas agar pelaksanaan katekese audio visual berjalan dengan baik. Pertama, tuntutan kreativitas mengharuskan pendidik dalam katekese dapat mencari dan menciptakan sarana dan suasana yang sesuai dengan tema yang akan dibahas sekaligus peka terhadap situasi dan kondisi peserta katekese. Kedua, penggunaan media audio visual juga menuntut partisipasi realitas yang terjadi kadang justru sebaliknya, artinya keterlibatan kurang dan bersifat individualis. Ketiga, penggunaan sarana media audio visual harus efektif. Artinya, sarana tersebut harus sungguh-sungguh berguna dan tepat dengan tujuan. Pendidik harus mampu melihat apakah sarana mempunyai nilai guna dalam proses pembelajaran atau hanya sekedar untuk memeriahkan proses pembelajaran (Adisusanto, 2001:6).
C. Sinopsis Film dan Kekuatannya
Film Boneka Santo-Santa yang pertama adalah menceritakan kisah “Santa Bernadeta”. Pada Film tersebut diceritakan bahwa Santa Bernadetta adalah seorang wanita dari keluarga yang miskin tetapi keluarga Bernadeta selalu rajin berdoa. Maria Magdalena sejak kecil sakit-sakitan. Sepulang Bernadeta mencari kayu, dia melihat penampakan Bunda Maria. Setiap hari Bernadeta selalu datang ke goa itu selama delapan belas kali lamanya untuk berdoa. Orang-orang pun awalnya menyebut bahwa Bernadeta adalah orang gila, tetapi lama kelamaan
(53)
mereka mengikuti kebiasaan Bernadeta untuk berdoa di depan goa. Walaupun sudah dilarang, Bernadetta selalu datang ke goa bersama orang-orang untuk berdoa, dan pada akhirnya di goa tersebut didirikan kapel. Kekuatan dari film ini yang ingin diajarkan adalah bagaimana dengan hidup medoa selalu memberi jalan untuk kebahagiaan kita, serta jika dengan berdoa semua keinginan dapat terlaksanakan.
Kedua yang akan diceritakan adalah film tentang “Maria Magdalena”. Di dalam film ini diceritakan Maria Magdalena atau yang sering disebut Maria dari Magdala. Magdala adalah sebuah desa kecil di Israel. Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang pernah diselamatkan oleh Yesus ketika dia ingin dihukum mati dengan cara dilempari batu. Sejak saat itu setelah Maria Magdalena diselamatkan. Dia bertobat dan meninggalkan hidupnya yang lama dan memulai dengan hal baru dan menjadi wanita yang baik. Maria Magdalena selalu mengikuti kemana pun Yesus pergi, bahkan saat penyaliban Yesus, Dia selalu ada. Kekuatan yang ingin disampaikan oleh film tersebut adalah bagaimana pertobatan dialami, dan kesetiaan terhadap Yesus, sehingga diharapkan ketika setelah menonton film tersebut siswa-siswi diajak untuk menjadi orang yang baik dan setia kepada Yesus. Alasan mengapa dua film tersebut dipilih sebagai bahan pembelajaran, karena memang sangat cocok dibawakan saat proses pembelajaran, dan dari segi ceritanya mudah dipahami, serta yang pasti masih ada sangkut pautnya dengan materi pembelajaran mengenai kisah Santo-Santa pada hari itu.
(54)
BAB III
PENELITIAN TENTANG MANFAAT FILM BONEKA SANTO-SANTA PRODUKSI SAV PUSKAT DALAM PROSES KATEKESE DI SD SANTO
MIKAIL INDRAMAYU JAWA BARAT
A. Latar Belakang Sekolah
Yayasan Salib Suci adalah yayasan yang dimiliki oleh Keuskupan Bandung, namun dijiwai oleh semangat Pastor-pastor OSC. Pada bab ini penulisan akan memaparkan sejarah, visi dan misi serta metode penelitian yang dilaksanakan di SD Santo Mikail Indramayu, Jawa Barat.
1. Sejarah Singkat Yayasan Salib Suci
Yayasan Salib Suci adalah yayasan yang dimiliki oleh Keuskupan Bandung, bukan milik OSC. Memang pada zaman dulu yang mendirikan Yayasan Salib Suci adalah pastor-pastor OSC, maka sampai sekarang pun ada ikatan batin yang kuat antara OSC dan Yayasan Salib Suci.
Yayasan Salib Suci didirikan demi membantu dan menunjang karya keuskupan, secara khusus dalam bidang karya sosial. Pada awal mulanya Yayasan Salib Suci menangani beberapa karya, misalnya karya kesehatan (rumah sakit), yatim piatu, pendidikan dan sebagainya. Jadi bukan hanya dalam pendidikan saja. Dalam perkembangan sejarah selanjutnya mulailah didirikan yayasan-yayasan baru untuk menangani bidang-bidang tertentu, sehingga akhirnya Yayasan Salib Suci secara khusus menangani bidang pendidikan. Yayasan Salib Suci mulai
(55)
membidangi karya pendidikan pada tahun 1930, sehingga Yayasan Salib Suci berkecimpung dalam bidang pendidikan selama 67 tahun.
2. Visi Keuskupan dalam Bidang Pendidikan
Tujuan karya di bidang pendidikan adalah membantu orang-orang yang lemah agar mendapatkan pendidikan yang layak. Untuk itulah sekolah-sekolah Yayasan Salib Suci hadir di mana-mana. Dengan kata lain, yayasan akan hadir di mana Gereja dan masyarakat membutuhkannya. Visi keselamatan ini perlu dihayati oleh seluruh para pendidik, bahwa karya keselamatan itu harus disampaikan dan diwartakan kepada orang-orang lemah, serta orang yang menderita dan sengsara, orang-orang kecil yang tidak pernah diperhitungkan.
3. Visi dan Misi Yayasan Salib Suci a. Visi
Visi Yayasan Salib Suci adalah Pengembangan insan pembelajar yang cerdas dan berbudi pekerti luhur melalui profesionalitas pelayanan pendidikan.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan dari jenjang pendidikan persekolahan, dasar dan menengah.
2) Mengembangkan pendidikan berdasarkan nilai-nilai kristiani dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
3) Mengembangkan potensi insan pembelajar melalui pembelajaran yang inovatif dan kontekstual.
(56)
4) Membantu insan pembelajar menjadi pribadi yang utuh yang memperjuangkan dan mengembangkan martabat manusia.
4. Latar Belakang SD Santo Mikail Indramayu
SD Santo Mikail masih satu lingkungan dengan TK dan SMP Santo Mikail. Sekolah ini berdiri pada tanggal 29 Desember 1985 yang terletak di Jalan Ahmad Yani No.241/D Kel. Lemah Mekar Indramayu. Fasilitas sekolah cukup memadai di mana setiap ruang kelas diatur secara baik dan cukup teratur. Adanya ruangan khusus seperti aula dan lapangan (sepak bola, volly, basket, badminton) untuk menunjang kegiatan di luar pelajaran (ekstra-kurikuler). Ruangan terdiri atas: ruangan guru (Kepala Sekolah, TU, Guru), ruangan kelas terdiri dari 6 ruangan kelas. Halamannya cukup luas dan sering digunakan sebagai tempat upacara dan beberapa kegiatan belajar mengajar dengan leluasa. Dari segi guru dan peserta didik tidak hanya berasal dari kota yang sama dan tidak semua orang-orang Katolik saja, tetapi beraneka ragam suku, agama dan budaya. Begitu juga dengan latar belakang keluarga yang kelas ekonominya berbeda-beda tetapi semua disamaratakan. Situasi sekolah yang heterogen ini sekaligus memberikan nilai-nilai sosial yang tinggi dengan tidak menghilangkan kekhasannya sebagai sekolah Katolik. Salah satu yang paling menonjol yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah ketika masa prapaskah. Semua siswa dan guru tanpa terkecuali diminta untuk memberikan uang sumbangan sukarela. Penanganannya dikoordinir langsung oleh wali kelas masing-masing. Sumbangan ini melatih siswa untuk semakin berbagi dan menolong orang yang sedang mengalami kesulitan. Juga
(57)
sebagai wujud/tindakan konkrit dari para siswa sendiri dan sekolah khususnya dalam membangun dan meningkatkan rasa solidaritas dengan sesama.
5. Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler
Kegiatan ko-kurikuler yaitu kegiatan yang menunjang proses pembelajaran di sekolah khususnya dalam pengembangan iman para siswa. Kegiatan ko-kurikuler yang dilaksanakan di sekolah ini yaitu para siswa diwajibkan berdoa bersama sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran. Jika dalam masa prapaska siswa dan guru yang beragama katolik juga diajak untuk mengikuti Jalan Salib setiap hari Jumat di gereja.
Pelaksanaan kegiatan rohani ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan menumbuhkan iman siswa sejak dini. Selain itu juga untuk menambah atau melengkapi mata pelajaran Agama Katolik sehingga semakin mampu dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari segi kegiatan ekstrakurikuler pelaksanaan kegiatan ini tidak langsung berkaitan dengan proses pembelajaran tetapi berhubungan dengan kegiatan yang menunjang minat dan bakat/keterampilan para siswa. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan oleh pihak sekolah juga bermacam-macam, mulai dari musik, paduan suara (koor), olahraga (basket, volly, sepakbola, badminton), pramuka dan semuanya ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang pastinya mendukung.
(58)
6. Visi dan Misi Santo Mikail a. Visi
Insan Pembelajar yang cerdas dan berbudi pekerti. b. Misi
1) Mengembangkan pendidikan yang visioner berdasarkan nilai-nilai kristiani dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
2) Membentuk pribadui yang utuh yang memperjuangkan dan mengembangkan martabat manusia.
7. Nilai-nilai yang diperjuangkan dalam bidang pendidikan Yayasan Salib Suci
a. Perilaku
1) C1: Compassion
Aksi karena belas kasih (untuk memperdulikan sesama dan lingkungan). 2) C2: Character
Kepribadian: sifat yang terbentuk, cara berpikir, bertindak, berkata-kata dan merasakan sampai pada kebiasaan.
b. Kecakapan
3) C3: Consciousness
Kesadaran dan pemahaman akan apa yang terjadi di sekitar dirinya (dengan mendengarkan suara hati).
4) C4: Competence
(59)
B. Metodologi Penelitian 1. Latar Belakang Penelitian
Media merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dipakai untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih efektif dan lebih menarik. Guru menggunakan media pembelajaran agar materi yang diberikan lebih mudah dimengerti dan tercapainya tujuan pembelajaran. Tetapi di SD Santo Mikail Indramayu, masih banyak guru yang tidak menggunakan media audio visual dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Guru hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran audio visual, guru hanya menggunakan media murah, seperti papan tulis. Proses pembelajaran seperti itu membuat para peserta didik merasa membosankan dan monoton. Guru seharusnya lebih kreatif untuk mengembangkan proses pembelajaran di dalam kelas, agar apa yang menjadi tujuannya dapat terlaksana dan dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik.
Media pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar para peserta didik, karena dengan menggunakan media proses pembelajaran tidak akan membosankan. Di dalam sekolah banyak berbagai macam peserta didik yang berbeda-beda, ada peserta didik aktif di dalam kelas dan ada juga peserta didik yang kurang aktif di dalam kelas. Oleh karena itu peran seorang guru sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan minat peserta didik. Salah satu cara meningkatkan minat peserta didik adalah dengan mengubah pola sistem pembelajaran yang monoton dan membosankan. Menggunakan media, khususnya media audio visual dalam proses pembelajaran, akan membuat lebih menarik dan
(60)
tidak membosankan, karena media membuat siswa semakin berimajinasi dan lebih mudah untuk mengingat pesannya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana manfaat media film dalam proses katekese di SD Santo Mikail Indramayu, Jawa Barat.
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana manfaat media Film Boneka Santo-Santa dalam proses pembelajaran di sekolah?
b. Bagaimana minat anak-anak usia sekolah dasar dalam proses katekese di sekolah?
c. Bagaimana proses katekese di sekolah ketika menggunakan media Film Boneka Santo-Santa ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini antara lain:
a. Mengetahui bagaimana manfaat media Film Boneka Santo-Santa dalam proses pembelajaran di sekolah.
b. Mengetahui sejauh mana minat anak-anak usia sekolah dasar terhadap proses katekese dengan menggunakan metode Film Boneka Santo-Santa. c. Mengetahui situasi dan proses katekese di dalam sekolah ketika
(61)
4. Manfaat Penelitian
a. Membantu mengetahui manfaat dari media Film Boneka Santo-Santa terhadap proses Katekese dalam pembelajaran.
b. Membantu mengetahui minat anak-anak usia sekolah dasar dalam pembelajaran agama menggunakan media Film Boneka Santo-Santa. c. Membantu anak-anak agar lebih mudah memahami pelajaran dengan
menggunakan media film, dibandingkan dengan metode ceramah.
5. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan penelitian jenis kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengelola dan menganalisis data tentang manfaat media Film Santo-Santa terhadap proses katekese di dalam kelas. Moleong (2011:5) dalam buku Metode Penelitian Kualitatif mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku individu atau sekelompok orang. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yangg terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Tujuan yang hendak dicapai penulis melalui penelitian ini adalah hendak memperoleh gambaran tentang manfaat media Film Boneka Santo-Santo dalam proses katekese di sekolah.
(62)
6. Responden Penelitian
Responden adalah seluruh siswa-siswi kelas VI (enam) SD Santo Mikail Indramayu yang berjumlah 20 siswa dan satu orang guru yang mengampu pelajaran agama Katolik di sekolah.
7. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitik sebagai salah satu cara yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh data-data dan informasi berdasarkan tujuan penelitian, yakni menekankan pentingnya hasil pengamatan, dokumentasi, dan analisis catatan lapangan. Peneliti melakukan analisis data untuk memperbanyak informasi dan menemukan hasil, atas dasar data yang sebenarnya. Pemaparan data tersebut pada umumnya adalah menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yang ditetapkan.
8. Subyek Penelitian
Penulis menentukan subyek dengan cara purposive sampling (pemilihan sample yang dipilih oleh peneliti atau responden tertentu) yang didasarkan pada tujuan penelitian. Pertimbangan penulis dalam menentukan sample dalam penelitian ini adalah bahan responden yaitu siswa-siswi SD Santo Mikail Indramayu, khususnya untuk kelas IV, V, VI, dan peneliti ingin mengetahui apakah menggunakan media Film Santo-Santa dalam proses katekese di sekolah memiliki manfaat bagi siswa-siswi.
(63)
9. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat:
Penulis melaksanakan penelitian di SD Santo Mikail Indramayu, yang beralamatkan Jalan. Ahmad Yani No. 241/D Kel. Lemah Mekar
b. Waktu:
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 2 Maret 2017.
10.Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang asli. Ada 3 teknik pengumpulan data dalam metode ini yaitu praktik dan kuisioner. Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan cara:
a. Penulis mengajar secara langsung di dalam kelas dengan menggunakan media Film Boneka Santo-Santa khususnya cerita Santa Bernadeta serta Santa Maria Magdalena dan melihat proses katekese yang terjadi di dalamnya, lalu mencatat hal-hal apa saja yang terjadi didalam kelas. b. Penulis membagikan kuisioner kepada siswa-siswi. Kuisioner ini
membantu untuk mengetahui manfaat media Film Santo-Santa terhadap proses katekese.
c. Penulis juga mendapatkan data dari hasil wawancara bersama guru agama sebagai responden.
