Pemeo Penjelasan Tentang Klasifikasi Peribahasa Indonesia

Menadah matahari Melawan orang yang berkuasa Makan tanah Miskin sekali

d. Pemeo

Pemeo adalah sejenis peribahasa yang di jadikan semboyan Soedjito, 1992:41. Contoh : - Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Seia sekata, senasib sepenanggungan - Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit Ilmu atau harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit pada akhirnya akan menjadi banyak juga. - Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Orang yang baik budi dan baik pula tingkah lakunya, meskipun telah mati namanya akan tetap akan dikenang selalu.

2.3. Penjelasan Tentang

Hana Seperti yang telah diketahui, peribahasa di buat dari berbagai macam Universitas Sumatera Utara unsur, salah satunya adalah dari unsur tumbuhan. Dari sekian banyak tumbuhan yang ada, penulis memfokuskan pembahasan peribahasa pada unsur bunga atau hana . Karena pembahasan peribahasa ini hanya meneliti tentang peribahasa yang terbuat dari kata hana, maka penulis akan mencoba menjelaskan beberapa pengertian tentang hana. Poerwadarminta 1983:165 menjelaskan bahwa bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan sedap baunya. Hamzah dan Nanda 1996:69 mengungkapkan bahwa bunga adalah bagian tumbuhan yang menempel pada ranting dan merupakan bakal buah yang warnanya elok berwarna-warni dan mengeluarkan aroma. Secara universal, bunga umumnya dilambangkan sebagai perlambang keindahan, dan cinta kasih. Sejak kecil, di kelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, para guru sudah banyak mengajarkan betapa indahnya bunga yang mampu mengungkapkan berbagai perasaan. Misalnya di Indonesia, anak-anak sudah biasa mendengar syair tentang bunga. Misal: Lihat kebunku penuh dengan bunga Ada yang merah dan ada yang putih Setiap hari kusiram semua Mawar melati semuanya indah Bunga mawar, melati, anggrek, seringkali menjadi ilham dalam Universitas Sumatera Utara pembuatan lagu, puisi, bahkan peribahasa. Bahkan bunga bisa dijadikan media batin secara universal. Seperti ketika menyambut tamu, menghibur orang sakit, ucapan selamat bagi yang mendapat keberuntungan seperti kelahiran anak, ulang tahun, kenaikan jabatan, bahkan bunga juga dapat menyampaikan bela sungkawa, keprihatinan bahkan kesetiakawanan, dan hal ini berlaku di seantero dunia. Bunga bisa tampil dalam sekuntum, rangkaian, sepot, segerombol, sekehendak penggunanya dan sesuai pula dengan suasana yang ingin dicapai pemilik atau penggunanya. Bunga bisa beradaptasi dengan alam. Ia bisa tampil di sela bebatuan, menempel di kayu lapuk, di arang sekam, potongan pakis, hidup di daun kering dan ranting kayu usang, di atas-atas pohon, di terik matahari, di teras-teras rumah bahkan di ruang tamu. Bunga hadir dengan kreasi dan inovasi tangan manusia yang menjadikan aneka warna dan tekstur daun, tangkai daun, serat daun yang bermacam rupa. Manusia mengawinsilangkan berbagai macam bunga sehingga memunculkan rupa baru. Di Jepang, bunga banyak digunakan dalam kegiatan ikebana atau biasa disebut juga kadou jalan bunga . Di Indonesia lebih dikenal sebagai seni Universitas Sumatera Utara merangkai bunga. Ikebana memanfaatkan berbagai macam bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Asal-usul ikebana adalah tradisi mempersembahkan bunga di kuil Buddha di Jepang. Ikebana berkembang bersamaan dengan perkembangan agama Buddha di Jepang di abad ke-6. Di Jepang, ada sekitar 2000-3000 sekolah ikebana. Di dalam ikebana, terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda dua dimensi saja. Aliran yang paling besar adalah ikenobo yang sudah memiliki jutaan murid. Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari barat flower arrangement terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan. Selain ikebana, jika berbicara tentang bunga jepang, maka bunga Jepang identik dengan sakura. Sakura adalah bunga nasional Jepang. Bagi orang Jepang sakura adalah bunganya bunga. Orang Jepang tidak hanya menyukai bunga sakura karena buah merahnya yang lezat, tetapi juga karena ketika mekar, Universitas Sumatera Utara semua pohon dipenuhi oleh bunga berwarna pink atau putih. Sakura-yu, sebuah teh herbal yang menggunakan daun bunga sakura, juga dihidangkan pada saat pernikahan dan perayaan-perayaan lainnya. Tetapi, bunga sakura juga tidak hanya menampilkan sisi baik saja, ada juga sisi buruk yang diilhami dari bunga sakura. Pada jaman samurai dulu, tidak ada cara kematian yang terhormat kecuali dengan cara mati di medan perang seperti kehancuran sakura. Dalam kabuki, bunga sakura menjadi pertanda monster yang mengamuk atau bencana yang berada di ambang pintu. Pada saat mekar, bunga sakura hanya bertahan selama tujuh hari dan sakura sangat mudah gugur jika tertiup angin yang kencang, jika dilihat sekilas seperti melambangkan kecantikan yang sifatnya sementara.

2.4. Peribahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata