Strategi pelayanan pembiayaan UKM pada koperasi jasa keuangan Syriah Arrahman Cinere
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH CINERE
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
OLEH:
ARYO AGUNG SAPUTRA NIM : 206046103812
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS PELAYANAN SISTEM JEMPUT BOLA PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH CINERE
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:
Aryo Agung Saputra NIM : 206046103812
Di Bawah Bimbingan
Prof.Dr.H.Hasanuddin AF,MA NIP : 150050917
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
Skripsi berjudul Analisis Pelayanan Sistem Jemput Bola Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah Cinere telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP.195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA (……….) 195510151979031002
2. Sekertaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag (……….) 196404121994031004
3. Pembimbing : Prof. Dr. H. Hasanuddin, AF, MA (……….) 150050917
4. Penguji I : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag (……….) 196404121994031004
5. Penguji II : Dr. Euis Amalia, M. Ag (……….)
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
(5)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam era globalisasi sekarang ini system perbankan sudah sangat maju sudah banyak transaksi-transaksi yang dilakukan oleh bank dimana masyarakat diberikan pilihan untuk melakukan transaksi apakah dibank konvensional ataukah dibank syariah, akan tetapi mayoritas masyarakat yang melalakukan transaksi dibank syariah menurut mereka bertransaksi dibank syariah itu sangat menguntungkan karena sistem yang digunakan oleh pihak bank syariah adalah system bagi hasil sedangkan bank konvensional menggunakan system bunga yang mengarah pada riba.
Terkait dengan hal ini bisa disimpulkan sementara, bahwa dalam penyaluran Pembiayaan sistem jemput bola di masyarakat masih jauh. Konsep yang manis untuk mendorong sektor ekonomi masyarakat melalui UMKM dan Koperasi ternyata belum menyentuh secara keseluruhan. Problem secara teknis penyalurannya harus dikaji kembali oleh bank pelaksana dan Pemerintah.1
Dengan berbagai macam tekhnologi yang telah berkembang tentunya sangat membantu kemudahan nasabah dalam proses bertransaksi atau menyimpan sebagian hartanya agar lebih aman masyarakat cenderung
1
Zainul Arifin, ”Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”Jakarta: 2002 Cet Ke 1
(6)
menggunakan jasa perbankan akan tetapi kondisi yang ada pada zaman yang sudah berkembang sekarang ini sebagian masyarakat masih banyak yang tidak mengerti tentang perbankan dan sebagian masyarakat menganggap system pelayanan perbankan relative cukup rumit dan tidak efisien.2
Pengembangan usaha, bank syariah perlu memperluas promosi jaringan kerja dan kantor, khususnya di wilayah yang potensial dari segi ekonomi konsentrasi umat dan wilayah. Di tengah-tengah terjadinya keterpurukan ekonomi khususnya dalam dunia Perbankan Konvensional, ternyata Perbankan Syariah tetap eksis dalam menjalankan aktivitasnya dan dinyatakan sehat oleh Pemerintah. Ini karena Bank Syariah mempunyai paradigma yang berbeda secara mendasar dalam melakukan aktivitas penghimpunan dana penyalurannya.
Bank Konvensional menghimpunkan dananya dari nasabah kemudian menyalurkan kepada debitur dengan sistem bunga, sedangkan Bank Syariah menghimpun dana dari nasabah kemudian disalurkan kepada debitur dengan sistem bagi hasil, dimana apabila keuntungan yang didapat tinggi maka bagi hasil pun akan tinggi begitu pula sebaliknya, apabila keuntungan rendah, maka secara otomatis bagi hasil kepada nasabah pun akan menjadi rendah.3
2
Tim redaksi sharing , "Memilih Produk Investasi Syariah Dimasa Krisis" edisi 27 Tahun III- (Maret 2009)
3
Mulia Nasution, ”Pengantar Manajemen dan Contoh Rencana Penjualan Perusahaan” Jakarta: PT Rineka, 2002
(7)
Kebijakan yang dilakukan pemerintah sebenarnya merupakan sebuah Bom waktu bagi kehancuran ekonomi Indonesia kenyataannya para konglomerat banyak yang tidak dapat mengembalikan pembiayaan yang diberikan sehingga mengakibatkan kerugian pada bank.4
Maka diperlukanlah suatu badan usaha atau lembaga keuangan yang berbasis syariah salah satu lembaganya adalah KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan lembaga keuangan syariah non bank yang cukup potensial dikembangkan, ditengah ketidak percayaan masyarakat terhadap institusi koperasi yang dianggap sebagai perwujudan dari lembaga ”Koperasi” yaitu lembaga yang keuntungannya selalu habis oleh para pengurus yang bertanggung jawab.5
Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal, disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh sekelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya salah satu jasa yang diterapkannya adalah Jasa Sistem
Jemput Bola maksud dari jasa jemput bola adalah ada salah satu petugas
dari pihak KJKS ( Koperasi Jasa Keuangan Syariah) tersebut yang
4
Tim Redaksi Sharing , "Memilih Produk Investasi Syariah Dimasa Krisis" edisi 27 Tahun III- (Maret 2009)
5
”Peranan dan fungsi koperasi syariah” diakses pada tanggal 15 februari 2010 http bmt-syariah. Blogspot.com
(8)
ditugaskan menjadi jasa jemput bola yaitu dengan mendatangi nasabah-nasabahnya untuk melakukan berbagai transaksi yang diinginkan oleh nasabah tersebut.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai lembaga keuangan mikro berbasis grass root perlu secepatnya berbenah diri. Pertama, tidak semua nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang menjadi mitra karena alasan agama. Secara umum mereka tertarik karena adanya kemudahan layanan. Karenanya, sosialisasi sistem syariah yang mencakup konsep syariah dalam berekonomi, pengelolaan keuangan, konsep riba dan dampaknya, serta pemahaman terhadap produk-produk halal dan thayyib perlu diintensifkan, sehingga masyarakat merasakan keberkahan, keadilan dan keunggulan sistem syariah.
Ibarat mencari semut di ruang gelap sulit sekali menemukan koperasi yang benar-benar mampu berperan sebagai tulang punggung perekonomian, meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Agaknya suatu pengecualian bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Kesungguhan, keihlasan, pengabdian, kebersamaan, dan persaudaraan, merupakan sebagian dari prinsip dasar yang melandasi perjalanan Koperasi Simpan Pinjam kemajuan itu tidak lepas dari kerja keras para pengurus dan peran serta seluruh anggotanya. Kalau pada awal berdirinya, wilayah kerjanya masih terbatas di Kelurahan Jelambar, sejalan dengan perkembangan anggota dan peningkatan volume usaha, maka wilayah kerjanya juga semakin meluas mulai dari tingkat
(9)
Kecamatan Jelambar, Kotamadia Jakarta Barat, DKI Jakarta, Jabotabek, dan sekarang sudah bersifat nasional.
Sebagai badan usaha berwatak sosial, koperasi ini tetap mengutamakan kesejahteraan anggota sebagai tujuan utama dari seluruh kegiatannya. Selain membantu pembiayaan bagi mereka yang membutuhkan ada juga bantuan anak asuh, santunan anak yatim, perbaikan sarana umum, dana kematian, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Selain penerapan sistem jemput bola, keberhasilan itu tidak lepas dari kesadaran para anggota akan manfaat berkoperasi.6
Sistem keanggotaan yang diterapka cukup selektif sebelum menjadi anggota, seseorang diharuskan membuka tabungan terlebih dahulu, dengan menabung calon anggota tersebut telah berhak mendapatkan fasilitas pembiayaan Setelah setahun menjadi nasabah pembiayaan dan terbukti berjalan baik baru diproses menjadi anggota. "Maksudnya, supaya berkoperasi itu betul-betul dirasakan manfaatnya. Kalau dirasakan tidak ada manfaatnya.
Sebagai lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, Koperasi Jasa Keuangan Syariah memiliki misi untuk menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam membela kepentingan kaum fakir miskin. Kegiatan dapat ditumbuhkan atas prakarsa
6
”Mempercepat Pengentasan Kemiskinan Lewat Bmt”artikel diambil pada tanggal 14 februari 2010, http www.pemkomedan.go.id/news_detail.php
(10)
dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang berintikan keadilan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah bukan hanya sebuah lembaga yang berorientasi bisnis, tetapi juga sosial, lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan adil.
Oleh karena itu Koperasi Jasa Keuangan Syariah menjadi harapan bagi masyarakat atau pelaku UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk mendapatkan pembiayaan. Dalam beberapa operasional Koperasi Jasa Keuangan Syariah, lembaga keuangan mikro syariah tersebut juga melakukan pemberdayaan umat.
Menyinggung tentang banyaknya koperasi yang mengalami kegagalan, kembali kepada Pengelolanya umumnya koperasi yang gagal itu karena pengelolaannya tidak sungguh-sungguh. "Banyak koperasi yang gagal karena dikelola secara sambilan kalau hanya sambilan, asal-asalan, maka hasilnya juga asal-asalan untuk menjaga profesionalitas itu, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia tak boleh diabaikan. Tidak heran kalau di koperasi ini sering diselenggarakan berbagai pelatihan, termasuk mengirim karyawan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pihak lain,seperti Dekopin, Depkop & UKM atau IKSP. Malahan setiap anggota baru selalu diberi pelatihan khusus menyangkut peran koperasi koperasi serta hak dan kewajiban anggota.
Sistem ekonomi syariah diarahkan untuk merespon agenda pembangunan ekonomi nasional. "Demikian pula sistem perbankan syariah,
(11)
untuk lebih berperan aktif dalam mendukung pembangunan sektor riil melalui proses saving investment yang lebih efisien. Pelaku industri perbankan syariah di seluruh tanah air untuk selalu memantapkan perannya sebagai salah satu lokomotif penggerak pembangunan ekonomi.
Dalam pengembangan usaha, bank syariah perlu memperluas promosi jaringan kerja dan kantor, khususnya di wilayah yang potensial dari segi ekonomi konsentrasi umat dan wilayah. Di tengah-tengah terjadinya keterpurukan ekonomi khususnya dalam dunia Perbankan Konvensional, ternyata Perbankan Syariah tetap eksis dalam menjalankan aktivitasnya dan dinyatakan sehat oleh Pemerintah. Ini karena Bank Syariah mempunyai paradigma yang berbeda secara mendasar dalam melakukan aktivitas penghimpunan dana penyalurannya. Bank Konvensional menghimpunkan dananya dari nasabah kemudian menyalurkan kepada debitur dengan sistem bunga, sedangkan Bank Syariah menghimpun dana dari nasabah kemudian disalurkan kepada debitur dengan sistem bagi hasil, dimana apabila keuntungan yang didapat tinggi maka bagi hasil pun akan tinggi begitu pula sebaliknya, apabila keuntungan rendah, maka secara otomatis bagi hasil kepada nasabah pun akan menjadi rendah.7
Penuhi kebutuhan pembiayaan guna pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat, terutama sekali kalangan usaha mikro kecil dan menengah.
7
Mulia Nasution, ”Pengantar Manajemen dan Contoh Rencana Penjualan Perusahaan” Jakarta: PT Rineka, 2002
(12)
"Lakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip yang islami secara konsisten dan penuh tangguh jawab. Lakukan kajian akademis dari berbagai aspek, sehingga pengembangan sistem ekonomi syariah dapat menjadi bagian dari pengembangan nilai-nilai moral dan etika yang lebih mulia. Mari kita capai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan pembangunan kualitas manusia yang sadar dengan nilai-nilai syariah yang baik,"
Kebijakan yang dilakukan pemerintah sebenarnya merupakan sebuah Bom waktu bagi kehancuran ekonomi Indonesia kenyataannya para konglomerat banyak yang tidak dapat mengembalikan pembiayaan yang diberikan sehingga mengakibatkan kerugian pada bank.8
8
Tim Redaksi Sharing , "Memilih Produk Investasi Syariah Dimasa Krisis" edisi 27 Tahun III(Maret 2009)
(13)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji dan menganalisis lebih jauh permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul “STRATEGI PELAYANAN PEMBIAYAAN UKM PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH CINERE”
B. Pembatasan dan Rumusan masalah
Dalam penulisan skripsi ini agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis merasa perlu membatasi objek yang dikaji. Masalah akan dibatasi adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan nasabah dapat ditinjau dari segi pelayanan, kinerja maupun hasil informasi yang diberikan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah ARRAHMAH. Lalu tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan system jemput bola.
Kemudian Pelayanan system jemput bola yang dibatasi adalah mengenai informasi system jemput bola, seperti informasi peminjaman, informasi prosedur, persyaratan, informasi pembayaran tagihan, dan lain-lain.
Sedangkan perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Strategi apa yang telah dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah Cinere dalam Pelayanan sistem jemput bola?
(14)
2. Bagaimana Alur Proses Pelayanan sistem jemput bola pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah Cinere?
3. Apa pemanfaatan yang didapat oleh nasabah KJKS Arrahmah Cinere dan KJKS Arrahmah Cinere dengan adanya sistem pelayanan jemput bola?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain :
1. Untuk menawarkan jasa dan kemudahan dalam setiap transaksi nasabah dengan pelayan antar dan jemput.
2. Untuk lebih meningkatkan kenyaman nasabah dan mendekatkan nasabah terhadap KJKS ARRAHMAH karena sistem yang diterapkan berbasis kekeluargaan.
3. Untuk membuat nasabah menjadi nyaman dan memudahkan dalam setiap transaksi-transaksi yang ada KJKS ARRAHMAH seperti pembayaran angsuran, simpanan tabungan, dan penarikan, pembayaran listrik, telephone.
Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca maupun pribadi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
(15)
1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai penyaluran kredit usaha mikro syariah yang diterapkan oleh perbankan syariah, kepada dunia akademisi.
2. Secara praktis adalah sebagai saran, informasi, dan referensi bagi bank untuk lebih memperhatikan pemberian kredit yang seharusnya diberikan. Kepada orang yang benar-benar membutuhkan, bukan hanya untuk pihak yang memiliki kelebihan dana saja, melainkan juga untuk para masyarakat kecil yang ingin membuka usaha tetapi tidak memilki banyak dana.
3. Secara umum, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui sejauh mana penyaluran yang diberikan oleh pihak bank terhadap masyarakat kecil yang membutuhkan dana.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber, kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif.
Adapun tulisan terdahulu yang telah membahas sekitar topik ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Ersad Selesa, Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Koperasi Syariah Ditinjau dari Perspektif Islam, Skripsi, Konsentrasi Perbankan
(16)
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008
Skripsi ini membahas tentang industri usaha kecil dan menengah mencangkup banyak hal sektor usaha kecil dan menengah, koperasi menjadi salah satu wadah atau tempat yang di gunakan oleh para pelaku usaha mikro dimana mereka biasa memajukan usahanya dengan fasilitas dari koperasi yang bisa meminjamkan uang untuk mengembangkan usaha mereka, prinsip usahanya pun ada yang bersifat umum dan ada juga yang menggunakan prinsip syariah seperti baitulmaal wattamwil.
Posisi koperasi di rasakan begitu strategi bagi pengembangan UKM terlebih koperasi yang benar-benar berlandaskan prinsip syariah dalam menjalankan usahanya.
2. Kamaludin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Operasional Koperasi Simpan Pinjam, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Skripsi ini membahas tentang bagaimana konsep dasar koperasi islam jika diterapkan dalam koperasi simpan pinjam dan bagaimanakah mekanisme sistem operasional yang diterapkan didalam persantren Darul Muttaqien apakah bertentangan dengan perpektif hukum islam dan pengaruhnya terhadap masyarakat pondok persantren Darul Muttaqien yang rata-rata masih belajar belum mempunyai usaha dengan masyarakat sekitar pondok persantren yang sudah lebih dulu mempunyai usaha tetap.
(17)
3. Nafisah, Potensi Dan Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Skripsi ini membahas tentang BMT sebagai lembaga ekonomi dan keuangan syariah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat islam dari jurang kemiskinan. Juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan jalan pemerataan pendapatan melalui jalur investasi serta penciptaan peluang dengan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif berdasarkan prinsip kemitraan dan terciptanya kemandirian berusaha, mencari strategi yang dikembangkan BMT tersebut dalam pengembangan UKM. Perbedaan dari penulis adalah skripsi ini tidak membahas strategi penyaluran pembiayaan usaha mikro , alur proses yang diberikan oleh pihak bank dalam pemberian pembiayaan, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak bank tersebut. Skripsi ini hanya membahas meningkatkan kesejahteraan umat islam dari jurang kemiskinan. Juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan jalan pemerataan pendapatan melalui jalur investasi serta penciptaan peluang dengan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif berdasarkan prinsip kemitraan dan terciptanya kemandirian berusaha, mencari strategi yang dikembangkan BMT tersebut dalam pengembangan UKM.
(18)
4. Rosidah, Analisis SWOT Terhadap Trategi BMT Dalam Peningkatan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Bmt Al - Munawwarah), Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005
Skripsi ini membahas tentang analisis BMT meningkatkan usaha kecil menengah dengan menggunakan analisis SWOT, hasil penelitian menunjukkan bahwa BMT Al – Munawwarah saat ini merupakan salah satu BMT yang sukses, hal tersebut didukung oleh faktor eksternal dan internal yang baik. Faktor internal yang dimiliki BMT dapat dilihat dari kekuatan dan kelemahannya yaitu kekuatan berupa BMT terorganisir dan mandiri, sistem prosedur dan pembiayaan yang mudah, menerapkan sistem syariah, sehingga BMT Al-Munawwarah mempunyai keunggulan dibandingkan lembaga keuangan lainnya, seperti bank konvensional dan rentenir. Kelemahan yang dirasakan BMT berupa kondisi nasabah yang masih belum faham betul tentang ekonomi syariah, masih terbatas dan belum maksimal tenaga pengolahnya, adanya kelalaian nasabah sehingga menimbulkan pembiayaan bermasalah dan alokasi BMT Al-Munawwaroh yang letaknya kurang strategis. Perbedaan dari penulis adalah skripsi ini tidak membahas strategi penyaluran pembiayaan usaha mikro , alur proses yang diberikan oleh pihak bank dalam pemberian pembiayaan, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak bank tersebut. Skripsi ini
(19)
hanya membahas meningkatkan usaha kecil menengah dengan menggunakan analisis SWOT.
E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam penulisan hasil karya ini akan digunakan metodologi penelitian yang terdiri dari 2 (dua) unsur yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian Lapangan, dilakukan melalui pengumpulan data-data primer maupun sekunder berupa :
1) Laporan peranan sistem jemput bola terhadap nasabah
2) Hasil wawancara dengan salah satu dewan direksi Koperasi Jasa Keuangan Syariah ARRAHMAH
b. Penelitian Kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh dan memahami konsep-konsep dan teori serta ketentuan-ketentuan pemberian Pelayanan sistem jemput bola . Penelitian kepustakaan, yaitu mencari data-data yang diperoleh dan literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul skripsi di atas. Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kerangka teori yang relevan dengan pokok bahasan dalam operasi penelitian ini. Sedangkan penelitian lapangan, yaitu melakukan pencarian data-data dan informasi mengenai permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.
(20)
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup metode penelitian dari karya akhir ini akan membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan peranan sistem jemput bola dan strategi penyalurannya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik:
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Yaitu, dengan mengamati peristiwa, keadaan atau hal lain yang dapat menjadi sumber data yang bisa membantu dalam kelancaran penelitian b. Wawancara
Di sini penulis menanyakan secara langsung dengan cara mewawancarai kepala bagian marketing dan pihak-pihak yang berkompeten atau badan yang berwenang dalam koperasi tersebut mengenai data-data yang diperlukan sesuai dengan judul.
c. Studi Dokumenter
Yaitu, mempelajari dan mengkaji data yang berbentuk arsip (dokumen) yang berisi data-data, seperti data perusahaan, organisasi ataupun lembaga yang dijadikan objek penelitian. Di mana dokumen perusahaan, organisasi ataupun lembaga tersebut dapat berupa buku-buku, majalah, jurnal, koran dan informasi-informasi tertulis sesuai dengan data yang telah diarsipkan.
(21)
4. Metode Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisa data, digunakan metode yang bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan kondisi yang ada melalui data-data yang didapat dari lapangan kemudian diterjemahkan dalam keadaan sebenarnya.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah”, Jakarta, Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Karya akhir ini terdiri atas 5 (lima) bab dengan urutan yang sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Ruang Lingkup Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan membahas tentang Koperasi jasa keuangan syariah terdiri dari definisi, bentuk dan jenis koperasi indonesia, tujuan berdirinya KJKS, prinsip-prinsip sistem jemput bola,
(22)
perananan, fungsi dan tujuan sistem jemput bola. Unsur-unsur pembiayaan dan jenis-jenis pembiayaan.
BAB III PROFIL KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH CINERE
Bab ini membahas tentang gambaran umum Koperasi Jasa Keuangan Syariah ARRAHMAH diantaranya adalah Sejarah Pendirian, Struktur Organisasi, Visi Misi dan Nilai, Produk-Produk dan Jasa
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang peranan sistem jemput bola terdiri dari strategi penerapan sistem jemput bola pada KJKS Arrahmah Cinere, faktor pendukung dan penghalang terhadap penerapan sistem jemput bola, pemanfaatan sistem jemput bola, alur proses pelayanan, analisis pemberian pelayanan dan persetujuan perjanjian sistem jemput bola
BAB V PENUTUP
Bab ini penulis menyimpulkan pembahasan dan memberikan saran-saran serta diakhiri penutup dan daftar pustaka.
(23)
BAB II
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN PERANAN SISTEM JEMPUT BOLA A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah
1. Definisi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, tanggal 10 September 2004 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syaraih (KJKS) sebagai payung hukum pengelolaan lembaga keuangan mikro syariah, seperti Baitul Maal W-Tamwil (BMT), Koperasi Syariah, Koperasi Pondok Pesantren atau lembaga-lembaga keuangan mikro lainya yang beroperasi secara syariah. Berikut beberapa hal mengenai pengertian dan ketentuan pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai berikut.1
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan pridnsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasr atas dasar kekeluargaan.
b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
1
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, tanggal 10 September 2004 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syaraih (KJKS)
(24)
investasi, produksi, perdagangan dan simpanan sesuai dengan pola layanan syariah.
c. Unit Jasa keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kesejehateraan bersama. Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Dan, lembaga yang seperti itu sangat dipuji Islam.
Maka tak heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimana dinukil oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, di antaranya dengan Sai bin Syarik di Madinah.
Kini, koperasi sebagai organisasi ekonomi berbasis orang atau keanggotaan (membership based association), menjadi substantive power perekonomian negara-negara maju. Misalnya Denmark, AS, Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, dan Swedia. Meskipun, awalnya hanya
(25)
countervailing power (kekuatan pengimbang) kapitalisme swasta di bidang ekonomi yang didominasi oleh perusahaan berdasarkan modal persahaman (equity based association), yang sering jadi sapi perah pemilik modal (share holders) dengan sistem dan mekanisme targeting yang memeras pengelola.
Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit koperasi. Pertama, kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan (trust). Kedua, keadilan dalam usaha bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan. Keempat, tanggung jawab dalam individualitas dan solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan tegas. Keenam, kemauan menolong diri sendiri serta menggerakkan keswasembadaan dan otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam kekeluargaan.
Formula nilai yang dikemukkan Hatta ini parallel dengan apa yang diungkapkan oleh Kagawa, bapak koperasi Jepang dalam buku Brotherhood Economics, bahwa koperasi merupakan kemitraan ekonomi yang memacu kesejahteraan sosial bersama dan penghindaran dari isapan kekuatan-kekeuatan yang meraih kedudukan istimewa dalam ekonomi.
Implementasi ketujuh nilai yang menjiwai kepribadian koperasi versi Hatta, dituangkan dalam tujuh prinsip operasional koperasi secara internal dan eksternal. Ketujuh prinsip operasional itu adalah; Pertama, keanggotaan sukarela dan terbuka. Kedua, pengendalian oleh anggota secara demokratis. Ketiga, partisipasi ekonomis anggota. Keempat,
(26)
otonomi dan kebebasan. Kelima, pendidikan, pelatihan dan informasi. Keenam, kerjasama antar koperasi. Ketujuh, kepedulian terhadap komunitas.
Di Indonesia, koperasi berbasis nilai Islam lahirlah pertama kali dalam bentuk paguyuban usaha bernama Syarikat Dagang Islam (SDI). DSI didirikan H. Samanhudi di Solo, Jawa Tengah. Anggotanya para pedagang muslim. Mayoritas pedagang batik. Meskipun pada perkembangannya, SDI berubah menjadi Syarikat Islam yang bernuansa gerakan politik.
Dalam konteks budaya kemitraan, penelitian Afzalul Rahman yang dirilis dalam Economic Doctrines of Islam, koperasi tipe kemitraan modern Barat mirip dengan kemitraan Islam. Bahkan, telah dipraktikan oleh umat Islam hingga abad 18. Baik bentuk syirkah Islam dan syirkah Modern, sama dibentuk oleh para pihak atas kesepakatan mereka sendiri untuk mencari keuntungan secara proporsional dan mutual berdasarkan hukum negara.
Menurut Rahman, persyaratan kemitraan kedua tipe koperasi tersebut sama, kecuali pada praktik riba (sistem bunga). Koperasi syar’iah (syirkah Islam) terbebas sama sekali dari unsur itu. Kemitraan Inggris (dalam hal jenis mitra, hak dan kewajibannya, fungsi dan tugasnya terhadap pihak ketiga) yang yang tertuang dalam Peraturan Kemitraan Inggris tahun 1980, kurang lebihnya sama dengan yang dijabarkan prinsip syirkah dalam kitab fikih bermadzhab Hanafi ‘Al-Hidayah’.
(27)
Yang jadi soal sekarang adalah koperasi model mana yang sesuai bagi perekonomian Indonesia? Apakah koperasi yang di daasarkan pada nilai-nilai tradisional yang cenderung berpola koperasi sosial ataukah koperasi modern model Barat yang berbasis sistem pasar? Atau justru gabungan keduanya?
Tampaknya model campuran, meski tidak berlabel syari’ah, jika dalam operasionalnya berlandaskan nilai dan prinsip syari’ah, tentu lebih mendekati fitrah sunnatullah. Artinya, sesuai dengan kebutuhan, potensi, kondisi, dan norma agama serta terhindar dari ekstrimitas ekonomi dan kesalahan materialisme sosialis maupun kapitalis.
Ada 7 pantangan yang harus dihindari dalam bisnis. Dan ini harus dipegang sebagai pantangan moral bisnis (moral hazard). Pertama, maysir yaitu segala bentuk spekulasi judi (gambling) yang mematikan sektor riil dan tidak produktif. Kedua, asusila yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma social. Ketiga, goror yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak. Keempat, haram yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharamkan syariah. Kelima, riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit atau pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi sejenis. Pelarangan riba ini mendorong usaha yang berbasis kemitraan dan kenormalan bisnis, disamping menghindari praktik pemerasan, eksploitasi dan pendzaliman oleh pihak yang memiliki posisi tawar tinggi terhadap
(28)
pihak yang berposisi tawar rendah. Keenam, ihtikar yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan permainan harga. Ketujuh, berbahaya yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang membahayakan individu maupun masyarakat serta bertentangan dengan maslahat dalam maqashid syari’ah.
Pemerintah dan swasta, meliputi individu maupun masyarakat, wajib mentransformasikan nilai-nilai syari’ah dalam nilai-nilai koperasi. Caranya? Mengadopsi 7 nilai syariah dalam bisnis. Pertama, shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas. Kedua, istiqamah y2ang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas. Ketiga, tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif. Keempat, amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas. Kelima, fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif. Keenam, ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness. Ketujuh, mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas. Koperasi syari’ah sangat strategis dalam mengembangkan sumberdaya dan mendistribusikannya secara adil. Karena, mengeluarkan harta (asset) untuk diputar, diusahakan, dan diinvestasikan secara halal adalah kewajiban syariah. Uang dan harta bukan untuk ditimbun. membuat aset nganggur (idle) sama dengan memubadzirkan nikmat Allah dan tidak mensyukurinya.
2
Muhammad, Antonio Syafi'i “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek” Jakarta : Gema Insani Press, 2002, Cet. Ke-4
(29)
Uang dibuat untuk dipergunakan. Berpindah dari tangan ke tangan sebagai alat tukar (medium of excange) dan pembayaran. Juga alat ekspansi dalam investasi. Jadi, semata-mata hanya alat. Tidak boleh diubah menjadi tujuan. Apalagi menjadi berhala yang disembah. “Merugikan hamba dinar, merugilah hamba dirham!” demikian sabda Rasulullah saw. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai koperasi –yang tampak dalam jatidirinya (Co-operative Identity) sebagaimana dirumuskan kongres International Co-operative Alliance (ICA) ke-100 di Manchester, Inggris, September 1995 dan disusun kembali Prof. Dr. Ian MacPherson berupa 7 nilai: menolong diri sendiri, swa tanggung jawab, demokrasi, persamaan, keadilan, kesetiakawanan dan kejujuran; dan 7 prinsip operasional, yaitu keanggotaan terbuka dan sukarela, pengendalian oleh anggota secara demokrasi, partisipasi ekonomi anggota, otonomi dan kemerdekaan, pendidikan, pelatihan, dan informasi, kerjasama antar koperasi, dan kepedulian terhadap lingkungan– secara umum selaras dan serasi dengan nilai-nilai syari’ah.
Namun, jika kegiatan usahanya tidak menghindari ketujuh pantangan bisnis syari’ah, koperasi dapat kehilangan identitas (jatidinya). Koperasi harus meninggalkan praktik riba berupa penggunaan skim bunga dalam kegiatan usahanya. Tidak menetapkan bunga dalam kegiatan simpan pinjamnya. Karena, riba bertentangan dengan spirit kemitraan, keadilan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Sistem bunga tidak peduli dengan nasib debiturnya dan tidak adil dalam penetapan bunga atas pokok modal.
(30)
Dengan teraktualisasikannya prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan ekonomi, koperasi bisa mewujudkan keadilan dan menyejahterakan bagi semua. Rahmatan lil ‘alamin. Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena ada kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking system dalam perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah menempatkan subsistem syariah sebagai alternatif dari subsistem konvensional, khususnya dalam pelayanan baik dalam untuk memenuhi kebutuhan (permintaan) dana maupun memanfaatkan kelebihan (penawaran) dana di masyarakat.
Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam sistem syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar “perkiraan” maupun perhitungan “bunga” (yang umumnya menjadi dasar perhitungan dalam bisnis keuangan – simpan pinjam secara konvensional). Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba) yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perlakuan transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidakjelasan. Dengan demikian dalam konsep syariah semua aplikasi transaksi yang berkaitan atau berhubungan dan bersinggungan dengan komponen “bu-nga” dihindari, dan sebagai gantinya dalam rangka memperoleh pendapat-an melalui trpendapat-ansaksi keupendapat-angpendapat-an, harus dilakukpendapat-an berdasar kesepakatpendapat-an per-janjian (akad) yang umumnya bertumpu pada konsep “bagi hasil”.
(31)
2. Bentuk dan Jenis Koperasi Indonesia 1. Bentuk Koperasi
Ketentuan yang terdapat pada pasal 15 UU No.25 tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder sedangkan Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Koperasi ini dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang.
Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi. Pengertian koperasi sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder. Koperasi sekunder dibentuk oleh tiga koperasi.
Pemusatan Koperasi ke dalam beberapa tingkatan dalam kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan mempunyai beberapa keuntungan yaitu: a. Menekan atau menghindari kemungkinan persaingan yang tidak sehat
diantara koperasi-koperasi yang ada
b. Ada hubungan yang saling melengkapi dalam susunan asas kekeluargaan diantara koperasi-koperasi tersebut, antara lain: biaya dapat dikurangi dan harga dapat ditekan serendah-rendahnya
c. Kerjasama yang baik dan bertanggung jawab akan dapat menjamin sehatnya sektor koperasi dari sudut kehidupan organisasi dan usaha, sehingga:
1) Koperasi Primer atau salah satu tingkat organisasi yang kuat dapat terus maju dengan kekuatannya sendiri dan menjadi dasar
(32)
yang sehat bagi tingkat organisasi diatasnya baik permodalan,administrasi dan manajemen
2) Masalah-masalah dalam koperasi dapat diatasi dalam lingkungan kerjasamanya sendiri dan ini berarti berkurangnya atau hilangnya ketergantungan para perusahaan atau badan lain diluarnya atau bahkan di sektor lain
2. Jenis Koperasi
Dalam ketentuan pasal 16 UU No. 25 tahun 1992 beserta penjelasannya dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain koperasi simpan pinjam (KSP), Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi pemasaran dan koperasi jasa.
Penjenisan Koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan antara lain:3
a. Berdasarkan pada kebutuhan dan efisien dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan kopersi, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut
1) Koperasi Konsumsi 2) Koperasi Kredit 3) Koperasi Produksi 4) Koperasi Jasa
3
(33)
5) Koperasi Distribusi (pemasaran)
b. Berdasarkan golongan fungsional maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut:
1) Koperasi Pegawai Negeri (KPN) 2) Koperasi Angkatan Darat (KOPAD) 3) Koperasi Angkatan Udara (KOPAU) 4) Koperasi Angkatan Kepolisian (KOPPOL) 5) Koperasi Pensiunan Angkatan Darat 6) Koperasi Pensiunan
7) Koperasi Karyawan (KOPKAR) 8) Koperasi Sekolah
9) Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
c. Berdasarkan lapangan usaha, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut:
1) Koperasi Desa 2) Koperasi Konsumsi 3) Koperasi Pertanian 4) Koperasi Peternakan 5) Koperasi Perikanan
6) Koperasi Kerajianan/Industri 7) Koperasi Simpan Pinjam 8) Koperasi Asuransi
(34)
Dalam perkembangan terakhir sejak diberlakukannya Inpres No. 14 tahun 1998, maka berbagai macam/jenis kopersi bermunculan sesuai dengan aspirasi masyarakat, antara lain:
1) Koperasi Tani (KOPTAN)
2) Koperasi Pondok Persantren (KOPONTREN) 3) Koperasi Wanita
4) Koperasi Agribisnis 5) Koperasi Pedagang Pasar 6) Koperasi Industri
7) Koperasi Syariah 8) Koperasi Serba Usaha 9) Koperasi Kredit
10)Koperasi dikalangan profesi (akuntan,arsitek,pengacara,dokter,dll) 11)Koperasi Kelompok Masyarakat (POKMAS)
Menurut Ir. Kaslan A. Tohir dalam bukunya yang berjudul ”pelajaran
koperasi” (1964) menyebutkan adanya pengelompokan (penjelasan)
menurut klasik tersebut hanya mengenai 3 jenis koperasi, yaitu:
a) Koperasi pemakaian (koperasi warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi, warung andil dan sebagainya); tujuan dari koperasi ini adalah membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh anggota-anggotanya dan membagi barang-barang itu kepada mereka.
(35)
b) Koperasi Penghasil atau Koperasi Produksi; tujuan dari koperasi ini adalah mengerjakan sesuatu pekerjaan bersama-sama
c) Koperasi Simpan Pinjam; tujuan dari perkumpulan ini adalah memberi keempatan kepada anggota-anggotanya untuk menyimpan dan meminjam uang.
3. Tujuan Berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi semaraknya pertumbuhan baitul maal wattamwil di Indonesia yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT lembaga BMT yang memiliki berbasis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafah yang sama yaitu”yaitu dari anggota oleh anggota” maka berdasarkan undang-undang RI No 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional (non syariah) salah satunya terletak pada teknis operasionalnya saja, koperasi syariah mengharamkan bunga yang mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya.
Adapun tujuan dari berdirinya koperasi jasa keuangan syariah antara lain adalah
(36)
a. Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam
☺
⌧
)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
b. Menciptakan Persaudaraan dan Keadilan sesama anggota
⌧
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al Hujarat (49):13)
(37)
c. Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya.4
Agama Islam mentolerir kesenjangan kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam hal karakter, kemampuan, kesungguhan dan bakat. Perbedaan diatas tersebut merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat terlihat pada Al Qur’an :
⌦
Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S Al
An’aam 06):165)
4 Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(38)
d. Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.
☺
☺
⌧
Orang-orang yang Telah kami berikan Kitab kepada mereka bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku Hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya Aku seru (manusia) dan
Hanya kepada-Nya Aku kembali.“. (Q.S Ar Ra’d (13) : 36)
Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena ada kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking system dalam perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah menempatkan subsistem syariah sebagai alternatif dari subsistem konvensional, khususnya dalam pelayanan baik dalam untuk memenuhi kebutuhan (permintaan) dana maupun memanfaatkan kelebihan (penawaran) dana di masyarakat.
(39)
Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam sistem syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar “perkiraan” maupun perhitungan “bunga” (yang umumnya menjadi dasar perhitungan dalam bisnis keuangan – simpan pinjam secara konvensional). Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba) yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perlakuan transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidak jelasan5
Dengan demikian dalam konsep syariah semua aplikasi transaksi yang berkaitan atau berhubungan dan bersinggungan dengan komponen“bunga” dihindari, dan sebagai gantinya dalam rangka memperoleh pendapatan melalui transaksi keuangan, harus dilakukan berdasar kesepakatan per-janjian (akad) yang umumnya bertumpu pada konsep “bagi hasil”. Konsep itu secara luas telah mendorong terwujudnya “kesetaraan” bagi semua pihak yang terlibat dalam kesepakatannya. Untuk itu kesepakatan yang dibangun dengan prinsip saling menguntungkan (menanggung risiko se-cara proporsional) dan rasional di antara mereka yang melakukan akad harus dapat dilakukan berdasar kaidah-kaidah yang dihalalkan menurut ketentuan al Quran dan as Sunnah.