(64)
11.Kisi-kisi Instrumen
Penulis menyusun kisi-kisi untuk mengukur sejauh mana manfaat media Film Boneka Santo-Santa dalam proses katekese didalam kelas. Penulis mengelompokkan variabel yang tercakup dalam kisi-kisi tersebut:
Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian
No Variabel No Item Nomor Butir Jumlah Butir 1 Media Film K. Terbuka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10 2 Katekese K. Terbuka 11,12,13,14,15,16,17,18,1
9,20
10
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Variabel
Alternatif Jawaban Skor
Setuju 4
Netral 3
Ragu-ragu 2
(65)
Tabel 3. Kuisioner Penelitian Manfaat Film Boneka Santo-Santa Produksi SAV Puskat dalam Proses Katekese di SD Santo Mikail
Indramayu Jawa Barat
Variabel Aspek Indikator No
Butir Variabel 1
Manfaat Film
Manfaat Film Boneka Santo-Santa dapat membantu proses pembelajaran.
1. Membantu siswa-siswi lebih mudah memahami materi pembelajaran. 2. Meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan media film. 3. Membantu siswa-siswi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Melalui film boneka Santo-Santa dapat membuat siswa-siswi lebih terlibat dalam proses pembelajaran. 1,2,3 4,5,6 7,8 9,10 Variabel 2 Proses Katekese
Pembelajaran menggunakan Film Boneka Santo-Santa membantu proses katekese di dalam kelas.
1.Film Boneka Santo-Santa dapat menumbuhkan iman siswa-siswi
2.Film Boneka Santo-Santa membantu siswa-siswi melakukan proses katekese di dalam kelas. 3.Proses katekese di dalam
11,12, 13
14,15, 16
(66)
kelas membuat siswa menghayati iman dalam
hidup. 17,18,
19,20
Tabel 4. Variabel Penelitian Melalui Wawancara
No Pertanyaan Wawancara
1 Bagaimana cara membuat siswa-siswi tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Katolik ?
2 Kesulitan apa saja yang dialami ketika sedang mengajar ? 3 Kesulitan apa saja yang dialami menjadi seorang guru agama ?
4 Apakah penggunaan media (film, gambar, dll) sangat penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik ?
5 Apakah ada keinginan ketika mengajar Pendidikan Agama Katolik menggunakan sebuah media ?
Instrumen penelitian dalam penelitian ini mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing untuk disebarkan kepada para responden di SD Santo Mikail Indramayu, Jawa Barat. (Rencana Pengajaran dan Kuesioner maupun proses pembelajaran dapat dilihat pada halaman lampiran 3,7,9,13).
(67)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner dan wawancara. Penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan keusioner yang disebarkan pada siswa-siswi kelas VI SD Santo Mikail Indramayu. Data disajikan menurut masing-masing variabel, sedangkan wawancara ditujukan kepada guru agama di SD Santo Mikail Indramayu, Jawa Barat.
A. Hasil Penelitian Kuesioner 1) Manfaat Film
Penggunaan media film dalam proses pembelajaran memiliki banyak manfaat. Selain membantu meningkatkan proses pembelajaran di dalam kelas, media film juga mampu meningkatkan motivasi para siswa agar semakin fokus mengikuti pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Katolik (katekese).
Tabel 5. Manfaat Film
(N=20)
No item Pernyataan
Jumlah % 1
(68)
Film dalam proses pembelajaran membuat saya lebih mudah memahami isi materi.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
11 6 2 1 55 30 10 5 2
Saya senang proses pembelajaran menggunakan film, karena lebih mudah mengingat materi pelajaran.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
9 8 3 0 45 40 15 0 3
Media Film Boneka Santo-Santa membuat materi pembelajaran semakin mudah diingat dan di mengerti. a. Setuju b. Netral c. Ragu-ragu 8 9 3 40 45 15
(69)
d. Tidak Setuju
0 0
4
Proses Pendidikan Agama Katolik (katekese) di sekolah dengan menggunakan media film membuat materi lebih jelas.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
9 10 1 0 45 50 5 0 5
Film Boneka Santo-Santa membuat materi yang diberikan semakin lebih jelas dan mudah
dipahami.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
9 8 3 0 45 40 15 0 6
Saya selalu fokus dan memperhatikan ketika mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
a. Setuju
10
6
50
(70)
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
4
0
20
0
7
Penggunaan media film di dalam proses pembelajaran membuat saya lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
12 6 0 2 60 30 0 10 8
Proses Pelajaran Agama Katolik (katekese)
menggunakan Film Boneka Santo-Santa membuat saya lebih mengetahui sejarah Santo-Santa.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
12 6 2 0 60 30 10 0 9
Saya memiliki minat belajar yang tinggi ketika proses katekese menggunakan Film Boneka
(71)
Santo-Santa.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
4
12
2
2
20
60
10
10
10
Saya merasa tidak bosan dan selalu melibatkan diri ketika proses Pendidikan Agama Katolik (katekese) di sekolah sedang berlangsung.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
7
11
1
1
35
55
5
5
Pada tabel 4 dipaparkan tanggapan responden mengenai manfaat film dalam proses Pendidikan Agama Katolik (katekese). Terhadap pernyataan bahwa menggunakan media film dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih mudah isi materi, responden menanggapi setuju 11 orang (55%), netral 6 orang (30%), sedangkan ragu-ragu 2 orang (10%) dan tidak setuju 1 orang (5%).
