Berpikir Kritis Definisi Operasional

Tiur Nurmayany Raharjo, 2014 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Pengamatan terhadap keterhubungan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. 4. Reflect atau refleksi. Tahap ini ini dilakukan setelah dilaksanakannya tahap act atau tindakan yang bersamaan dengan observe atau pengamatan. Tahap ini merupakan pengkajian atau evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan: a. Melaksanakan diskusi antara peneliti dengan kolaborator dan siswa setelah dilaksanakannya tindakan mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan untuk perbaikan pelaksanaan tindakan selanjutnya. b. Merefleksikan hasil diskusi untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Berpikir Kritis

Berpikir kritis berdasarkan pembahasan di bab II secara keseluruhan memiliki pengertian yang sama, yaitu mengambil keputusan berdasarkan proses berpikir yang mendalam untuk mengambil sebuah keputusan. Berpikir kritis tidak hanya memilah informasi berdasarkan pengetahuannya untuk mengambil keputusan tetapi juga menilai dan mempertimbangkan keputusan tersebut tersebut. Dalam berpikir kritis akan menghasilkan sebuah keputusan dalam menentukan sikap yang diyakininya. Menurut Ennis 1996: xvii “critical thinking is process, the goal of which is to make reasonable decisions about what to believe and what to do .” Berpikir kritis adalah pemikiran rasional dan reflektif untuk fokus dalam memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan. Dengan demikian, berpikir kritis merupakan kegiatan menilai dan mempertimbangkan informasi yang logis dan dapat dipercaya untuk mengambil sebuah keputusan. Tiur Nurmayany Raharjo, 2014 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penerapan berpikir kritis dalam pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan menganalisis sebuah informasi berdasarkan pengetahuan maupun pemahaman yang dimiliki siswa untuk mengambil sebuah keputusan. Ennis mengemukakan terdapat enam elemen dalam berpikir kritis yang dikenal dengan singkatan FRISCO Focus, Reason , Inference , Situation , Clarity , Overview. Berikut adalah indikator dari enam elemen berpikir krtitis menurut Ennis 1996: 4-8: 1. Focus memiliki indikator mengetahui permasalahan utama, memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memastikan fokus utama, membuat keputusan yang disertai alasan. 2. Reason memiliki indikator mengemukakan pendapat yang menunjang alasan yang telah dipaparkan, mengidentifikasi alasan-alasan yang dikemukakan pihak lain, mengemukakan alasan yang didukung oleh bukti. 3. Inference memiliki indikator menilai alasan yang dikemukakan dan membuat argumen alternatif. 4. Situation memiliki indikator mengidentifikasi situasi yang terdapat dalam sebuah permasalahan dan menilai aspek-aspek yang terdapat dalam permasalahan. 5. Clarity memiliki indikator mengemukakan pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan suatu alasan maupun permasalahan. 6. Overview memiliki indikator memeriksa kembali dan menilai keputusan yang telah diambil Peneliti tidak mengambil semua elemen tersebut karena tidak semua indikator sesuai dengan penelitian ini. Keenam elemen terebut, peneliti mengambil lima elemen, yaitu focus, reason, situation, clarity, dan overview. Elemen pertama, focus dalam konteks kemampuan berpikir kritis yang peneliti ambil adalah membuat keputusan. Membuat keputusan menjadi indikator dalam kemampuan berpikir ktitis yang kemudian diperjelas menjadi dua sub indikator, yaitu mengemukakan Tiur Nurmayany Raharjo, 2014 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keputusan yang rasional dan mengemukakan keputusan yang disertai alasan. Elemen kedua, reason yaitu dengan indikator mengemukakan pendapat yang menunjang alasan yang telah dipaparkan. Indikator tersebut diperjelas kembai menjadi tiga sub indikator yaitu, mengemukakan pendapat yang disertai bukti, mengemukakan pendapat disertai contoh, dan menghubungkan suatu informasi dengan informasi lainnya. Elemen ketiga, situation dengan indikator mengidentifikasi alasan-alasan yang dikemukakan pihak lain. Indikator ini diperjelas kembali menjadi dua sub indikator, yaitu mengidentifikasi situasi yang terdapat dalam sebuah permasalahan dan mengeidentifikasi alasan yang disertai pendapat. Elemen keempat, clarity dengan indikator mengemukakan pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan suatu alasan maupun permasalahan. Indikator tersebut diperjelas kembali dengan dua sub indikator, yaitu mengemukakan pertanyaan mengenai maksud dari sebuah pernyataan dan mengemukakan pertanyaan mengenai penjelasan sebuah permasalahan. Elemen kelima, overview dengan indikator menilai aspek- aspek yang terdapat dalam permasalahan. Indikator tersebut diperjelas kembali dengan dua sub indikator, yaitu menilai adalan yang telah dikemukakan dan menilai kekuatan bukti atau fakta untuk mendukung suatu pendapat. Kelima elemen kemampuan berpikir kritis disesuaikan dengan metode debat yang diaplikasikan. Ini dikarenakan tidak semua elemen tersebut dapat terlihat dalam penilaian kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode debat, yaitu inference. Elemen inference ialah menilai alasan yang dikemukakan dan membuat argumen alternatif sulit diamati. Ini dikarenakan dalam membuat argumen alternatif akan sulit dibedakan dengan lazimnya mengemukakan pendapat. Dengan demikian, peneliti tidak mengambil elemen tersebut. Tiur Nurmayany Raharjo, 2014 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kelima elemen yang peneliti ambil sebagai indikator penilaian kemampuan berpikir kritis siswa masih bersifat umum. Dengan demikian, peneliti mengkhususkannya ke dalam beberapa sub indikator dengan pertimbangan sub indikator tersebut disesuaikan dengan metode debat yang peneliti aplikasikan. Berikut rincian indikator serta sub indikator yang menjadi kemampuan berpikir kritis siswa: Tabel 3.1 Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis disesuaikan dengan kebutuhan penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Sub Indikator 1. Membuat keputusan a. Mengemukakan keputusan yang rasional. b. Mengemukakan keputusan yang disertai alasan. 2. Mengemukakan pendapat yang menunjang alasan yang telah dipaparkan a. Mengemukakan pendapat yang disertai bukti. b. Mengemukakan pendapat disertai contoh. c. Menghubungkan suatu informasi dengan informasi lainnya. 3. Mengidentifikasi alasan-alasan yang dikemukakan pihak lain. a. Mengidentifikasi situasi yang terdapat dalam sebuah permasalahan. b. Mengidentifikasi alasan yang disertai pendapat. 4. Mengemukakan pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan suatu alasan maupun permasalahan a. Mengemukakan pertanyaan mengenai maksud dari sebuah pernyataan. b. Mengemukakan pertanyaan mengenai penjelasan sebuah permasalahan. 5. Menilai aspek- aspek yang terdapat dalam permasalahan. a. Menilai alasan yang telah dikemukakan. b. Menilai kekuatan bukti atau fakta untuk mendukung suatu pendapat. Tiur Nurmayany Raharjo, 2014 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kesebelas sub indikator tersebut menjadi penilaian observasi kemampuan berpikir kritis dalam menggunakan metode debat. Sedangkan pengukuran tingkat keberhasilan dari peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan lembar observasi. Berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuannya mengemukakan pendapat yang sebelumnya melalui proses berpikir berdasarkan bukti maupun alasan yang mendukung sebuah keputusan yang diyakininya.

2. Metode Debat

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN PENERAPAN METODE PERMAINAN SIMULASI.

2 21 44

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :penelitian tindakan kelas di kelas X-IPS SMA Puragabaya Bandung.

1 10 9

PENERAPAN TEKNIK BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas X Mia 2 SMA Negeri 26 Bandung.

1 6 57

PENGGUNAAN MEDIA TIME LINE UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRONOLOGIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X MIA 1 SMA Negeri 15 Bandung.

7 33 51

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

3 17 47

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM SPEED READING DI KELAS X SMA NEGERI 1 BANDUNG : Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa kelas X-6 di SMA Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 69

PENERAPAN METODE TANYA-JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPA 4 SMAN 14 BANDUNG.

0 1 54

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di kelas X-2 SMA Negeri 6 Bandung.

0 2 54

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MAKASSAR

0 0 177