Teknik Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Pedoman Pustaka Pedoman pustaka yang digunakan memberikan konsep atau teori dalam penelitian sehingga penelitian ini terarah dengan benar. Pedoman pustaka ini bertujuan untuk memperkuat data peneliti yang telah di dapatkan melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai Ronggeng Kaleran dalam upacara Nyuguh. Penelitipun dapat membandingkan dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu seputar mengenai ronggeng, Kampung Adat Kuta, dan upacara Nyuguh itu sendiri. Dengan mengkaji dan menelaah buku yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas sehingga akan diperoleh keterkaitan antara teori dan tujuan penelitian tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling utama pada proses penelitian. Sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Sugiyono 2014, hlm. 308 bahwa “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitina dalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar da ta yang ditetapkan”. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh dengan beberapa teknik sebagai berikut: a. Observasi Observasi yaitu penelitian dengan cara pengamatan langsung ke lapangan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi. Observasi dilakukan di Kampung Adat Kuta di Desa Karangpaningal Kabupaten Ciamis. Observasi dilakukan pada tanggal 14 Desember 2014 pada saat upacara Nyuguh diselenggarakan. Pada observasi ini peneliti bertemu dengan beberapa tokoh Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu masyarakat di Kampung Adat Kuta, diantaranya Ketua Adat, Juru Kunci, dan beberapa sesepuh lainnya. Observasi ini seputar upacara Nyuguh, kesenian, dan sejarah Kampung Adat Kuta. Observasi dilakukan sebagai tambahan referensi mengenai bagaimana fungsi, bentuk, dan simbol-simbol yang terdapat pada kesenian Ronggeng Kaleran dalam upacara Nyuguh di Kampung Adat Kuta. b. Wawancara Wawancara merupakan langkah awal peneliti dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada narasumber atau orang-orang yang dianggap dapat menunjang sebagai sumber informasi data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan melontarkan beberapa pertanyaan baik dalam bentuk wawancara terstruktur maupun semi terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, sesuai dengan lingkup permasalahan penelitian yang akan digali informasinya. Adapun peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, yakni merupakan wawancara dengan pertanyaan umum dengan cakupan topik yang luas. Dalam pelaksanaanya tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, namun dalam pelaksanaanya lebih bersifat fleksibel. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 14 Desember 2014 dalam ritual upacara Nyuguh. Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber, antara lain: a. Warsim Setiaman Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selaku Ketua Adat dari Kampung Kuta. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Warsim Setiaman diperoleh data mengenai seluk beluk Kampung Adat Kuta, mulai dari aturan adat, kearifan lokal, mayoritas pekerjaan masyarakat adat Kuta, sejarah dan sistem pemerintahan dalam masyarakat adat. b. Maryono Sebagai Juru Kunci dari Kampung Adat Kuta yang memiliki garis keturunan dari Aki Bumi yakni Juru Kunci pertama di Kampung Adat Kuta yang memiliki kewenangan atas Hutan Larangan Leuweung Gede. Berdasarkan hasil wawancara dengan Juru Kunci akan diperoleh data mengenai hukum adat, proses ritual Nyuguh, seluk beluk Leuweung Gede, norma dan adat istiadat yang harus dipatuhi oleh masyarakat Kuta. c. Jajaran Sesepuh Kampung Adat Kuta Dalam kegiatan upacara Nyuguh yang dibuka untuk umum ini cukup mendatangkan minat dari masyarakat luar Kampung Adat Kuta untuk datang dan mengikuti prosesi Nyuguh dari awal hingga akhir acara. para pengunjung yang datang di sambut dengan sangat baik di aula kampung. Dipimpin oleh Ketua Adat Kampung Kuta dan para sesepuh kampung lainnya dengan arif mereka menyambut para tamu yang datang dan memberikan keleluasaan dari para tamu untuk berdiskusi santai dengan para sesepuh. Dari diskusi singkat ini peneliti mendapatkan data keseluruhan mengenai apapun yang terdapat dalam masyarakat Kampung Adat Kuta, mulai dari ritual Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nyuguh, sejarah, kepercayaan yang dianut, pekerjaan, dan semua hal yang menyangkut Kampung Adat Kuta. Dalam kegiatan Nyuguh ini juga peneliti melakukan wawancara ke beberapa anggota masyarakat Kampung Adat Kuta, seputar upacara Nyuguh dan kesenian Ronggeng Kaleran-nya, yang ternyata mengalami penurunan minat dari penerusnya. Dikarenakan tokoh atau pelaku Ronggeng senior sedang berada di luar kota, maka peneliti tidak dapat melakukan studi wawancara dengan tokoh Ronggeng Kaleran pada saat upacara