Cara tersebut dianggap dapat membantu menghindarkan proses eksploitasi oleh satu pihak pada pihak lain. Demikian pula risiko harus
5
M Dawan Raharjo ”Pembangunan Ekonomi Islam”: Suatu Pendekatan, Pemerataan, Keadilan dan Ekonomi Kerakyatan,(Jakarta : PT. Intermasa, 1997), h.26
(40)
dapat diterima sebagai suatu kondisi, yang perlu dikendalikan secara ber-sama, namun tetap harus diterima (tidak boleh diingkari) sepenuhnya. Dampaknya, dalam transaksi syariah diperlukan pemahaman tentang apa yang disepakatinya, khususnya dalam setiap produk jasa syariah. Pemahaman itu di antaranya harus dapat diarahkan untuk memperoleh pengertian dan lingkup dari komponen, berupa tujuan, manfaat yang di-peroleh, risiko yang mungkin dihadapi, serta ketentuan yang harus diikuti. Berbagai produk layanan syariah itu didefinisikan dan diatur oleh Dewan Syariah Nasional melalui sejumlah fatwanya. Aplikasinya harus didukung oleh pemahaman kedua belah pihak yang bekerja sama, dan hasilnya di-wujudkan melalui keputusan yang tercantum dalam “akad keuangan syariah”.6
Dalam kelembagaannya, koperasi jasa keuangan syariah secara rasional juga dituntut untuk bertindak hati-hati (prudent), karena mereka mengemban amanah pengelolaan “milik anggotanya”, melalui penye-lenggaraan berbagai upaya memanaj usahanya dengan efektif. Mengapa harus demikian, karena mereka juga akan dan dapat menghadapi masalah, sebagai dampak kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Untuk itu para pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah, perlu menyadari dan memberikan perhatian secara cukup dan cermat terhadap pola manajemen usahanya. Polanya harus dapat
6
M. Jafar Hafsah ”Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategi” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000.
(41)
membantu mereka untuk peka dan sekaligus dapat mengarahkan pada terwujudnya prinsip kehati-hatian, itu berarti bahwa pola manajemennya harus dapat mengendalikan dan mengarahkan setiap pelaku dalam lembaga koperasi jasa keuangan syariah untuk bertindak berdasar prinsip dan tata aturan yang ditetapkan. Evaluasi terhadap efektivitas pola ma-najemen usahanya perlu pula dilakukan dengan konsisten, karena mereka sangat tergantung pada ketepatan dan “kepekaan” keputusan dan tindakan dalam memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia serta akad yang dibuatnya.
4. Unsur-Unsur Pembiayaan
Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti, jadi dengan menyebutkan kata pembiayaan sudah terkandung beberapa arti atau dengan kata lain pengertian kata pembiayaan jika dilihat secara utuh mengandung beberapa makna, sehingga jika kita bicara pembiayaan maka termasuk membicarakan untuk unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Kreditur
Adalah orang atau badan usaha milik modal yang akan memberikan pinjaman kepada peminjam dengan ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
(42)
2. Debitur
Adalah orang atau badan usaha pemilik modal yang akan diberi pinjaman.7
3. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan (bank) bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu, dimasa datang kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk megetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar pembiayaan yang disalurkan.
4. Janji Kesanggupan Bayar/Kesepakatan
Disamping unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan si penerima pembiayaan kesepakatan itu dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani kedua pihak yaitu pihak bank dan nasabah. 5. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memilki jangka waktu. Adanya diakibatkan karena nasabah suatu tenggang waktu
7
Kasmir S.E., ”Manajemen Perbankan Syariah” Jakarta. PT Raja Grafindo Persada 2003,Cet Keempat. h. 75
(43)
pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya pembiayaan Semakin panjang waktu/tenor semakin besar risiko.
6. Risiko
Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar pembiayaannya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagi sebenarnya diakibatkan karena adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu) semakin panjang jangka waktu suatu pembiayaan semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan Bank baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
a. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional balas jasa dalam bentuk bunga, biaya promosi dan komisi serta biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.8
5. Jenis-Jenis Pembiayaan
8
Kasmir S.E., ”Manajemen Perbankan Syariah” Jakarta. PT Raja Grafindo Persada 2003,Cet Keempat. h. 75
(44)
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis pembiayaannya. Dalam praktiknya pembiayaan yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas pembiayaan oleh bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas pembiayaan oleh bank dikelompokkan kedalam jenisnya masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.
Secara umum jenis-jenis pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah :
a. Dilihat dari Segi Kegunaan
Maksud jenis pembiayaan dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat pengguna uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis Pembiayaan yaitu9 :
1) Pembiayaan Investasi
Yaitu pembiayaan yang biasanya digunakan untuk keperluan kepuasan usaha membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan pembiayaan ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2) Pembiayaan Modal Kerja
Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam oprasionalnya. Contoh pembiayaan modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
9
(45)
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. pembiayaan modal kerja merupakan pembiayaan yang dicarikan untuk mendukung Pembiayaan investasi yang sudah ada.
b. Dilihat dari Segi Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu pembiayaan, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi jenis pembiayaan ini dilihat dari segi tujuan adalah 10:
1) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya pembiayaan ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa
2) Pembiayaan Konsumtif
Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam pembiayaan ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
3) Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan perdagangan merupakan pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan dagangan tersebut.
10
(46)
Pembiayaan ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
c. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi waktu, artinya lamanya masa pemberian pembiayaan mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya jenis pembiayaan ini adalah 11:
1) Pembiayaan Jangka Pendek
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja
2) Pembiayaan Jangka Menengah
Jangka waktu pembiayaannya antara 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun, pembiayaan jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan pembiayaan menengah menjadi pembiayaan jangka panjang.
3) Pembiayaan Jangka Panjang
Merupakan pembiayaan yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya pembiayaan ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk juga pembiayaan konsumtif seperti pembiayaan perumahan.
d. Dilihat dari Segi Jaminan
11
(47)
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas pembiayaan harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai pembiayaan yang diberikan. Jenis pembiayaan dilihat dari segi jaminan adalah :
1) Pembiayaan dengan Jaminan
Merupakan pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap pembiayaan yang dikeluarkan akan dilindungi senialai jaminan yang diberikan si calaon debitur.
2) Pembiayaan tanpa Jaminan
Yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pembiayaan jenis ini diberikan dengan melihat prosfek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif yaitu:
a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:
1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha
(48)
tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal, pembiayaan proyek dan pembiayaan ekspor
b) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Dengan aplikasi pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
(49)
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Dengan aplikasi pembiayaan sektor pertanian dan prodak manufakturing.
c) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Dengan aplikasi pembiayaan kontuksi/proyek/produk manufakturing. 3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini
diklasifikasikan menjadi pembiayaan: a) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Dengan aplikasi pembiayaan sewa.
b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman
(50)
Pinjaman Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
B. Prinsip-Prinsip Sistem Jemput Bola
Prinsip jemput bola merupakan salah satu faktor sukses keberadaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal wat-Tamwil (BMT). Dengan melakukan operasional jemput bola, para nasabah akan merasa diringankan dan diuntungkan dari sisi tenaga dan waktu. Bertindak selaku narasumber pada workshop tatacara pendirian dan pengembangan BMT di Gedung APPI Jl Menteri Supeno Yogyakarta belum lama ini, Drs Mohammad Halimi MM juga mengatakan, kemampuan memelihara kepercayaan nasabah merupakan faktor penting yang memungkinkan BMT atau KJKS menjadi berkembang sebagai lembaga keuangan makro syariah yang profesional. Apalagi, katanya, bila suatu BMT atau KJKS mendapat dukungan kuat dari para aghniya (orang kaya), tokoh masyarakat, perusahaan dan usahawan di wilayah operasinya. Mohammad Halimi yang sehari-hari menjadi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM itu mengatakan, BMT atau KJKS mengemban misi menciptakan sistem, institusi dan kehidupan ekonomi rakyat yang
(51)
dilandasi nilai-nilai Islam dengan menawarkan produk-produk keuangan syariah.12
C. Peranan Sistem Jemput Bola 1. Pegertian Sistem Jemput Bola
Apa sebenarnya makna dari "Jemput Bola" dalam berbisnis atau berdagang. Ada sebuah contoh, seorang pedagang es potong akan berkeliling kampung / perumahan untuk menjajakan es potongnya sambil berteriak "Eees Eees!" atau memukul bel "Tiing Tiing!". Yap, ini bisa disebut seorang penjual es sedang melakukan aksi "Jemput Bola", karena tukang es itu melakukan aksi mendatangi, mencari pelanggan. Sebuah contoh lagi, seorang tukang pijat urat yang buta menyuruh orang untuk memasang spanduk bertuliskan "Tunanetra Ahli Pijat Urat Berijazah!" apakah tindakan seperti ini dapat disebut "Jemput Bola"? Padahal tukan pijat itu tidak melakukan aksi mendatangi, mencari pelanggan. Mari kita kembali ke pertanyaan awal "mendatangi customer,
Sebenarnya, sudah bisa dikatakan kita telah melakukan aksi "Jemput Bola" apabila customer/ pelanggan telah mendatangi warung, toko, atau website kita. Mengapa begitu? Karena maksud dan tujuan dari aksi "Jemput Bola" adalah Mendatangkan Pelanggan. Apapun cara dan jalannya, asal pelanggan datang ke tempat kita berjualan, berarti kita berhasil "Menjemput Bola", bahkan lebih dari itu, kita berhasil
12
Prinsip-prinsip jemput bola, artikel diakses pada tanggal 22 mei 2010 dari boutiquesoftware.wordpress.com/.../prinsip-jemput-bola-faktor-sukses-bmt/
(52)
"Mendatangkan Bola". Justru "Jemput Bola" dapat dikatakan SUKSES bila cara yang ditempuh efektif, efisien, dan menghasilkan banyak bola. Sehingga disini kita dapat menyimpulkan, arti dari "Jemput Bola" adalah Mendatangi/ Mencari Pelanggan (dengan cara apapun yang efektif tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga) .
