19
BAB 3 MASALAH DAN POTENSI
3.1 Permasalahan
Gambaran mengenai sebaran permasalahan tata ruang dan pengembangan wilayah ditunjukkan pada Peta berikut.
Permasalahan umum yang dihadapi antara lain: 1. Kedudukan dan peran Pulau Kalimantan dalam lingkup nasional dan
regional; 2. Perlunya pengembangan spesialisasi komoditas unggulan pertanian skala
propinsi; 3. Belum terpenuhinya perumahan layak huni serta prasarana dan sarana
lingkungan yang memadai, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
4. Tumbuhnya kawasan permukiman yang tidak teratur serta makin berkembanganya kawasan kumuh di perkotaan dan di sepanjang aliran
sungai; 5. Kurangnya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan;
6. Lemahnya penanganan limbah domestikindustri dan kurangnya tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat;
7. Merupakan daerah rawan kebakaran, terutama di daerah hutan yang sulit dipadamkan karena tanahnya mengandung batu bara;
8. Menurunnya kuantitas
dan kualitas hutan; 9. Banyaknya lokasititik-titik rawan penyelundupan, terutama lokasi yang
berada di perbatasan Perbatasan Sarwak, Perbatasan Long Apung, Nunukan dsb;
10. Terbatasnya pembangunan infrastruktur jalan, sehingga mengakibatkan banyak daerah tidak dapat berkembangan maksimal, seperti di daerah
pedalaman dan perbatasan;
2. Masih belum tercapainya kesepakatan batas administrasi an tar kabupaten dan kota sehingga terjadi persengketaan sum
ber daya alam dan menyulitkan pelaksanaan penataan ruang
5. Adanya kabupaten-kabupaten baru yang memerlukan RTRW namun tidak memiliki kemampuan untuk menyusunnya dan
kabupaten tersebut tidak termasuk sebagai kabupaten yang makmur
4. Adanya kesenjangan perkembangan wilayah yg nyata antara daerah perkotaan dan pedalaman. Hal ini banyak menimbul
kan kegiatan penyelundupan dan bahkan pencurian hasil hu tan ke negara tetangga
3. Adanya kesenjangan perkembangan wilayah yg nyata antara di sepanjang perbatasan Kalimantan Timur dengan Sarawak
Permasalahan Umum :
1. Secara finansial propinsi Kalimantan Timur relatif makmur, namun jumlah dan kualitas SDM yang untuk melaksanakan
penataan ruang relatif masih rendah seperti halnya dengan propinsi lain di Kalimantan
6. Belum berperannya produk perencanaan tata ruang yang su dah disusun dalam pelaksanaan pembangunan
PETA MASALAH TATA RUANG DAN
PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Peta Masalah Kaltim.WOR
Adanya kesenjangan perkembang an di sepanjang perbatasan RI -
Malaysia Adanya kesenjangan perkembang
an wilayah antara daerah perkota an di sepanjang pantai Timur dgn
daerah pedalaman Adanya kabupaten-kabupaten
baru hasil pemekaran yang me merlukan bantuan penyusunan
RTRW
Legenda :
Gunung
Batas Propinsi 100 Km
50
Peta Dasar Peta REPPPROT 1:250.000, Bakosurtanal
Jalan Arteri
Batas Kabupaten Sungai
Batas Negara Kota Kecamatan
Ibukota Kabupaten Ibukota Propinsi
Tema Nama File
Jalan Kolektor 1 Jalan Kolektor 2
Jalan Kolektor 3
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DIREKTORAT PENATAAN RUANG WILAYAH TENGAH
Pasir Penajam Paser Utara
Kutai Kartanegara Kutai Barat
Kutai Timur Bontang
Samarinda Berau
Nunukan
Bulungan Malinau
Tanah Grogot Tanjungredeb
Tanjung Selor Tarakan
Nunukan
Samarinda
D. Siran
S. Tunan D. Maaoe
D. Jempang D. Semayang
S. Marang Kayu D. Uwis
S. Bungan
S. Samu S. Kembalun
S Semberang
S. Nyeribungan S. Nyawatan
S. Mahakam S. Boh
S. Topai S. Langsa
S. Tipan S. Pakkoe
S. Metuhe S. Lurah
S. Apar Kecil S. Bangkung
S. Punut S. Telakai
S. Kendilo S. Muyuo
S. Ioadurian S. Ohong
S. PerakS. Lawa S. Loahaur
S. Semoi S. Palah
S. Pedahan S. Bengen
S. Senyiur S. Kelai
S. Kayontot S. Belayan
S. Leh S. Pesab
S. Daha S. Pangean
S. Bahau S. Segah
S. Malinau S. Tuwau
S. Kerayan S. Sesayap
S. Bengalun S. Tubu
S. Aliiman S. Rian
S. SelilirS. Selimulan S. Tempilan
S. Banumuda S. Biatan
S. Lasan S. Domaring
S. Karangan S. Binai
S. Siagong S. Liu Lantai
S. Tibi S. Betayau
S. Wasan S. Sebuku
S. Nateh
S. Bungalun S. Elor Brusu
S. Medang S. Nawan
S. Oga S. Iwan
S. Kumpa
S. Bongankiua S. Marah
S. Lul S. Kinaya
S. Sulon
S. Nyapa S. Longgi
S. Kaldan S. Bara
S. Pidawan
S. Kumap S. Jelau
S. Jelai S. Bruwen
S. Pura
S. Lelensoh S. Tabang
S. Kayan
S. Kinjau S. Telen
21 11. Terdapatnya kesenjangan pembangunan, seperti kesenjangan antara
desa dan kota, wilayah pantai dan pedalaman serta perbatasan, wilayah bagian Utara Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Bulungan, Kabuapten Berau dan Kota Tarakan dan bagian Selatan Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Kutai Barat, Kota Balikpapan, Kota Samarinda dan Kota Bontang;
12. Perlunya peningkatan kualitas SDM yang tepat untuk pengelolaan sumber daya alam;
13. Pencemaran air sungai oleh limbah domestik akibat peningkatan permukiman di sepanjang tepi sungai;
14. Berkurangnya daerah-daerah tampungan air karena penimbunan rawa gambut untuk konstruksi terutama di Samarinda;
15. Belum efektifnya pemanfaatan Rencana Tata Ruang sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan dan sebagai alat keterpaduan
pembangunan wilayah dan sektoral, sehingga menimbulkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang, antara pelaku ekonomi,
masyarakat maupun pemerintah; 16. Belum adanya pemahaman pemerintah daerah mengenai penyusunan
rencana pengembangan dan kriteria penetapan batas wilayah kelautan dan pesisir;
17. Adanya konflik kepentingan dalam pengelolaan potensi sumber daya alam antara kabupatenkota yang berbatasan;
18. Adanya perambahan kawasan lindung oleh masyarakat yang belum dapat diselesaikan secara hukum;
19. Belum optimalnya koordinasi BKTRN dan TKPR Propinsi dan
KabupatenKota; 20.
Terbatasnya aparatSDM yang menguasai bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan kurangnya peran serta masyarakat dalam
penataan ruang; 21. Proses legalitas Rencana Tata Ruang berjalan lambat sehinga kegiatan
pengendalian pemanfaatan ruang belum dilaksanakan secara optimal yang kemudian mengakibatkan ketidaktertiban pemanfaatan ruang.
3.2 Potensi