Nyuguh. Peneliti kemudian melakukan survey pada wawancara kedua, yakni pada tanggal 21 Maret 2015 wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber baru, diantaranya: a. Idar Tarsih Tokoh asli Ronggeng Kaleran di Kampung Adat Kuta yang hingga kini masih aktif me-ronggeng meskipun kini usianya sudah menginjak 50 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Idar peneliti mendapatkan data mengenai berbagai hal yang menyangkut Ronggeng Kaleran. b. Pemangku AgamaUstadz Masyarakat adat Kuta merupakan mayoritas pemeluk agama Islam. selain mereka mempercayakan seluruh tatanan kehidupan tradisi masyarakat Kuta terhadap Juru Kunci mereka juga mempercayai kehadiran ustadz sebagai bagian dari penasihat agama. Melalui hasil wawancara dengan pemangku agama didapat data mengenai Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kepercayaan masyarakat Kampung Adat Kuta dan keterkaitan antara agama dan tradisi yang mereka anut terutama dalam hal pandangan mengenai kesenian Ronggeng Kaleran. Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 15 September 2015. Pada tahap ini peneliti mencari data tambahan dengan kembali mewawancarai beberapa narasumber, yakni: a. Ibu Idar Tarsih selaku penari Ronggeng Kaleran Dalam wawancara kedua peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang belum sempat terjawab oleh narasumber. Data yang didapat mengenai busana dan tata cara dalam menari Ronggeng Kaleran b. Surya Sebagai ketua RT sekaligus ketua lingkung seni di Kampung Adat Kuta. Melalui wawancara dengan narasumber didapat data mengenai struktur pertunjukan ronggeng, lingkup seni yang dipimpinnya, serta bagaimana perkembangannya hingga saat ini. Wawancara dilakukan secara langsung terhadap narasumber, yang bertempat di Kampung Adat Kuta Desa Karangpaningan Kecamatan Tambaksari. Peneliti melakukan wawancara pada beberapa narasumber karena peneliti membutuhkan banyak informasi dari berbagai sudut pandang. Hasil wawancara ini bertujuan untuk melengkapi dari hasil observasi guna memperkuat hasil penelitian untuk dipublikasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebudayaan setempat dalam hal ini Ronggeng Kaleran sebagai identitas warga Kampung Adat Kuta. Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen dalam bentuk lain. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data yang telah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara mengenai Ronggeng Kaleran beserta Kampung Adat dan upacara Nyuguh- nya. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang bisa berbentuk tulisan, gambar, rekaman suara atau video. Studi dokumentasi ini bertujuan untuk memperkuat informasi pada masyarakat. d. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini guna untuk mencari data-data atau sumber lain dari buku-buku, artikel, majalah, jurnal, karya ilmiah maupun penelitian terdahulu mengenai Ronggeng Kaleran, baik yang diperoleh dari perpustakaan atau referensi. Studi ini perlu dilakukan guna untuk memperkuat hasil penelitian dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, agar dari hasil pengumpulan data tersebut dapat dikuatkan dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh data atau informasi tentang penelitian. Untuk menghindari duplikasi penelitian, maka peneliti akan memaparkan tulisannya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber buku yang sangat menunjang pada penelitian, diantaranya buku “Seni Pertunjukan Di Era Globalisasi” karya Soedarsono 1998. Buku ini menjelaskan berbagai kesenian yang ada di Indonesia. Dimulai dari pertunjukan di masa sejarah yang ditandai dengan adanya fase-fase pertunjukan yang dijelaskan sangat variatif menggambarkan kekayaan khasanah budaya nusantara. Pada bagian Gilang Gartika, 2015 RONGGENG KALERAN DALAM UPACARA NYUGUH DI KAMPUNG ADAT KUTA CIAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu buku ini yang paling menarik adalah adanya pembahasan mengenai fungsi seni pertunjukan dalam masyarakat. Sudah barang tentu buku ini banyak memberi gambaran tentang seni pertunjukan di Indonesia dilihat dari masalah ruang dan waktu. Selain itu peneliti juga menggunakan buku”Tari Sunda Dulu, Kini, Esok” karya Tati Narawati 2005. Dalam buku ini menjelaskan mengenai berbagai macam fungsi dan bentuk kesenian tari Sunda dalam perkembangannya dari dulu, kini, dan esok. Dalam buku karya Endang Caturwati yang berjudul “Perempuan dan Ronggeng” 2006. Buku ini menjelaskan mengenai bagaimana ronggeng dalam upacara ritual, ronggeng sebagai bagian dari hiburan atau tontonan masyarakat, dan bagaimana citra dari seorang ronggeng. Buku ini sangat menunjang bagi penelitian karena sesuai dengan tema yang diangkat peneliti yakni mengenai ronggeng. Buku karya Endang Caturwati ini terpapar jelas bagaimana ronggeng dalam masyarakat di Indonesia.

F. Prosedur Penelitian