2. Fungsi dan Tujuan Sistem Jemput Bola
Secara garis besarnya fungsi dari sistem jemput bola adalah merupakan sistem pelayan terhadap nasabah khususnya dalam bidang antar jemput pelayan terhadap nasabah, jadi seorang petugas sistem jemput bola akan mengujungi nasabah baik nasabah tabungan atau simpanan maupun nasabah angsuran atau pinjaman pembiayaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh masing-masing nasabah tertentu dan cara pengambilannya berdasarkan kesepakatan awal, pengambilannya ada yang diambil secara harian, mingguan ataupun bulanan. Tujuanya tentunya untuk memberikan pelayanan yang prima atau biasa disebut dengan (service excellent), nasabah akan sangat terbantu dengan adanya sistem ini karena nasabah tidak perlu repot-repot untuk mengantri diteller dan membuang waktu penting mereka untuk datang guna membayar angsuran pembiayaan, tagihan listrik, telpon, kartu kredit, setoran dan penarikan tabungan. Karena mereka cukup dengan menghubungi petugas bagian collection untuk datang dan mengambil semua kebutuhan dari nasabah untuk berbagai macam pembayaran
(53)
ataupun setoran dan penarikan tabungan. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari sistem jemput bola tersebut dan bagi KJKS ARRAHMAH sendiri sistem jemput bola akan membantu dalam kolektibilitas pembiayaan khususnya dalam penanganan pembiayaan bermasalah atau kredit macet (remmediall) dan menjaga agar NPF di perusahaan tersebut tetap stabil.
(54)
BAB III
GAMBARAN UMUM KJKS ARRAHMAH CINERE
A. Sejarah Pendirian
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah, hadirnya koperasi jasa keuangan (KJK) Syariah Arrahmah merupakan salah satu alternative bagi masyarakat usaha kecil dan menengah untuk dapat mengakses permodalan. Hadirnya KJK Syariah Arrahmah juga sebagai bentuk da’wah bil halal (ajakan yang nyata) tidak hanya melarang orang untuk agar menghindari rentenir dan riba, namun mengajak sekaligus memberi jalan keluarnya KJK Syariah Arrahmah berkeyakinan dengan amanah, prefesional, memegang komitmen, saling memberi manfaat dan keuntungan, akan dapat mewujudkan upaya membangun sistem ekonomi berbasis pada grass root, yang berkeadilan menuju sejahtera.
KJK Syariah Arrahmah, yaitu sebuah lembaga keuangan yangm bergerak dibidang jasa keuangan mikro berdasarkan prinsip syariah, berfungsi sebagai Rumah Harta, namun karena sumber dananya simpanan dari masyarakat/anggota, para pendiri serta dana pihak ketiga (simpanan,pembiayaan,dana program,bank,dll) yang merupakan dana amanah untuk dikelola, maka pengelolaannya harus professional derta berorientasi pada profit (keuntungan). Penggunaan dana inilah yang diberikan kepada para pengusaha kecil, para pedagang dalam bentuk pembiayaan untuk modal usaha, dengan sistem bagi hasil maupun jual beli.
(55)
KJK Syariah ARRAHMAH sebagai sarana masyarakat untuk menginvestasikan dananya di KJK Syariah ARRAHMAH, berupa simpanan biasa, simpanan berjangka, titipan atau wadi’ah dan tabungan lainnya. Semua bentuk dimpanan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap bulannya. KJK Syariah ARRAHMAH beralamat di Jl. Raya Gandul No 12A RT 23/06 Gandul, Limo-Depok 16512. Didirikan pada 5 Februari 2005, beroperasi sejak tanggal 16 April 2005, berdasarkan Akta Pendirian No 10 tertanggal 30 April 2005 yang dibuat oleh notaris Betty Supartini, SH, berkedudukan di Depok dengan SK Pendirian No 424/BH/MNEG.I/V/2005 tertanggal 26 Mei 2005 dan mendapat pengesahan dari Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
Legalitas hukum KJK Syariah ARRAHMAH dari Kementrian Koperasi pada tanggal 26 Mei 2005 :
Akta Pendirian : Notaris Betty Supartini, SH No. 10 Nomor Badan Hukum : 424/BH/MNEG.I/V/2005
NPWP : 02.461.444.8-412.000
SITU : 503/224/Kpts/HO/IV/Perindag/2006 Domisili : 503/18/IV/2005
Tanda Daftar Perusahaan : 10.27.2.65.00394
B. Struktur Organisasi
Manajemen di KJK Syariah ARRAHMAH belum diadakan pergantian pengurus atau mengalami strukturisasi baru, semoga kepengurus ini bisa
(56)
berjalan dengan baik dan membawa manfaat bagi perkembangan KJK Syariah ARRAHMAH, dengan membawa manfaat bagi perkembangan KJK Syariah ARRAHMAH, dengan susunan sebagai berikut:
Susunan Pengurus Periode 2005s/d2010 Pengawas : M. Riva’i, SH.
M. Darmawan, SH. Abdul Harris Babiho
Pengurus : Ketua : Ratih Puspita, SH. Wakil Ketua : Ika Yuliana, S.Kom. Sekretaris : Elah Nurlaelah Bendahara : Julaeha, SE.
Dalam menjalankan oprasional sehari-hari KJK Syariah Arrahmah, dijalankan oleh :
Manager KJKS ARRAHMAH : Rudiana
Div Simpanan / Pembiayaan : Wardatulaila, Amd.Kom Div Linkage Program : Rahmat Hidayat, Amd.Kom Div Baitul Maal : Idham Kholid, Amd.Kom
Dengan pengurus terdiri dari Ratih Puspita, SH dan Ika Yuliana, S.Kom selaku ketua dan wakil. Ketua dengan dewan pengawas, terdiri dari : HM, Revai, SH.,M. Darmawan, SH dan Abdul Harris Babihoe, SE., semuanya telah berpengalaman, memiliki pengetahuan dan perhatian penuh dibidang hukum dan pengelolaan jasa keuangan syariah.
(57)
Gambar Skema Organisasi KJKS ARRAHMAH
PENGAWAS M.Riva’I, SH M.Darmawan, SH Abdul Harris Babiho
KETUA Ratih Puspita, SH
WAKIL Ika Yuliana
BENDAHARA Julaeha,SE
SEKRETARIS Elah Nurlaelah
MANAJAER Rudiana
Kabag.OPERASIONAL Wardatullaillah,Amd.Kom
LINKAGE PROGRAM
Rahmat Hidayat, Amd.Kom CS
Kabag. MARKETING
Idham Kholid, Adm.Kom TELLER
AO/MARKETING ADMIN
COLLECTION
(58)
C. Visi Dan Misi VISI
Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang amanah, profesional, sehat dan kuat baik dari kualitas untuk menggapai kehidupan penuh dengan salam (keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan) dengan ridho Allah SWT.
MISI
Memberdayakan pengusaha kecil dan lemah dengan konsep tawazun (keseimbangan) antara rukhiyah dan rupiah dengan melalui pola pembinaan dan pembiayaan serta langkah nyata sebagai upaya membebaskan masyarkat dari belenggu rentenir dan jerat kemiskinan.
D. Produk-Produk dan Jasa
Adapun produk-produk KJK Syariah Arrahmah berupa simpanan pemberian pembiayaan/pinjaman untuk modal usaha pengumpulan dan pendayagunaan ZIS serta pendampingan pembinaan kepada anggota
1. Simpanan tabungan
Yang dititpkan kepada kami merupakan amanah dan akan dikelolah dan disalurkan untuk pembiayaan produktif, halal dan sesuai syariah sehingga bagi hasil yang yang didapat insyaallah berkah amiin, jenis simpanan bersifat multiguna dan sesuai peruntukan, seperti untuk dana pendidikan, keperluan hari raya, qurban/aqiqah atau haji dan umrah.
(59)
2. Pembiayaan/ pinjaman
Lebih ditekankan untuk kepentingan pengembangan usaha dan kebajikan, dengan sistem murabahah (jual beli) atau ijarah (sewa) secara perorangan atau kelompok
3. Pengumpulan dana ZIS
Didayagunakan untuk usaha-usaha produktif dalam bentuk al-qardul hasan (pinjaman kebijakan) dan diharapkan kepada penerima manfaat ini dapat mengubah diri dari yang tadinya orang tersebut masuk dalam katagori yang menerima (mustahiq) dapat menjadi orang yang memberi (muzaki) selain itu pendayagunaan dana ZIS digunakan juga untuk bidang dakwah, bidang pendidikan dan bidang sosial. Pembiayaan Syariah Anggota/Mitra Usaha KJK Syariah ARRAHMAH
KJK Syariah ARRAHMAH merupakan produk pembiayaan dari kjk syariah arrahmah yang ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha, khusu bagi calon anggota/mitra usaha yang memiliki usaha produktif dan telah berjalan sedikitnya selama 1 tahun. Skema pembiayaan yang digunakan adalah jual beli atau sewa keberkahan prodak tanpa system bunga mukhasanah (keringanan pembayaran maju lunas) pembayaran system menabung, tersedia layanan jemput dana atau dapat melalui ATM/transfer, keterlambatan system infaq sudah termasuk asuransi
Kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha tersebut meliputi penambahan yaitu :
(60)
a. Penambahan persediaan barang dagangan b. Pembelian mesin/peralatan usaha
c. Pembukuan cabang usaha d. Renovasi rumah kontrakan
e. Pembelian sepeda motor roda dua/tiga f. Pembelian mobil untuk usaha
g. Pembelian lisensi (usaha franchise) h. Dan kebutuhan usaha lain
KJKS ARRAHMAH juga menyediakan Layanan Transaksi Pembayaran ON LINE:
a. Tagihan Listrik b. Tagihan Telepon c. Transfer Antar Bank d. Cicilan Kredit Kendaraan e. Pembayaran Kartu Kredit f. Premi Asuransi
g. Pembelian Pulsa
Solusi investasi yang tepat dan islami untuk hari depan yang lebih baik dan turut membantu pemberdayaan ekonomi ummat
4. Pengertian Simpanan KJK Syariah ARRAHMAH
Simpanan KJK Syariah ARRAHMAH adalah simpanan berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah yang disediakan bagi anda, simpanan dengan prinsip ini akan dikelolah oleh KJK Syariah ARRAHMAH secara
(61)
professional dan memenuhi aspek syariah untuk digunakan secara optimal untuk membiayai usaha masyarakat kecil dan menengah yang produktif halal dan thayyiban baik perorangan maupun kelompok. Keuntungan yang diperoleh oleh pengelolaan dana tersebut akan dibagi kepada anda selaku pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati antara lain : 5. Manfaat
Bagi hasil yang kompetitif, diberikan berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan secara otomatis kerekening simpanan anda
a. Tidak dikenakan biaya administrasi
b. Turut membantu perencanaan program keuangan anda insya’Allah berkah dan manfaat bagi sesama
6. Fasilitas
Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan dilakukan setiap hari kerja dengan sistem antar jemput atau datang kekantor kami dengan memperlihatkan buku tabungan anda.
Anda dapat menyalurkan zakat, infaq dan shodaqoh melalui KJKS ARRAHMAH dengan pembebanan rekening otomatis sesuai permintaan anda.
7. Persyaratan
a. Membawa KTP/SIM asli dan fotocopy. b. Setoran awal minimal 10.000,-
c. Mengisi formulir pembukaan rekening simpanan. d. Menandatangani akad simpanan
(62)
e. Biaya tutup rekening 5.000,- 8. Produk
a. Jenis simpanan/tabungan.
b. Simpanan amanah Arrahmah sejahtera (SAMARA) c. Simpanan pendidikan (SIDIK) terdiri dari :
d. Simpanan swasta keluarga (SIAGA) e. Simpanan amanah berjangka (SIMKA) f. Simpanan hari raya (SAHARA)
g. Simpanan kurban dan aqiqah (SIQUBAH) h. Simpanan haji dan umrah (SIHARUM) 9. Jenis Simpanan dan Tabungan terdiri:
a. Simpanan Amanah ARRAHMAH Sejahtera (SAMARA), simpanan dari anggota yang bisa diambil setiap saat.
b. Simpanan Pendidikan (SIDIK), terdiri dari:
Tabungan Rencana Biaya Sekolah (TARBIYAH) yang penggunaanya untuk biaya pendidikan sekolah, pengambilannya nmenjelang semesteran atau kenaikan kelas atau masuk sekolah.
c. Tabungan Siswa Beribadah (TASBIH), Simpanan siswa/i sekolah yang pengelolanya oleh guru kelas bekerjasama dengan KJK Syariah ARRAHMAH.
d. Simpanan Wisata Keluarga (SIAGA), jenis simpanan yang dipersiapkan untuk kepentingan wisata, wisata ziarah, study wisata,berlaku untuk perorangan maupun kelompok.
(63)
e. Simpanan Amanah Berjangka (SIMKA), simpanan anggota dengan jangka waktu pengambilan yang disepakati bersama, atau bisa berbentuk titipan Giro/Wadi’ah. Simpanan berjangka minimal dalam waktu 1 bulan, dengan nominal Rp 500.000,-.
f. Simpanan Hari Raya (SAHARA), simpanan yang diniatkan untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha (Qurban).
g. Simpanan Qurban dan Aqiqah (SIQUBAH), simpanan yang diniatkan untuk memenuhi ibadah qurban di Hari Raya Idul Adha atau untuk keperluan menunaikan kewajiban aqiqah untuk menyambut kelahiran anak tercinta.
h. Simpanan Haji dan Umroh (SIHARUM), simpanan yang diniatkan untuk memenuhi ibadah Haji dan Umroh.
10.Jenis Pembiayaan dan Pinjaman, terdiri:
a. Pembiayaan Bagi Hasil (Mudharabah), ialah pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk usaha-usaha produktif, dari keuntungan usaha tersebut dibagi dengan kedua belah pihak yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama.
b. Pembiayaan Kerjasama (Musyarakah), ialah pembiayaan usaha produktif anggota yang modalnya dibiayai bersama antara KJK Syariah ARRAHMAH dan anggota dengan porsi modal dan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.
(64)
c. Pembiayaan produktif dengan jual beli (Murabahah), pembiayaan yang diberikan kepada anggota yang membutuhkan sarana, atau pembelian barang untuk modal maupun pengembangan usaha, yang pengembalianya pada saat jatuh tempo atau secara angsuran. Pembiayaan ini dapat dilakukan oleh semua anggotasesuai dengan jenid usaha masing-masing anggota seperti perdagangan, pertanian, jasa, peternakan, warung, sayur, dll.
11.Pengumpulan dan Pendayaguanaan ZIS
Pengumpulan Dana ZIS didayadunakan kepada yang menerima untuk usaha-usaha produktif, dehingga pemanfaatan dan ZIS dapat berubah yang tadinya orang tersebut masuk dalam katagori yang menerima (Mustahiq) dapat menjadi orang yang memberi (Muzaki). Dalam bentuk Al Qordul Hasan (Pinjaman Kebajikan), ialah pinjaman yang tidak dikenakan beban bagi hasil, pengembalianya sesuai dengan besarnya pinjaman semula.
Pendayagunaan Dana ZIS didayagunakan juga untuk keperluan:
a. Bidang dakwah, seperti program ta’lim rutin, tabligh akbar, mentoring dan kajian fiqh dakwah.
b. Bidang pendidikan, pelatihan manajemen organisasi, manajemen masjid, manajemen keuangan syariah, pelatihan penyelenggaraan jenazah, seminar, pesantren kilat, outbond training dan mukhoyam,pelatihan lainya.
(65)
c. Bidang sosial, santunan untuk dhua’afa dan yatim piatu, khitananan masal, bhakti sosial masyarakat dan peran serta aktif dalam penanggulangan bencana, klinik murah bagi masyarakt dan konseling keluarga.
12.Perkembangan Usaha
KJK Syariah ARRAHMAH alhamdulillah dari tahun ke tahun mengalami kemajuan, ini dapat dilihat dari jumlah anggota /mitra anggota pada tahun 2008 berjumlah 1.793 orang (mengalami kenaikan sebesar 53,38% atau 624 orang), dibandingkan dengan jumlah anggota pada tahun 2007 yang berjumlah 1.169 orang. Simpanan dan pembiayaan tercatat pada tahun buku 2007 berjumlah 296 orang (kenaikan 51,35%) sedang total pembiayaan pada akhir tahun buku 2008 berjumlah Rp.1.423.092.100,-tahun buku 2007 total perputaran dana Rp.1.100.683.000,-(kenaikan 119,29%).
Pembiayaan murabahah dari tahun 2008 sampai 2009 itu sendiri mengalami kenaikan sebesar 27,7% dari nominal Rp.1.063.244.500 pada 2008 menjadi Rp.1.472.477.450 pada 2009 sedangkan untuk pembiayaan Ijarah mengalami penutunan dari 2008 sampai 2009 sebesar 1,34% dari nominal Rp.359.847.600 pada 2008 menjadi 355.061.500 pada 2009.
Simpanan (Tabungan) dan Simpanan Berjangka (deposito) pada KJK syariah Arrahmah mengalami kenaikan dari tahun 2007, 2008, dan 2009 pada Simpanan pada tahun 2007 sampai 2008 mengalami kenaikan sebesar 22,98% dan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami
(66)
kenaikan sebesar 27,41% dari nominal Rp.551.168.307 pada tahun 2007, Rp.715.667.835 pada tahun 2008 dan Rp.985.986.084 pada tahun 2009. sedangkan pada Simpanan Berjangka pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 30,41% dan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 9,23% dari nominal Rp.747.738.665 pada tahun 2007, Rp.1.074.604.863 pada tahun 2008, dan Rp.1.183.978.925 pada tahun 2009.
Pembiayaan dari bank lain atau dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan dari tahun 2007, 2008, dan 2009. pada tahun 2007 sampai 2008 mengalami kenaikan sebesar 236,79% dan pada tahun 2008 sampai pada tahun 2009 juga mengalami kenaikan sebesar 30,68% dari nominal Rp.143.433.334 pada tahun 2007, Rp.483.072.707 pada tahun 2008 dan menjadi Rp.631.281.550 pada tahun 2009.
Asset dari KJK Syariah Arrahmah juga mengalami kenaikan dari tahun 2007, 2008, sampai dengan 2009. pada tahun 2007 sampai 2008 mengalami kenaikan 55,20% pada 2008 sampai 2009 juga mengalami kenaikan sebesar 22.09%. dengan nominal Rp. 1.642.634.136 pada tahun 2007, Rp. 2.549.478.681 pada tahun 2008 dan Rp.3.112.861.664 pada tahun 2009.
