7. Bekerja Disiplin, Sistematis, Efisien dan Efektif
Mengerjakan soal matematika melalui prosedur yang sangat terkontrol, baik melalui pendekatan deduktif, maupun dengan induktif. Tidak dibenarkan mendahulukan yang kemudian, atau
membelakangkan yang terdahulu. Jika yang belum diterima kebenarannya dijadikan alasan untuk membenarkan sesuatu, jika yang belum didefinisikan, digunakan untuk mendefinisikan sesuatu, maka
ini akan kacau, absurd, dan ruwet. Susunan informasi dari yang diketahui menuju ke yang ingin dicari, disusun dengan cara yang sistematis, menggunakan lambang-lambang, istilah-istilah yang
efisien, singkat tapi padat dan jernih tidak ambigu atau mendua arti, dan efektif langsung menuju sasaran, tidak berbunga-bunga. Kalau saja ini menjadi kebiasaan, maka begitu pulalah ia bekerja
dalam kehidupan lainnya.
8. Fleksibel, Imaginatif, Kreatif
Siapa bilang matematika itu kaku eksak, tidak toleran, linear lurus-lurus saja, harus ikut satu aturan anti perbedaan, konvergen menuju satu titik, tidak boleh menyebar? Ini namanya salah
kaprah. Memang ada matematika yang eksak, pasti seperti pastinya 6 : 2 = 3. Ini pun bergantung semestanya. Ia mempunyai jawaban yang pasti dalam semestanya, bukan bisa diatur saya 4, kamu 2
saja. Namun, Matematika juga mengenal nilai pendekatan, nilai pembulatan, nilai perkiraan, angka signifikan, teori kesalahan, angka toleransi. Ini semua diperlukan sesuai dengan konteksnya.
Matematika tidak hanya yang lurus-lurus saja, ia boleh melengkung, balik atau belok. Contoh soal yang melatih orang agar tidak terkungkung fixation dalam berpikir adalah sebagai berikut.
a. Buatlah empat garis lurus dengan menggerakkan pensil
tanpa mengangkatnya, dan harus melalui 9 titik berikut. b. Buatlah empat segitiga samasisi dari enam batang korek
berikut. Kalau soal pertama anda berkutat pada persegi itu saja, atau soal kedua anda hanya berkutat pada
bidang datar, sampai pingsan tidak akan terpecahkan, maka perluaslah wawasannya. Matematika menganjurkan kita untuk berimaginasi mengandai-andai. Jika kita hendak melukis
segitiga yang diketahui tiga unsurnya, kita dianjurkan membuat analisa dengan memisalkan segitiga yang akan dilukis. Ini semua mendorong daya kretivitas, untuk mencipta sesuatu yang baru.
9. Berminat, Termotivasi, Menyenangi Pekerjaan, Berusaha Mencapai Hasil Maksimal.
Jika seseorang sudah menyenangi matematika, maka minatnya rasa ingin tahu, curiosity terhadap soal-soal matematika sangat besar, dan motivasinya tidak lagi ingin mendapat nilai atau
pujian, tetapi mencari kepuasan batin karena dapat memecahkan soal, seperti Archimides yang berteriak “eureka, eureka”. Bahkan, ia masih mencari-cari pekerjaan, dengan meneliti, barangkali ada
cara lain, atau barangkali dapat disempurnakan jawabannya kalau ia masih melihat keterbatasan keberlakuannya, dan lebih iseng lagi, ia membuat soal baru yang dikembangkan dari penemuannya
itu, untuk disodorkan kepada orang lain.
10. Menghargai Keteraturan dan Keindahan