(72)
Selain itu juga menggunakan media film dalam proses pembelajaran membuat siswa semakin mudah mengingat materi, responden memilih setuju 9 orang (45%), netral 8 orang (40%) sedangkan ragu-ragu 3 orang (15%).
Menggunakan media dalam proses pembelajaran membuat siswa semakin mudah mengerti dan mengingat materi, khususnya ketika menggunakan media film santo-santa, responden memilih setuju 8 orang (40%) sedangkan netral 9 orang (45%) dan ragu-ragu 3 orang (15%).
Materi pembelajaran semakin jelas ketika menggunakan media film, responden memilih setuju 9 orang (45%), netral 10 orang (50%) sedangkan ragu-ragu 1 orang (5%).
Responden memilih setuju 9 orang (45%), sedangkan netral 8 orang (40%) dan ragu-ragu 3 orang (15%), dengan menggunakan media film santo-santa membuat proses pembelajaran semakin lebih jelas dan mudah dipahami.
Siswa selalu fokus ketika mengikuti proses pembelajaran di sekolah, responden memilih setuju 10 orang (50%), sedangkan netral 6 orang (30%) dan ragu-ragu 4 orang (20%).
Penggunaan media film dalam proses pembelajaran membuat siswa semakin mencapai tujuan pembelajaran, responden memilih setuju 12 orang (60%), sedangkan netral 6 orang (30%) dan yang tidak setuju 2 orang (10%).
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik atau katekese di sekolah dengan menggunakan media film santo-santa membuat siswa semakin mengetahui sejarah Santo-Santa, responden memilih setuju sebanyak 12 orang (60%), sedangkan netral 6 orang (30%) dan ragu-ragu hanya 2 orang (10%).
(73)
Jumlah responden yang memilih memiliki minat belajar tinggi ketika proses katekese di sekolah menggunakan film boneka Santo-Santa, ada 4 orang (20%) mengatakan setuju, 12 orang (60 %) memilih netral, dan ragu-ragu ada 2 orang (10%) begitu juga dengan tidak setuju ada 2 orang (10%).
Siswa merasa tidak bosan dan selalu melibatkan diri ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, jumlah responden memilih setuju 7 orang (35%), sedangkan netral sebanyak 11 orang (55%), sedangkan responden memilih ragu-ragu ada 1 orang (5%) dan begitu juga tidak setuju hanya 1 orang (5%).
2) Proses Katekese
Tabel 6.
Proses Katekese di sekolah (N=20)
No Pernyataan Jumlah %
11
Materi yang diberikan menggunakan media Film Boneka Santo-Santa dapat membantu menumbuhkan iman saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Ragu-ragu
14
6
0
70
30
(1)
(2)
(28)
(3)
(4)
(30)
Lampiran 8: Dokumentasi Proses Pembelajaran
(Foto Saat Membuka Pertemuan dan Perkenalan)
(Foto Saat Menonton Film bersama Guru dan Siswa)
(5)
(31) (Foto Saat Siswa-siswi menonton Film)
(6)
(32)
Lampiran 9: Wawancara Bersama Guru Agama
(Foto Sedang Mewawancarai Guru Agama)
(Foto Sedang Mewawancarai Guru Agama)