(67)
LAPORAN KEUAN GAN
KOPERASI JASA KEUAN GAN SYARI AH
N ERACA PER 3 1 D ESEM BER
2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 Akt iva Lancar
Kas 44,748,450 16,758,300 12,679,100
Giro Pada Bank Syariah
88,669,340 357,430,362 332,983,438
Tabungan pada Bank Syariah
1,858,530 11,815,305 20,788,280
Sim panan pada I nkopsyah - - 45,000,000
Deposit o pada Bank Syariah
255,000,000 651,508,540 800,000,000
Pem biayaan Murabahah
838,828,100 1,063,244,500 1,472,477,450
Pem biayaan I j arah
261,854,900 359,847,600 355,061,500
Perlengkapan Kant or
539,000 597,000 973,334
Jum lah Akt iva Lancar
1 ,4 9 1 ,4 9 8 ,3 2 0
2 ,4 6 1 ,2 0 1 ,6 0 7
3 ,0 3 9 ,9 6 3 ,1 0 2
Peny isihan Penghapusan Akt iv a Produkt if
Peny isihan Penghapusan Akt iva
Produkt if -
( 17,661,736)
( 22,661,736)
Jum lah P.P.A.P -
( 1 7 ,6 6 1 ,7 3 6 )
( 2 2 ,6 6 1 ,7 3 6 ) Akt iva Tet ap & I nvent aris
I nvent ar is Kant or
60,995,900 76,317,800 95,253,120
( akum ulasi Peny. I nvent ar is Kant or ) ( 35,519,663) ( 54,456,985) ( 67,390,290)
Kendaraan Ber m ot or
13,000,000 11,885,000 11,885,000
( akum ulasi Peny. Kendaraan)
( 8,666,656) ( 1,320,556) ( 3,961,664)
(1)
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Idham Kholid, Amd.
Jabatan : Kabag. Marketing KJKS Arrahmah Hari/tanggal : Selasa 30 Agustus 2010
Tempat : Dirumah Kabag. Marketing Waktu : 17.00 WIB
1. T : Apa Apa yang dimaksud dengan Sistem Jemput Bola?
J : Sistem jemput bola adalah suatu pola dalam pelayanan untuk mempermudah nasabah/anggota dalam melakukan berbagai macam transaksi yang dilakukan oleh petugas jemput bola kepada nasabah, sehingga nasabah tidak perlu lagi datang dan hanya cukup menghubungi koperasi atau petugas yang besangkutan
2. T : Apa fungsi dan tujuan dari adanya Sistem Jemput Bola?
J : 1.Memberikan pelayanan atau service excellent kepada nasabah 2.Membantu nasabah yang mempunyai kesibukkan untuk melakukan
berbagai macam teransaksi diluar koperasi.
3.Menghindari terjadinya keterlambatan dalam pembayaran angsuran tentunya akan berdampak pada pengurangan NPF
3. T : Apa saja produk dan jasa yang ditawarkan oleh sistem jemput bola di KJKS Arrahmah?
J : Banyak sekali produk yang ditawarkan seperti simpanan amanah, pendidikan, haji atau umroh, idul fitri, dan kurban, Deposito Mudhorobah, Pembiayaan modal usaha dan pelayanan pembayaran listrik, telpon dll.
4. T : Bagaimana strategi penerapan sistem jemput bola yang diberikan oleh KJKS Arrahmah Cinere ?
J : di Arrahmah sendiri menerapkan tiga sistem didalam pengambilan angsuran yaitu penambilan secara harian, mingguan, dan bulanan. Ketiga sistem inidilakukan berdasarkan kesepakatan awal oleh kedua belah pihak
5. T : Berapa jumlah nasabah yang diberikan sistem pelayanan jemput bola di KJKS Arrahmah Cinere?
(2)
J : Jumlah nasabah yang sudah ada kurang lebih sekitar dua ribu lebih nasabah
6. T : Usaha apa saja yang dilakukan pihak KJKS Arrahmah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada nasabah?
J : Pelayanannya dari mulai sebelum menjadi nasabah pihak KJKS mengambil data-data, mencari solusi permasalahan nasabah dan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum menjadi nasabah maka pihak KJKS menjelaskan akad-akad perjanjiannya seperti apa, sedangkan sesudah menjadi nasabah setiap angsuran bisa diambil untuk setoran lainnya dan marketing selalu mendatangi nasabah apabila akan melakukan pembiayaan atau istilah perbankannya sistem jemput bola.
7. T : Bagaimana pihak KJKS mengetahui sejauh mana nasabah merasa puas dengan pelayanan sistem jemput bola yang diberikan?
J : Dengan cara melakukan pengikatan pembiayaan lalu berdiskusi dengan nasabah menanyakan sejauh mana pelayanan atau service yang diberikan oleh pihak bank, memberikan kotak saran kepada nasabah. 8. T : Bagaimana pengawasan yang dilakukan pihak KJKS Arrahmah dalam
mengontrol nasabah?
J : Pengawasan dari pihak bank tidak berupa laporan akan tetapi menitik beratkan marketing untuk mendatangi nasabah sewaktu-waktu nasabah membutuhkan bantuan marketing untuk pembayaran pembiayaan yang sudah disepakati bersama, untuk pembayarannya bisa dicicil oleh nasabah
9. T : Bagaimana KJKS Arrahmah menanggulangi pembiayaan bermasalah? J : Nasabah yang macet itu penanggulangannya secara bertahap yaitu
dengan cara mendatangi nasabah dan membantu dalam pembayaran angsuran sesuai pendapatan yang diperoleh oleh nasabah yang macet tersebut apabila nasabah tersebut tidak membayar angsurannya sesuai kesepakatan maka pihak bank akan memberikan sebuah peringatan berupa surat peringatan slecara formal. Dan saran dari KJKS Arrahmah Cinere untuk mereschedule angsuran.
(3)
10. T : Bagaimana pihak KJKS mengatasi kesalahan atau error pada saat pelayanan sistem jemput bola ?
J : Biasanya cara yang di ambil oleh pihak KJKS dalam mengatasi kesalahan error sebelum pembiayaan diberikan pihak KJKS melihat dari lingkungan, apakah nasabah yang mengajukan pembiayaan ke KJKS Arrahmah Cinere mempunyai nama baik dilingkungannya atau diterima dengan baik oleh sekitar lingkungannya dan mencari informasi tentang nasabah kepada tetangga sekitarnya
11. T : Bagaimana prosedur pendaftaran pembiayaan di KJKS Arrahmah Cinere
J : prosedurnya sesuai ketentuan yang ada nasabah akan dibantu oleh marketing sampai dengan akad pembiayaan dan sampai dengan pencairan dana setelah mengisi aplikasi yang sudah diberikan oleh marketing KJKS Arrahmah Cinere.
12. T : Bagaimana cara KJKS Arrahmah dalam mensosialisasikan sistem jemput bola?
J : Mensosialisasikannya tidak dalam bentuk iklan atau layanan akan tetapi yang cara pensosialisasian pada KJKS Arrahmah dengan cara mendatangi langsung atau mengajak nasabah untuk ikut serta dalam acara panguyuban atau istilahnya adalah pertemuan antara nasabah-nasabah KJKS Arrahmah dengan para pegawainya sehingga dengan cara seperti itu nasabah akan lebih banyak mendapatkan informasi yang akurat dan jelas.
13. T : Sejauh mana perkembangan sistem jemput bola pada KJKS Arrahmah Cinere
J : Perkembangan pelayanan sistem jemput bola menunjukan tren yang meningkat dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat dan bertambahnya jumlah pembiayaan yang sudah disalurkan dan bisa mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan oleh pihak KJKS tersebut.
14. T : Apakah pihak KJKS Arrahmah sudah merasa puas dengan pelayanan sistem jemput bola sekarang?
(4)
memberikan pelayan yang terbaik terhadap semua nasabahnya, kita tidak akan pernah puas memberikan pelayanan yang terbaik dan terus berusaha untuk mengembangkan sebuah sistem pelayanan yang benar-benar bisa memuaskan dan mengakomodasi semua kebutuhan dari nasabah.
Jakarta 30 Agustus 2010
Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai
(5)
WAWANCARA
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Pihak KJKS ARRAHMAH Cinere Di
Tempat
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Jemput Bola? 2. Apa fungsi dan tujuan dari adanya Sistem Jemput Bola?
3. Apa saja produk dan jasa yang ditawarkan oleh sistem jemput bola di KJKS Arrahmah?
4. Bagaimana strategi penerapan sistem jemput bola yang diberikan oleh KJKS Arrahmah Cinere ?
5. Berapa jumlah nasabah Kredit Usaha Mikro di KJKS Arrahmah Cinere?
6. Usaha apa saja yang dilakukan pihak KJKS Arrahmah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada nasabah Kredit Usaha Mikro?
7. Bagaimana pihak KJKS mengetahui sejauh mana nasabah Kredit Usaha Mikro merasa puas dengan pelayanan sistem jemput bola yang diberikan?
8. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pihak KJKS dalam mengontrol nasabah Kredit Usaha Mikro?
9. Bagaimana cara KJKS dalam menanggulangi nasabah Kredit Usaha Mikro yang macet?
10. Bagaimana pihak KJKS mengatasi kesalahan atau error pada saat layanan Kredit Usaha Mikro?
11. Bagaimana mekanisme system keamanan nasabah Kredit Usaha Mikro?
12. Bagaimana cara KJKS Arrahmah dalam mensosialisasikan kredit usaha mikro? 13. Sejauh mana perkembangan kredit usaha mikro di KJKS Arrahmah Cinere?
(6)
Jawaban
1. Sistem jemput bola adalah suatu pola dalam pelayanan untuk mempermudah nasabah/anggota dalam
melakukan berbagai macam transaksi yang dilakukan oleh petugas jemput bola kepada nasabah, sehingga nasabah tidak perlu lagi datang dan hanya cukup menghubungi koperasi atau petugas yang besangkutan. 2. Fungsi dan Tujuan